Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, banyak masyarakat Indonesia yang tidak bisa menghargai waktu dengan
selalu menunda-nunda dan terlambat dalam melakukan segala aktivitas. Hal ini sangat sering
terjadi dan melekat seperti suatu kebiasaan. Kebiasaan merupakan pengulangan sesuatu secara
terus-menerus atau dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama dan tanpa hubungan akal
(Eko Sujatmiko 2014). Tidak hanya pekerja, ini sudah menjadi kebiasaan siswa yang mulai
melupakan norma-norma dan melakukan pelanggaran di sekolah. Oleh karena itu, peraturan
sangatlah diperlukan guna membentuk pribadi yang lebih baik. Dengan dibentuknya peraturan,
siswa bisa menghargai segala sesuatu, mendapat efek jera, dan dapat membentuk pribadi yang
lebih disiplin. Jika masalah ini terjadi terus menerus, tentunya akan memberikan dampak yang
dapat mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari ruang lingkup yang
lebih sempit yaitu di SMA Negeri 3 Denpasar.

Di lembaga ini, masih banyak terdapat siswa siswi yang melanggar peraturan. Salah
satunya yaitu datang terlambat ketika bel sekolah sudah berbunyi. Salah satu dampak yang dapat
dilihat dari kebiasaan ini adalah terhambatnya pelaksanaaan kegiatan belajar mengajar dikelas,
dan kegiatan sekolah pun tidak berjalan secara efektif. Hal ini telah berlangsung lama dalam
beberapa tahun belakangan. Pada saat itu solusi yang diterapkan adalah dengan mencatat nama
siswa yang terlambat dan mendapatkan sanksi untuk membersihkan lingkungan sekolah. Namun
peraturan ini masih belum efektif karena masih banyak siswa yang tetap melanggar. Setelah
beberapa bulan terakhir ini, peraturan telah diganti dengan penutupan pintu gerbang ketika bel
masuk sekolah berbunyi dengan mencatat nama siswa yang datang terlambat, dan memberi poin
sanksi. Jika poin sanksi siswa tersebut sudah melebihi batas maksimum, maka pemanggilan
orang tua pun akan dilakukan. Peraturan ini masih menjadi pro dan kontra bagi warga sekolah.
Beberapa warga sekolah mendukung peraturan ini karena, dengan dibuatnya peraturan
penutupan gerbang akan membentuk pribadi siswa menjadi lebih disiplin dan belajar untuk
menghargai waktu. Namun ada juga warga sekolah yang kurang setuju karena, dengan dibuatnya
peraturan ini akan menyebabkan siswa harus bangun lebih awal dan tergesa - gesa saat
perjalanan menuju sekolah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui keefektifan
dibuatnya peraturan baru ini dibalik banyak terjadinya pro dan kontra. Dengan penelitian yang
berjudul "Analisis Tingkat Efektifitas Penerapan Penutupan Pintu Gerbang di SMA Negeri 3
Denpasar". Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini akan menjadi kontribusi informasi yang
berguna khususnya bagi siswa SMA Negeri 3 Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah dalam penelitian


efektifitas penerapan penutupan pintu gerbang di SMA Negeri 3 Denpasar, yaitu :

1. Bagaimana mekanisme penutupan pintu gerbang di SMA Negeri 3 Denpasar pada


tahun 2018 ? pake data 3 bulan dari mulai di buat smpe akhir november
2. Bagaimana tingkat kedisiplinan siswa setelah penerapan penutupan pintu gerbang
di SMAN 3 Denpasar? dilihat dari data tiap bulan

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme implemantasi penutupan pintu gerbang


di SMA Negeri 3 Denpasar
2. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa setelah penerapan penutupan pintu
gerbang di SMAN 3 Denpasar

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan
penutupan pintu gerbang di SMA Negeri 3 Denpasar. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat
untuk melatih kemampuan dalam pembuatan karya tulis ilmiah dan memahami pentingnya
disiplin. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat bermanfaat untuk menularkan kebiasaan disiplin
dan mematuhi peraturan.

1.5 Ruang Lingkup


Penelitian ini hanya diukur berdasarkan kedisiplinan siswa kelas X, XI, XII yang
dilakukan di SMA Negeri 3 Denpasar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebiasaan

Kebiasaan adalah barang apa yang telah biasa dilakukan (Wojowasito, 1972). Theresia
(dalam Nurhayati, 1990) mengatakan kebiasaan adalah suatu perilaku yang merupakan kebiasaan
yang akhirnya menjadi otomatis dan tidak membutuhkan pemikiran si pelaku, sehingga si pelaku
dapat memikirkan hal-hal lain yang lebih menarik ketika ia sedang berperilaku yang merupakan
kebiasaan tersebut.

Menurut ( Seotog, 2018 ) kebiasaan yang baik adalah sebagai berikut :

1. Manajemen Waktu yang Baik 

Waktu merupakan sumber daya yang tidak dapat diulang maupun dipercepat. Maka dari
itu, kita harus memanfaatkan waktu di masa kini semaksimal dan sebaik mungkin. Pengelolaan
waktu yang baik merupakan ciri khas dari pekerja yang sangat dihargai oleh atasan.

2. Hindari Menunda Tugas 

Menunda untuk mengerjakan tugas sering dilakukan oleh kita, baik dalam lingkup
sekolah maupun bekerja. Walaupun memang sulit untuk menjaga agar semangat kita tetap di
puncak dalam menyelesaikan target dan kewajiban, namun mencegah penundaan dalam
mengerjakan tugas sangat penting. Lakukan apapun yang dapat membuat Anda tetap
bersemangat. Anda yang mengenal diri Anda sendiri, carilah caranya.

Salah satu cara untuk memotivasi yang biasanya ampuh adalah bayangkan kesuksesan
seperti apakah yang nanti akan didapatkan, dan bagaimana perasaan Anda jika sampai di tahap
tersebut. Lalu sadari bahwa untuk mendapatkan itu semua, Anda harus melalui semua kewajiban
ini.Cara kedua adalah memainkan sisi psikologis Anda sendiri. Secara teori di psikologi, jika
Anda memberitahukan target diri sendiri ke rekan kerja secara public, Anda akan terpacu untuk
benar-benar meraih target tersebut, karena ketika rasa malas mulai melanda, Anda akan merasa
malu dan kecewa jika target tersebut tidak dapat dilakukan.

3. Membuat Daftar Prioritas Tugas 

Kalau perlu, sesaat setelah Anda bangun atau malam sebelum tidur, buatlah daftar
prioritas tugas yang harus dikerjakan, mulai dari yang terpenting sampai ke yang tidak
terpenting. Fokuskan diri Anda untuk bekerja sesuai dengan urutan tersebut.Jika terdapat tugas
besar yang harus diselesaikan dengan melakukan beberapa langkah, pecah lagi ke dalam
beberapa poin, dan prioritaskan pula poin tersebut mulai dari yang harus dikerjakan terlebih
dahulu. Di zaman modern ini terdapat banyak aplikasi atau agenda manual untuk mempermudah
pembuatan daftar prioritas tugas.Cara ini merupakan salah satu hal yang penting untuk
menjadikan diri Anda efektif dan efisien melakukan tugas.

4. Kuasai Pikiran Anda

Pikiran memegang peranan kuat di dalam kehidupan kita. Dengan mindset yang optimis,
kita akan menjadi percaya diri dan ambisius dalam meraih apa yang kita inginkan. Kita akan
memandang pekerjaan kita dengan positif. Jika Anda gagal dalam tugas sebelumnya, jangan
patah semangat. Ingat, kegagalan adalah sukses yang tertunda. Peribahasa tersebut bukanlah
suatu kebohongan belaka, tapi memang kenyataannya kegagalan Anda tidak menentukan
kemampuan Anda. Justru jadikanlah itu mindset untuk memacu Anda melakukan yang lebih baik
lagi. Untuk melakukan apa yang Anda mau lakukan, dan mencapai apa yang Anda mau, pola
pikir sangat berpengaruh pada keberhasilan. Yakinkanlah diri sendiri bahwa Anda mampu, dan
kepercayaan diri akan meningkat setahap demi setahap.

5. Punya Rasa Empati

Anda bisa saja disiplin, pintar, dan berbakat dalam melakukan pekerjaan yang
bersangkutan. Namun jika Anda tidak peduli terhadap lingkungan sekitar, baik itu kantor atau
kelas, dan hanya fokus kepada kesibukan diri sendiri, dengan kata lain tidak bisa berempati
terhadap sesama, Anda tidak dapat berkembang. Bersosialisasi membuat Anda belajar dan
mengajarkan sesame rekan kerja, dan salah satu kemampuan dasar manusia yang telah dianggap
wajib untuk bisnis era modern.

Empati, yang artinya kemampuan manusia untuk turut merasakan apa yang orang lain
alami, membuat Anda menjadi seseorang dapat bekerjasama dalam tim dan memotivasi dengan
baik. Empati adalah kebalikannya dari sifat apatis, dan mendorong orang yang bekerja untuk
memiliki target lebih dari hanya gaji yang besar, namun juga berhubungan dengan orang lain.

2.2 Peraturan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peraturan adalah suatu ketentuan yang mengikat
warga kelompok masyarakat, dipakai sebagai panduan,tatanan, dan pengendalian tingkah laku
dan diterima setiap warga masyarakat. Peraturan bukanlah suatu hal yang perlu dilanggar, tetapi
untuk dipatuhi agar kedamaian antar makhluk sosial ini tetap terjaga antara satu sama lainnya.
Peraturan di sekolah dirundingkan dan dibuat bersama-sama oeh guru dan siswa. Jadi peraturan
sekolah bukan hanya dibuat oleh guru dan bukan pula oleh siswa. Peraturan merupakan hasil
musyawarah bersama.

Oleh karena itu, peraturan sekolah berlaku untuk semuanya. Peraturan sekolah dibentuk
untuk mengatur kegiatan sekolah sehingga tercipta suasana tata kehidupan sekolah yang santun
dan sehat yang nantinya akan menjamin kelancaran proses belajar mengajar. Adapaun tujuan
dibentuknya peraturan adalah :

1. Untuk menciptakan suasana yang aman dan tentram bagi seluruh warga sekolah
2. Menciptakan suasana yang bersih dan sehat bagi seluruh warga sekolah
3. Menciptakan suatu kondisi yang teratur yang mencerminkan keserasian, keselarasan,
serta keseimbangan baik pada tata ruang, tata kerja, tata pergaulan, dan lain sebagainya di
lingkungan sekolah.
4. Menciptakan lingkungan yang baik sehingga tercipta keindahan yang bisa dirasakan oleh
seluruh warga sekolah
5. Untuk membina tata hubungan yang baik diantara para siswa, guru, dan warga sekolah
lainnya yang mencerminkan sikap dan rasa gotong-royong, keterbukaan, saling
membantu, saling menghormati, dan saling tenggang rasa.

Dengan adanya peraturan sekolah, dapat menciptakan ketertiban di sekolah sehingga


terbentuklah kondisi yang dinamis, serta dapat menimbulkan keserasian dan keseimbangan tata
kehidupan bersama di lingkungan sekolah ( Maya Sari 2015 ).

Peraturan ada yang tertulis dan ada juga yang  tidak tertulis. Baik itu peraturan tertulis
maupun tidak tertulis, semua orang harus mematuhi dan melaksanakannya.
1. Menurut peraturan yang tertulis, dalam penelitian guru maupun siswa harus datang tepat
waktu dan pulang setelah bel pulang berbunyi. Jika salah seorang terlambat datang ke kelas,
yang lain akan merasa terganggu. Misalnya, jika seorang siswa datang terlambat masuk
kelas, kegiatan belajar di kelas akan terhenti sejenak. Contoh peraturan sekolah tertulis
lainnya yaitu, semua siswa harus memakai pakaian seragam sekolah. Tujuannya agar semua
siswa terlihat rapi dengan pakaiannya. Pakaian seragam dapat mengurangi perbedaan antara
siswa kaya dan miskin. Perbedaan kaya dan miskin bisa mengganggu hubungan antar siswa
di sekolah. Setiap sekolah memiliki peraturan tertulis tentang kewajiban menjaga kebersihan
dan keindahan. Tujuannya agar lingkungan sekolah tetap bersih dan terlihat indah. Peraturan
itu bukan hanya untuk dihafal dan diingat, melainkan untuk dilaksanakan.
2. Adapun contoh peraturan sekolah yang tidak tertulis, antara lain saling menghargai warga
sekolah, dan mengikuti ekstra kurikuler ( Siti, 2013 ).

2.3 Disiplin
Disiplin menurut Djamarah adalah "Suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan
pridadi dan kelompok”( Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha
Nasional, 2002), h. 12 ). 

Macam - macam kedisiplinan :


Adapun macam disiplin berdasarkan ruang ligkup berlakunya ketentuan atau peraturan yang
harus dipatuhi, dapat dibedakan sebagai berikut :

1)    Disiplin diri


Disiplin diri (disiplin pribadi atau swadisiplin), yaitu apabila peraturan-peraturan atau
ketentuan-ketentuan itu hanya berlaku bagi diri seseorang. Misalnya, disiplin belajar, disiplin
bekerja, dan disiplin beribadah.

2)    Disiplin sosial


Disiplin sosial adalah apabila ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan itu harus
dipatuhi oleh orang banyak atau masarakat. Misalnya, disiplin lalu lintas, dan disiplin
menghadiri rapat.
3)    Disiplin nasional
Disiplin nasional adalah apabila peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan itu
merupakan tata laku bangsa atau norma kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus dipatuhi
oleh seluruh rakyat. Misalnya, disiplin membayar pajak dan disiplin mengikuti upacara bendera
(Asy Mas’udi, Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (Yogyakarta: PT Tiga Serangkai,
2000), h. 88-89.).
Bentuk-Bentuk Kedisiplinan Siswa :

1.    Disiplin terhadap pemanfaatan waktu

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh pelajar atau siswa adalah banyak pelajar
atau siswa yang mengeluh kekuragan waktu untuk belajar dan datang pagi ke sekolah, tetapi
mereka sebenarnya kurang memiliki keteraturan dan disiplin untuk mempergunakan waktu
secara efisien. Banyak waktu yang terbuang-buang disebabkan karna mengobrol omongan-
omongan yang tidak habis-habis dan menunda-nunda waktu. Sikap tersebut harus ditinggalkan
oleh siswa karena itu tidak bermanfaat baginya.

Keterampilan mengatur waktu merupakan suatu keterampilan yang sangat penting,


bahkan ada ahli keterampilan studi yang berpendapat bahwa ”keterampilan mengelola waktu dan
menggunakan waktu secara efisien merupakan hal yang terpenting dalam masa studi maupun
seluruh kehidupan siswa”(The Liang gie, Cara Belajar Yang Efisien (Yogyakarta: liberti
Yogyakarta,1995), h. 167.).

Tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai kesuksesan dalam
hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa penggunaan atau pamanfaatan waktu dangan baik
menumbuhkan disiplin dalam mempergunakan waktu secara efisien.

2.     Disiplin terhadap tata tertib

Didalam proses balajar mengajar, disiplin terhadap tata tertib sangat penting untuk
diterapkan, karena dalam suatu sekolah tidak memiliki tata tertib maka proses belajar mengajar
tidak akan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
menyatakan bahwa : ”Peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur prilaku yang
diharapkan terjadi pada diri siswa” (Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek(Jakarja: Rineka Cipta,1993),h. 122.). Antara peraturan dan tata tertib merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai pembentukan disiplin siswa dalam mentaati
peraturan di dalam kelas maupun diluar kelas.

Untuk melakukan disiplin terhadap tata tertib dengan baik, maka guru bertanggung jawab
menyampaikan dan mengontrol berlakunya peraturan dan tata tertib tersebut. Dalam hal ini staf
sekolah atau guru perlu terjalinnya kerja sama sehingga tercipta disiplin kelas dan tata tertip
kelas yang baik tampa adanya kerja sama tersebut dalam pembinaan disiplin sekolah maka akan
terjadi pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertip sekolah serta terciptanya suasana balajar
yang tidak diinginkan.

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dikembangkan oleh guru dalam pembinaan disiplin
guna terlaksananya tata tertib dengan baik antara lain yaitu :

1. Mengadakan perencanaan secara kooperatif dengan murid-murid yaitu demi terjaminnya


hak dan kewajiban masing-masing dan demi tercapainya tujuan bersama.
2. Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab kepada murid-murid.
3. Membina organisasi dan prosedur kelas secara demokratis.
4. Mengorganisir kegiatan kelompok besar maupun kecil.
5. Memberi kesempatan untuk berdiri sendiri, berpikir kritis terutama mengemukakan dan
menerima pendapat.
6. Memberi kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan dan kerja sama.
7. Menciptakan kesempatan untuk mengembangkan sikap yang diinginkan secara sosial
psikologis.(Subari, Supervise Pendidikan (Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar)
(Jakarta: Bina Aksara,1994),h. 168.).

Dengan demikian untuk terciptanya disiplin yang harmonis dan terciptanya disiplin dari
siswa dalam rangka pelaksanaan peraturan dan tata tertib dengan baik, maka di dalam suatu
lambaga atau lingkungan sekolah perlu menetapkan sikap disiplin terhadap siswa, agar tercipta
proses belajar mengajar yang baik.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 September 2018 sampai ..... Kegiatan
pelaksanaan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini bertempat di SMA Negeri 3 Denpasar dan
rumah penulis yang beralamat di Jalan Gemitir gang suli b no.4, Biaung.

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah studi kasus.
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu
latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
Penelitian studi kasus memiliki batasan - batasan yang dimana sasaran penelitiannya dapat
berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen.

Adapun jenis - jenis penelitian studi kasus sebagai berikut:


 Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian
organisasitertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuri perkembangan
organisasinya. Studi kasus ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena
sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
 Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi
peran-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu
organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a)
suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
 Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara
sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dari lahir
hingga sekarang.
 Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community
study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas),
bukannya pada satu organisasi tertentu.
 Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap
peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah
tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari
siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh
kunci lainnya.
 Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang
sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang
sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.
3.3 Jenis Data
Adapun jenis data yang penulis peroleh dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder yang bersifat kualitatif. Data primer adalah data yang penulis dapatkan langsung dari
responden. Data sekunder adalah data yang penulis peroleh dari literatur atau referensi yang
relevan dengan topik penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tujuan utamanya
adalah untuk memperoleh wawasan tentang topik tertentu. Teknik yang digunakan dalam
penelitian kualitatif pada umumnya yaitu metode wawancara dan observasi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini, adalah :
3.4.1 Teknik Observasi, yakni dengan terjun langsung ke lapangan melihat situasi dan kondisi
yang ada ketika penelitian berlangsung.
3.4.2 Teknik Wawancara, yakni pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu
(Esterberg, 2002).
3.4.3 Teknik Studi Pustaka, yakni dengan mengkaji data dari segala jenis pustaka ataupun
literatur untuk mendapatkan referensi yang relevan dengan topik karya tulis ini.

3.5 Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik
analisis deskriptif kaulitatif merupakan penelitian yang mengungkap fakta, keadaan, fenomena,
variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan keadaan yang
sesungguhnya.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian


Pada penelitian ini penulis mengambil sampel pada siswa kelas X, XI, XII SMA Negeri 3
Denpasar.
3.6.1 Populasi
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011:80).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X, XI, XII SMA Negeri
3 Denpasar.

3.6.2 Sampel
sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, yang sudah tentu
mampu secara representatif dapat mewakili populasinya (Sabar,2007).
BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ibu Komang Dewi Damayanthi, S.Pd selaku guru bahasa inggris dan bertugas untuk
memberlakukan penerapan peraturan penutupan pintu gerbang mengatakan bahwa peraturan
yang dibuat ini sangat bermanfaat dan juga efektif dalam membentuk kedisiplinan siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai