Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

ABUL KALAM AZAD (1888-1958 M)

A. Sejarah Nasionalisme

Paham nasionalisme mulai dikenal dalam pentas sejarah umat Islam pada

periode modern. Pertama kali ide nasionalisme diperkenalkan di Mesir oleh

Mustafa Kamil (1874-1908) dan secara lugas dengan suara lantang

dikumandangkan oleh Jamal Abdul Nasir (1918-1970). Di Turki juga dilancarkan

oleh Zia Gokalp (1875-1924) kemudian dilanjutkan oleh Mustafa Kemal (1881-

1938), sedangkan India ide nasionalisme berkembang di kalangan para

pembaharu Muslim, seperti Maulvi Husain Ahmad Madani, Ubaidillah Sindi,

Anshari dan Abul kalam Azad (1888-1958).

B. Riwayat Hidup Abul Kalam Azad

Nama lengkapnya adalah Maulana Kalam Azad, dia adalah seorang

negarawan India, pemimpin pergerakan yang independen. Azad adalah seorang

muslim yang setuju dengan cita-cita umat Hindu dan keputusannya menerima

kedudukan dalam pemerintahan India setelah berdirinya Negara Pakistan

mendorong sebagian umat Islam untuk tetap tinggal di India. Abul Kalam Azad

lahir pada tahun 1888.

1
Orang tua Abul Kalam adalah seorang ulama dan pemimpin yang pindah ke

Mekkah setelah gagalnya pemberontakan pada tahun 1857. Di kota suci inilah

Abul Kalam dilahirkan. 1

Sejak kanak-kanak, Azad selalu mendapat pelajaran agama langsung dibawah

asuhan orang tuanya sendiri di Mekkah. Setelah dewasa, ia dikirim ke al-azhar

untuk memperdalam agama dan bahasa Arab. Tidak cukup dengan pelajaran yang

didapatkannya di al-azhar, Azad berusaha terus untuk memperluas

pengetahuannya atas inisiatif sendiri dengan banyak membaca tulisan- tulisan dan

karya-karya para pembaharu, seperti Jamaluddin al-Afghani dan Ahmad Khan.

Ilmu yang diperolehnya di Mekkah dan al-azhar dirasakan belum juga cukup,

dilengkapinya dengan mempelajari filsafat, politik, bahasa Inggris, dan Ilmu

pengetahuan yang berkembang di Barat yang dipelajarinya atas usaha sendiri

setelah ia berada di India. Azad tidak ingin menjadi ulama seperti orang tuanya,

tetapi ia bercitta-cita ingin menjadi pengarang dan politikus. Maka tidaklah

mengherankan kalau Azad sebagai seorang jurnalis dan kolumnis yang sangat

berpengaruh atas tulisan-tulisannya. Ia memiliki banyak pengalaman, berpikiran

dinamis dan berjiwa revolusionir. Pada tahun 1908 ia pernah menujungi Turki

dan mengadakan kontak langsung dengan para pemimpin pergerakan Turki Muda

dan kaum revolusioner lainnya disana.

1
Saleh Nur, “Abul Kalam Azad dan Nasionalisme India”, Jurnal Ushuluddin, Vol, XVI No.
2, (Juli 2010), hlm. 213.

2
Sebagai penulis, Azad ingin menulis sejarah kehidupan Imam al-Ghazalii, dua

tahun kemudian ia menulis artikel yang dimuat dalam majalah “Makhzan”,

majalh sastra yang terkenal saat itu India. Pengalamnya dalam bidang jurnalistik

didapatkan dari gurunya yang bernama Shibil. Azad pernah diajak gurunya untuk

membantu sebagai editor majalah Al-Navda. Kesempatan serupa ini

dimanfaatkannya untuk berdiskusi dan membicaraan soal agama dan

perkembangan politik khususnya di India. Sebagai seorang murid dan sahabat,

Azad dalam pandangan politiknya banyak dipengaruhi oleh pandangan dan sikap

shibli. Sebagai penulis, Azad popularitasnya semakin cepat dikenal oleh

masyarakat.

Ia banyak menulis masalah agama dan politik yang dimuat dalam berbagai

media cetak, seperti majalah Al-Balaghah dengan bahasa Arab, Parsi dan Urdu.

Pada tahun 1912 ia menerbitkan majalah Al-Hilal di kalkutta. Majalah ini

mendapat perhatian besar dari kalangan masyarakat, hingga mencapai

sirkulasinya 26.000 eksemplar. Dalam majalah ini ia kemukakan ide-idenya

tentang politik. Oleh karena kritiknya sering dianggap meresahkan dan dapat

merugikan pemerintah Inggris, akhirnya majalah ini tidak berumur panjang, dan

izin penerbitannya dicabut dan dilarangan beredar lagi.

Sejak usia muda, Azad memperlihatkan naluri politiknya yang sangat tajam.

Secara aktif ia telah memasuki lapangan politik dan menggabungkan diri dengan

Partai kongres. Dalam cita-citanya ia mendambakan untuk menjadi imam bagi

semua orang Islam India dengan tujuan agar terwujudnya khalifah universal,

3
karena itu ia menganjurkan kepada Umat Islam India untuk mengadakan jihad

dan bila perlu dengan mempergunakan kekuatan senjata untuk mengusir kekuatan

asing (inggris).

Akibatnya, Azad sering keluar masuk penjara dan beberapa kali ditangkap

oleh penguasa Inggris. Pada tahun 1916 ia dijatuhi hukuman hingga tahun 1920.

Aktifitasnya dalam lapangan politik “non-coorperation” dengan Inggris membuat

dirinya lebih popular dikalangan para tokoh nasionalis India. Bersama-sama

Ghandi dan tokoh lainnya, Azad semakin begitu vocal dalam usahanyaa untuk

memperjuangkan India merdeka. 2

Peranannya dalam kegiatan politik dan pemerintahan antara lain adalah:

1. Pada tahun 1921, Azad mulai aktif dalam partai kongres.

2. Pada tahun 1923, Azad terpilih menjadi ketua partai kongres untuk

pertama kali.

3. Pada tahun 1938 ia terpilih kembali untuk masa jabatan yang kedua kali.

4. Pada tahun 1946, Azad memimpin suatu delegasi ke meja perundingan

dengan misi cabinet Inggris.

5. Setelah India Merdeka, Azad pernah menduduki jabatan penting dalam

pemerintahan, ia diangkat menjadi menteri pendidikan.

2
Kurnial Ilahi, Perkembangan Modern dalam Islam, (Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau),
2011, hlm. 161-163.

4
6. Pada tahun 1952 dipilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Ia

mewakili negara bagian Uttar Paradesh, dan merengkap sebagai menteri

sumber-sumber Alam dan Riset.

7. Pada tahun 1956 ia mendapat kepercayaan menjadi ketua siding umum

UNESCO yang ke-9 yang diselenggarakan di ibu kota India, New Delhi.

Selama masa hidupnya, Azad mencurahkan segala perhatiannya demi

kepentingan agama, bangsa, dan negara hingga akhir hayatnya. Seperti dikatakan

Harun Nasution, peranan Abul Kalam Azad dalam lapangan pemikiran

pembaharuan dalam Islam kurang menonjol jika dibandingkan dengan

kegiatannya dalam bidang politik. Penulis-penulis menyebutkan bahwa di masa

mudanya ia adalah seorang Pan-Islamis dan kemudian berubah menjadi nasionalis

India. Lebih lanjut disebutkan, bahwa pemikiran dalam bidang agama tidak

sileberal pemikiran Ahmad Khan. Sebagai murid Shibli, pembaharuannya

kelihatan bersifat moderat. Tujuan pembaharuan adalah agar Umat Islam tidak

lagi terikat pada pemikiran-pemikiran atau pertengahan dan taklid begitu saja. 3

Perjuangan Abul Kalam Azad untuk kemerdakaan India tidak main-main,

sejarah India mencatat ia sebagai orang yang penting dalam usaha membebaskan

India dari penjajah Inggris. Dia juga dianggap sebagai tokoh pembangunan India

modern yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk membebaskan India.

3
Ibid., hlm. 163-164.

5
Banyak yang menganggap ia sebagai seorang yang tercerahkan, sederhana,

rendah hati dan pemimpin yang senantiasa memberikan ketauladanan untuk

orang lain. Sehingga banyak yang menuliskan tentang Abul Kalam Azad dalam

enam decade terakhir.4

Selama hidupnya ia juga memegang jabatan penting di partai Kongres, dan

hari pendidikan Nasional India yang diperingati secara tahunan, memperingati

peringatan hari kelahiran Maulana Kalam Azad, menteri pendidikan pertama

India ketika India merdeka, yang menjabat dari 15 Agustus 1947 sampai 2

Februari 1958. Hari pendidikan nasional India dirayakan pada 11 November pada

setiap tahun di India. Abul Kalam Azad meninggal dunia di New Delhi pada 22

Februari 1958. 5

C. Pembaharuan Pemikiran Islam Abul Kalam Azad

Sebagaimana diketahui dalam riwayat hidup dan perjuangannya, Abul Kalam

Azad merupakan seorang pemikir muslim paling terkenal di India dalam

memperuangkan nasionalisme. Sungguhpun di masa mudanya ia begitu lantang

menyuarakan Pan-Islamisme. Ide-ide politiknya merupakan refleksi dari

keyakinan agama yang dianutnya.

4
http://fahiroh-sukma.blogspot.com/2012/02/abul-kalam-azad-dan-nasionalisme-india.html?
m=1 , diakses pada Minggu, 01 Desember 2019, pada pukul 09:20.
5
Rizki Nurlita Sari, Peran Abul Kalam Azad dalam Menyatukan Umat Islam dan Umat Hindu
di India, 2015, hlm. 6.

6
1. Bidang Agama

Abul Kalam Azad sebagaimana para pembaharu lainnya, ia menganjurkan

kepada Umat Islam untuk segera kembali kepada ajaran yang terkandung

dalam kitab al-Qur’an, tanpa terikat pada penafsiran sebagaimana ulama

terdahulu. Terlepas dari pemikiran Teologi, filosofi, sufi, dan sebagainya. Al-

Qur’an menurutnya harus dipahami apa adanya. Untuk keperluan ini, Azad

telah berhasil menterjemahkan al-Qur’an ke dalam bahasa Urdu beserta diberi

tafsiran yang sesuai dengan situasi dan kondisi umat Islam.

Menurut pandangannya agama pada prinsipnya menuju kepad Tuhan

Yang Maha Esa dan Maha Benar. Sesungguhnya berlainan agama dan

penampilannya berbeda, namun semuanya mempunyai tujuan yang sama.

Jalan yang lurus dapat ditelusuri oleh para pemeluknya melalui Tuhannya.

Jalan tersebut bisa dilewati andai kata mereka secara benar kembali kepada

ajarannya. Jika mereka telah menciptakan ajaran agamanya, sesungguhnya

mereka telah menjadi muslim. Al-Qur’an tidak pernah menyuruh pengikut

agama lain untuk menerima keimanan baru. Al-Qur’an mengajak kepada

mereka agar kembali kepada agamanya dengan menghindari berbagai

penyimpangan. Iman kepada Rasul (bagi orang Islam) berarti membenarkan

dan mengakui para nabi sebelumnya yang telah membawa syari’atnya

masing-masing.

7
Azad berpendapat, bahwa orang non-muslim sebagaimana yang terdapat

dalam Al-Qur’an terbagi atas dua golongan. Pertama, non-muslim yang dapat

dijadikan kawan. Kedua, non-musim yang dinggap lawan. Azad menjelaskan

bahwa Al-qur’an tiak pernah melarang bagi umat Islam untuk menjalin

persahabatan dengan golongan non-muslim.

Demikian pula bila umat Islam mampu mengadakan kerjasama dengan

umat Hindu dalam upaya membentuk suatu negara India yang merdeka lepas

dari kekuasaan asing adalah tugas suci yang sejalan dengan tuntunan agama.

Dalam sejarah Islam periode klasik, yaitu ketika Nabi hijrah ke Madinah,

dalam statusnya sebagai kepala negara, Nabi pernah membuat sebuah

perjanjian “Piagam Madinah”. Dalam piagam tersebut antara lain dinyatakan

suatu pola kerjasama antara umat Islam dan Yahudi yang berada dalam

sebuah “negara” Madinah. Dengan demikian, kerjasama antar umat Islam

dengan non-muslim akan menjadukan suatu bangsa yang bersatu. 6

2. Nasionalisme India

Sebagai seorang nasionalis India, Azad mempunyai pengaruh dikalangan

mayoritas Hindu. Ia mengharapkan akan mampu menarik umat Islam India

bergabung dalam partai yang diperjuangkannya. Ia tidak sependapat dengan

pembaharuan yang dibawakan Ahmad Khan yang bersikap kooperatif dengan

Inggris, bahkan dalam melancarkan ide nasionalismenya ia tak segan-segan

mengkritik gerakan Aligarh.


6
Ibid., hlm. 164-166.

8
Selanjutnya Azad mengatakan bahwa pendidikan yang dihasilkan oleh Ahmad

Khan dan lembaga Aligarh hanya akan menghasilkan lulusan yang berjiwa

birokrasi dan hanya patuh kepada Inggris saja.

Sikap anti nasionalisme India yang terdapat di Gerakan Aligarh juga ia

tentang. Dalam pendapatnya antara Islam dan nasionalisme India tidak ada

pertentangan. Semua umat manusia bersaudara, dan darah seorang bukan

Islam sama tinggi harganya dengan darah seorang Islam. Rasa takut umat

Islam terhadap mayoritas Hindu, menurut pendapatnya, tidak mempunyai

dasar.

Dalam majalah al-Hilal, Azad mengungkapkan ide-idenya, antara lain

disebutkan bahwa India sebagai satu negara harus membentuk pemerintahan

yang berparlemen dan punya konstitusi. Pemerintahan yang berparlemen India

di sebutkannya tidak akan berjalan degan baik tanpa adanya kerjasama dari

dalam (masyarakat India) yang terdiri dari berbagai pemeluk yang berbeda.

Dengan demikian, Azad mengajak kepada seluruh umat Islam India untuk

bergabung dan berkerja sama dengan saudaranya yang mayoritas Hindu untuk

mencapai kemerdekaan. Melalui partai kongres inilah sebagai wadah yang

dapat mempersatukan pandangan dan aspirasi politik. Bagi Azad, minoritas

umat Islam di India tidak menjadi masalah penting.

9
Dalam pengertian politik ,minoritas adalah sekelompok orang yang tidak

memiliki kekuasaan dalam melindungi dirinya dari kelompok yang lebih

besar. 7

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perjuangan Abul Kalam Azad

Perjuangan Abul Kalam Azad dalam menyatukan umat Islam dan umat Hindu

tidaklah berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan beberapa factor yaitu

sebagai berikut :

1. Kecurigaan yang tidak mendasar umat Islam terhadap mayoritas Hindu dan

takut pada India merdeka.

2. Dogmatisme dan sikap taklid umat Islam karena umat Islam tidak seluruhnya

menjalankan ajaran-ajaran Islam secara utuh.

3. Sekularisme adalah factor yang paling utama dan mendasar. 8

7
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, (Jakarta : PT Bulan Bintang) , 1996, hlm. 204-
205.
8
Rizki Nurlita Sari, Peran Abul Kalam Azad dalam Menyatukan Umat Islam dan Umat Hindu
di India, 2015, hlm. 12.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ilahi, Kurnial. 2011. Perkembangan Modern dalam Islam. Pekanbaru : Yayasan

Pusaka Riau.

Nasution, Harun. 1996. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta : PT Bulan Bintang.

Nur, Saleh. 2010. “Abul Kalam Azad dan Nasionalisme India”. Jurnal Ushuluddin,
Vol. XVI No. 2.

Sari, Rizki Nurlita. 2015. Peran Abul Kalam Azad dalam Menyatukan Umat Islam
dan Umat Hindu di India.

http://fahiroh-sukma.blogspot.com/2012/02/abul-kalam-azad-dan-nasionalisme-
india.html?m=1 , diakses pada Minggu, 01 Desember 2019, pada pukul 09:20.

11

Anda mungkin juga menyukai