Anda di halaman 1dari 7

Ini Dia Kesalahan Guru dalam Mengajar

http://www.kuambil.com/2014/09/10/ini-dia-kesalahan-guru-dalam-mengajar/
1. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran
Tugas guru paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata lingkungan
agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukkan
bahwa diantara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar
dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang mendasari asumsi
itu keliru asumsi tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreativitas,
sehingga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik
dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Guru itu seorang profesional,
tapi masih banyak guru enggan membuat persiapan secara benar. Akibatnya,
pembelajaran di kelas berlangsung seadanya dan tanpa arah. Salah satu ciri
keprofesionalan seorang guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara
benar. Dengan persiapan yang terencana baik, maka hasil pembelajaran siswa
dapat menggembirakan semua komponen pembelajaran. Ingin berhasil dalam
mengajar, buat persiapan secara matang! Persiapan mengajar itu ibarat skenario
dalam film. Tidak akan ada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario yang
baik. Begitu pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan
yang benar. Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, yang jika salah
satu komponennya terganggu, maka akan mengganggu seluruh sistem tersebut.
Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat persiapan setiap mau
melakukan kegiatan pembelajaran, serta merevisi sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dan perkembangan zamannya. Harus selalu diingat mengajar tanpa
persiapan merupakan jalan pintas, dan tindakan yang berbahaya, yang dapat
merugikan perkembangan peserta didik.
2. Menunggu peserta didik berperilaku negatif
Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik
yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan berkembang secara optimal
melalui perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan
menghambat perkembangan peserta didik. Mereka senang jika mendapat pujian
dari guru dan merasa kecewa jika kurang diperhatikan. Namun sayang
kebanyakan guru terperangkap dengan pemahaman yang keliru tentang mengajar,
mereka menganggap mengajar adalah menyampaikan materi kepada peserta didik,
mereka juga menganggap mengajar adalah memberi pengetahuan kepada peserta
didik. Tidak sedikit guru yang sering mengabaikan perkembangan kepribadian

peserta didik, serta lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik,
dan tidak membuat masalah. Guru perlu belajar untuk menangkap perilaku positif
yang ditunjukkan oleh peserta didik, lalu segera memberi hadiah atas perilaku
tersebut dengan pujian dan perhatian, disisi lain, guru harus memperhatikan
perilaku-perilaku peserta didik yang negatif, dan mengeliminasi perilaku-perilaku
tersebut agar tidak terulang kembali. Guru bisa mencontohkan berbagai perilaku
peserta negatif, misalnya melalui ceritera dan ilustrasi, dan memberikan pujian
kepada mereka karena tidak melakukan perilaku negatif tersebut.
3. Menggunakan Destructive Discipline
Seringkali guru memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik di
luar kelas (PR), namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan peserta didik
dan mengembalikannya dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk
kemajuan peserta didik. Yang sering dialami peserta didik adalah guru sering
memberikan tugas, tetapi tidak pernah memberi umpan balik terhadap tugas-tugas
yang dikerjakan. Tindakan tersebut merupakan upaya pembelajaran dan
penegakkan disiplin yang destruktif, yang sangat merugikan perkembangan
peserta didik.
4. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik
Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan,
kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga,
latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda
dalam aktivitas, kreativitas, intelegensi, dan kompetensinya.
Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik, dan
menetapkan karakteristik umum yang menjadi ciri kelasnya, dari ciri-ciri
individual yang menjadi karakteristik umumlah seharusnya guru memulai
pembelajaran. Dalam hal ini, guru juga harus memahami ciri-ciri peserta didik
yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan kembali.
5. Merasa Paling Pandai
Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik di
sekolahnya relatif lebih muda dari gurunya, sehingga guru merasa bahwa peserta
didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta didk dipandang sebagai gelas
yang perlu diisi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan, karena dalam
kondisi seperti sekarang ini peserta didik dapat belajar melalui internet dan
berbagai media massa, yang mungkin guru belum menikmatinya. Dalam hal ini

guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa menyesuaikan


ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi di
masyarakat. Jika tidak maka akan ketinggalan kereta, bahkan disebut guru
ortodok.
6. Diskriminatif
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberi kemudahan
belajar secara adil dan merata, sehingga peserta didik dapat mengembangkan
potensinya secara optimal.
Keadilan dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru dan hak peserta didik
untuk memperolehnya. Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil, sehingga
merugikan perkembangan peserta didik, dan ini merupakan kesalahan guru yang
sering dilakukan, terutama dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya untuk
memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan usaha yang
dilakukannya selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memberikan
penilaian harus dilakukan secara adil, dan benar-benar merupakan cermin dari
perilaku peserta didik.
7. Memaksa hak peserta didik
Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru,
sebagai akibat dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan. Guru boleh saja
memiliki pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan tambahan, itu sudah
menjadi haknya, tetapi tindakan memaksa bahkan mewajibkan peserta didik
untuk membeli buku tertentu sangat fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru.
Sebatas menawarkan boleh saja, tetapi kalau memaksa kasihan bagi orang tua
yang tidak mampu.
Tentunya kesalahan-kesalahan di atas patut kita hindari meskipun tentunya
sebagai manusia sulit rasanya untuk menghindar seratus persen dari kesalahan
sebagaimana disebutkan di atas. Sebagai seorang guru kita juga jangan berlindung
kepada sifat-sifat kemanusiaan kita untuk tidak mau merubah perilaku-perilaku
yang cenderung merugikan siswa. Tentu saja masih banyak kesalahan guru yang
lain, yang bisa berakibat pada kegagalan siswa dalam pembelajaran, maka
disitulah guru perlu melakukan introspeksi: sudah benarkah yang dia lakukan?
Kemudian dilanjutkan: apa yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki keadaan?
Jadi, guru harus selalu belajar. Ya, belajar dari buku, belajar dari teman, belajar
dari murid, dan belajar dari dirinya sendiri.

25 Kesalahan seorang guru dalam pembelajaran. Sadar atau tidak sadar, hal ini
wajib dihindari oleh para guru agar tidak mencederai proses belajar dan tentunya
tidak memberikan pengaruh buruk bagi siswa. Berikut 25 hal tersebut:
1.
2.
3.
4.
5.

Duduk diatas meja sewaktu proses pembelajaran


Sambil merokok saat mengajar
Makan saat mengajar
Bermain hp atau online saat mengajar
Tertidur. Meski jarang terjadi, tapi ternyata hal ini pernah dialami juga.
Biasanya jika sang Guru hanya menyuruh siswanya membaca buku
pelajaran saat pelajaran berlangsung (monoton).
6. Menganggap dirinya paling pintar. Banyak yang bilang jika Doktor atau
Profesor itu karena saking pintarnya sehingga membuat banyak mahasiswa
tidak mengerti apa yang disampaikan kepada mereka. Seorang Guru tidak
bisa menjadi seperti itu, Guru memiliki kewajiban untuk tidak hanya
memintarkan diri sendiri tapi juga siswa-siswanya, sehingga kerendahan
hati dan mampu menghargai kecerdasan dan potensi murid-muridnya
adalah kunci seorang guru yang hebat.
7. Monoton dalam menyampaikan materi. Indikasinya jika ada siswa yang
tertidur saat jam pelajaran berlangsung.
8. Tidak disiplin. Tepat waktu mungkin menjadi hal yang berat bagi orang
Indonesia, ya hal ini semakin parah jika sikap tidak disiplin ini dicontohkan
oleh para Guru.
9. Bolos
10. Komunikasi tidak efektif
11. Berpakaian tidak rapi. Kini guru tidak lagi identik dengan sepeda butut,
baju lusuh. Tampil rapi apalagi bagi guru yang mempunyai keadaan
ekonomi yang baik adalah hal wajib.
12. Tidak melakukan evaluasi. Hal yang unik pernah terjadi, saat seorang guru
ternyata memberikan nilai kepada siswa yang sudah meninggal dunia,
mengindikasikan jika guru tersebut tidak melakukan evaluasi saat
pemberian nilai, tapi dari hasil abracadabra
13. Membiarkan menyontek
14. Membocorkan jawaban ujian. No 13 dan 14 tentu saja akan menyemarakkan
generasi koruptor di negeri ini. Jika kita para guru sepakat bahwa tujuan
utama pendidikan bukanlah nilai (terutama SMK yang mengutamakan
kompetensi). Maka sudah seharusnya pengembangan kreativitas dan potensi
anak yang menjadi agenda utama, bukan membiarkan jalan-jalan pintas
yang akan merusak masa depan mereka yang dilestarikan.

15. Mengubah perolehan nilai. Jangan mengurangi dan melebihkan, objektif


saja sesuai kemampuan anak.
16. Memberikan soal yang tidak diajarkan. Jangan membuat stress dan depresi
anak-anak dengan memberikan soal ujian yang tidak pernah mereka sentuh.
17. Menanamkan permusuhan dan kebencian. Hal yang paling indah saat
menjadi guru, adalah saat kita mampu menanamkan sikap saling
menghormati, menghargai dan cinta pada setiap generasi muda.
18. Mengajarkan pornografi
19. Melakukan pelecehan seksual. Ini mah Naudzubillah, kita para guru itu
dipercaya. Jangan membalasnya dengan melakukan hal-hal seperti nomor
18 dan 19.
20. Tidak peduli terhadap presensi siswa
21. Diskriminatif. Semua murid itu adalah sama derajatnya di mata kita.
22. Tidak memperhatikan perbedaan individual. Potensi, kekurangan dan
kelebihan. Harus dengan jeli dipantau.
23. Gaptek. Saat ini, murid dengan mudah sekali menjadi lebih pintar dari guru
karena kemajuan teknologi. Sehingga tentu saja para guru tidak boleh
ketinggalan, apalagi teknologi dapat mempermudah guru dalam
mempersiapkan bahan, mempermudah penyampaian dan tentu saja denga
hasil yang lebih maksimal. Persiapkanlah setiap generasi sesuai dengan
zamannya.
24. Mismatch. Disinilah pentingnya kurikulum.
25. Lupa membaca dan belajar. Dari semua kesalahan-kesalahan di atas,
kesalahan terakhir ini adalah yang paling parah. Jika seorang guru saja
malas belajar, bagaimana mungkin dia bisa menciptakan generasi terbaik?
Bukankah perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri?
Berikut adalah lima kesalahan guru ketika mengajar yang bisa mengakibatkan
kegagalan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Kesahalan #1. Berpikir Egosentris. Ini kesalahan paling mendasar yang benarbenar kurang disadari oleh guru. Kesalahan ini juga akan berdampak pada
timbulnya kesalahan-kesalahan lain. Pernahkan Anda mendengar keluhan seperti
ini, Saya sudah bersungguh-sungguh mengajar kelas ini tetapi hasilnya
mengecewakan! Atau keluhan yang ini, Anak ini lho, sudah dijelaskan berkalikali tetap saja tidak mengerti! Dua contoh keluhan tersebut menunjukkan bahwa
guru yang bersangkutan berpikir egosentris, hanya menuntut dirinya sendiri. ya,
menurut guru itu, dia sudah mengajar dengan sungguh-sungguh atau sudah
menjelaskan berkali-kali. Dia tidak berpikir tentang masalah yang dihadapi oleh

siswa ketika mengikuti pembelajaran sehingga tidak berhasil. Jangan-jangan


karena guru tidak bisa berkomunikasi secara runtut dengan bahasa yang mudah
dipahami? Atau, mungkin gaya belajar siswa visual dan kinestetik tetapi tidak
dipenuhi oleh guru, sehingga gaya mengajar guru tidak acceptable bagi siswa?
Kesalahan #2. Tidak Peka Terhadap Perubahan Suasana Kela. Dalam proses
pembelajaran, wajib hukumnya seorang guru mengendalikan kelas. Sepenuhnya!
Hal ini penting agar proses pembelajaran berjalan lancar. Kita tahu bahwa kelas
terdiri atas berbagai karakter. Oleh karena itu harus diupayakan agar karakter
yang beragam itu dapat diorkestrasikan menuju terwujudnya simponi
pembelajaran yang enak dinikmati (coba cek lagi pembelajaran kuantum).
Diorkestrasikan menuju simponi pembelajaran yang enak dinikmati, artinya
bahwa seluruh potensi kelas (siswa) harus diberdayakan untuk saling membantu
sehingga terwujud keberhasilan bagi setiap individu. Dengan demikian rata-rata
prestasi kelas menjadi tinggi. Contoh ketidakpekaan guru ketika mengajar
misalnya membiarkan badut kelas mengalihkan perhatian siswa yang sedang asyik
mengikuti penjelasan guru sehingga konsentrasi kelas menjadi terpecah. Atau
membiarkan siswa yang tidak tertib mengganggu konsentrasi siswa lain yang
sedang belajar. Hal ini tampaknya persoalan kecil, tetapi kalau tidak segera
dibenahi bisa berakibat kegagalan seluruh kelas. Ini terkait dengan manajeman
kelas.
Kesalahan #3. Komunikasi Tidak Efektif. Contoh komunikasi tidak efektif (guru
ingin mengingatkan agar siswa mengerjakan PR yang diberikan), Anak-anak,
awas jangan lupa lho dengan PR kamu. Kamu besok tidak akan mendapatkan nilai
dari bu guru. Kenapa tidak dikatakan saja seperti ini, Anak-anak, ingat, kerjakan
PR-mu. Semuanya! Besok Ibu nilai. Bukankah bahasa yang kedua lebih irit, dan
karenanya lebih efektif. Jadi, ketika kita bermaksud meminta sesuatu, katakana
saja secara tepat apa yang kita maksudkan. Kalau anak disuruh diam, ya
katakana, Anak-anak, diam! Kalau anak-anak disuruh memperhatikan
penjelasan guru, ya katakana saja, Anak-anak, lihat ini! dan semacamnya.
Kesalahan #4. Mengajar Tanpa Persiapan. Berbicara mengenai persiapan
mengajar, saya teringat seorang teman yang berkata begini, Ingin berhasil dalam
mengajar, buat persiapan secara matang! Persiapan mengajar itu ibarat skenario
dalam film. Tidak aka nada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario yang
baik. Begitu pula tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang
benar. Kebanyakan guru (kabarnya) enggan membuat persiapan secara benar.
Padahal, guru itu seorang profesional. Salah satu ciri keprofesionalan seorang guru
adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Saya percaya Anda

akan memperbaiki kesalahan Anda dalam mengajar (kalau kemarin-kemarin tidak


membuat persiapan yang benar), sehingga hasil pembelajaran siswa benar-benar
menggembirakan semua komponen (yang terkait dengan pembelajaran Anda).
Kesalahan #5. Tidak Melakukan Evaluasi Menyeluruh. Evaluasi pembelajaran
harus dilakukan secara menyeluruh. Kalau Anda pernah membuat skripsi tentang
penelitian kuantitatif, Anda pasti ingat bahwa instrument yang Anda gunakan
harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrument evaluasi pembelajaran pun
sebetulnya harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrument evaluasi harus
valid dan reliable. Tetapi untuk bahasan ini, kita tidak akan sedetil ketika
menyusun skripsi. Arti menyeluruh di sini adalah bahwa penyusunan soal evaluasi
pembelajaran minimal harus mencakup bentuk-bentuk seperti: pilihan ganda,
isian, jawaban singkat. Tidak hanya pilihan ganda saja, atau isian saja. Materinya
meliputi seluruh materi yang diajarkan (minal satu kompetensi dasar).
Sekali lagi, pendapat di atas hanya berdasarkan pengalaman pribadi penulis.
Tentu saja masih banyak kesalahan guru yang lain, yang bisa berakibat pada
kegagalan siswa dalam belajar. Anda pun sangat menginventarisasi kesalahankesalahan yang Anda lakukan ketika mengajar atau kesalahan teman-teman
sejawat.
Kata kuncinya: Apabila terdapat kegagalan siswa dalam pembelajaran, maka
disitulah guru perlu melakukan introspeksi: sudah benarkah yang dia lakukan?
Kemudian dilanjutkan: apa yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki keadaan?
Jadi, guru harus selalu belajar.
Ya, belajar dari buku, belajar dari teman, belajar dari murid, dan belajar dari
dirinya sendiri. semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai