Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang sejarah Mesir secara historis dapat kita lihat ketika
Mesir berada pada kekuasaan Romawi di Timur dengan Bizantium sebagai
ibu kotanya merupakan awal kebangkitan Mesir di abad permulaaan Islam
yang berkembang menjadi kota dan negara tujuan setiap orang. Mesir
menjadi sangat menarik pada masa kekuasaan Romawi tersebut karena ia
mempunyai potensi yang secara tradisional telah berakar di Mesir.
Kerajaan Romawi Timur dengan ibu kota Bizantium merupakan rival
berat pengembangan Islam yang keberadaannya berlangsung sampai pada
masa pemerintahan Kholifah Umar Bin Khatab. Pada saat Umar menjadi
Khalifah, Romawi Timur merupakan target pengembangan misi keislaman
dan akhirnya kekuatan militer Romawi tidak dapat menghambat laju
kemenangan Islam di Mesir, karena keberadaan Islam sebagai agama baru
memberikan keluasaan dan kebebasan untuk hidup, yang selama itu tidak
diperoleh dari pemerintahan Romawi Timur, termasuk didalamnya kondisi
yang labil karena berkembangnya konflik keagamaan.
Mesir   menjadi   wilayah Islam pada zaman khalifah Umar bin
Khattab pada 640 M,  Mesir ditaklukkan oleh pasukan Amr Ibn al-Ash yang
kemudian ia dijadikan gubernur  di sana. Kemudian diganti oleh Abdullah Ibn
Abi Syarh pada masa Usman dan berbuntut konflik yang menjadi salah satu
sebab terbunuhnya Usman ra.  Mesir menjadi salah satu pusat peradaban
Islam dan pernah dikuasai dinasti-dinasti kecil pada zaman Bani Abbas,
seperti Fatimiah ( sampai tahun 567 H) yang mendirikan Al-Azhar, dinasti
Ayubiyah (567-648 H) yang terkenal dengan perang salib dan perjanjian
ramalah mengenai Palestina, dinasti Mamluk (648-922 H) sampai ditaklukan
oleh Napoleon dan Turki Usmani.1

1
M. Riza Sihbudi dkk, Konflik dan Diplomasi di Timur Tengah, (Bandung, PT.
Eresco,1993).h. 81-82.)
Bagaiamanapun Mesir adalah sebuah tempat yang sarat dengan peran
politik dan kesejarahan. Bagaimana tidak, nampaknya Mesir dilahirkan untuk
selalu dapat berperan dan memberikan sumbangan terhadap perjalanan
sejarah Islam itu sendiri.  Dari segi ekonomi dan politik,  ia memberikan
sumbangan yang cukup besar terutama sektor perdagangan dan pelabuhan
Iskandariyah yang memang sejak kerajaan Romawi Timur merupakan
pelabuhan yang ramai. Sedangkan dari segi pembangunan hukum Islam,
Mesir merupakan daerah yang ikut melahirkan bentuk dan aliran hukum
Islam terutama dengan kehadiran Imam Syafi’i, yang hukum-hukumnya
sangat kita kenal.

B. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Pengetahui pembaharuan islam pada Masa Jamaluddin Al-Afghani
2. Pengetahui pembaharuan islam pada Masa Muhammad Abduh
BAB II
PEMBAHASAN

B. Pembaharuan Islam di Mesir Pada Masa Jamaluddin Al-Afghani


Jamaluddin Al Afghani lahir di Asadabad Afganistan pada tahun 1838
sebagai seorang anak dengan kualitas Intelektual yang sangat luar biasa.  Ia
meninggal dunia pada tahun 1897 M.  Dalam silsilah keturunannya al-
Afghani adalah keturunan Nabi melalui Sayyidina Ali ra.  Pada umur 18
tahun ia telah menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan, filsafat, politik,
ekonomi, hukum dan agama. Karena keluasan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya, maka pada saat umur 18 tahun tersebut ia telah mempesona
dunia intelektual dan politik dengan gaya agitasinya yang sungguh
menakjubkan. Ketika baru berusia dua  puluh dua tahun ia telah menjadi
pembantu bagi pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun
1864 ia menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia
diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi Perdana Menteri.2
Jamaludin Al-Afgani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam
Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari satu negara ke
negara Islam lainnya. Pengaruh terbesar ditinggalkan di Mesir. Ketika zaman
Al Tahtawi buku-buku diterjemahkan  sudah menyebar dan di dalamnya
terdapat salah satunya  ide trias politika  dan patriotisme, maka pada tahun
1879  Al-Afgani membentuk partai al-Hizb al-Wathan ( Partai Nasionalis)
dengan slogan Mesir untuki orang Mesir mulai kedengaran dengan
memperjuangkan  universal, kemerdekaan pers dan pemasukan unsur-unsur
Mesir ke dalam bidang militer.3
Di India, ia juga merasa tidak bebas untuk bergerak karena negara ini
telah jatuh ke bawah kekuasaan Inggris, nampaknya India adalah sebuah
persinggahan sementara, karena ternyata pengaruh Jamaluddin telah
menumbuhkan semangat kebangsaan untuk melawan Inggris, yang sudah

2
Dr. Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta , hlm.155-156
3
Ibid. Halaman 31
barang tentu sangat dibenci oleh mereka. Maka pada tahun 1871 ia pergi ke
Mesir untuk kali ke dua dan menetap di sana selama 8 tahun (1879). Pada
mulanya menjauhi persoalan-persoalan politik Mesir dan memusatkan
perhatian pada bidang ilmiah dan sastra Arab.
Selama di Mesir al-Afghani mengajukan konsep-konsep
pembaharuannya, antara lain:
a) Musuh utama adalah penjajahan (Barat), hal ini tidak lain dari lanjutan
perang Salib.
b) Ummat Islam harus menantang penjajahan dimana dan kapan saja.
c) Untuk mencapai tujuan itu ummat Islam harus bersatu (Pan
Islamisme).4

Pan Islamisme bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan Islam menjadi


satu, tetapi mereka harus mempunyai satu pandangan bersatu dalam kerja
sama. Persatuan dan kerja sama merupakan sendi yang amat penting dalam
Islam. Untuk mencapai usaha-usaha pembaharuan tersebut di atas menurut al-
Afgani:
a) Rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan.
b) Orang harus yakin bahwa ia dapat mencapai tingkat atau derajat budi
luhur.
c) Rukun Iman harus betul-betul menjadi pandangan hidup, dan kehidupan
manusia bukan sekedar ikutan belaka.
d) Setiap generasi ummat harus ada lapisan istimewa untuk memberikan
pengajaran dan pendidikan pada manusia-manusia bodoh dan juga
memerangi hawa nafsu jahat dan menegakkan disiplin.5
Melihat hal tersebut, maka orientasi pembaharuan Islam Mesir terutama
yang dilakukan oleh Jamaluddin al-Afghanilebih mengarah kepada
pembaharuan cara berpolitik di kalangan umat Islam. Oleh sebab itu gerakan
pembaharuan Mesir Jamaluddin Al-Afghaniadalah gerakan Politik. Untuk
4
Drs. H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan
dalam Dunia Islam, Jakarta , hlm. 77
5
Ibid, hlm. 77
mengetahui lebih jelas pemikiran pembaharaun Jamaluddin Al Afghani,
berikut ini adalah pokok-pokok pikirannya :
1) Islam mengalami kemunduran dan kejumudan berfikir bukan disebabkan
oleh karena Islam tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman, situasi
dan keadaan masa kini, melainkan karena umat Islam tidak mampu
menginterpretasikannya dengan kemampuan ijtihad dan kebanyakan
umat Islam telah meninggalkan ajarannya dengan mengikuti ajaran baru
yang dimanipulisir untuk kepentingan asing.
2) Bahwa kemunduran Islam dilapangan politik disebabkan oleh :
Desintegrasi politik atau perpecahan dikalangan umat Islam,  corak
pemerintahan yang bersifat absolut (otoriter), pemimpin negara yang
tidak disukai oleh rakyat (tidak kredible), mengabaikan masalah
pertahanan atau militerisasi, administrasi dipegang oleh mereka yang
tidak berkompenten, adanya intervensi oleh negara asing. Untuk itu
diperlukan pola pemerintahan yang dapat menarik partisipasi masyarakat
secara aktif dalam bentuk demokratisasi dan terbentuknya majlis syuro
yang menjamin adanya partisipasi masyarakat secara komunal dan
individual.
3) Bahwa untuk pembaharuan dan pengembangan semangat keIslaman
perlu digalakan solidaritas Islam dalam bentuk program aksi “Pan
Islamisme” . Gerakan Pan Islamisme tersebut berusaha melakukan
pembaharuan di bidang perpolitikan Islam dengan tujuan menyadarkan
umat Islam dari bahaya dominasi bangsa asing. Oleh sebab itu perlu
diadakan kegiatan-kegiatan : agitasi dan propaganda untuk
menggerakkan kaum muslimin agar melakukan pergerakan pemikiran
dan pergolakan kebangsaan, melakukan gerakan anti Eropa mulai tahun
1882 sebagai reaksi masuknya Inggris pada tahun 1880.
Pokok-pokok pikir yang dikembangkan oleh Jamaluddin Al Afghani
yang pernah dikembangan pada awal abad ke 19. Prinsip pemikiran tersebut
oleh Jamaluddin dikembangkan dengan radikal dan revolusioner. Barangkali
hal tersebut disebabkan bahwa gerakan pembaharuan Islam ala Jamaluddin
adalah gerakan politik yang tentu menempatkan jargon anti dominasi Barat
sebagai agenda aksinya.
Pembaharuan Pendidikan yang dilakukan Al-Afghani adalah didasari
pada pendapatnya bahwa Islam adalah relevan pada setiap zaman, kondisi,
dan bangsa. Untuk itu kemunduran umat Islam adalah karena tidak
diterapkannya Islam dalam segala segi kehidupan dan meninggalkan ajaran
Islam murni. Jalan untuk memperbaiki kemunduran Islam hanyalah dengan
membuang segala bentuk pengertian yang bukan berasal dari Islam, dan
kembali pada jaran Islam murni. Selain itu beliau juga dikenal sebagai
pejuang prinsip egaliter yang universal. Salah satu gagasannya adalah
persamaan manusia antara laki-laki dan perempuan. Menurutnya keduanya
mempunyai akal untuk berpikir, maka tidak ada tantangan bagi wanita
bekerja di luar jika situasi menginginkan.6
Ini membuktikan bahwa pendidikan bagi beliau mendapat prioritas
utama agar umat Islam bisa bangkit dari keterpurukan menuju kemajuan.
Dalam hal menuntut ilmu tidak dibatasi kepada laki-laki saja melainkan
perempuan pun harus ikut andil dalam bidang pendidikan tersebut.
Kemudian, pada tahun 1892 ia pergi ke Istanbul atas undangan Sultan
Abdul Hamid, namun kemudian ia terjebak dan tidak bisa keluar dari Istanbul
karena dijadikan tahanan hingga ia wafat pada 9 Maret tahun 1897 terkena
serangan kangker rahang.7

C. Pembaharuan Islam di Mesir Pada Masa Muhammad Abduh


Muhammad Abduh lahir di desa Mahillah di Mesir Hilir, ibu
bapaknya adalah orang biasa yang tidak mementingkan tanggal dan tempat
lahir anak-anaknya. Ia lahir pada tahun 1849, tetapi ada yang mengatakan
bahwa ia lahir sebelum tahun itu, tetapi sekitar tahun 1845 dan beliau wafat
pada tahun 1905. Ayahnya bernama Abduh ibn Hasan Khairillah, silsilah

6
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta:
Djambatan, 1992.h.300
7
Prof. Dr. Harun Nasution. Pembaharuan Dalam Islam.h.53-54
keturunan dengan bangsa Turki, dan ibunya mempunyai keturunan dengan
Umar bin Khatab, khalifah kedua (khulafaurrasyidin).
Orang tuanya sangat memperhatikan pendidikannya. Pada tahun1862
ia dikirim oleh ayahnya ke perguruan agama di mesjid Ahmadi yang terletak
di desa Tanta . Hanya dalam waktu enam bulan ia berhenti karena tidak
mengerti apa yang diajarkan gurunya. Pada umur 10 tahun (th. 1859) ia telah
mampu menghafal Al Qur’an.
Muhammad Abduh bergabung dengan Jamaludin Al Afgani, ia
mendirikan geraka politik dan keagamaan yang disebut Urwa al-Wusqa dan
menerbitkan majalah Al Manar. Pada Tahun 1988 ia kembali ke Mesir dan
menjabat sebagai mufti besar pada tahun 1889. Pada tahun 1894 menjadi
dewan Majlis Agung Universitas Al-Azhar dan pada tahun 1897 menerbitkan
karya teologi dan hukum dengan judul Risalat al-Tauhid.
Muhammad Abduh  mulai berkenalan dengan Jamaludin al-Afgani 
pada tahun 1872 di Mesir , yang pada saat itu Mesir terbenam  dalam
kegelapan, sinar peradaban suram dan kemajuan serta perubahan hampir tak
ada.  Muhammad Abduh dan Jamaludin  bertemu di Al-Azhar antara
mahasiswa dan gurunya. Ia turut menerima pelajaran mantiq dan filsafat yang
diajarkan Jamaludin pada usia Abduh 30 tahun. Antara keduanya rapat
pergaualan memiliki persamaan dalam hal penderitaan dan nasibnya.
Persesuaian antara keduanya dalam kemerdekaan dan pembangunan umat
Islam dengan kekuatan sendiri yang dicita-citakan, sementara perbedaannya
antara keduanya, Al-Afgani sangat revolusioner dan menghadapi perubahan
selekas-lekasnya dalam segala hal lapangan. Sedangkan Muhammad Abduh
menghendaki perubahan yangn tenang, sedikir demi sedikit, setapak demi
setapak dalam mencapai tujuan, menurutnya perubahan secara revolusioner
yang radikal tidak akan mendapatkan perubahan akhlak  sebagai dasar
perubahan yang tetap. Oleh karena itu ia menghendaki perubahan pendidikan,
terutama dalam bidang budi pekerti dan agama sebagai syarat kemajuan
seluruh umat Islam. 8

8
Ibid. H. 36-37
Diantara hasil karya Muhammad Abduh adalah :
1) Risâla at-Tauhid berisi tentang akidah, keagamaan dan isi pidato-pidato
ketika di Beirut.
2) Syarah Kitab al- Bashâir an-Nashriyah
3) Tashnîf al-Qâdhi Zainudin ( tentang logika)
4) Al- Islâm wan Nashrâniyah ma’al ilmi wa al-madaniyah yang berisi
tentang pembelaan terhadap Islam dari serangan agama Kristen.
5) Tafsir al-Qur`an al-Hakîm dengan memasukan kajian filsafat  al-
Qur`an.
6) Majalah al-Manar 

Rencana pembaharuan Muhammad Abduh antara lain:


1) Menyusun agama Islam kembali kepada bentuk yang asli.
2) Memperbaharui bahasa Arab.
3) Menuntut pengakuan hak-hak rakyat terhadap pemerintah.

Menurut pendapat Abduh agama dan pengetahuan tidak bertentangan


antara satu sama lainnya sehingga tidak mustahil akal dapat menerima
kebenaran aturan agama, tanpa mengurangi penghargaan terhadap kesucian
wahyu Tuhan.
Muhammad Abduh dan kiprahnya dalam agenda pembaharuan islam
kontemporer adalah sosok pembaharu yang sangat kita kenal dan tidak
mungkin terlupakan oleh sejarah pembaharuan Islam di Mesir yaitu
Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh. Kedua orang tersebut
mempunyai hubungan yang sangat dekat dan erat karena kedua tokoh tersebut
adalah Guru dan Murid. Namun demikian tidak berarti terdapat kesamaan visi
dan pemberdayaan umat melalui program pembaharuan Islam. Pembaharuan
Jamaluddin Al Afghani adalah pembaharuan (modernisasi) politik Islam yang
menekankan adanya kebangkitan dan rasa solidaritas keIslaman (Pan
Islamisme) yang diaplikasikan dengan pendekatan radikal dan revolusioner,
karena keadaan pada saat itu menghendaki gerakan revolusioner untuk
membangkitkan semangat keIslaman dan keagamaan. Sedangkan Muhammad
Abduh melakukan program pembaharuan pada segala bidang dengan agenda
aksi yang bersifat evolusi dan sentuhan kearah pergerakan pemikiran.
Pada saat menjadi rektor Universitas Al-Azhar tahun 1901, ia
melakukan reformulasi system pendidikan di lembaga kajian kebanggaan
Islam tersebut. Ia mengatakan bahwa pendidikan harus memperhatikan
relevansi dan signifikansinya terhadap kehidupan manusia. Ada dua dasar
pertimbangan diberlakukannya pokok kajian keilmuan, yaitu : relevensi ilmu
dengan alokasi waktu yang dibutuhkan dan relevansi ilmu dengan kebutuhan
hidup manusia (Human Needs).
Dengan demikian suatu ilmu itu tidak perlu diajarkan dan sekaligus
dipelajari kalau secara prinsip tidak mempunyai relevansi dengan kebutuhan
hidup manusia dan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari ilmu
tersebut. Pembaharuan aspek sistem pendidikan mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap berkembangnya kualitas umat Islam dan kalau itu terjadi akan
mendorong lahirnya gerakan baru yaitu gerakan kesadaran kemanusiaan.
Di samping pemikiran-pemikiran tersebut, juga terdapat program
pembaharuan lain yang ternyata juga sangat penting, karena menyangkut jiwa
dan api Islam dalam diri umat. Pembaharuan bidang theologi adalah
purifikasi ajaran Islam untuk memperoleh semangat keislaman, yang
dilakukan dengan jalan : memerangi sikap hidup yang fatalisme dan taklid,
melakukan liberalisme dalam pemikiran dan pemahaman keIslaman, terutama
dalam memahami hukum-hukum Islam tetapi masih dalam kerangka menjaga
kesucian dan kebenaran wahyu itu sendiri, melakukan upaya pembangunan
kembali (Reformulasi) teks hukum Islam klasik agar lebih sistematis dan
rasional sehingga dapat memberi manfaat bagi kehidupan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembaharuan dalam Islam merupakan suatu keharusan yang terjadi
dalam siklus kehidupan dengan tujuan memperbaiki segala persoalan sosial
keagamaan yang sangat dibutuhkan masyarakat pada saat itu sebagai
akumulasi dari sebab akibat yang terjadi di masyarakat, sehingga melahirkan
tokoh-tokoh pembaharuan yang mengadakan perubahan terhadap keadaan
yang sedang berlangsung walaupun harus berlawanan dengan faham dan
pemikiran yang ada.
Karakteristik pembaharuan Islam yang terjadi di Mesir dan Turki ada 
keragaman yang menjadi  acuan serta latar belakang tokohnya. Pembaharuan
di Mesir lebih banyak berangkat dan digerakan pembaharuan pemikiran
akademis baik itu dari lulusan Al-Azhar sebagai tempat khazanah ilmu atau
perguruan tinggi lainnya. Begitu pula latar belakang kehidupan dan
pengalaman seorang tokoh pembaharu akan mewarnai gerakan pembaharuan
yang dilakukannya, seperti adanya perbedaan gerakan pembaharuan 
Jamaludin al-Afghani dengan Muhammad Abduh. 

B. Saran
Penulis mengharapkan saran dan kritik, khusunya dari pembaca dan dosen
pengampu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu masih diperlukan lagi pengembangan
lebih lanjut untuk perbaikan kedepan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid, Editor), Pemikiran Modern Dalam Islam, Bandung, Pustaka Setia,
2010
Abidin Ahmad, H. Zainal, Sejarah Islam dan Ummatnya, Bulan Bintang, Jakarta ,
1979,
Aboebakar Atjeh, Muhyi Atsaris Salaf, tanpa tahun
Albert Hourani, Arabic Thought in Liberal Age, 1798-1939,  Canbrige University
Press,1991
Amin Ahmad., Islam dari Masa Kemasa, Bandung, PT.Remaja Rosdakarya, 1993.
Ahmad, Jamil. Hundred Great Muslims. Diterjemahkan Pustaka Firdaus dengan
judul Seratus Tokoh Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.
Amin, Qasim. Takhrir al-Mar’ah. Kairo: Sadar al-Ma’arif, 1970
Asmuni, M. Yusran. Pengantar Studi Pemikiran Islam dan Gerakan Pembaharuan
dalam Islam. Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Arnold Toynbee, Mankind and Mother Earth ( terjemah. Sejarah Umat Manusia),
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007

Anda mungkin juga menyukai