Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Taman Siswa Bima Tahun 2019

http://semnas.tsb.ac.id/index.php/semnastsb2019/index e-ISSN: 2686 - 1879

Penilaian Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan Dalam Pembelajaran Bahasa


Inggris yang Berorientasi Kurikulum 2013
Nia Kurniati1,a,*, Abdul Khaliq1,b, Arif Bulan1,c
1
STKIP Yapis Dompu
a
niak00253@gmail.com, bkhaliq12@gmail.com, carifbulan11@gmail.com
*Corresponding Author

Artikel Info Abstrak

Tanggal Publikasi Pembahasan ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara teoritis mengenai
penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan penilaian keterampilan. Metode
2019-09-23
yang digunakan dalam pembahasan ini ialah metode kajian pustaka. Metode ini
menekankan buku teks sebagai sumber data dan kajian teorotis. Hasil dari
pembahasan ini menemukan bahwa penilaian sikap meliputi : (1) penilaian
Kata Kunci spiritual di dalamnya terdapat agama dan ahlak,(2) penilaian sosial di dalamnya
Penilaian terdapat disiplin, tanggung jawab, santun, jujur, toleransi, dan percaya diri.
Untuk penilaian pengetahuan meliputi: (1) tes tulis di dalamnya terdapat tes
Sikap pilihan ganda, tes uraian, tes salah benar, (2) tes lisan di dalamnya terdapat kuis
Keterampilan dan tanya jawab,(3) tes penugasan di dalamnya terdapat tes kelompok dan
individu baik dalam sekolah maupun di luar sekolah,(4) tes protofolio dan
Pengetahuan observasi. Untuk penilaian keterampilan meliputi: (1) penilaian praktik di
Kurikulum 2013 dalamnya terdapat membaca, praktek menulis, praktek mendengarkan, (2)
penilaian berbasis projek di dalamnya terdapat minat dan kreativitas, (3)
penilaian portofolio, (4) penilaian Instrumen.

1. PENDAHULUAN
Untuk mencapai tujuan pendidikan, tentu tidak terlepas dari kurikulum pendidikan.
Kurikulum adalah suatu wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil dan tidaknya
sebuah pendidikan sangat bergantung kepada kurikulum yang digunakan. Kurikulum merupakan
ujung tombak bagi terlaksananya kegiatan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum pendidikan tidak
akan berjalan dengan baik, efektif, dan efisien sesuai dengan yang diharapkan. Kurikulum pada
intinya sangat diperlukan dalam rangka memajukan dan menyukseskan tujuan pendidikan.
Dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan salah satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan adalah evaluasi. Berdasarakan kurikulum 2013 mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran
2013/2014 di sekolah, dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan jenjang pendidikan menegah
diseluruh indonesia. Adapun kompetensi kelulusannya menekankan pada ranah sikap, keterampilan
dan pengetahuan. Untuk dapat terwujudnya ketercapaian ketiga ranah tersebut, setiap sekolah pada
semua jenjang pendidikan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarannya harus mengacu pada standar
yang telah ditetapkan, baik pembelajaran yang dilakukan di luar kelas maupun dalam lingkungan
sekolah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan
affektif.
Pendidikan akan dikatakan berkualitas jika mampu mengembangkan seluruh potensi serta
keterampilan peserta didik yang dibutuhkan dimasa depan. Untuk proses pendidikan yang
berkualitas paling tidak akan mewujudkan peserta didik yang beriman, sopan santun,
berpengatahuan, berketerampilan, dan memiliki rasa tanggung jawab. Menurut Afandi(2013), tujuan
tersebut harus selalu disandingkan dengan perkembangan jaman dan tuntunan persaingan di masa

309
Seminar Nasional Taman Siswa Bima Tahun 2019
http://semnas.tsb.ac.id/index.php/semnastsb2019/index e-ISSN: 2686 - 1879

depan yang lebih dikenal istilah life skill dalam bentuk soft skill dan hard skill. Oleh karna itu, sudah
seharusnya pihak sekolah terutama guru mampu mengumpulkan informasi yang dapat memberikan
gambaran secara objektif dan apa adanya untuk menjawab apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai
atau tidak. Untuk itu, guru perlu melakukan suatu kegiatan pengukuran sejauh mana materi telah di
sampaikan dapat diterima oleh siswa. Hasil pengukuran tersebut akan menggambarkan sejauh mana
tujuan dari proses pendidikan telah tercapai (Mas’udi, 2014). Untuk mengacu pada tuntutan
tersebut, maka pendidikan harus memiliki system penilaian yang berkualitas. Dan penilaian yang
berkualitas akan mencerminkan pendidikan dan lulusan yang berkualitas pula. Untuk itu, lembaga
pendiddikan harus mempraktikan penilaian secara compherensif dalam rangka menggambarkan
pencapaian kompetensi peserta didik. Komprensif yang dimaksud adalah penilaian tidaka hanya
terbatas pada penilaian kongnitif saja, tetapi juga afiktif dan psikomotorik selama proses pendiddikan
dan secara bekesenambungan.
Menurut Ahmad (2015) penilaian berfungsi melacak kemajuan dan mengecek keterampilan
serta kemampuan peserta didik. Oleh sebab itu, guru harus mempunyai pemahaman yang benar
mangenai produser dan cara bagaimana melakukan penilaian yang berkualitas.
Penilaian kurikulum 2013 lebih ditekankan pada penilaian autentik secara menyeluruh yang
mencakup kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil
pembelajaran (Musfiqon dan Nurdyansyah, 2015). Penilaian autentik lebih memerhatikan
keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang disesuaikan
dengan perkembangan karakteristik peserta didik sesuai dengan jenjangnya. Semakin tinggi tingkat
perkembangan dan jenjang pendidikan peserta didik maka penguasaan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan semakin besar atau luas, tetapi penguasaan kompetensi sikap semakin kecil
(diasumsikan kompetensi sikap sudah tertanam di jenjang sebelumnya). Dengan demikian, pada
jenjang yang rendah seperti SMA penanaman kompetensi sikap harus benar-benar menjadi perhatian
dan penekanan, sehingga ketika peserta didik kelak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi sudah memiliki fondasi yang kuat. Karena dengan menanamkan sikap yang baik pada anak
sejak dini diharapkan akan menjadi pembiasaan dan penanaman akhlak baik bagi anak yang bisa
menjadi kebiasaan di masa depan. Dalam pemilihan teknik penilaian, seorang guru pada jenjang
Sekolah Dasar mestinya harus lebih banyak porsinya
Menggunakan teknik penilaian yang terkait dengan soft skills dari pada hard skills (Kunandar,
2015: 38). Misalnya kemampuan soft skills yang perlu dilatih dan diukur antara lain: mengamati,
motivasi, bekerja sama, disiplin, berkomunikasi dengan teman, tata krama, sopan sapun, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Namun kebanyakan yang terjadi di lapangan,
penilaian pada kompetensi sikap kurang begitu diperhatikan. Hal ini dikarenakan format penilaian
pada kompetensi sikap terlalu banyak dan juga menyulitkan, sehingga dalam hal ini sangat
membutuhkan profesionalisme dari seorang guru. Selain itu dalam proses penilaiannya, guru juga
harus melakukan pengamatan satu persatu sikap siswa dengan jumlah yang cukup banyak yang
memiliki karakter, sifat, dan latar belakang yang berbeda-beda dengan waktu yang terbatas.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang
menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung (Joice&Wells). Sedangkan
menurut (Arends dalam Trianto) mengatakan “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Menurut Arifin (2012) mengemukakan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses
yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas nilai dan arti daripada sesuatu,
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu keputusan.Wandt
dan Brown (1977) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai

310
Seminar Nasional Taman Siswa Bima Tahun 2019
http://semnas.tsb.ac.id/index.php/semnastsb2019/index e-ISSN: 2686 - 1879

dari sesuatu Lalu pengertian evaluasi dipertegas lagi, dengan batasan sebagai proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Namun secara umum
evaluasi adalah proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-
kerja, proses, orang, objek, dan lain sebagainya

2. .METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka. Metode ini menekankan buku teks sebagai
sumber data dan kajian teoritis. Hasil dari pembahasan ini terkhususkan pada tiga jenis penilaian
yaitu : penilain sikap, penilaian keterampilan dan penilaian pengetahuan. Adapun data atau
informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu: data-data yang berkaitan dengan hambatan
yang di hadapi oleh guru ketika melaksanakan penilaian terhadap siswa.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penilaian bisa dikatakan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar siswa (Permendikbud No. 66 Tahun 2013). Penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan
hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dapat dilakukan selama
pembelajaran berlangsung disebut dengan penilaian proses dan setelah pembelajaran usai
dilaksanakan disebut penilaian hasi
Gronlund dan Linnmendefinisikan penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan
mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk
menentukan seberapa jauh seorang atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
penilaian adalah suatu prosedur sistematis yang mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis,
dan menginterpretasikan informasi yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang
karakteristik seseorang atau objek . Sani (2016) mengungkapkan bahwa penilaian adalah sistematik
dan sistemik yang dilakukan melalui pengumpulan data atau informasi yang sahih (valid) dan reliabel
dan selanjutnya data atau informasi tersebut diolah sebagai upaya melakukan pertimbangan untuk
pengambilan kebijakan suatu program pendidikan.
Penilaian pencapaian kompetensi peserta didik mencakup kompetensi sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dilaksnakan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi
relative setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Adapun penilaian pengatahuan
dapat diartikan sebagai penilaian potensi intlektual yang mencakup pengatahuan factual, konseptual,
procedural, dan metakongnisi. Berdasarkan pendapat Anderson & krathwohl(2001) Jenjang
kongnitif peserta didik yang dinilai adalah mengigat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi dan menciptakan. Jadi penilaian adalah proses dan pengumpulan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peseta didik. Seorang pendidik perlu melakukan penilaian untuk
mengetahui pencapaian kompetensi pengatahuan peserta didik.
Penilaian sikap.
Sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon
sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh
seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Kompetensi sikap adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang
dan diwujudkan dalam perilaku (Asrul, Ananda, dan Rosnita, 2014). Penilaian kompetensi sikap dalam
pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik
sebagai hasil dari suatu program pembelajaran. Penilaian sikap juga merupakan aplikasi suatu standar

311
Seminar Nasional Taman Siswa Bima Tahun 2019
http://semnas.tsb.ac.id/index.php/semnastsb2019/index e-ISSN: 2686 - 1879

atau sistem pengambilan keputusan terhadap sikap. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian
dari pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara
individual.
Ada dua macam penilaian sikap yang pertama penilaian sikap spiritual adalah penilaian yang
harus dilakukan adalah menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut.Yang kedua kedua
penilaian sikap social adalah penilaian yang harus dilakukan adalah Jujur, disiplin, tanggung jawab,
toleransi, gotong royong, santun, percaya diri.Pada akhir semester, guru mata pelajaran dan wali kelas
berkewajiban melaporkan hasil penilaian sikap, baik sikap spiritual dan sikap sosial secara integrative
(Purwanto, 2016). Laporan penilaian sikap dalam bentuk nilai kualitatif dan deskripsi dari sikap
peserta didik untuk mata pelajaran yang bersangkutan dan antarmata pelajaran. Nilai kualitatif
menggambarkan posisi relatif peserta didik terhadap kriteria yang ditentukan (Ratnawulan dan
Rusdiana, 2014).. Kriteria penilaian kualitatif dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu: Sangat Baik
(SB), Baik (B), Cukup (C), Kurang (K).
Deskripsi memuat uraian secara naratif pencapaian kompetensi sikap sesuai dengan kompetensi
inti dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran. Deskripsi sikap pada setiap mata pelajaran
menguraikan kelebihan sikap peserta didik, dan sikap yang masih perlu ditingkatkan. Contoh uraian
deskripsi sikap dalam mata pelajaran adalah menunjukkan sikap yang baik dalam kejujuran, disiplin,
perlu ditingkatkan sikap percaya diri, dan menunjukkan sikap yang baik dalam kejujuran, disiplin,
dan percaya diri.Sedangkan deskripsi sikap antarmata pelajaran menjadi tanggung jawab wali kelas
melalui analisis nilai sikap setiap mata pelajaran dan proses diskusi secara periodik dengan guru mata
pelajaran. Deskripsi sikap antarmata pelajaran menguraikan kelebihan sikap peserta didik, dan sikap
yang masih perlu ditingkatkan apabila ada secara keseluruhan, serta rekomendasi untuk
peningkatan.Contoh uraian deskripsi sikap antarmata pelajaran adalah menunjukkan sikap yang baik
dalam kejujuran, disiplin, toleransi, gotong royong, santun, dan percaya diri. Perlu ditingkatkan sikap
tanggung jawab, melalui pembiasaan penugasan mandiri di rumah, dan yang kedua adalah
menunjukkan sikap yang baik dalam kejujuran, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong,
santun, dan percaya diri. Pelaksanaan penilaian sikap menggunakan berbagai teknik dan bentuk
penilaian yang bervariasi dan berkelanjutan agar menghasilkan penilaian autentik secara utuh. Nilai
sikap diperoleh melalui proses pengolahan nilai sikap (Ratnawulan dan Rusdiana, 2014).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan nilai adalah Pengolahan nilai sikap
dilakukan pada akhir kompetensi dasar dan akhir semester, Pengolahan nilai berdasarkan sikap yang
diharapkan sesuai tuntutan kompetensi dasar, Pengolahan nilai ini bersumber pada nilai yang
diperoleh melalui berbagai teknik penilaian, Menentukan pembobotan yang berbeda untuk setiap
teknik penilaian apabila diperlukan, dengan mengutamakan teknik observasi memiliki bobot lebih
besar, Pengolahan nilai akhir semester bersumber pada semua nilai sikap sesuai kompetensi dasar
semester bersangkutan.
Penilaian keterampilan
Penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian yang dilakukan terhadap
peserta didik untuk menilai sejauh mana pencapaian SKL, KI, dan KD khusus dalam dimensi
keterampilan (Kunandar, 2015). Cakupan penilaian dimensi keterampilan meliputi keterampilan
dalam ranah konkret mencakup aktivitas menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat. Sedangkan dalam ranah abstrak, keterampilan ini mencakup aktivitas menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang.
Pada setiap akhir tahun pelajaran, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum kompetensi
inti keterampilan (KI-4), yang menjadi tagihan di masing-masing kelas adalah sesuai dengan satuan
pendidikan. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta

312
Seminar Nasional Taman Siswa Bima Tahun 2019
http://semnas.tsb.ac.id/index.php/semnastsb2019/index e-ISSN: 2686 - 1879

didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Ranah keterampilan diperoleh melalui
aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Adapun macam – macam
teknik kompetensi penilaian keterampilan adalah, yang pertama adalah penilaian praktik, yang
dimana penilaian praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan
suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Penilaian praktik dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai
ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di
laboratorium, praktik shalat, praktik olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi,
membaca puisi/deklamasi, dan sebagainya (Musfiqon dan Nurdyansyah, 2015). Untuk dapat memenuhi
kualitas perencanaan dan pelaksanaan penilaian praktik, berikut ini adalah petunjuk teknis dan
acuan dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian melalui tes praktik.
Berikut dikemukakan petunjuk teknis pelaksanaan dan acuan dalam menentukan kualitas
penilaian praktik yang pertama adalah perencanaan penilaian praktik, dalam perencanaaan penilaian
praktik kita perlu menentukan kompetensi yang penting untuk dinilai melalui tes praktik, dan
mampu menyusun indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi yang akan dinilai, sehingga
mampu menguraikan kriteria yang menunjukkan capaian indikator hasil pencapaian kompetensi, dan
dapat menyusun kriteria ke dalam rubrik penilaian, mampu menyusun tugas sesuai dengan rubrik
penilaian, mengujicobakan tugas jika terkait dengan kegiatan praktikum atau penggunaan alat,
memperbaiki berdasarkan hasil uji coba jika dilakukan uji coba, menyusun kriteria/batas
kelulusan/batas standar minimal capaian kompetensi peserta didik. Yang kedua adalah pelaksanaan
penilain praktik, adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan tes praktik
yaitu: untuk menyampaikan rubrik sebelum pelaksanaan penilaian kepada peserta didik, memberikan
pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang kriteria penilaian, menyampaikan tugas kepada
peserta didik, memeriksa kesediaan alat dan bahan yang digunakan untuk tes praktik, melaksanakan
penilaian selama rentang waktu yang direncanakan, membandingkan kinerja peserta didik dengan
rubrik penilaian, melakukan penilaian yang dilakukan secara individual, mencatat hasil penilaian dan
mendokumentasikan hasil penilaian. Yang ketiga adalah pelaporan hasil penilaian tes adapun hal-hal
yang perlu diteliti dalam pelaporan hasil penilaian sebagai umpan balik terhadap penilaian melalui tes
praktik yaitu :Keputusan diambil berdasarkan tingkat capaian kompetensi peserta didik, kelaporan
diberikan dalam bentuk angka dan atau kategori kemampuan dengan dilengkapi oleh deskripsi yang
bermakna, kelaporan bersifat tertulis, pelaporan disampaikan kepada peserta didik dan orangtua
peserta didik, pelaporan bersifat komunikatif atau dapat dipahami oleh siswadan wali murid,
pelaporan mencantumkan pertimbangan atau keputusan terhadap capaian kinerja peserta didik. Dan
yang terakhir adalah acuan kualitas rubric, tes praktik harus memenuhi beberapa kriteria berikut
yaitu :Rubrik memuat seperangkat indikator untuk menilai kompetensi tertentu, indikator dalam
rubrik diurutkan berdasarkan urutan langkah kerja pada tugas atau sistematika pada hasil kerja siswa,
rubrik dapat mengukur kemampuan yang akan diukur (valid), rubrik dapat digunakan (feasible)
dalam menilai kemampuan siswa, rubrik dapat memetakan kemampuan siswa, dan rubrik disertai
dengan penyekoran yang jelas untuk pengambilan keputusan(Kunandar, 2015).
Selain dari penilain praktik ada juga penilaian berbasis projek adalah penilaian tugas-tugas
belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara
tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap
suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu.Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
penyelidikan dan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran dan indikator/topik tertentu
secara jelas (Sani, 2016).Pada penilaian projek, setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan:
yang pertama adalah kemampuan pengelolaan, maksudnya adalah kemampuan peserta didik dalam

313
Seminar Nasional Taman Siswa Bima Tahun 2019
http://semnas.tsb.ac.id/index.php/semnastsb2019/index e-ISSN: 2686 - 1879

memilih indikator/topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan. Yang kedua adalah relevansi, maksudnya adalah kesesuaian dengan mata pelajaran dan
indikator/topik, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
dalam pembelajaran. Dan yang ketiga adalah keaslian adalah proyek yang dilakukan peserta didik
harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap projek peserta didik. Selanjutnya, untuk menjamin kualitas perencanaan dan
pelaksanaan penilaian proyek, perlu dikemukakan petunjuk teknis.
Selain dari penilaian praktik dan penilaian projek adapula yang dimaksud dengan penilaian
portofolio. Penilaian portololio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan
seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui
minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu
(Sanjaya, 2006). Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian
peserta didik terhadap lingkungannya.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik atau hasil ulangan dari proses pembelajaran yang
dianggap terbaik oleh peserta didik (Sani, 2016). Akhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh guru. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta
didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan
langkah awal yang harus diperhatikan adalah perencanaan, pelaksanaan, acuan tugas, acuan rubric,
dan selanjutnya ada instrument penilaian. Adapun perencaan penilain portofolio adalahmenentukan
kompetensi dasar (KD) yang akan dinilai pencapaiannya melalui tugas portofolio pada awal semester
dan diinformasikan kepada peserta didik, merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dinilai
pencapaiannya melalui penilaian portofolio, menjelaskan tentang tujuan penggunaan macam dan
bentuk serta kriteria penilaian dari kinerja dan atau hasil karya siswa yang akan dijadikan portofolio
atau penjelasan disertai contoh portofolio yang telah pernah dilaksanakan, menentukan kriteria
penilaian portofolio ditentukan oleh guru dan siswa, menentukan format pendokumentasian hasil
penilaian portofolio minimal memuat topik kegiatan (tugas portofolio, tanggal penilaian, dan catatan
pencapaian) tingkat kesempurnaan portofolio, menyiapkan map yang diberi identitas: (nama siswa,
kelas/semester, nama sekolah, nama mata pelajaran, dan tahun ajaran) sebagai wadah
pendokumentasian portofolio peserta didik. Selanjutnya adalah pelaksanaan Penilaian
Portofolioadalahmelaksanakan proses pembelajaran terkait tugas portofolio dan menilainya pada saat
kegiatan tatap muka, tugas terstruktur atau tugas mandiri tidak terstruktur, disesuaikan dengan
karakteristik mata pelajaran dan tujuan kegiatan pembelajaran, melakukan penilaian portofolio
berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan atau disepakati bersama dengan peserta didik
(Kunandar, 2016).
Penilaian portofolio oleh peserta didik bersifat sebagai evaluasi diri, siswa mencatat hasil
penilaian portofolionya untuk bahan refleksi dirinya, mendokumentasikan hasil penilaian portofolio
sesuai format yang telah ditentukan, memberi umpan balik terhadap karya siswa secara
berkesinambungan dengan cara memberi keterangan kelebihan dan kekurangan karya dan cara
memperbaikinya dan diinformasikan kepada siswa, memberi identitas (nama dan waktu penyelesaian
tugas) mengumpulkan dan menyimpan portofolio masing-masing dalam satu map atau folder di
rumah masing-masing atau di loker sekolah, setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum
memuaskansiswa diberi kesempatan untuk memperbaikinya danmembuat “kontrak” atau perjanjian
mengenai jangka waktu perbaikan dan penyerahan karya hasil perbaikan kepada guru.Di teruskan
denganAcuan Tugas Penilaian Portofolio adalahtugas sesuai dengan kompetensi dan tujuan
pembelajaran yang akan diukur, hasil karya siswa yang dijadikan portofolio berupa pekerjaan (hasil
tes, perilaku siswa sehari-hari, hasil tugas terstruktur) dokumentasi aktivitas siswa di luar sekolah yang

314
Seminar Nasional Taman Siswa Bima Tahun 2019
http://semnas.tsb.ac.id/index.php/semnastsb2019/index e-ISSN: 2686 - 1879

menunjang kegiatan belajar, tugas portofolio memuat (aspek judul, tujuan pembelajaran, ruang
lingkup belajar, uraian tugas, kriteria penilaian), uraian tugas memuat kegiatan yang melatih siswa
mengembangkan kompetensi dalam semua aspek (sikap, pengetahuan, keterampilan), uraian tugas
bersifat terbuka dalam arti mengakomodasi dihasilkannya portofolio yang beragam isinya, kalimat
yang digunakan dalam uraian tugas menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah
dilaksanakan, dan alat dan bahan yang digunakan dalam penyelesaian tugas portofolio tersedia di
lingkungan siswa dan mudah diperoleh.
Selanjutnya adalah acuan Rubrik Penilaian Portofolioyangmemuat indikator kunci dari
kompetensi dasar yang akan dinilai pencapaiannya dengan portofolio, rubrik memuat aspek-aspek
penilaian yang macamnya relevan dengan isi tugas portofolio, rubrik memuat kriteria kesempurnaan
(tingkat, level) hasil tugas, rubrik mudah untuk digunakan oleh guru dan siswa, dan rubrik
menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami. Dan yang terakhir adalahbentuk Instrumen
Penilaianadalahkompetensi keterampilan berbentuk daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi dengan rubrik. Daftar Cek (Check-List) Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan
menggunakan daftar cek (baik-tidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat
nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat
diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai (Sanjaya, 2006). Kelemahan cara ini adalah penilai
hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-
tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan
mengamati subjek dalam jumlah besar (Oktaviyani, Herpratiwi dan Sukirlan, 2015).
Penilaian pengatahuan
Penilaian kompetensi pengetahuan merupakan aspek penilaian yang sudah sangat dikenal oleh
para guru. Penilaian kompetensi pengetahuan ini salah satunya meliputi adalah tes lisan yang
meliputi tes pilihan ganda, menjodohkan, benar salah, melengkapi, uraian singkat dan masih banyak
lagi. teknik dalam tes tulis untuk penilaian kompetensi pengetahuan. Soal tes tertulis yang menjadi
penilaian autentik adalah soal-soal yang menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri,
seperti soal-soal uraian. Soal soal uraian menghendaki peserta didik mengemukakan atau
mengekspresikan gagasannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri,
misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan (Ratnawulan dan Rusdiana,
2014). Setiap jenis penilaian ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Misalnya kelebihan dari tes
dalam bentuk uraian, adalah lebih mudah dalam mengembangkannya, dan memancing siswa untuk
dapat mengembangkan cara berpikir, serta melatih kemampuan berpikir kritis (Oktaviyani,
Herpratiwi dan Sukirlan, 2015). Kelemahan tes tertulis bentuk uraian antara lain cakupan materi
yang ditanyakan terbatas dan membutuhkan waktu lebih banyak dalam mengoreksi jawaban. Selain
itu memiliki unsur subyektifitas dari penilai yang sulit dihindari.
Penilaian dengan jenis pilihan ganda memiliki kelebihan antara lain memiliki unsur
obyektifitas yang tinggi, dapat melingkupi cukup banyak materi yang telah dipelajari siswa, dan
mudah dalam mengoreksi. Sedangkan kelemahannya antara lain, memerlukan kecermatan dalam
menyusun tesnya, lemah dalam melatih siswa untuk berpikir kritis, hanya dapat mengukur
kemampuan siswa pada tingkat kognitif yang paling rendah.Penilaian pengetahuan dapat
dilaksanakan dengan berbagai teknik, sepertiyang pertama adalah tes tulis dapat menggunakan
beberapa jenis penilaian seperti benar salah, pilihan ganda, menjodohkan, isian/melengkapi, dan
uraian. Yang kedua adalahtes lisanpenilaian dengan tes lisan dapat dilakukan dengan kuis dan tanya
jawab.Yang ketiga tespenugasan dapat dilakukan dengan tugas yang dilakukan secara individu
maupun kelompok di dalam satuan pendidikan atau di luar sekolah (Sani, 2016).

4. KESIMPULAN

315
Seminar Nasional Taman Siswa Bima Tahun 2019
http://semnas.tsb.ac.id/index.php/semnastsb2019/index e-ISSN: 2686 - 1879

Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, sebagai komponen yang tidak
terpisahkan penilaian harus direncanakan sejak awal sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Penilaian harus bersifat konprehensif, untuk mendapatkan informasi pada seluruh aspek
perkembangan siswa baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Penilaian yang dilakukan
secara komprehensif adalah penilaian autentik yang merupakan penilaian untuk menilai sejak awal
(input), proses dan keluaran (output) pembelajaran.
Penilaian autentik secara konseptual lebih bermakna siginifikan dibandingkan dengan tes
terstandar. Penilaian autentik juga diartikan sebagai proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang
mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat pada tujuan pembelajaran
dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Penilaian autentik juga
didapatkan pada beberapa penjelasan tentang penilaian berbasis kelas yang tediri dari tes (paper and
pen) dan non tes dapat berupa performance tes, penilaian produk, penilaian proyek dan portofolio.

Daftar Pustaka

Afandi, M. (2013). Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar. Semarang: Sultan Agung Press.
Ahmad, N. (2015). Buku Ajar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Interpena.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing: A revision of
Bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Addison Wisley Longman Inc.
Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Asrul., Ananda, R. & Rosnita. (2014). Evaluasi Pembelajaran (cet. kedua). Bandung: Citapustaka Media.
Kunandar. 2015. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013.Jakarta: PT Raja Grafindo.
Mas’udi. (2014). Evaluasi Sistem Pembelajaran. Junal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal. Vol. 2.
No. 2. Hal. 317-326.
Musfiqon, H.M.& Nurdyansyah. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik (cet pertama). Sidoarjo :
Nizamia Learning Center.
Oktaviyani, A., Herpratiwi., & Sukirlan, M. (2015). Evaluasi Program Pembelajaran Bahasa Inggris.
Jurnal Teknologi Informasi Komunikasi Pendidikan, Vol. 3. No. 4, Hal. 1-11.
Purwanto. (2016). Implementasi Penilaian Sikap Berdasarkan Kurikulum 2013 pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Membentuk Karakter Siswa di Sekolah
Menengah Pertama.http://eprints.ums.ac.id diakses pada Agustus 2019.
Ratnawulan, E. &Rusdiana. (2014). Evaluasi Pembelajaran Dengan Pedekatan Kurikulum 2013.
Bandung: Pustaka Setia Bandung.
Sani, R.A. (2016). Penilaian autentik. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada
Media Grup.
Wandt, E. & Brown, G.W. (1977). Essential for Educational Evaluation. California: Henry Holt and
Co.

316

Anda mungkin juga menyukai