Anda di halaman 1dari 10

JAMALUDDIN AL AFGHANI

Biografi Jamaluddin Al Afghani

Jamaluddin Al Afghani adalah seorang pembaharu dalam Islam yang berasal dari Afganistan.
Lahir di desa Asad Abad, Kabul, Afganistan. Pada tahun 1838 M beliau wafat di Istanbul pada
tanggal 9 maret 1897. Beliau juag mendapat gelar Syyid karena berasal dari keturunan Husen
bin Ali bin Abi thalib.[1]

Pada masa kecil dan remajanya Jamaluddin Al Afghani tinggal di Afganistan tetapi kemudian
dalam perjalanan hidup dan aktifitasnya berpindah dari satu Negara kenegara yang lain
seperti India, Mesir, Paris dan Turki.

Ketika, ia berada di India, ia pun merasa tidak nyaman, karena wilayah ini pun telah dikuasai
oleh inggris. Akhirnya, ia memutuskan untuk pindah ke Mesir pada tahun 1871. Ia menetap di
Kairo, ibukota Mesir. Disana, ia memusatkan perhatiannya pada bidang ilmiah dan sastra Arab.
Ia pada masa awal berada di Mesir, berusaha untuk tidak terlibat masalah politik. Ia banyak
mengadakan kegiatan ilmiah. Rumahnya dijadikan sarana untuk pertemuan murid-murid dan
pengikutnya. Disanalah ia memberikan ceramah, kuliah, dan berdiskusi. Pesertanya sangat
heterogen, ada dosen, pegawai pengadilan, mahasiswa al-Azhar, dan lain-lain. Diantara murid
yang menjadi pengikut setianya adalah Muhammad Abduh, yang kemudian menjadi seorang
tokoh pembaharu juga.

Rupanya, ia tidak terlalu kerasan meninggalkan lapangan politik dan pergerakan. Maka pada
tahun 1876, ia masuk perkumpulan politik “Freemanson” Mesir. Ketika itu, campur tangan
Inggris dalam bidang politik mulai meningkat. Dan pada tahun 1879, atas usaha Jamaluddin
dan beberapa kawannya, didirikanlah partai “Hizbul Wathan” (partai Nasional). Tujuan partai
ini adalah memperjuangkan p[endidikan universal, kemerdekaan pers, dan usaha penertasi
unsur-unsur Mesir dalam posisi militer. Dengan dukungan partai ini, al-Afghani berhasil
menggulingkan raja Mesir waktu itu, Khedewi Ismail. Kemudian diganti oleh putra mahkota,
Tawfiq, yang berjanji akan melakukan berbagai pembaharuan sesuai dengan tuntutan Hizbul
Wathan. Inggris memandang al-Afghani sebagai seorang tokoh yang berpengaruh dan
berbahaya. Maka pada tahun 1879, ia keluar dari Mesir karena tekanan Inggris.

Al-Afghani dipandang seorang tokoh penting, ketika berada di Mesir. Masa delapan tahun
berada di Mesir, ternyata memberikan pengaruh yang tidak kecil bagi ummat Islam di sana. Ia
merupakan tokoh yang mampu membangkitkan gerakan berfikir orang-orang Mesir, sehingga
negeri ini memperoleh kemajuan. Mesir modern merupakan hasil usaha Jamaluddin al-Afghani.

Ketika ia keluar dari Mesir, ia memutuskan untuk pergi ke paris, Perancis. Di sini ia mendirikan
perkumpulan yang diberi nama “Al-Urwah al-Wutsqa”. Anggotanya terdiri atas orang-orang
Islam dari India, Mesir, Suriah, Afrika Utara, dan lain-lain. Diantara tujuan “Al-Urwah al-
Wutsqa” adalah memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam, dan membawa Islam
pada kemajuan. Untuk publikasinya, maka dibuatlah majalah dengan nama yang sama dengan
perkumpulan ini. Majalah itu begitu terkenal di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Sayangnya
majalah ini tidak berumur panjang. Peneribitannya terpaksa dihentikan karena dunia Barat
melarang majalah ini masuk ke negera-negara Islam atau Negara yang komunitasnya banyak
muslim, terutama Negara yang berda di bawah kekuasaan mereka.

Pada masa berikutnya, yakni pada tahun 1892, atas undangan Sultan Abdul Hamid, al-Afghani
selanjutnya pindah ke Intambul, Turki. Pengaruhnya di berbagai Negara islam diperlukan
dalam rangka pelaksanaan polkitik Islam di Istambul. Bantuan dari Negara-negara muslim
sangat dibutuhkan Sultan Abdul hamid untuk menantang Eropa, yang pada waktu itu semakin
mendesak keberadaan dan kedudukan Kerajaan Utsmani di Timur Tengah.

Menurut Harun Nasution kerjasama antara al-Afghani sebagai seorang tokoh yang memiliki
pemikiran demokratis tentang pemerintahan dengan Sultan Abdul hamid yang
mempertahankan kekuasaan otokrasi lama, tidak dapat tercapai. Karena Sultan merasa
ketakutan dengan pengaruh al-Afghani yang cukup besar, maka kebebasan al-Afghani dibatasi
oleh Sultan. Ia tidak boleh keluar dari Istambul. Ia sampai akhir hayatnya menetap di sana. Ia
meninggal tahun 1897. Secara lahir ia merupakan tamu yang mendapat penghormatan, tetapi
hakikatnya sebagai tahanan Sultan Abdul Hamid.[2]

Pemikiran Jamaluddin Al Afghani

Hampir semua peneliti dan pemerhati Sejarah Islam dan Barat sepakat bahwa, dialah yang
menghembuskan gerakan Islam modern dan mengilhami pembaharuan di kalangan kaum
muslimin yang hidup di tengah arus modernisme. Dia juga terkenal sebagai orang yang besar
pengaruhnya terhadap gerakan pembebasan dan konstitusional yang dilakukan di negara-
negara Islam setelah zamannya.

Jamaluddin al-Afghani adalah seorang filosuf, orator, dan juga seorang wartawan (jurnalis).
Sebagai seorang yang beraktivitas di bidang politik, beliau banyak melakukan perjalanan dari
India dan Pakistan sampai ke Istambul Turki, Kairo, Paris, London, dan beberapa negara lain.
Beliau bergaul dengan banyak masyarakat muslim di berbagai Negara untuk menghidupkan
kesadaran akan kekuatan yang dimiliki ummat Islam yangsangat potensial untuk melawan
tantangan kolonialisme

Apa yang dilihat Jamaluddin Al Afghani didunia barat dan apa yang dilihat dan apa yang dilihat
beliau didunia islam menurut beliau memberikan kesan bahwa umat islam pada masanya sedang
berada dalam kemeunduran, sememntara dunia barat mengalami kemajuan. Melihat kondisi
yang demikian mendorong Jamaluddin Al Afghani untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran
baru diatarannya : pembaharuannya didasarrka atas keyakinan bahwa agama sesuai untuk
semua bangsa, zaman dna keadaan.[3].
Menurut beliau tidak ada pertentangan antara ajaran islam dengan kondisi yang disebabkan
oleh perubahan zaman. Kalaupun ada dilakukan penyesuaian dengan mengadakan interpretasi
baru terhadap ajaran islam yang tercantum dalam al-Qur’an dan Al-hadist yang tidak boleh
menyimpang dari kedua pedoman itu untuk menjamin hal itu dengan melakukan ijtihad. Oleh
karena itu beliau dikatakan sebagai orang yang menyerukan Suara Ijtihad yang pertama pada
zaman Modern.[4]

Karya-karya Jamaluddin Al Afghani

Di dalam Ensiklopedia Islam disebutkan beberapa karya Jamaluddin Al Afghani yaitu :

Al-‘Urwah al-Wusqa ( ikatan yang kuat)

Makidah asy-syarqiyah (tipu muslihat orientalis)

Diya al-khafiqain ( hilangnya timur dan barat)

Ar-raddu ‘Ala al-Dahriyin ( menolak kaum mutualisme)

Risalah fi ar-radd ‘Ala al-Masihiyyah (risalah untuk menjawab golongan kristen)

Haqiqah al-insan wa haqiqah al-watan (hakikat manusia dan hakikat tanah air)

Bab ma ya’ulu laihi amr al-muslimin (pembahasan tentang sesuatu yang menjelaskan sesuatu
yang melemahkan orang-orang islam)

Pokok-pokok Pikiran Jamaluddin Al Afghani tentang PAN ISLAMISME

Pan Islamisme

Jamaludin al-Afghani juga dipandang sebagai tokoh modernis pertama. yang menyadari
sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya bagi dunia Islam. Oleh karena itu, ia banyak
mengabdikan dirinya untuk mengingatkan ummat islam di seluruh dunia akan dominasi Barat. Ia
juga melakukan usaha-usaha untuk mempertahankan wibawa Islam dan ummat Islam. Ummat
Islam menurutnya, harus meninggalkan peselisihan dan harus berjuang di bawah panji bersama
demi kepentingan Islam. Ia juga berusaha membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-
negeri islam. Oleh karena pemikiran dan upayanya ini, al-Afghani dikenal sebagai ”Bapak
Nasionalisme” dalam Islam.

Ketika gerakan pembaharuan segera memasuki dunia politik Islam, yang ditandai dengan
munculnya gagasan ”Pan_Islamisme” Pada awalnya sesungguhnya mulai didengungkan oleh
tokoh gerakan Wahabiyah dan Sanusiyah. Namun gagasan itu baru kemudian disuarakn dengan
sangat lantang oleh tokoh pembaharuan islam di bidang politik Jamaluddin al-Afghani.

Semangat Pan-Islamisme yang menggelora tersebut, mendorong Sultan Hamid II di Istambul


ikut menggelorakannya. Bahkan gagasan ini dengan sangat cepat mendapat sambutan hangat
dari negeri-negeri Islam. Tetapi gagasan Pan-Islamisme itu kemudian menjadi redup terutama
setelah Turki Utsmani bersama sekutunya, Jerman kalah dalam Perang Dunia I. Disamping itu
ikut dipengaruhi juga oleh dihapuskannya system kekhalifahan oleh Musthafa kemal Attaurk
di Turki. Ia seorang tokoh tokoh controversial yang sebenarnya mendukung konsep
nasionalisme dan rasa kestiaan terhadap bangsa dan negara.[5]

Adapun pengertian Pan Islamisme yaitu dari Yunani, Pan atau Pas artinya semua. Artinya
gagasan yang karena Islam merupakan kesatuan, menyatakan bahwa semua umat muslim harus
bersatu dalam menghadapi dominasi barat. Istilah ini bercorak politik dan diberikan oleh
pengamat barat terhadap gagasan Jamaluddin Al Afghani. Tetapi Jamaluddin Al Afghani
menyebut sendiri gagasannya sebagai Jami’ah Islamiyah dan bercorak moral.[6]

Pan Islamisme adalah persatuan umat islam dalam satu ikatan kepercayaan (aqidah) islam.
Dengan Pan Islamisme Jamaluddin Al Afghani membangkitkan rasa solidaritas atau ukhuwah
islamiyah seluruh dunia. Beliau menyadarkan umat bahwa kondisi umat sedang terjajah oleh
barat. tiap umat muslim harus mempunyai rasa cinta terhadap tanah air dan rasa kesadaran
untuk membela agamanya. Karena tujuan penjajahan adalah untuk eksploitasi dalam rangka
penyebaran agama.

Pemikiran Jamaluddin Al Afghani dalam Pan Islamisme

Pada saat Jamaluddin Al Afghani berada di Istambol untuk undangan sultan Abdul Hamid II
belia membentangkan cita-cita pan Islamisme dan mendapat sambutan baik dari sultan Abdul
Hamid II. Pan Islamisme tersebut mencakup beberapa bidang antara lain:

Bidang Politik

Dalam bidang politik ajaran yang dikumandangkan oleh Jamaluddin Al Afghani dapat
disimpulan sebagai berikut:

“ Dunia Nasrani sekalipun mereka berbeda-beda dalam keturunan dan kebangsaan,


mana kala menghadapi timur khususnya Islam mereka bersatu menghancurkan Islam.”

Bidang Pendidikan

Dalam bidang pendidikan Jamaluddin Al Afghani menekankan supaya tiap-tiap negeri


Islam membebaskan negerinya dari jajahan, tindasan, dan mengusahakan kembali kemajuan
ilmu dan filsafat seperti di zaman yang lampau .[7] .Jamaluddin Al Afghani begitu yakin
akanpentngnya menyerap Sains Modern. Seperti halnya yang banyak termaktub dalam ayat-
ayat Al-quran yang menganjurkan dan mendorong manusia untuk banyak berfikir dan
menggunakan akalnya.

Bidang Kebudayaan

Jamaluddin Al Afghani menyerukan agar tiap bangsa mengembangkan kesusastraan dan harus
menghargai budaya\ sendiri karena budaya lain belum tentu sesuai dengan nilai-nilai islam
yang kadang malah merusak moral.

Bidang Sosial
Pemikiran Jamaluddin Al Afghani dalam bidang sosial adalah idenya persamaan antara pria dan
wanita dalam hal kebebasan berfikir dan kebebasan berakidah. Adapun dalam kebebasan
berfikir seperti halnya yang dilakukan oleh Ratu balqis pada zaman nabi sulaiman. Adapun
dalam kebebasan berakidah dapat di wujudkan dalam perihal kehidupan rumah tangga yang
manakala seorang istri melanggar apa yang dikatakan suaminya.

Tujuan Pan Islamisme

Mempertahankan kemurnian Islam sekaligus pengalamannya serta membersihkannya dari


paham-paham asing merusak atau menyimpangnya.

Menemukan relevansi ajaran Islam dengan perkembangan dan tuntutan zaman termasuk
perubahan sosial kemasyarakatan.

Menyadarkan sekaligus menyeru umat islam untuk tetap berpegang teguh pada Al-Quran dan
as-Sunnah rasul dalam menjalani berbagai bidang kehidupan, serta menghidupkan ijtihad,
menghapuskan taqlid buta, bid’ah dan khurafat.[8]

Pengaruh Pan Islamisme Pada Dunia Islam

Jamaluddin Al Afghani adalah seorang pembaharu muslim yang mempunyai cita-cita agar unat
islam di seluruh dunia bersatu. Gagasan tersebut lebih dikenal dengan nama Pan Islamisme.
Dari Pan Islamisme yang kumandangkan oleh Jamaluddin Al Afghani menarik minat penguasa
seperti Sultan Abdul Hamid juga masyarakat. karya-karya beliau menyebar ke berbagai
penjuru dunia sehingga mampu membangkitkan semangat bagi yang membacanya khususnya di
Negara yang sedang di jajah.

Pengaruh Pan Islamisme pada dunia islam dapat dilihat dari adanya kebangkitan Islam karena
umat islam menyadari akan posisinya yang terjajah.

Yang dimaksud dengan dunia islam ialah bagian dari dunia antara Maroko sampai ddengan
merauke; negeri-negeri dimana umat islam merupakan golongan mayoritas. Yang termasuk
dunia islam dapatlah dicatat disini seperti: Maroko, Al-Jazair,Libia,Tunisia, Nigeria, Suadan,
Mesir,Siria, Yordania, Irak, Iran, Libanon, Saudi Arabia Afghanistan, Pakistan, Malaysia,
Filipina Selatan dan Indonesia.[9]

Negar-negara tersebut diatas adalah yang termasuk dalam dunia islam. Setelah perang dunia
II satu demi satu negeri islam melepaskan diri dari belenggu penjajahan menjadi negeri
merdeka yang sebelumnya dijajah oleh bangsa asig selama berabad-abad. Kebangkitan dunia
Islam adalah sebagai pengaruh dari Pan Islamisme. Hal tersebut seperti yang terjadi di
:Indonesia, India dan mesir.
PENUTUP

Kesimpulan

Jamaluddin Al Afghani adalah seorang pembaharu dalam Islam yang berasal dari Afganistan.
Lahir didesa Asad abad, Kabul, Afganistan. Pada tahun 1838 M beliau wafat di Istanbul pada
tanggal 9 maret 1897. Dalam perjalanan dan aktivitasnya beliau berpindah-pindah dari satu
Negara ke Negara yang lain.

Gagasan beliau yang menonjol adalah ide tentang Pan Islamisme (persatuan dunia Islam ) yang
menyangkut berbagai bidang :

Politik, adanya gagasan tentang pembebasan negeri-negeri Islam dari Imperealisme.

Pendidikan, seruan kepada kaum muslimin akan pentingnya menyerap Sains Modern.

Kebudayaan, menyeru agar tiap bangsa mengembangkan kebudayaan dan menghargai budaya
sendiri.

Sosial, ide tentang persamaan antar pria dan wanita dalam hal kebebasan dan berakidah.

Saran

Penelitian ini masih terbatas dalam relevansi judul ini saja. Hendaklah dalam penelitian
selanjutya, dilakukan dengan Iebih memperdalam pembahasan biografi dan Pemikiran
Jamaluddin Al Afghani.

[1]Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,Ensiklopedi Islam,J II BAru Van Hoeven, (Jakarta:


1993), 298

[2]Hamdani Hamid, Pemikiran Modern dalam Islam, pdf, 46

[3]Ensiklopedi Islam…,299

[4]Yusuf Al Qardhawi, masalah-masalah islam kontemporer,(Yogyakarta:Najah Press 1995),


61

[5]Hamdani Hamid, Pemikiran Modern dalam Islam, pdf, 53

[6]H.A.R. Gibb, Aliran-aliran Modern dalam Islam,(Jakarta: Rajawali Press, 1978), 49

[7]S Takdir Ali Syahbana, Pemikiran Islam dalam menghadapi Globalisasi dan masa depan
umat Manusia,(Jakarta:Dian Rakyat, 1992), 145.

[8]Asep Syamsul M.Ramli, Isu-isu Dunia Islam(Yogyakarta: Dinamika, 1996), 42.

[9]Ending Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta:Rajawali Press, 1993), 343


https://duniacemoro.wordpress.com/2012/10/17/jamaludinalafghani/

Jamaludin al afghani : Tatimmat al-bayan, buku sejarah politik, sosial n budaya, Hakikati
Madhhabi Naychari wa Bayani Hali Naychariyan, Al-Radd 'ala al-dahriyyin (Bantahan terhadap
Materialisme)

Fazlur Rahman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jump to navigationJump to search

Artikel biografi tokoh ini tidak memiliki referensi dari sumber yang
dapat dipercaya sehingga tidak dapat diverifikasi. Bantulah untuk
menambahkan referensi atau sumber terpercaya. Hal-hal mengenai
tokoh yang masih hidup tetapi tidak memiliki referensi atau sumber
yang memadai harus segera dihapus.
Temukan sumber: (Fazlur Rahman – berita, buku, cendekia)

Artikel atau halaman tentang atau mungkin


bertopik biografi tokoh muslim ini membutuhkan lebih banyak rujukan,
kutipan, sitasi atau catatan kaki.
Gunakan templatnya atau alat untuk pemastian. Anda dapat
berkontribusi dalam WBI memperbaiki artikel ini dengan
menambahkannya dari sumber yang terpercaya,
dalam WBI ada 433 halaman sejenis ini. Silahkan menghapus templat
pemeliharaan ini setelahnya.

Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampilkan] di bagian


kanan.[tampilkan]

Fazlur Rahman Malik (Urdu: ‫( )فضل الرحمان ملک‬21 September 1919 – 26 Juli 1988) adalah
seorang pemikir Islam.

Fazlur Rahman dapat dikategorikan sebagai salah satu pemikir neomodernis yang paling serius
dan produktif dewasa ini. Ia dilahirkan pada tanggal 21 September 1919 dan meninggal 26 Juli
1988 di Hazara, suatu daerah di Anak Benua Indo-Pakistan yang sekarang terletak di barat
laut Pakistan. Wilayah Anak Benua Indo-Pakistan sudah tidak diragukan lagi telah melahirkan
banyak pemikir Islam yang cukup berpengaruh dalam perkembangan pemikiran Islam, seperti
Syah Wali Allah, Sir Sayyid Ahmad Khan, hingga Sir Muhammad Iqbal. Fazlur Rahman
dilahirkan dalam suatu keluarga Muslim yang sangat religius. Ia dibesarkan dalam suatu
keluaraga dengan tradisi keagamaan mazhab Hanafi yang cukup kuat. Oleh karenanya,
sebagaimana diakuinya sendiri bahwa ia telah terbiasa menjalankan ritual-ritual agama,
seperti shalat dan puasa se-cara teratur sejak masa kecilnya dan tidak pernah
meninggalkannya.

Dasar pemahaman keagamaan keluarganya yang cukup kuat itu dapat ditelusuri dari ayahnya
yang bernama Maulana Shihab ad-Din, seorang ulama tradisional kenamaan lulusan Dar al-
‘Ulum, Deoband. Maulana Shihab ad-Din sendiri adalah seorang ulama modern, meskipun
terdidik dalam pola pemikiran Islam tradisional.Ayahnya ini memiliki keyakinan bahwa Islam
melihat modernitas sebagai tantangan-tantangan dan kesempatan-kesempatan yang harus
dihadapi. Keyakinan seperti ini pulalah yang kemudian dimiliki dan mewarnai kehidupan dan
pemikiran Fazlur Rahman.

Bekal dasar tersebut di atas memiliki pengaruh signifikansi yang cukup berarti dalam
pembentukan kepribadian dan intelektualitas Fazlur Rahman pada masa-masa selanjutnya.
Melalui didikan ayahnya, Fazlur Rahman menjadi sosok yang cukup tekun untuk menimba
pengetahuan dari berbagai sumber dan media, termasuk karya-karya Barat. Pengajaran dan
pendidikan tradisional ilmu-ilmu keislaman pada waktu kecil beliau terima dari ayahnya
Maulana Shihab ad-Din di rumah. Dengan latar belakang kehidupan keagamaan yang demikian,
maka menjadi wajar ketika berumur sepuluh tahun ia sudah dapat meRahman sempat mengajar
di Durham University. Kemudian pindah mengajar ke Institute of Islamic Studies, McGill
University, Kanada, dan menjabat sebagai Associate Professor of Philosophy sampai awal
tahun 1960.

Pengaruh ayah dan ibunya tersebut sangat kuat dalam membentuk kerangka pemikiran dan
pengamalan keagamaan Fazlur Rahman. Sang ayah yang dididik dalam pola pemikiran Islam
tradisional namun toleran terhadap nilai-nilai modernitas sebagai kenyataan sehari-hari. Dari
ibunya diajarkan nilai-nilai kebenaran, kasih sayang, ketabahan dan cinta. Kedua orangtuanya
ini ikut memberikan bekal yang cukup signifikan dan mendasar terhadap pembentukan
kepribadian dan keintelektualan Fazlur Rahman pada masa selanjutnya.

Pemikiran-Pemikiran Fazlur Rahman[sunting | sunting sumber]

Jika di kategorikan mka pemikiran Fazlur Rahman terbagi menjadi 7 bagian diantarannya;

Wujud Tuhan; Fazlur Rahman dalam menerangkan gagasan tentang Tuhan dan alam semesta
senantiasa mengacu pada Al Qur’an sebagai sumber otoritas primer dan senantiasa aktual dan
kontekstual dalam setiap masa dan keadaan dimana manusia berada.

Kenabian dan Wahyu; Fazlur Rahman mengemukakan tentang perbandingan antara pandangan
kaum filosof dan ahli kalam atau teolog ortodoks mengenai konsep kenabian dan wahyu.
Pembahasannya dimulai tentang konsep akal manusia menurut Ibn Sina (w. 1037 M)
Kedudukan Akal dan dan Fungsi Wahyu; Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling
sempurna dan mulia. Ketinggian, keutamaan dan kelebihan manusia dari makhluk lainnya
terletak pada akal yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.

Takdir atau Hukum Alam; Salah satu fungsi utama dari adanya gagasan tentang Tuhan adalah
untuk menjelaskan keteraturan alam semesta. Menurut Fazlur Rahman, ajaran fundamental Al
Qur’an tentang alam semesta ialah; 1). Bahwa ia merupakan sebuah kosmos, sebuah tatanan,
2). Bahwa ia merupakan suatu tatanan yang berkembang, yang dinamis. 3). Bahwa ia bukanlah
suatu permainan yang sia-sia, tetapi harus ditanggapi secara serius; manusia harus
mempelajari hukum-hukumnya yang merupakan bagian dari perilaku Tuhan, dan men-jadikannya
sebagai panggung dari aktivitas manusia yang punya tujuan.

Hari Akhir; Ide pokok yang mendasari ajaran-ajaran Al Qur’an tentang akhirat adalah bahwa
akan tiba saat ketika manusia menemukan kesadaran unik yang tidak pernah dialaminya di
masa sebelumnya mengenai amal perbuatannya. Alam semesta ada batasnya, pada saatnya
nanti ia akan hancur bersama seluruh kandungannya, itulah yang dinamakan kiamat.

Politik dan Kepemimpinan; Dalam berbagai tulisannya Fazlur-Rahman menekankan masyarakat


Islam adalah masyarakat menengah yang tidak terjebak pada ekstrimitas, dan ûlil al-amri-nya
(para pemegang kekuasaan) adalah mereka yang tidak menerima konsep elitisisme ekstrim.

Konsep Etika; Berkaitan dengan ini, Fazlur Rahman mengemukakan bahwa etika bukan saja
sebagai the basic elan of the Quran (esensi dalam ajaran Al Qur’an), tetapi juga merupakan
aspek universal yang ada dalam setiap diri manusia. Hukum etika atau moral yang hakiki tak
dapat diubah. Ia merupakan “perintah” Tuhan (God’s Command) manusia tak dapat membuat
hukum moral. Ketundukan terhadap moral itulah “Islam” dan perwujudannya disebut dengan
“ibadah”

Karya[sunting | sunting sumber]

Islam, University of Chicago Press, 2nd edition, 1979. ISBN 0-226-70281-2

Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition, University of Chicago


Press, 1982. ISBN 0-226-70284-7

Major Themes of the Qur'an, University of Chicago Press, 2009. ISBN 978-0-226-70286-5

Revival and Reform in Islam (ed. Ebrahim Moosa), Oneworld Publications, 1999. ISBN 1-
85168-204-X

Islamic Methodology in History, Central Institute of Islamic Research, 1965.

Health and Medicine in the Islamic Tradition, Crossroad Pub Co, 1987. ISBN 0-8245-0797-
5 (Hardcover), ISBN 1-871031-64-8 (Softcover).

Riba and Interest, Islamic Studies (Karachi) 3(1), Mar. 1964:1-43.


Shariah, Chapter from Islam [Anchor Book, 1968], pp. 117–137

https://id.wikipedia.org/wiki/Fazlur_Rahman

Anda mungkin juga menyukai