PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Guru adalah seseorang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain. Menjadi seorang
guru tidak bisa hanya bermodalkan bisa mengajar. Guru harus memliki beberapa
keahlian khusus. Apalagi untuk menjadi seorang guru yang profesional. Pekerjaan ini
tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Guru harus menguasai tidak hanya
tentang pelajaran yang akan diajarkan. Ilmu tentang seluk beluk pendidikan harus
dikuasai agar dapat mengajar dengan baik. Menjadi seorang guru bukanlah perkara
yang mudah.
Menjadi seorang guru berarti juga menjadi seorang orang tua. Karena guru adalah
orang tua kedua bagi murid. Guru harus bisa mengemban amanah yang telah
diberikan orang tua untuk mendidik anaknya. Untuk dapat mengemban amanah
tersebut dengan baik maka guru perlu memiliki pemahaman tentang jiwa dan watak
anak didik. Pemahaman ini bertujuan agar guru tidak salah dalam memberikan
metode pembelajaran bagi setiap muridnya
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ditinjau dari segi etimologi, pengertian kode etik ini telah dibahas dan
dikembangkan oleh beberapa tokoh yang mempunyai jalan pikiran yang berbeda-
beda. Namun pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama. Socrates seorang
filosof yang hidup di zaman Romawi yang dianggap sebagai pencetus pertama dari
etika yang telah menguaraikan etika secara ilmu tersusun. Bahkan sampai sekarang
perkembangan etika semakin berkembang. Hal ini dapat dirasakan dengan adanya
fenomena-fenomena yang realita dalam masyarakat.
Menurut Hendiyat Soetopo, "Etik diartikan sebagai tata-susila (etika) atau hal-hal
yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan".
2
valuntarilly, it comes with the transition from external to internal authority and
consists of conduct regulated from within.
Arti definisi tersebut di atas adalah tingkah laku boleh dikatakan sebagai
moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat tetapi
juga dilaksanakan dengan sukarela. Tingkah laku itu terjadi melalui transisi dari
kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam
melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam (diri). Selanjutnya definisi guru yaitu
semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan
membina anak didik, baik secara individual atau klasikal, di sekolah maupun luar
sekolah. Sebagai pendidik guru dibedakan menjadi dua yakni guru kodrati dan guru
jabatan. Guru kodrati adalah orang dewasa yang mendidik terhadap anak-anaknya.
Disebut kodrat karena mereka mempunyai hubungan darah dengan anak (si terdidik).
Sedangkan guru jabatan yaitu mereka yang memberikan pendidikan dan pengajaran
di sekolah. Peran mereka terutama nampak dalam kegiatan pendidikan dan
pengajaran di sekolah, yaitu mentransformasikan kebudayaan secara terorganisasi
demi perkembangan peserta didik khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pembahasan selanjutnya yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah guru
profesional yang secara khusus mempunyai tugas dan tanggung jawab membimbing
dan membina anak didik dalam proses belajar mengajar di negara Indonesia. Jadi,
“kode etik guru” diartikan sebagai aturan tata-susila keguruan. Maksudnya aturan-
aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan guru) dilihat dari segi susila.
Kata susila adalah hal yang berkaitan dengan baik dan tidak baik
Kode Etik Guru Indonesia merupakan usaha pendidikan untuk mencapai cita-
cita luhur bangsa dan negara Indonesia sebagaimana termaktub dalam pembukaan
UUD 1945 yang mutlak diperlukan sebagai sarana yang teratur dan tertib sebagai
pedoman yang merupakan tanggung jawab bersama. Dengan demikian Kode Etik
Guru Indonesia yang disusun haruslah merupakan sendi dasar norma-norma tertentu
dari kode etik tersebut. Sebab dalam falsafah suatu negara terkandung pula maksud
3
dan tujuan dari suatu negara.
Kode Etik Guru Indonesi harus disusun berdasarkan antara lain kepada:
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum
tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi Dalam hal ini kode etik dapat menjaga
pandangan dan kesan dari pihak luar atau masyarakat umum agar jangan sampai
memandang rendah atau terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karena itu setiap
kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atau kelakuan
anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi. Dari segi ini kode etik
juga sering kali disebut kode kehormatan.
4
kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal kesejahteraan lahir para
anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para
anggotanya untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang merugikan kesejahteraan
para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorium
anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapapun yang mengadakan
tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi.
3. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi Tujuan lain kode etik dapat
juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi, sehingga bagi
anggota profesi daapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab
pengabdian dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan
ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan
tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik
juga memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
5
guru percaya apapun yang telah dikerjakan mendapatkan imbalan dan sebaliknya
bahwa pimpinan harus yakin bahwa tugas yang telah diberikan telah sukses
dilaksanakan. Guru sangat perlu memelihara hubungan baik dengan masyarakat
untuk kepentingan pendidikan. Guru juga harus menghaayati apa saja yang menjadi
tanggung jawabnya. Fungsi kode etik dapat disimpulkan dengan beberapa poin
berikut:
1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.
Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman guru
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan hasil kongres PGRI
XIII yang terdiri dari sembilan poin berikut:
a.Segala bentuk kekakuan dan ketakutan harus dihilangkan dari perasaan anak didik,
tetapi sebaliknya harus dirangsang sedemikian rupa sehingga tercipta sifat terbuka,
berani mengemukakan pendapat dan mampu memecahkan segala masalah yang
dihadapinya.
b.Semua tindakan guru terhadap anak didik harus selalu mengandung unsur kasih
sayang ibarat orang tua dengan anaknya. Guru harus bersifat sabar, ramah dan
terbuka.
6
c.Diusahakan guru dan anak didik dalam satu kebersamaan orientasi agar tidak
menimbulkan suasana konflik.
Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan
norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi,
organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan,
sosial, etika dan kemanusiaan.
Pasal 3
Pasal 4
7
Pasal 5 Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari:
3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Pasal 6
f) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.
h) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan
martabat peserta didiknya.
i) Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil
8
j) Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan
hak-hak peserta didiknya.
k) Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian
bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
a) Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.
c) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya. d) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan
berpatisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e) Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
a) Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan efisien
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
9
berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.
b) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
e) Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh
secara profsional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan
profesionalitasnya.
g) Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam
setiap tindakan profesional dengan sejawat.
f) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya.
10
g) Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat mempengaruhi
keputusan atau tindakan-tindakan proesionalnya.
profesi.
a) Guru menjadi anggota aorganisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif
dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.
c) Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi
dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.
BAB III
11
PENUTUP
A.Kesimpulan
Tujuan etik guru dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
kepentingan organisasi itu sendiri.
B.Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penulisan makalah masih ada
banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna.Adapun nantinya penulis akan segera
akan melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
12
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Gur dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sutjipto dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan.Jakarta : PT. Rineka Cipta
SardimanA.M.2007 Iinteraksi dan motivasi belajar mengajar.PT Raja Grafindo
Persada:Jakarta.
13