Pendidikan merupakan dasar yang dimiliki seseorang untuk mengubah dirinya tentunya pada perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat positif. Bukan hanya itu, melalui pendidikan seseorang akan mampu untuk mengasah segala kemampuan yang dimiliki, mulai dari kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif. Pendidikan yang dijalani oleh seseorang memberikan manfaat yang begitu besar untuk dirinya sehingga hal itu yang menjadikannya sangat utama. Pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas. Sebagai seorang guru yang memiliki peran untuk membantu peserta didik belajar, maka perlu untuk guru mengetahui konsep dan prinsip dalam mengajar. Selain itu, guru juga perlu untuk memahami kebutuhan dan karakteristik peserta didik guna menunjang pembelajaran yang aman dan nyaman. Kegiatan belajar dan mengajar sering kali mengalami kendala dalam prosesnya namun sering juga seluruh prosesnya berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan oleh guru. Berdasarkan hal tersebut, kami yang juga saat ini sedang melaksanakan kegiatan PPL sering mendapati fenomena tersebut. Adapun sekolah yang menjadi tempat kami melaksanakan kegiatan PPL adalah MAN 2 Kota Makassar. MAN 2 Kota Makassar merupakan sekolah madrasah yang juga merupakan salah satu sekolah unggulan di Makassar. Untuk segala sarana dan prasarana yang ada di madrasah, bisa dikatakan bahwa sudah sangat memenuhi standar untuk menunjang proses pembelajaran di dalam kelas. Bukan hanya itu, penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran juga telah diterapkan di madrasah sebagai bentuk implementasi pembelajaran abad 21. Namun, berdasarkan hasil pengamatan atau observasi yang telah kami lakukan selama melaksanakan PPL kurang lebih 2 bulan, terdapat beberapa masalah yang bisa memberikan dampak apabila terus menerus tidak diberikan solusi. Permasalahan atau fenomena yang diamati yakni kedisiplinan peserta didik, jadwal kegiatan (upacara) tidak sesuai seharusnya sehingga mempengaruhi agenda setelahnya, jumlah peserta didik dalam 1 kelas yang tidak sesuai dengan kapasitas kelas yang seharusnya, tempat ibadah (masjid) tidak luas namun jumlah guru dan peserta didik sangat banyak, dan tidak adanya batasan dalam penggunaan gadget di dalam kelas. Maka dari itu, laporan ini akan membahas masalah-masalah tersebut yang dikaitkan kajian teori yang mendukung. Setiap permasalahan yang dijabarkan akan disertai solusi sehingga fenomena yang terjadi dapat terselesaikan demi kenyamanan kegiatan belajar dan mengajar di MAN 2 Kota Makassar BAB II ANALISIS PERMASALAHAN SESUAI KAJIAN TEORI
A. Masalah Kedisiplinan Siswa
Kedisiplinan merupakan sifat seseorang yang mendasarkan setiap kegiatan yang dilakukan berpacu pada waktu. Kedisiplinan ini dibangun dari kebiasaan seseorang sehingga tidak muncul begitu saja. Perilaku ini sangat penting dibudayakan dalam kehidupan, baik individu maupun kelompok, terlebih jika status tersebut adalah seorang pelajar (peserta didik dan mahasiswa) yang perlu ditanamkan sejak usia dini. Penerapan disiplin yang baik dan kuat dalam proses pendidikan akan menghasilkan mental, watak dan kepribadian yang kuat. Di sekolah anak didik belajar disiplin, seperti dalam belajar membaca, belajar mencintai buku, dan belajar bagaimana caranya belajar. Semua ini akan berhasil apabila guru dapat mendisiplinkan diri (Yamin dan Ansari, 2008) Permasalahan yang terjadi di sekolah salah satunya adalah peserta didik yang sering melanggar peraturan sekolah yakni datang tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Pelanggaran ini masuk dalam kategori kedisiplinan peserta didik dan apabila terus terjadi maka akan berdampak pada perilaku peserta didik itu sendiri, maka dari itu kedisiplinan penting untuk diajarkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ihsan (2018) yang menyatakan bahwa disiplin sangatlah penting dalam proses pendidikan. Setiap sekolah pasti memiliki aturan yang harus dipatuhi oleh guru, siswa dan seluruh aparat sekolah yang ada di dalamnya. Perangkat aturan yang diberlakukan bagi guru, siswa serta aparat sekolah menjadi landasan bagi perilaku kedisiplinan di sekolah. Fenomena ini berlanjut dalam beberapa hari namun jumlah peserta didik yang terlambat relatif menurun. Berdasarkan hasil observasi, ada beberapa faktor yang menyebabkan peserta didik terlambat ke sekolah yakni jarak rumah yang jauh dan bangun terlambat. Kedua faktor ini yang sangat banyak diutarakan oleh peserta didik, namun ada juga beberapa siswa yang bahkan rumahnya jauh namun bisa tepat waktu ke sekolah. Sehingga, berdasarkan kondisi tersebut perlu untuk tindak lanjut yang dilakukan oleh guru dan orang tua peserta didik. Madrasah telah menetapkan sistem poin dalam pelanggaran maka setiap peserta didik yang terlambat namanya akan ditulis dalam jurnal keterlambatan yang apabila telah melewati batas maksimal keterlamabatan yakni 10 kali maka akan diminta memanggil orang tua ke madrasah. Menurut Ihsan (2018), terdapat anggapan keliru dalam melihat pemberlakuan kedisiplinan di sekolah. Di antaranya adalah anggapan peserta didik terhadap penerapan aturan di sekolah. Mereka menganggap bahwa aturan tersebut hanya diberlakukan bagi mereka saja. Banyak dari siswa tidak memahami pentingnya penegakan aturan yang diberlakukan terhadap mereka, sehingga para siswa merasa terbebani dan sulit mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Jika siswa memahami akan pentingnya kedisiplinan, maka siswa tidak akan merasa berat bahkan mereka akan senang mengikuti aturan tersebut. Maka dari itu, penting sebelumnya dilaksanakan sosialiasi terkait pentingnya sikap disiplin ini kepada peserta didik sehingga mereka paham bahwa aturan tersebut adalah untuk kebaikan diri mereka di kemudian hari. Adapun beberapa solusi yang dapat diberikan untuk menyelesaikan permasalahn tersebut adalah : 1. Melihat kedisiplinan sebagai sesuatu yang positif, yaitu (1) melatih, bukan mengoreksi, (2) membimbing, dan bukan menghukum, (3) mengatur kondisi belajar, dan bukan hanya menghalangi dan melarang. 2. Menanamkan sikap disiplin melalui pendidikan karakter hingga menjadi habits (kebiasaan) untuk peserta didik 3. Peraturan yang ada di sekolah bukan hanya ditujukan oleh peserta didik tetapi kepada semua guru khususnya terkait pendisiplinan waktu sehingga peserta didik merasa aturan tersebut memang berlaku untuk pendisplinan di madrasah. 4. Memberikan pemahaman terhadap peserta didik terkait konsep diri Berdasarkan solusi yang keempat terkait memahami konsep diri menurut Harlock (2005) menyatakan bahwa konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang diri mereka sendiri seperti, karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi. Maka dapat disimpulkan bahwa pandangan atau persepsi dan penilaian seseorang tentang dirinya sendiri baik dari sisi fisik, sosial, maupun psikologis dengan melihat sisi yang positifnya maka seseorang akan berupaya untuk mencapai keinginan yang optimal serta berusaha sungguh-sungguh merealisasikan keinginan atau tujuan hidupnya Peserta didik yang memiliki konsep diri yang baik akan memandang keberadaan dirinya secara positif. Siswa akan merasa percaya diri, motivasi belajarnya tinggi, akan mencoba untuk menyelesaikan setiap tugas walau terasa sulit, tetap optimis walau mengalami kegagalan, dan merasa terdorong untuk mengatur, merencanakan, memonitor, mengevaluasi bahkan memanfaatkan lingkungan untuk mendukung aktifitas belajarnya. Sama halnya dengan kedisiplinan yang merupakan karakter positif. Menurut Ihsan (2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan Kedisiplinan. Fakta ini sekaligus menunjukkan bahwa konsep diri yang positif dari seseorang mampu memberikan pengaruh yang juga positif terhadap kedisiplinan. Semakin tinggi konsep diri peserta didik, maka akan semakin tinggi pula kedisiplinannya. Sebaliknya, semakin rendah konsep diri, maka akan semakin rendah pula kedisiplinan karena persepsi negative lebih mendominasi. B. Ketuntasan Nilai Peserta Didik Ketuntasan nilai peserta didik merupakan ketercapaian nilai yang dicapai oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran. Nilai ketuntasan dapat dihitung dengan menggunakan persentase atau skor tertentu yang ditetapkan. Nilai ketuntasan menunjukkan tingkat kompetensi peserta didik dalam menguasai materi pelajaran. Biasanya, nilai tuntas yang diterima peserta didik harus minimal 80 persen. Namun, kriteria nilai tuntas ini dapat berbeda dari satu sekolah ke sekolah lain. Standar nilai ketuntasan yang menjadi acuan dalam assesmen evaluasi MAN 2 Kota Makassar yaitu 70 sesuai KKM. Ketidaktuntasan nilai peserta didik dapat didasarkan oleh beberapa faktor yaitu: 1. Kurangnya minat belajar. Beberapa peserta didik cenderung kurang tertarik untuk belajar sesuai dengan standar yang ditentukan, sehingga menyebabkan nilai akademis mereka menjadi tidak memuaskan. 2. Kurangnya disiplin. Beberapa peserta didik cenderung untuk tidak mengikuti aturan yang ditetapkan oleh sekolah, sehingga menyebabkan nilai akademis mereka menjadi tidak memuaskan. 3. Cemas. Beberapa peserta didik mungkin merasa terlalu cemas saat menghadapi ujian, sehingga mereka kesulitan untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan. 4. Kurangnya pengetahuan. Beberapa peserta didik mungkin memiliki kurang dari pengetahuan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan dengan baik, sehingga menyebabkan nilai akademis mereka menjadi tidak memuaskan. 5. Kurangnya konsentrasi. Beberapa peserta didik cenderung untuk kurang fokus saat belajar. Hal ini akan menyebabkan mereka menjadi kurang cermat saat mengerjakan soal- soal yang diberikan, sehingga menyebabkan nilai akademis mereka menjadi tidak memuaskan. Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu bahwa nilai ketuntasan peserta didik merupakan ketercapaian nilai yang dicapai oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran. Standar nilai ketuntasan yang menjadi acuan dalam assesmen evaluasi MAN 2 Kota Makassar yaitu 70 sesuai KKM. Ketidaktuntasan nilai peserta didik dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya minat belajar, kurangnya disiplin, cemas, kurangnya pengetahuan, dan kurangnya konsentrasi. Peserta didik diharapkan untuk terus berusaha meningkatkan nilai dengan meningkatkan minat belajar, memiliki disiplin yang baik, mengurangi cemas saat menghadapi ujian, memiliki pengetahuan yang cukup, serta meningkatkan konsentrasi saat belajar. Dengan begitu, kami dapat mencapai nilai ketuntasan sesuai dengan standar yang ditentukan. 1. Pastikan bahwa peserta didik memahami materi pelajaran yang diajarkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan tes kecil untuk memastikan bahwa peserta didik telah memahami materi pelajaran dengan baik. 2. Jika masih ada yang kurang paham, guru dapat memberikan bimbingan tambahan untuk memastikan bahwa peserta didik telah memahami materi pelajaran. 3. Terakhir, guru dapat mengatur ulang jadwal pelajaran dan mengatur ulang tujuan belajar bagi peserta didik yang tidak lulus. Dengan cara ini, mereka bisa mengulangi pelajaran yang mereka tidak lulus dan memperoleh nilai tuntas. Dahlan, S. (2020). Faktor-Faktor Penyebab Ketidaktuntasan Nilai Peserta Didik. Diakses pada tanggal 12 Mei 2021 dari https://dahlan.site/faktor-faktor-penyebab-ketidaktuntasan-nilai- peserta-didik/ Darmawan, D. (2020). Mengerti Apa Itu Nilai Ketuntasan Peserta Didik. Diakses pada tanggal 28 April 2020 dari https://www.duniampendidikan.com/apa-itu-nilai-ketuntasan-peserta-didik/