Anda di halaman 1dari 4

KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN GURU

1. Mengambil Jalan Pintas Dalam Pembelajaran


Dalam berbagai kasus menunjukan bahwa para guru banyak yang merasa dirinya sudah
dapat mengajar dengan baik. Hal ini seringkali menyesatkan dan menurunkan
kreatifitas, sehingga beberapa guru suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
Sebagai contoh, guru seharusnya selalu membuat dan melihat persiapan setiap akan
melakukan kegiatan pembelajaran, serta merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta
didik, dan perkembangan zamannya. Harus selalu diingat mengajar tanpa persiapan
merupakan jalan pintas, dan tindakan yang berbahaya, yang dapat merugikan
perkembangan peserta didik, dan mengancam kenyamanan guru.
 
 
2.  Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negative
 
Biasanya guru baru memberikan perhatian kepada peserta didik ketika ribut, tidur
dikelas, tidak memperhatikan pelajaran, sehingga menunggu peserta didik berperilaku
buruk. Kondisi tersebut sering kali mendapatkan tanggapan yang salah dari peserta
didik, mereka beranggapan bahwa untuk mendapatkan perhatian dari guru harus
berbuat salah, burbuat gaduh, menganggu atau melakukan tindakan tidak disiplin
lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan peserta didik tidak tahu
bagaimana cara yang tepat untuk mendapatkan perhatian dari guru, orang tua, dan
masyarakat sekitarnya, tetapi mereka tahu cara menggangu teman, membuat keributan,
serta perkelahian, dan ini kemudian yang mereka gunakan untuk mendapatkan
perhatian.

3. Menggunakan Destructive Disclipline


Guru memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik diluar kelas (PR),
namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan peserta didik dan
mengembalikannya dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan
peserta didik. Yang sering dialami peserta didik adalah guru sering memberikan tugas,
tetapi tidak pernah memberi umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan.
Tindakan tersebut merupakan upaya pembelajaran dan penegakan disiplin yang
destruktrif, yang sangat merugikan perkembangan peserta didik.
 
 
Bahkan tidak jarang tindakan destructive disclipline yang dilakukan oleh guru
menimbulkan kesalahan yang sangat fatal yang tidak hanya mengancam perkembangan
peserta didik, tetapi juga mengancam keselamatan guru. Di Jawa Timur pernah ada
kasus seorang peserta didik mau membunuh gurunya dengan seutas tali raffia, hanya
gara-gara gurunya memberikan coretan-coretan merah pada hasil ulangannya.
 
 
Kesalahan-kesalahan seperti yang diuraikan diatas dapat mengakibatkan penegakan
disiplin menjadi kurang efektif, dan merusak kepribadian dan harga diri peserta didik.
Agar guru tidak melakukan kesalahan-kesalahan dalam menegakkan disiplin ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
 Disiplinkan peserta didik ketika anda dalam keadaan tenang
 Gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran
 Hindari menghina dan mengejek peserta didik
 Pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat
 Gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.
 
 
4. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik 
Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan,
kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar
belakang social ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam
aktifitas, kreatifitas, intlegensi, dan kompetensinya. Guru seharusnya dapat
mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik, dan menetapkan karakteristik
umum yang menjadi ciri kelasnya, dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik
umumlah seharusnya guru memulai pembelajaran. Dalam hal ini, guru juga harus
memahami ciri-ciri peserta didik yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan
kembali.
 
5. Merasa Paling Pandai
Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah merasa paling
pandai dikelas. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para
peserta didik disekolahnya relative lebih muda dari gurunya, sehingga guru merasa
bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta didik dipandang
sebagai gelas yang perlu di isi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan,
karena dalam kondisi seperti sekarang ini peserta didik dapat belajar melalui internet
dan berbagai media massa, yang mungkin guru belum menikmatinya.
Hal ini terjadi terutama di kota-kota besar, ketika peserta didik datang dari keluarga
kaya yang dirumahnya memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, serta
berlangganan Koran dan majalah yang mungkin lebih dari satu edisi, sedangkan guru
belum memilikinya. Denan demikian peserta didik yang belajar mungkin saja lebih
pandai daripada guru. Jika ini terjadi maka guru harus demokratis untuk bersedia
belajar kembali, bahkan belajar dari peserta didik sekalipun, atau saling
membelajarkan. Dalam hal ini guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang
senantiasa menyesuaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan
yang terjadi dimasyarakat. Jika tidak, maka akan ketinggalan kereta, bahkan disebut
guru ortodok.
 
 
6. Diskriminatif
Pembelajaran ynag baik dan efektif adalah yang mampu memberi kemudahan belajar
secara adil dan merata (tidak diskriminatif), sehingga peserta didik dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan
kewajiban guru dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya
banyak guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangan peserta didik, dan ini
merupakan kesalahan guru yang sering dilakukan, terutama dalam penilaian. Penilaian
merupakan upayakan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai
dengan usaha yang dilakukannya selama proses pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam memeberikan penilaian harus dilakukan secara adil, dan benar-
benar merupakan cermin dari perilaku peserta didik.
 
7. Memaksa hak peserta didik
Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai
akibat dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan keuntungan. Kondisi semacam ini sering kali membuat
frustasi peserta didik, bahkan di Garut pernah pernah ada peserta didik bunuh diri
hanya karena dipaksa untuk membeli alat pelajaran tertentu oleh gurunya. Karena
peserta didik tersebut tidak memiliki uang atau tidak mampu dia nekat bunuh diri. Ini
contoh akibat fatal dari guru yang suka berbisnis disekolah dengan memaksa peserta
didiknya untuk membeli.

PERILAKU GURU YANG KURANG MENDIDIK

1. Memarahi siswa ketika siswa tidak bisa menjawab


Seharusnya seorang guru memberikan pengarahan jika memang peserta
didiknya tidak bisa menjawab pertanyaan, karena tidak sepantasnya jika peserta
didiknya tidak bisa menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan
materi pembelajaran lantas guru tersebut memarahi siswanya karena ada
beberapa peserta didik yang mungkin memiliki kemampuan di bawah rata-rata
sehingga mereka kesulitan untuk menerima pelajaran dan menyerap semua
materi yang diajarkan dengan cepat.

2. Merasa dirinya paling pandai


Ada beberapa guru yang terlalu membanggakan dirinya dan beranggapan bahwa
dirinyalah yang paling pandai, dikarenakan peserta didiknya memiliki umur
yang jauh lebih muda. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan oleh seorang
guru, karena belum tentu orang yang lebih muda memiliki kemampuan yang
lebih rendah dibandingkan orang yang lebih tua. Seharusnya seorang guru harus
selalu mengintrospeksi dirinya, dan harus selalu menambah pengetahuannya,
karena kemungkinan suatu saat nanti dia akan memiliki peserta didik yang
memiliki kemampuan jauh dibandingkan dirinya.

3. Menggunakan waktu tidak tepat


Seorang guru seharusnya mampu dalam mengatur waktu, baik itu waktu kapan
pembelajaran dimulai, atau kapan pembelajaran selesai. Karena sebagian besar
guru sering kurang disiplin terhadap waktu, mereka sering datang terlambat,
sehingga waktu belajar menjadi berkurang.

4. Cara mengajar monoton


Seorang guru seharusnya memiliki cara-cara yang kreatif dalam menyampaikan
materi pembelajaran, agar para siswa lebih mudah dalam memahami semua
materi yang disampaikan, dan agar sistem pembelajaran tidak terasa
membosankan bahkan terkesan monoton.

5. Diskriminatif
Dalam kehidupan, setiap orang memiliki hak dan kedudukan yang sama dalam
lingkup masyarakat. Begitu juga dengan seorang siswa dalam lingkup sekplah,
dia juga memiliki hak yang sama dengan teman-temannya, oleh karena itu, tidak
seharusnya bahwa seorang guru berperilaku diskriminatif terhadap anak
didiknya.
6. Memberikan penghargaan yang berlebihan
Sebuah hukuman layak diberikan kepada siswa yang melakukan pelanggaran
maupun kesalahan, begitu juga pemberian penghargaan juga seharusnya
diberikan kepada siswa yang berprestasi. Namun, pemberian keduanya, baik
hukuman maupun penghargaan tidak seharusnya diberikan secara berlebihan,
karena akan berpengaruh besar terhadap pola pikir para peserta didik. Jadi,
seharusnya seorang guru, bisa menyesuaikannya.

7. Terlalu permisif dengan siswa


Tidak seharusnya bahwa seorang guru bersifat terlalu permisif terhadap
siswanya, karena adanya kebebasan yag terlalu berlebihan, akan mengakibatkan
para siswa susah diatur, dan bahkan menganggap hal yang tabu menjadi hal yang
biasa.

Anda mungkin juga menyukai