Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Kesalahan Yang Sering Dilakukan Guru Mengabaikan


Perbedaan dan Diskriminatif
Makalah disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Profesi Keguruaan
DOSEN PENGAMPUH : Fathorahman,M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

HIDAYATULLAH

KELOMPOK : VII

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AQIDAHUSYMUNI
SUMENEP TAHUN 2022-2023
PEMBAHASAN

A. Kesalahan yang Sering Dilakukan Oleh Guru


Pemerintah sering melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas guru, antara lain
melalui pelatihan, seminar, dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan formal, dengan
menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelaksanaannya
masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun upaya tersebut paling tidak
telah menghasilkan suatu kondisi yang menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki
ijazah perguruan tinggi. Latar belakang pendidikan guru ini mestinya berkolerasi positif
dengan kualitas pendidikan bersama faktor lain yang mempengaruhinya. Dalam praktek
pendidikan sehari-hari, masih banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam
menunaikan tugas dan fungsinya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak disadari
oleh para guru, bahkan masih banyak di antaranya yang menganggap hal biasa dan wajar.
Padahal sekecil apapun keslahan yang dilakukan oleh guru, khususnya dalam pembelajaran,
akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik. Sebagai manusia biasa, tentu
saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan baik dlam berprilaku maupun dalam
melaksanakan tugas pokoknya mengajar. Namun demikian, bukan berarti kesalahan guru
harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya. Guru harus mampu memahami
kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah, dan yang paling penting adalah
mengendalikan diri serta menghindari dari kesalahan-kesalahan sehubungan dengan itu.
Dari berbagai kajian menunjukkan bahwa sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang sering
dilakukan guru dalam pembelajaran. Kesalahan tersebut adalah mengambil jalan pintas
dalam pembelajaran,  menunggu peserta didik berprilaku negatif, Tidak memberikan umpan
balik terhadap tugas-tugas peserta didik, mengabaikan perbedaan peserta didik, merasa
paling pandai, tidak adil.
1) Kesalahan yang Sering Dilakukan Oleh Guru yang Berhubungan dengan
Penampilan
Setiap sekolah memiliki aturan tersendiri tentang pakaian yang harus
dikenakan oleh siswa-siswinya. Mulai dari warna, bentuk, model dan lain
sebagainya ditetapkan dalam suatu aturan yang ketat dan detail oleh pemegang
kebijakan pada sekolah masing-masing, baik kepala sekolah, yayasan maupun
pemerintah. Setiap siswa wajib tunduk dan patuh kepada aturan itu walaupun
bertentangan dengan aturan Islam. Banyak sekolah yang melarang siswanya untuk
masuk kelas lantaran tidak mengenakan pakaian seragam sekolah. yang lebih
ironis ada sekolah bahkan akademi akademi tertentu yang melarang anak didiknya
untuk ikut ujian dan  mereka lantaran tidak mau mengikuti aturan pakaian yang
ditetapkan oleh lembaga tersebut.
Berikut ini beberapa kesalahan tersebut:
a. Mengenakan pakaian yang serba sempit atau ketat.
b. Mengenakan pakaian yang tipis atau transparan.
c. Mengenakan pakaian yang terbuka dari bawah, atau tidak menutupi paha,
betis, dua tumit dan punggung.
f.Mengenakan pakaian yang mencolok warna atau motifnya.
i. Mengenakan pakaian kemewahan.
k. Tidak memakai kaos kaki.
2) Kesalahan yang Sering Dilakukan Oleh Guru yang Berhubungan dengan
Akademik
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata
lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus
menunjukkan bahwa di antara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat
mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang mendasari
asumsi itu. Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas,
sehingga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik
dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Dalam kaitannya dengan
perencanaan, guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien.
Namun dalam kenyataannya, dengan berbagai alasan, banyak guru yang mengambil
jalan dengan tidak membuat persiapan ketika mau melakukan pembelajaran, sehingga
guru mengajar tanpa persiapan. Sebenarnya para guru menyadari bahwa persiapan
memiliki peran penting dalam pembelajaran, namun masih banyak guru yang sering
tidak membuat persiapan mengajar, khususnya persiapan tertulis. Ada kalanya guru
membuat persiapan mengajar tertulis hanya untuk memenuhi tuntutan administratif,
atau di suruh oleh kepala sekolah karena mau ada pengawasan ke sekolahnya.
Jika seorang guru mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, ini tidak sesuai
dengan UU no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab XI pasal 39 ayat 2 yaitu pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
di perguruan tinggi dan kenyatan bahwa guru guru sering melakukan keslahan seperti
diantaranya mengambil jalan pintas, tidak sejalan dengan UU no 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen pasal X ayat I dan kompetensi guru mengemukakan kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Menurut
depdiknas (2004:9) menyebutkan kompetensi ini dengan “kompetensi pengelola
pembelajaran” maksudnya disini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap
guru untuk merencanakan dan mempersiapkan materi pembelajaran yang akan di
sampaikan kepada peserta didiknya maka jika seorang guru mengambil jalan pintas
dalam pembelajaran untuk pesera didiknya maka itu adalah kesalahan yang fatal.
Jadi Solusi dari permasalahan diatas  adalah tugas guru dalam pembelajaran
tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada pesera didik. Sesuai kemajuan dan
tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik
dengan berbagai keunikannya, agar mampu membantu mereka menghadapi kesulitan
belajar. Dalam hal itu, guru di tuntut memahami berbagai model pembelajaran yang
afektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal didik. Agar tidak tergiur
untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya memandang
pembelajaran sebagai suatu sistem, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka
akan mengganggu seluruh sistem tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat
dan melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran, serta merevisi
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan perkembangan zaman. Harus selalu diingat,
mengajar tanpa persiapan merupakan jalan pintas, dan tindakan yang berbahaya, yang
dapat merugikan perkembangan pesrta didik, dan mengancam kenyamanan guru.
Dampak dari kesalahan guru yang sering mengambil jalan pintas adalah guru
akan mengajar secara tidak profesional karna guru tidak memiliki kesiapan sebelumnya
seperti dia tidak menyiapkan materi pembelajaran, bahan ajar serta materi yang akan di
bahas serta tidak membuat RPP(rencana pembelajaran peserta didik) . pada saat akan
mengajar  guru akan mengajar secara tidak teratur, banyak juga guru sebelumnya tidak
belajar atau mempelajari bahan ajar yang akan diajari kepada peserta didik, bila hal ini
terjadi ketika peserta didik ada yang tidak mengerti dan ada yang bertanya seringkali
guru terlihat tidak peduli bahkan ada yang memarahi peserta didiknya. Jika guru sering
melakukan kesalahan seperti itu, akan berdampak juga pada kecerdasan  peserta
didiknya dan membuat proses pembelajaran tidak sesuai dengan yang di harapkan.
3) Kesalahan yang Sering Dilakukan Oleh Guru yang Berhubungan dengan Proses
Pembelajaran
Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan langsung dengan sejumlah
peserta didik yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan berkembang
optimal melalui perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan
menghambat perkembangan peserta didik. Beberapa kesalahan yang sering dilakukan
oleh guru dalam proses pembelajaran :
1. Menunggu peserta Didik Berprilaku Negatif
2. Tidak memeriksa terhadap tugas-tugas peserta didik
3. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik
4. Diskriminatif (Tidak Adil)
5. Memaksa hak peserta didik
4) Kesalahan yang Sering Dilakukan Oleh Guru yang Berhubungan dengan
Kedisiplinan
Dalam menanamkan kedisiplinan pada siswa, guru sebagai pendidik harus
bertanggungjawab untuk mengarahkan apa yang baik, menjadi tauladan, sabar dan
penuh pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan dalam peserta didik, terutama
disiplin diri. Fungsi utama disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan
mudah, menghormati dan mematuhi otoritas. Menurut Djamaludin Ancok dan Fuat
Nashori Suroso, prestasi anak di sekolah selain dipengaruhi oleh kemampuan kognitif
juga dipengaruhi oleh kemampuan menyesuaikan diri dengan sekolah. Disiplin kerja
guru menginginkan untuk dilaksanakannya semua peraturan yang sudah ada dan jika
terjadi pelanggaran maka harus diambil tindakan. Tindakan atas kesalahan yang
dilakukan bisa berupa hukuman atau sanksi yang tegas serta tidak bisa ditawar. Seorang
ahli mendefinisikan disiplin adalah suatu pilihan di dalam hidup untuk mendapatkan
apa yang diinginkan dengan cara menjalankan apa yang sebenarnya tidak diinginkan.
Sesudah melakukan hal yang sebenarnya tidak diinginkan tersebut dalam waktu
beberapa lama, akhirnya disiplin menjadi pilihan dalam hidup demi mendapat apa yang
diinginkan dengan menjalani apa yang akhirnya sekarang menjadi ingin dilakukan.
Seseorang bisa menjadi disiplin serta akhirnya menikmatinya sesudah beberapa tahun
menjalaninya. Beberapa kesalahan dalam kedisiplinan yang sering dilakukan oleh guru :
1. Masih banyak guru yang datang terlambat ke sekolah.
2. Masih urangnya disiplin guru dalam kehadiran mengajar dikelas.
3.Guru masih sering terlambat masuk kelas.
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari penjelasan di atas bisa di simpulkan bahwa dalam praktek pendidikan sehari-hari,
masih banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan tugas dan
fungsinya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak disadari oleh para guru, bahkan
masih banyak di antaranya yang menganggap hal biasa dan wajar. Padahal sekecil apapun
keslahan yang dilakukan oleh guru, khususnya dalam pembelajaran, akan berdampak negatif
terhadap perkembangan peserta didik. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan
terlepas dari kesalahan baik dlam berprilaku maupun dalam melaksanakan tugas pokoknya
mengajar. Namun demikian, bukan berarti kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak dicarikan
cara pemecahannya. Guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan
dirinya berbuat salah, dan yang paling penting adalah mengendalikan diri serta menghindari
dari kesalahan-kesalahan sehubungan dengan itu.
DAFTAR PUSTAKA

Sardiman, AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Cet. 7. Jakarta: Raja
Grafindo persada, 2000.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek. Cet. 8.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Mulyasa, E. 2011. Menjadi guru profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya
http://007 

Anda mungkin juga menyukai