Anda di halaman 1dari 46

Strategi Mengelola Kelas dengan Baik

Strategi mengelola kelas dengan baik - Mengelola kelas dengan baik bukanlah
pekerjaan mudah. Kesulitan mengelola kelas bukan hanya dirasakan oleh guru
baru. Guru yang sudah berpengalaman sekian tahun mengajar pun tak luput dari
permasalahan ini.

Segudang teori pengelolaan kelas yang sudah didapat guru kadang-kadang tidak
mumpuni ketika mempraktikkannya di depan kelas. Banyak sekali kendala yang
ditemui saat guru berhadapan dengan siswa.

Kendala mengelola kelas akan berpengaruh pada efektifitas dan efisiensi


pembelajaran. Banyak waktu belajar terbuang sia-sia karena adanya gangguan oleh
prilaku siswa yang menyimpang. Guru terpaksa menghabiskan waktu untuk
memarahi atau menegur perilaku siswa yang menyimpang.

Begitu pula suasana pembelajaran sering terganggu oleh suasana gaduh. Siswa
benar-benar tidak memikirkan dan terlibat pembelajaran yang berlangsung. Guru
asyik menerangkan pelajaran di depan kelas sementara siswa asyik pula
bercengkrama dengan temannya.

Mengapa perlu mengelola kelas dengan baik?


Mengelola kelas berarti mengkondisikan kelas untuk menciptakan pembelajaran
yang efektif dan efisien. Ciri-ciri pembelajaran efektif dan efisien adalah: (a).
proses belajar menyenangkan dan tidak monoton, (b). materi pelajaran (meskipun
kadang-kadang sulit) sangat dirasakan oleh siswa manfaatnya.
Bagaimana mengelola kelas dengan baik? Berikut ini adalah strategi penting dalam
mengelola kelas belajar:

1.Mengelola kelas itu seni dan keterampilan


Banyak orang menganggap cara dan gaya berbicara di depan kelas tidak banyak
berpengaruh terhadap pengelolaan kelas. Ini adalah kekeliruan besar pada
anggapan ini. Mengajar itu mengandung sentuhan nilai seni dan keterampilan.
Maka tak salah jika guru dikatakan sebagai seniman pembelajaran.

Seni mengelola kelas meliputi cara dan gaya guru berbicara saat mengajar.
Termasuk didalamnya gerak-gerik anggota tubuh yang akan menarik perhatian
siswa saat menerima pelajaran. Intonasi dan nada sewaktu berbicara sangat
menentukan kejelasan materi yang disampaikan guru.

2.Mengelola kelas itu memerlukan perencanaan


Guru itu disainer pembelajaran. Memang, pembelajaran itu sudah dirancang
sebelumnya. Rancangan itu berupa persiapan tertulis sebagai panduan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru sudah memperkirakan segala
kemungkinan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.

Waktu pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran dari menit awal sampai
menit akhir. Kemungkinan gangguan dari prilaku siswa yang menyimpang sudah
diantisipasi oleh guru sehingga waktu tidak habis untuk memarahi dan menegur
siswa.

3.Mengelola kelas adalah mengatasi masalah belajar


Guru sebagai pelaksana pembelajaran perlu memusatkan segenap perhatiannya
kepada proses pembelajaran agar terjadi pembelajaran yang efektif dan efisien.
Salah satu bentuk perhatian guru adalah persiapan pembelajaran yang matang,
baik secara administratif maupun sikap mental guru.
Mengapa Sulit Mengelola Kelas (?)
Mengapa sulit mengelola kelas? Artikel ini merupakan kelanjutan pembahasan
sebelumnya tentang pentingnya pengelolaan kelas oleh guru. Dalam praktiknya,
pengelolaan kelas dalam melaksanakan pembelajaran, diyakini tidak semudah
membalik telapak tangan. Terutama sekali bagi calon guru yang sedang praktik
lapangan atau guru yang baru terjun ke lembaga sekolah.

Akan tetapi bukan mustahil guru yang sudah puluhan tahun mengajar masih
mengalami kendala dalam mengelola kelas. Pembelajaran berlangsung sering
gaduh. Siswa berbuat sekehendak hatinya di ruang kelas. Namun sangat
disayangkan, sebagian guru masih tertutup dan malu mengakui hal ini. Mungkin
karena merasa kredibilitas sebagai guru senior akan menurun.

Sebenarnya, kendala guru dalam mengelola kelas itu tetap ada karena yang
dihadapi guru bukanlah benda mati melainkan individu yang baru berkembang dan
bersifat dinamis. Berikut ini penyebab utama sulitnya mengelola kelas:

1.Kurang menguasai materi pelajaran


Proses belajar yang tersendat-sendat menjadi indikator utama
kurangnya penguasaan guru terhadap materi yang akan diajarkan. Hal ini dapat
merusak konsentrasi dan kesiapan siswa menerima pelajaran. Bahkan, siswa akan
terpancing untuk melakukan perbuatan iseng yang mengganggu proses belajar.
Indikator lainnya adalah guru melakukan kesalahan yang berulang-ulang dalam
menyampaikan materi pelajaran. Hal ini akan berdampak buruk terhadap
kepercayaan siswa atas kebenaran materi pelajaran yang disampaikan guru.
Bahkan bisa berakibat menurunnya rasa hormat siswa kepada gurunya.

2.Strategi dan metode yang kurang tepat


Kendala lain yang masih berasal dari guru, dan menjadi kendala dalam mengelola
pembelajaran adalah strategi dan metode mengajar yang digunakan kurang tepat.
Dalam hal ini, diartikan bahwa strategi dan metode yang digunakan guru tidak
sesuai dengan materi pelajaran atau kondisi siswa. Akibatnya, pengelolaan kelas
dalam pembelajaran akan terganggu. Prilaku siswa yang menyimpang sangat
mudah berawal dari strategi dan metode mengajar yang kurang tepat. Siswa
merasa pembelajaran yang sedang berlangsung tidak ada manfaatnya karena tidak
bisa diterima dengan baik.

3.Kapasitas kelas yang melebihi


Kita dapat bayangkan, mengelola orang dewasa dalam satu ruangan dengan
kapasitas padat sudah bukan main sulitnya. Apalagi yang dihadapi siswa yang
memiliki kelakuan dan tabiat yang heterogen.Jika melebihi kapasitas ini, niscaya
akan mengganggu pengelolaan kelas. Persoalan-persoalan akan banyak muncul
apabila suatu kelas diisi oleh banyak siswa.

4.Hubungan komunikasi yang tidak harmonis


Kendala yang tak dapat dianggap sepele adalah hubungan komunikasi yang kurang
harmonis antara guru dan siswa. Hubungan yang kurang harmonis dapat memicu
terkendalanya pengelolaan kelas oleh seorang guru. Jika seorang guru menganggap
sepi kehadiran satu atau dua orang siswa dalam kelas, akan berdampak buruk
terhadap keamanan kelas. Siswa yang dianggap sepi kehadirannya oleh guru akan
memancing terhambatnya kelancaran pembelajaran.

Demikian saja uraian penyebab sulitnya mengelola kelas oleh guru dalam
pembelajaran. Mudah-mudahan jika ada kesempatan akan diketengahkan
bagaimana mengelola kelas yang efektif dan efisien.
6 Tips Mengelola Kelas dengan Baik
6 Tips mengelola kelas dengan baik - Mengelola kelas adalah tindakan guru untuk
menciptakan suasana agar pembelajaran berlangsung dengan baik.

Tujuan pembelajaran akan tercapai secara efektif dan efisien. Hasil belajar dapat dirasakan
oleh siswa secara langsung sehingga terwujud pembelajaran bermakna bagi siswa.

Akan tetapi dalam praktiknya, mengelola kelas bukanlah pekerjaaan yang gampang
bagi sebagian guru. Teori-teori yang berlaku kadang-kadang tidak mempan ketika
diterapkan di ruang kelas.

Guru masih saja mengalami masalah ketika menghadapi siswa di ruang kelas. Lalu apa
alternatif upaya yang perlu dilakukan guru?

Foto : Guru mengelola kelas dalam pembelajaran (pixabay.com)

1.Memahami teori pembelajaran


Teori tentang pembelajaran harus dikuasai namun tidak diterapkan mentah-mentah.
Referensi digunakan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa
di lapangan.
Karakter siswa berbeda di daerah pedesaan atau perkotaan, sekolah unggulan dan non
unggulan. Itu artinya, mengelola pembelajaran tidak dapat disamaratakan caranya. Misalnya
ketika mengelola pembelajaran di kelas non-unggulan akan berbeda dengan mengajar di
kelas unggulan.
2.Menguasai materi pembelajaran
Guru harus menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan. Dengan demikian guru
akan percaya diri berdiri di depan kelas tanpa banyak melihat buku sumber.

Tersendatnya pembelajaran sering disebabkan karena guru kurang menguasai


materi pelajaran. Atau guru tidak siap mengajar karena situasi dan keadaan tertentu.

3.Gaya mengajar yang khas


Yang tak kalah penting adalah stil atau gaya mengajar yang ditunjukkan guru ketika
menghadapi siswa di dalam kelas. Gaya mengajar meliputi penampilan, gaya dan cara
berbahasa, serta sikap guru. Pembelajaran akan mudah dikelola melalui unsur-unsur stil
mengajar yang disebutkan. Guru perlu memiliki stil mengajar yang khas.

4.Gunakan metode mengajar yang pas


Metode mengajar disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran dan peserta didik.
Metode ceramah digunakan bila guru yakin akan kemampuan berceramah cukup memadai.

Akan tetapi jika tidak memungkinkan, guru dapat menggunakan metode lain yang
dianggap dapat memudahkan dalam mengatur siswa dengan baik.

5.Kontrol disiplin belajar


Disiplin belajar dilaksanakan bersifat konsisten dan kontinyu. Ada aturan yang jelas dan
spesifik sebelum memulai maupun mengakhiri pembelajaran. Misalnya, pelajaran belum
akan dimulai sebelum semua siswa berada dalam.
5 Ciri Guru yang Sukses dalam Mengajar
5 Ciri guru yang sukses dalam mengajar Semakin tidak mudah untuk menjadi
seorang guru yang sukses mengajar di tengah era milenium sekarang. Padahal,
beberapa dekade belakang, menjadi guru sukses itu tidak begitu rumit.

Foto : Ilustrasi guru sukses mengajar (pixabay.com)

Ada apa gerangan dengan era milineal ini? Dinamika perkembangan zaman menjadi
tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan di sekolah maupun di lingkungan
keluarga. Perkembangan produk teknologi informasi dan komunikasi membuat guru
(termasuk orangtua) harus berpikir keras untuk menghadapi anak terutama pada
usia sekolah.

A.Kemajuan produk teknologi


Peserta didik tidak semata mengharapkan informasi pengetahuan dari lembaga
sekolah. Mereka dapat mengakses informasi tersebut dengan mudah melalui gadget
dan perangkat lainnya.

Materi pelajaran yang akan diterangkan oleh guru esok hari akan dapat diakses oleh
anak hari ini. Semua disiplin ilmu dari berbagai mata pelajaran sudah tersedia di
internet. Melalui gadget dan perangkat akses lainya, peserta didik bisa memperoleh
semua itu dengan mudah.

Kemajuan produk teknologi akan menyebabkan guru tidak dapat lagi mengandalkan
dirinya sebagai sumber informasi satu-satunay bagi anak didik. Oleh sebab itu para
guru juga harus menggeser perannya dari seorang pengajar menjadi seorang
pembelajar sekaligus motivator belajar.
Guru perlu memanfaatkan produk teknologi komputer dan jaringan untuk belajar dan
mengakses sejumlah pengetahuan untuk ditranfer ke peserta didik.

Kemajuan produk teknologi juga mengharuskan guru untuk mendorong anak belajar
serta menyediakan fasilitas untuk belajar. Fasilitas belajar tidak hanya fasilitas fisik
di sekolah. Lebih luas adalah memberi kemudahan atau jalan bagi anak untuk
mengakses informasi pengetahuan sesuai dengan disiplin ilmu yang diajarkan.
Simak : Pendidikan Komputer dan Internet di Sekolah

B.Batasan sukses mengajar


Hakikat guru sukses mengajar di era milenial jauh beda dengan era sebelumnya.
Dulu, guru sukses mengajar itu sering dimaknai sanggup mengelola kelas dengan
baik. Siswa belajar dengan tenang di ruang kelas.

Melipat tangan di atas meja. Serius mendengar penjelasan guru di depan


kelas.Tidak ada yang membuat keonaran di kelas. Tidak ada yang berani
membantah guru. Apalagi minta permisi meninggalkan kelas dan tidak kembali.

Akan tetap dalam praktiknya sekarang, guru yang mampu seperti itu akan sulit
ditemui. Kalau pun ada, itu pun terjadi pada sekolah yang berlabel unggul atau
favorit. Bagaimana dengan sekolah reguler yang berada di pinggiran kota, di
pedesaan atau di daerah terpencil sekalipun?

Ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru yang benar-benar berminat jadi guru sejak
awal. Tantangan disini adalah tantangan menarik yang perlu dihadapi dan dijalani
oleh guru tersebut dengan sejumlah kompetensi tertentu.

C.Ciri guru sukses mengajar


Guru yang sukses mengajar bersifat relatif. Sukses adalah aspek kualitas yang tak
mungkin dilabeli dengan angka pasti. Oleh sebab itu, berdasarkan batasan sukses
mengajar di era sekarang, maka ciri guru sukses dalam mengajar dideskripsikan
sebagai berikut:

1.Dapat beraudiensi dengan siswa


Di lingkungan sekolah, kadang-kadang guru tidak lagi sempat untuk beraudiensi
dengan peserta didik karena kesibukan dan keterbatasan waktu. Selain karena
jumlah jam mengajar yang banyak, guru juga disibukkan dengan perangkat
pembelajaran. Semua aktivitas ini menyita waktu dan energi guru.

Selain dari kesibukan guru, ada pula penyebabnya karena keengganan siswa untuk
beraudiensi dengan gurunya. Aktiviats siswa juga tak kalah padatnya di sekolah.
Waktu tersedia untuk beraudiensi dengan guru juga terbatas.

Kalau pun ada siswa dan guru terlihat beraudiensi, itu pun karena anak bermasalah
dengan guru tersebut selama pembelajaran. Bertukar pikiran dan diskusi umumnya
tidak sempat lagi.
Oleh sebab itu, salah satu ciri guru yang sukses mengajar adalah guru yang memiliki
kesempatan berkomunikasi dua arah dengan audiensnya. Tema belajar dalam kelas
ikut terbawa dalam percakapan antara guru dan siswa di luar ruang kelas.

2.Mengelola kelas dengan efektif


Dinamika pergaulan sosial siswa akan terbawa-bawa ke dalam ruangan kelas.
Obrolan siswa kadang-kadang tidak ada kaitannya dengan pelajaran di sekolah. Hal
itu tidak mustahil terbawa ke ruang kelas ketika guru sedang mengajar.

Ketika guru menjelaskan pelajaran, siswa juga asyik ngobrol dengan teman terdekat
tempat duduknya. Yang lebih serius lagi justru siswa membuat keonaran sehingga
kelas menjadi riuh.

Maka ciri guru sukses mengajar adalah siswa yang mampu mengelola kelas dengan
efektif. Mengelola kelas dengan efektif artinya menciptakan suasana kelas yang bisa
mendukung terlaksananya pembelajaran dengan optimal.
Simak juga: Strategi Mengelola Kelas dengan Baik

3.Menggunakan multi-metode
Pembelajaran yang berlangsung di ruang kelas tidak cukup menggunakan satu
metode saja sebagaimana lazimnya ditulis guru dalam perangkat mengajarnya.
Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana karakter materi pelajaran yang yang
akan diajarkan. Artinya, metode yang digunakan sesuai dengan karakter materi
pelajaran.

Selain karakter materi pelajaran, karakter siswa pun perlu dipahami oleh guru. Justru
yang lebih penting adalah bagaimana karakter peserta didik yang dihadapi. Kenapa?
Karakter materi bersifat konstan, artinya dapat diprediksi dan bersifat tetap. Namun
karakter siswa bersifat berubah.

Sering guru merasa kecolongan karena metode mengajar tidak sesuai dengan yang
ditulis dalam perangkat mengajar. Guru memaksakan agar metode tersebut
ter;laksana. Namun kondisi pembelajaran tidak memungkinkan. Suasana kelas
cukup gerah sehingga siswa gelisah di dalam kelas.

Oleh sebab itu ciri guru sukses mengajar adalah guru yang mampu mengadopsi
berbagai metode (multi-metode) dalam pembelajaran. Guru tidak terikat oleh metode
yang tertulis di buku perangkat mengajar.

4.Optimis dan antusias mengajar


Sulit menemukan seorang guru yang tidak pernah menghadapi kendala dalam
mengajar. Hal ini mengisyaratkan bahwa mengajar itu tidak luput dari berbagai
permasalahan.

Permasalahan itu berasal dari diri guru sendiri maupun dari luar dirinya.
Permasalahn dari diri guru antara lain kemampuan berbahasa, berkomunikasi dan
penguasaan materi pelajaran.

Sementara itu, permasalahan dari luar diri guru antara lain keterbatasan sarana dan
prasarana penunjang pelajaran, karakter peserta didik dan kebijakan pimpinan di
tingkat sekolah.

Oleh sebab itu guru sukses mengajar adalah guru yang selalu optimis dan antusias
dalam menghadapi poeserta didik. Ini adalah unsur penting dimiliki guru disamping
kompetensi (kemampuan) lainnya

5.Evaluasi terhadap kemajuan mengajar


Ciri guru sukses terakhir yang akan dibahas adalah guru yang selalu mengevaluasi
hasil pekerjaannya. Eavaluasi disini bukanlah evaluasi terhadap proses dan hasil
belajar siswa. Menilai hasil pekerjaan siswa setelah ujian.

Eavaluasi terhadap pekerjaannya adalah sejauhmana keberhasilan pembelajaran


yang dijalankan guru serta hasil yang diperoleh.
Setelah evaluasi adalah tindak lanjut hasil evaluasi kinerja guru. Jika teknik dan
metode mengajar yang digunakan guru ternyata kurang efektif maka berikutnya guru
akan mencoba teknik dan metode lain.

Nah, proses evaluasi seperti itu lebih dikenal dengan penelitian tindakan kelas
(PTK). Guru melaksanakan PTK seyogyanya tidak semata untuk memenuhi
kebutuhan administrasi kenaikan pangkat/jabatan ke tingkat yang lebih tinggi.

Justru setiap guru akan melaksanakan kegiatan PTK dalam rangka evaluasi
terhadap pelaksanaan mengajar sekaligus evaluasi perkembangan belajar siswa.
Untuk melengkapi bacaan, mungkin perlu disimak yang ini!
Baca juga : Tujuan dan Manfaat PTK Bagi Guru

Kalau pelajaran sudah diumulai, siswa yang terlambat tidak boleh masuk kelas.
Konsentrasi belajar akan buyar ketika siswa datang terlambat dan diizinkan masuk
kelas.

6.Kesiapan siswa
Tidak memulai belajar kalau siswa belum siap adalah langkah efektif untuk
mengelola siswa. Siap mental menerima pelajaran, siap peralatan belajar seperi alat
tulis, dan lain sebagainya.

Minimal dengan 6 tips di atas menjadi upaya berarti bagi guru dalam mengelola
kelasdengan baik. Tentu saja masih banyak tips lain yang dapat dikembangkan
dalam mengelola pembelajaran. Namun semuanya tergantung pada daya kreativitas
dan inovasi masing-masing guru.
7 Inspirasi Metode Mengajar Unik
Agar Kelas Menyenangkan
BY RUANGGURU WRITER MAR 17, 2017

Pada umumnya, sosok guru identik dengan penampilan rapi, kaku, dan
disiplin ketat. Tak jarang pula profesi pahlawan tanpa tanda jasa ini
dianggap membosankan. Bahkan, banyak juga anggapan bahwa guru
cenderung membuat murid merasa segan, bahkan takut. Alhasil, jam
istirahat dan pulang adalah yang paling dinanti karena suasana di kelas
penuh ketegangan. Yuk ubah pandangan tersebut! Berikut ada 7 guru yang
mempraktikkan metode pengajaran unik yang bisa dijadikan inspirasi.
Simak yuk!

1. Membuat Peace Post Card

Saara Suaib Hanafi, seorang guru Bahasa Inggris di SMP Al-Azhar 9


Bekasi berhasil menciptakan metode mengajar unik dan inovatif. Metode
tersebut disebut dengan Peace Post Card. Peace Post Card adalah
terobosan yang dilakukan Saara dalam dunia belajar di Indonesia. Setiap
siswa diberikan kartu seperti kartu pos yang nantinya akan mereka tuliskan
pesan perdamaian. Di sini, para siswa diajarkan untuk mampu
menyampaikan pendapat. Kemudian hasilnya akan dipresentasikan
dengan siswa di luar negeri melalui aplikasi Skype. Sungguh menarik
sekali metode yang dibuat Saara ini.

Saara Suaib Hanafi di Barcelona (Sumber: swa.co.id)


Berkat karya inovasi metode mengajar uniknya Saara juga berhasil
mewakili Indonesia di Barcelona, Spanyol. Saara mengikuti Ajang Microsoft
Global Education Forum pada Bulan Maret 2014. Di sana, Saara meraih
juara learning tools yang dilombakan bersama 5 kelompok guru
internasional lain. Saara sangat menyukai profesi guru karena dia berpikir
bahwa hanya dengan menjadi guru dia bisa bermanfaat untuk orang lain.
Dia ingin memberi inspirasi dari apapun bentuknya yang baik untuk para
siswanya.

2. Simulasi Kesadaran Berkonstitusi

Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) sering kali dianggap


remeh. Siswa merasa kebingungan, untuk apa sih belajar PKN?
Mereka cukup pusing dengan banyaknya hafalan. Menurut Rahayuningsih,
seorang guru di SMK Muhammadiyah 4 Surakarta, metode mengajar
secara konvensional pelajaran PKN ini malah membuat siswa bosan.
Berawal dari permasalahan itu, guru yang biasa dipanggil Yayuk ini
membuat metode mengajar unik, yaitu Simulasi Kesadaran Berkonstitusi.

Yayuk memberikan materi PKN yang berisi 37 pasal seperti bermain


Monopoly. Namun, bedanya adalah kertas yang digunakan lebih besar
ukurannya dan bisa ditempelkan pada papan tulis ukuran kecil. Siswa ada
yang berperan sebagai fasilitator, narasumber, penonton, dan pemain.
Hasilnya, siswa dapat menghafalkan isi kandungan pasal-pasal melalui
kartu masalah dan kartu sanksi yang dibuat. Metode unik ini sudah
diterapkan di sekolah tempatnya mengajar. Hebatnya, metode ini pun
membawa dirinya menjadi Juara 1 Lomba Kreativitas Guru Tingkat
Nasional pada tahun 2013.

3. Multimedia Interaktif

Di zaman digital seperti sekarang ini, cocok sekali menerapkan metode


mengajar berbasis multimedia. Nura Uma Annisa, guru Taman Kanak-
kanak (TK) Al Azhar 22, Semarang berhasil menerapkan multimedia
pembelajaran interaktif. Nura menghasilkan karya animasinya sendiri.
Mulai dari pembuatan materi melalui merekam suaranya sendiri,
pembuatan video, sampai dengan pembentukan gambarnya.
Nura mengajar anak TK. (Sumber: tkalazhar22.com)

Menurutnya, merekam suara dan video secara real akan meningkatkan


minat belajar anak-anak TK yang kebanyakan masih sulit membaca.
Suaranya pun dibuat layaknya anak kecil. Jika mengambil suara lain,
kadang masih seperti suara orang dewasa. Melihat gambar nyata dan
menirukan suara anak-anak bisa membuat siswanya lebih memperhatikan
dan mudah menyerap pelajaran. Nura berhasil meraih penghargaan
Nasional Inovatif Teacher 2011 dan Microsoft Innovation Challenging
Contexts Asia Pasific Forum 2012, New Zealand.

4. Alat Peraga Matematika

Matematika acapkali menjadi pelajaran yang ditakuti para siswa. Namun,


Juli Eko Sarwono berhasil mengubah metode mengajarnya yang otoriter
dan text book menjadi fun. Ia adalah seorang guru Matematika di SMP 19
Purworejo. Dulu, Juli menerapkan metode belajar yang membuat siswanya
takut belajar mata pelajaran hitung-hitungan tersebut. Ia bahkan dikenal
sebagai guru Matematika tergalak.

Akan tetapi, Juli mengubah itu semua. Semua sebutan galak yang
diberikan siswa pada dirinya sirna. Ia menerapkan metode belajar yang
cukup unik dengan alat peraga, misalnya motornya. Motor tersebut
dimasukkan ke kelas hanya untuk sebagai contoh dalam materi tabung dan
lingkaran. Niat banget ya? Tapi, cara ini tidak sia-sia dilakukan
karena membuatnya masuk nominasi Liputan 6 Award 2013. Nilai para
siswa di sekolahnya pun meningkat dengan penerapan metode tersebut.

5. Mengingat unsur kimia melalui lagu


Menghafal tabel periodik unsur yang dipenuhi huruf dan angka memang
tidak mudah. Hal ini terkadang membuat siswa jadi keburu malas. Nah,
untuk menyiasatinya, salah seorang guru di luar negeri membuat jembatan
keledai untuk mempermudah siswanya dalam menghafal. Ia menggunakan
lirik lagu Bad Romance milik Lady Gaga untuk menyusun tabel periodik
unsur. Wah, kreatif sekali, bukan?

Rumus kimia yang dibuat seperti lagu lady gaga. (Sumber:


humor.atresmedia.com)

Bagi para pengajar Kimia di Indonesia, cara mengajar unik ini patut dicoba
lho. Malahan, kreativitas para pengajar pun akan terasah karena membuat
jembatan keledai. Tidak ada salahnya untuk mengubah metode mengajar
yang terlalu serius menjadi lebih fun. Itu semua dilakukan demi
menumbuhkan kecintaan para siswa terhadap pelajaran Kimia.

6. Mengajar dengan Meme


Mengajar dengan
meme. (Sumber: cdns.com)

Apa yang terpikir oleh Anda mengenai meme? Pasti langsung teringat
dengan 9gag atau 1cak. Biasanya, meme ini banyak digemari sebagai
hiburan karena gambar dan kata-katanya yang membuat kita tertawa dan
geleng kepala. Nah, ada seorang guru yang memanfaatkan meme ini untuk
mengajar. Salah satunya contohnya yaitu gambar di atas, untuk
menjelaskan sifat-sifat cairan, ia menggunakan meme kucing sebagai
sarana.

7. Membuat Rumus di Tangan

Seorang dosen Kimia bernama Zoe Waller, Universitas East Angelia,


Inggris menggunakan kulitnya untuk mengajar tentang obat-obatan dan
rangkaian molekul. Kulitnya menderita kelainan yang disebut
dermatographia.Ini merupakan kondisi di mana bila menggembung akan
memunculkan ruam gatal pada kulit. Dermatographia terjadi saat sel di
bawah permukaan kulit melepaskan senyawa kimia histamin, meski di
bawah tekanan paling ringan. Akan tetapi, penyakit yang dideritanya justru
membuat Zoe berinisiatif melakukan metode mengajar unik
tersebut. Mahasiswanya harus mempelajari 100 jenis obat setiap hari. Ia
pun akan menggambarkan obat baru yang akan dipelajari di kulitnya.
Mengajar dengan menggambarkan di kulit. (Sumber: cdn.com)

Akan tetapi, untuk metode mengajar satu ini, tidak semua guru bisa
melakukannya. Alternatif yang bisa dilakukan jika ingin mengikuti metode
unik tersebut bisa diganti dengan menempelkan kertas yang sudah di
gambar rumus-rumus Kimia.

Itulah beberapa metode mengajar unik yang dilakukan oleh guru-guru di


dunia. Mereka melakukan itu semua hanya agar para muridnya bisa
menyukai dan tidak merasa bosan belajar. Metode mengajar unik seperti
apa yang pernah Anda lakukan? Yuk berbagi di kolom komentar. Siapa
tahu bisa jadi inspirasi bagi guru lain. Cheers! (DNI/TN).
Pembelajaran Berpusat Pada Siswa | Student
Centred Learning

7 Votes

Oleh : EndartaAdiM
Pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) BUKAN
pendekatan baru di dunia pendidikan, tetapi memang Pembelajaran Berpusat Pada
Siswa BARU bagi dunia pendidikan Indonesia. Pembelajaran Berpusat Pada
Siswa (Student Centred Learning) merupakan pendekatan Pembelajaran
Kurikulum 2013 tertuang secara jelas dalam Permendikbud No. 81A tentang
Implementasi Kurikulum 2013. Pada dokumen regulasi tersebut Pembelajaran
Berpusat Pada Siswa (Student Centred Learning) sebagai ciri Pembelajaran
Kurikulum 2013 perlu diikuti dengan penyempurnaan pola pikir (mindset) sebagai
berikut (Permendikbud No. 70 Thn 2013) :
1. perubahan dari pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik)
menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-
lingkungan alam, sumber/ media lainnya) pada Pembelajaran Kurikulum 2013 ;
2. pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik
dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi
serta diperoleh melalui internet) pada Pembelajaran Kurikulum 2013 ;
3. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran
siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan
sains) pada Pembelajaran Kurikulum 2013 ;
4. pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim) pada Pembelajaran
Kurikulum 2013 ;
5. pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia pada Pembelajaran Kurikulum 2013 ;
6. pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan
memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta
didik pada Pembelajaran Kurikulum 2013 ;
7. pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines) pada Pembelajaran
Kurikulum 2013 ; dan
8. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis pada Pembelajaran
Kurikulum 2013 .
Pembelajaran berpusat pada siswa

Dengan penerapan pendekatan-pendekatan di atas secara terpadu, proses


pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) pada
pendekatan pembelajaran kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan
lulusan yang menguasai 4 (empat) kompetensi inti lulusan yaitu :
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) menjadi pendekatan


wajib bagi pembelajaran kurikulum 2013 yang mendahulukan kepentingan dan
kemampuan siswa (dalam belajar). Pembelajaran berpusat pada siswa (Student
Centred Learning)harus memberi ruang bagi siswa untuk belajar
menurut ketertarikannya, kemampuan pribadinya, gaya belajarnya. Siswa secara
natural berbeda-beda satu dengan yang lainnya baik dalam ketertarikannya terhadap
suatu bahan ajar, kemampuan intelektual masing-masing maupun dalam gaya
belajar yang disukainya. Guru dalam pembelajaran kurikulum 2013 yang berpusat
pada siswa (student centred) berperan sebagai fasilitator yang harus mampu
membangkitkan ketertarikan siswa terhadap suatu materi belajar dan menyediakan
beraneka pendekatan cara belajar sehingga siswa (yang berbeda-beda
tersebut) memperoleh metoda belajar yang paling sesuai baginya. Lebih
jauh lagi kemampuan intelektual dari masing-masing siswa berbeda-beda. Sebagian
siswa bisa belajar secara mandiri dengan cara mendengar, membaca, melihat,
menonton video, mengikuti demonstrasi keahlian tertentu dsb. sendiri tanpa orang
lain membantunya, namun sebagian lainnya siswa perlu berinteraksi / berkolaborasi
dengan lingkungan belajar lainnya seperti dengan teman-temannya, guru,
lingkungan kelas, sekolah dan bahkan perlu bekerja bersama dalam suatu kelompok
kerja. Sebagian yang lain lagi perlu sedikit bermain dengan tantangan dsb. Karena
itulah di dalam pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred
Learning) pada pembelajaran kurikulum 2013, guru perlu menyediakan
wahana, media dan pendekatan cara belajar yang bervariasi pada pembelajaran
kooperatif / kerja kelompok.
Pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) menurut konsep
pembelajaran Kurikulum 2013 SMK SMA SMP SD diwujudkan melalui
kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi,
mengkomunikasikan yang diistilahkan dengan pendekatan saintifik. Melalui 5
tahapan tersebut guru pada pembelajaran berpusat pada siswa menurut Kurikulum
2013 SMK SMA SMP SD harus mampu memotivasi dan membangkitkan
ketertarikan siswa pada topik pelajaran, membimbing siswa mempertanyakan fakta-
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses-proses maupun prosedur-prosedur
yang relefan. Selanjutnya guru harus mampu memfasilitasi dan membimbing siswa
mengumpulkan informasi-informasi pendukung fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, proses-proses maupun prosedur-prosedur tersebut untuk kemudian
dibimbing mengasosiasikan, menemukan hubungan dan menyimpulkan. Tahapan
terakhir pembelajaran berpusat pada siswa menurut pembelajaran Kurikulum
2013 SMK SMA SMP SD adalah mengkomunikasikan semua aspek fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip maupun prosedur-prosedur, hubungan antar elemen
tersebut. Jangan lupa semua tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan harus dirasakan oleh
siswa secara individual maupun dalam kerja sama atau kerja
kelompok atau pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan semua
anggota kelompok harus terlibat berkolaborasi, punya peran masing
masing (bersifat kolaboratif collaborative learning).
Pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) kadang masih terasa
klise bagi kita yang sedang dalam tahapan mengadaptasi perubahan. Untuk
memberi gambaran pembanding berikut adalah video penerapan pembelajaran
kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa dengan menerapkan juga prinsip
pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif, penerapan TIK ICT,
menerapkan pengalaman belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi, mengkomunikasikan(jejaring) yang substansi strateginya diperoleh
dalam Pelatihan Master Trainer Pedagogy Program kerjasama Indonesia
Singapore (Institute of Technical Education ITE Singapore atas bantuan
pendanaan Temasek Foundation).
Selama ini kita sudah mengenal dua pendekatan belajar yaitu pendekatan belajar
berpusat pada guru (teacher centred learning) dan pembelajaran berpusat pada
siswa (Student Centred Learning). Pada kenyataannya, selama ini
proses pembelajaran berpusat pada siswa tidak begitu mendapat perhatian dan
penekanan untuk mengimplementasikannya sehingga sebagian besar proses
pembelajaran condong menerapkan prinsip sebaliknya yaitu pembelajaran
berpusat pada guru. Guru lebih dominan berceramah dan memberi instruksi
dibanding membimbing dan memfasilitasi belajar siswa. Marilah kita mencoba
sedikit demi sedikit menuju . Pembelajaran berpusat pada siswa
(Student Centred Learning) yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran
kurikulum 2013.
Prinsip Dasar Pembelajaran berpusat pada siswa
Pembelajaran berpusat pada siswa (student centred learning) yang menjadi
ciri pembelajaran kurikulum 2013 merujuk pada teori constructivism yang
menempatkan siswa sebagai individu yang memiliki bibit ilmu di dalam dirinya yang
memerlukan berbagai aktifitas / kegiatan untuk
mengembangkannya menjadi pemahaman yang bermakna terhadap sesuatu hal.
Dalam pandangan pembelajaran kurikulum 2013 ini siswa perlu dan harus terlibat
mengkonstruksi pemahaman melalui penalaran oleh diri sendiri maupun dalam
kelompok diskusi atau suatu kelompok kecil yang membahas suatu materi belajar.
Guru lebih bersifat sebagai fasilitator dalam proses membangun pengetahuan
tersebut.
Pada pembelajaran berpusat pada siswa (student centred learning) ini siswa
mengambil tanggung jawab yang lebih untuk memantau kemajuan belajar mereka
sendiri. Tugas belajar yang harus mereka selesaikan bersifat lebih terbuka dan
menantang untuk dikuasai (boleh jadi mempunyai varian penyelesaian tergantung
pada situasinya). Siswa lebih terlibat jauh dalam berpikir tingkat yang lebih
tinggi (high order thinking). Dalam pendekatan ini siswa secara berdiskusi
dengan kelompoknya mengeksplorasi secara mandiri terhadap suatu permasalahan.
Di dalam implementasi pembelajaran berpusat pada siswa (student centered
learning) yang sesuai pendekatan-pendekatan berikut harus dipenuhi agar lebih
menjamin implementasi yang tepat. Pendekatan-pendekatan yang penting adalah:
Siswa harus jelas apa yang mereka butuhkan untuk dicapai.
Mereka harus melihat belajar sebagai sesuatu yg bermakna.
Bimbingan (atau panduan) harus disediakan untuk membantu siswa mencapai hasil
yang diinginkan
harus ada kegiatan yang diperlukan siswa untuk membangun pengetahuan
mereka sendiri dari berbagai sumber belajar

pembelajaran berpusat pada siswa | grafik relasi aktifitas terhadap tingkat serapan ingatan
Source: Diadopsi dari Pelatihan Master Trainer Pedagogy Program Indonesia-
Singapore 2012
Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa semakin aktif siswa terlibat di dalam proses
belajar berkelompok semakin tinggi prosentase serapan siswa terhadap materi yang
dipelajarinya.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana merancang pembelajaran kurikulum


2013 yang menerapkan Pembelajaran Berpusat Pada Siswa?
Strategi Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Berpusat Pada Siswa (Student
Centred Learning)
Pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) yang
merupakan ciri pembelajaran kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan
saintifik juga melibatkan siswa dalam proses belajarnya dan perlu mengikuti prinsip
kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Ada beberapa
rekan yang bertanya benarkah pembelajaran kurikulum 2013 perlu menggunakan
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) karena mereka tidak menemukan
panduan tentang hal itu? Setelah membuka ulang beberapa dokumen pendukung
pembelajaran kurikulum 2013 memang benar istilah pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) tidak muncul di dalam dokumen kurikulum
2013 dengan istilah persis seperti itu pembelajaran kooperatif (cooperative
learning). Namun demikian terdapat beberapa paragraf yang menurut
pemahaman saya mengindikasikan perlunya pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) dalam implementasi kurikulum 2013. Untuk lebih jelasnya lihat di
postingan baru saya pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
Terdapat banyak strategi pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) yang dapat
digunakan. Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) yang saya kenalkan di sini
untuk mendukung pembelajaran berpusat pada siswa / pembelajaran kurikulum
2013 diadopsi dari Program Master Trainer Pedagogy Program bersama ITE
Singapore. Jenis strategi pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) tersebut
adalah:
1. Jig Saw
2. Numbered Heads Together
3. Reciprocal Learning
4. Think-Pair-Share
5. Circle of Knowledge
6. Send-a-Problem
7. TAPPS
8. PMI
9. Taking sides
Dasar-dasar Merancang Pembelajaran Berpusat Pada Siswa
Pembelajaran Berpusat Pada Siswa (Student Centred Learning) merupakan
pembelajaran kurikulum 2013 yang menempatkan siswa sebagai subyek untuk
belajar, artinya siswa sendirilah yang melakukan langkah-langkah (secara aktif)
dalam rangka belajar yang telah dirancang secara cermat oleh guru. Saat itu guru
aktif memfasilitasi dan membimbing agar siswa mampu melakukan langkah-langkah
belajarnya. Karena itu guru perlu lebih cermat lagi merencanakan kegiatan-kegiatan
siswa ini dalam rpp (rencana pelaksanaan pembelajaran). Berbagai jenis
konten/materi pembelajaran perlu disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan
siswa mengkonstruksi pemahaman terhadap konten/materi pembelajaran. Secara
garis besar, merancang pembelajaran berpusat pada siswa terdiri atas langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Merancang Aktifitas-aktifitas Belajar Berpusat pada Siswa yang Sesuai
2. Memilih Strategi Pembelajaran Kooperatif yang tepat
3. Memilih Strategi Penilaian Formatif yang sesuai
Merancang Aktifitas-aktifitas Belajar Berpusat pada Siswa yang Sesuai

Pembelajaran Berpusat Pada Siswa menuntut siswa untuk aktif belajar melalui
aktifitas-aktifitas dalam rangka meraih sub-sub kompetensi yang membentuk
kompetensi utama secara utuh. Oleh karena itu, guru harus secara cermat
menyiapkan kegiatan-kegiatan dan aktifitas-aktifitas yang sesuai dengan tujuan
akhir pembelajaran. Penyusunan aktifitas belajar berpusat pada siswa ini harus
memperhatikan karakteristik-karakteristik siswa pada umumnya. Begitu juga
dengan pendekatan cara belajar siswa juga merupakan pertimbangan yang pantas
diterapkan.
Memilih Strategi Pembelajaran Kooperatif yang tepat pada pembelajaran
berpusat pada Siswa
Siswa berbeda satu dengan yang lain termasuk diantaranya dalam cara belajar
mereka. Banyak diantara mereka merasa nyaman dan enak belajar ketika siswa
belajar secara berkelompok. Oleh karena itu, aktifitas-aktifitas belajar berpusat pada
siswa perlu mengimplementasikan pembelajaran kooperatif / pembelajaran ber
kelompok.

Memilih Strategi Penilaian Formatif yang sesuai pada pembelajaran


berpusat pada Siswa
Pembelajaran Berpusat Pada Siswa sarat dengan aktifitas-aktifitas belajar siswa.
Dalam prosesnya banyak inisiatif, kerja sama, toleransi dan berbagai keterampilan
sosial lainnya yang harus menjadi perhatian guru sebagai hasil dari interaksi antara
siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru maupun siswa dengan sumber belajar
lainnya. Hal-hal inilah yang mendasari perlunya memilih strategi penilaian formatif
yang tepat untuk mendapatkan penilaian autentik sesuai proses pembelajaran
berpusat pada siswa.
Pengelolaan Kelas Pembelajaran Berpusat Pada Siswa

Pengelolaan Kelas cukup mendapat perhatian dalam Standar Proses Pendidikan


yaitu melalui Permendikbud No. 65 Tahun 2013 yaitu tersurat pada Bab IV huruf A
poin 3. Butir-butir pengelolaan kelas dalam dokumen tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik seduai dengan tujuan dan
karakteristik proses pembelajaran.
2. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar
dengan baik oleh peserta didik.
3. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta
didik.
4. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta
didik.
5. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran.
6. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
7. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat.
8. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
9. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata pelajaran;
dan
10. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.
Kalau kita mencermati isi pedoman / panduan pengelolaan kelas yang tersurat
dalam Standar Proses tersebut nampak bahwa ke 10 (sepuluh) poin pengelolaan
kelastersebut lebih merupakan pengaturan/anjuran kepada guru. Karena itulah
saya memaknai panduan pengelolaan kelas ini sebagai panduan umum bagi guru
dalam pengelolaan kelas. Guru sebagai pribadi dewasa yang bertugas sebagai
pendidik harus melakukan langkah-langkah operasional menejemen kelas /
pengelolaan kelas. Saya mencoba membahas topik pengelolaan kelas pada posting
yang lain di sini pengelolaan kelas atau pada posting lain di sini pengelolaan kelas.
Statistik Minat Baca Pembelajaran Berpusat Pada Siswa

Topik pembelajaran berpusat pada siswa yang diupload


blog https://belajarpedagogi.wordpress.com/ ternyata mendapat perhatian dari
segenap pembaca. Ini menunjukkan bahwa trend untuk mempelajari pedagogi
kurikulum 2013 khususnya pendekatan pembelajaran berpusat pada
siswa mengalami kenaikan, tampak pada statistik posting pembelajaran berpusat
pada siswa berikut ini.

Statistik Pembelajaran Berpusat Pada Siswa cukup mendapat perhatian pembaca

Hasil SEO Pembelajaran Berpusat Pada Siswa

Pembelajaran Berpusat Pada Siswa menjadi posting paling TOP bagi


saya. Pembelajaran Berpusat Pada Siswa menjadi posting paling mengesankan bagi
saya sebagai blogger pemula. Ya melalui posting Pembelajaran Berpusat Pada
Siswa pada blog ini untuk pertama kalinya blog ini mendapat dua peringkat teratas
hasil penelusuran Google, setidaknya pada hari ini. Boleh jadi hasil
SEO Pembelajaran Berpusat Pada Siswa ini kesalahan browser saya sendiri tetapi
setelah berkali-kali saya bersihkan riwayat, singkirkan hasil penelusuran pribadi
tetap saja dua peringkat teratas di halaman 1 diberikan
kepada https://belajarpedagogi.wordpress.com. Terima kasih Google.com untuk
penghargaan ini
SEO pembelajaran berpusat pada siswa 07-06-2014

Pembelajaran Kurikulum 2013 mengimplementasikan Pembelajaran Berpusat


Pada Siswa
Pembelajaran Kurikulum 2013 dan Pembelajaran Berpusat Pada Siswa
sesungguhnya mempunyai maksud dan pengertian yang berbeda. Namun demikian
pembelajaran Kurikulum 2013 dan Pembelajaran Berpusat Pada Siswa mempunyai
kaitan yang teramat dekat.
Pembelajaran Kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang mengimplementasikan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, pandangan-pandangan yang dinyatakan di dalam
dokumen kurikulum 2013 atau setidaknya konsep-konsep, prinsip-prinsip,
pandangan-pandangan yang searah dengan pandangan pembelajaran kurikulum
2013.

Pembelajaran Kurikulum 2013 mengimplementasikan perubahan dari pola


pembelajaran dari yang semula pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta
didik) yang didominasi dengan metode ceramah menjadi pembelajaran yang bersifat
interaktif yaitu pembelajaran yang melibatkan terjadinya interaksi dua arah atau
lebih yang meliputi interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam,
sumber/ media lainnya.
Pembelajaran Kurikulum 2013 mengimplementasikan perubahan dari pola
pembelajaran terisolasi terbatas hanya di dalam kelas menjadi pembelajaran secara
jejaring yang memungkinkan peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan
dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet.
Pembelajaran Kurikulum 2013 mengimplementasikan perubahan dari pola
pembelajaran pasif dimana siswa hanya bersifat menunggu informasi baru dari guru
pengajar menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari
semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan
sains) pada Pembelajaran Kurikulum 2013 ;
Pembelajaran Kurikulum 2013 mengimplementasikan perubahan dari pola belajar
sendiri menjadi belajar kelompok /berbasis tim / pembelajaran kooperatif yang di
lengkapi dengan pola pembelajaran berbasis alat multimedia.
1. Pembelajaran Kurikulum 2013 mengimplementasikan perubahan dari pola
pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan
memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik ;
2. Pembelajaran Kurikulum 2013 mengimplementasikan perubahan dari pola
pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu
pengetahuan jamak (multidisciplines) ; dan
3. Pembelajaran Kurikulum 2013 mengimplementasikan perubahan dari pola
pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Demikianlah sekitar pembelajaran berpusat pada siswa, pembelajaran kurikulum
2013 yang secara kronologis di dalam kurikulum 2013 terdiri atas pengalaman
belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi,
mengkomunikasikan. Sekedar mengingatkan diri sendiri dan kita semua,
pendekatan pembelajaran apapun yang digunakan harus direncanakan dengan baik
yang dituangkan di dalam rpp kurikulum 2013 didampingi dengan pengelolaan
kelas. Semoga posting sederhana ini bermanfaat.

Baca juga .

Teori Cognitivism
Teori Belajar Constructivism
Teori Social Constructivism
Teacher-centred-student-centred
Pendekatan-mengajar-pendekatan-instructivism
Pendekatan-mengajar-pendekatan-contructivism
Pendekatan-mengajar-pendekatan-social-constructivism
9-peristiwa-gagne pada pembelajaran
Pembelajaran-kooperatif Cooperative Learning
Pengelolaan-kelas
Pembelajaran Berpusat Pada Siswa
RPP-kurikulum-2013
Endarta-smkn5-banjarmasin-mtpp-indonesia-singapore-multiplier-training-1
Mengamati-menanya-mengumpulkan-informasi-mengasosiasi-
mengkomunikasikan
Pembelajaran-kurikulum-2013
belajar-pedagogi
Tidak jarang ketika guru memberikan materi pelajaran, banyak siswa yang tidak
semangat, konsentrasi rendah, kantuk atau sibuk dengan pikirannya sendiri yang
membuat mereka tidak mengerti tentang pelajaran yang diberikan oleh guru di kelas.
Saat ujian tiba, anak mendapatkan nilai yang jelek yang secara tidak langsung
membuat nama baik guru di sekolah turun karena dianggap tidak bisa
menyampaikan materi pelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh siswa.

Hal ini disebabakan bukan karena siswa tidak memiliki kemampuan dalam
menyerap materi pelajaran yang guru (anda) berikan di kelas. Hanya saja, metode
belajar yang anda berikan kepada siswa yang kurang tepat. Metode belajar yang
tidak bisa menarik minat dan perhatian siswa untuk mau fokus dan memahami
pelajaran yang anda berikan. Banyak kasus, siswa tidak fokus pada pelajaran yang
seharusnya mereka pahami.

Masalah seperti ini banyak dialami oleh para guru dan siswa. Bila anda bisa
memberikan metode belajar yang tidak monoton, yang menuntut siswa untuk
menggunkan kemampuan otak dan gaya belajarnya akan sangat memudahkan anda
dalam menyampaikan materi pelajaran yang harus siswa tahu dan pahami. Apalagi,
dengan metode belajar yang tepat, anak bisa menyerap materi pelajaran dengan
baik yang nantinya akan mereka tunjukkan dengan menjawab pertanyaan yang
diberikan saat ujian.

Dengan metode belajar yang bisa memanfaatkan kemampuan, kreativitas dan


memudahkan anak dalam menyerap satu pelajaran, jelas sangat menguntungkan
kedua belah pihak. Siswa mengerti dan paham dengan apa yang anda sampaikan
dan anda sukses dengan target yang telah ditetapkan oleh kurikulum sekolah.
Keuntungan lain yang bisa anda dapatkan adalah, anda bisa menjadi pengajar idola
dan disukai oleh siswa di sekolah. Ini tentunya akan memberi kesan lain yang tidak
bisa anda dapatkan di luar sana.

Jadi metode belajar apa saja yang bisa saya berikan kepada siswa saya?
Ada sangat banyak metode belajar yang anda bisa gunakan. Agar memudahkan
anda memberi materi pelajaran, saya akan memberikan metode belajar yang sesuai
dengan cara kerja otak dalam menyerap satu informasi. Selain itu, anda bisa
memilih atau mengkombinasikan satu metode belajar dengan metode belajar lain
agar siswa bisa menyerap materi pelajaran dengan lebih mudah.

Tahap Persiapan
Sebelum melakukan proses belajar, ada hal mutlak yang harus anda lakukan, agar
anda dan siswa sama-sama happysaat melakukan proses belajar mengajar di kelas.
Selain alasan tersebut, siswa juga bisa menyerap semua hal yang akan anda
sampaikan. Ini penting untuk dilakukan sebelum proses belajar dimulai di dalam
kelas. Bila anda sempat melewatkan tahap persiapan ini, siswa anda tidak akan
mendapatkan informasi yang lengkap dari materi yang ingin anda sampaikan. Tidak
percaya? Anda bisa membuktikanya sendiri.
1. Membuat Tujuan Belajar
Ini jarang, bahkan tidak pernah dilakukan oleh para guru. Apalagi oleh siswa. Ketika
akan membahas satu topik pelajaran atau bab baru, Anda harus memberikan
gambaran besar tentang apa yang akan siswa pelajari dan apa yang perlu didalami.
Ini sangat penting dilakukan, dengan mengetahui gambaran besar akan
memudahkan siswa membuat satu tujuan belajar, tentang apa yang mereka
butuhkan dan kuasai dalam menjawab pertanyaan yang anda akan ujikan nantinya
saat ujian.

Anda harus bisa membedakan apa yang dipelajari dan dibutuhkan. Siswa bisa
mengetahui apa yang mereka pelajari tapi belum tentu mengetahui apa yang
mereka butuhkan. Bila siswa mengetahui apa yang mereka butuhkan maka mereka
mengetahui apa yang mereka pelajari. Dan yang lebih penting dalam membuat
tujuan, sebaiknya pengajar meminta siswa membuat tujuan tertulis. Tujuan harus
menjawab apa yang mereka butuhkan dari satu materi pelajaran dan untuk apa
mereka mempelajari materi tersebut.

2. Memberi Tahu Manfaat Apa Yang Siswa Bisa


Dapatkan
Mengetahui satu manfaat dari apa yang dipelajari akan menarik minat dan rasa
penasaran anak. Pikiran anak akan masuk dalam mode ini penting buat saya
sehingga sangat memudahkan anda dalam memberikan materi pelajaran yang
harus anak mengerti dan pahami. Siswa akan memberikan fokus yang baik dalam
menyerap apa yang anda akan sampaikan di dalam kelas.

Anda bisa mendapatkan perhatian penuh dari siswa, yang anda sangat butuhkan
agar proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan. Jadi, saat motivasi
siswa anda sudah mulai down, anda bisa sedikit bercerita tentang manfaat dari
pelajaran yang sedang anda berikan yang anak bisa gunakan dalam kehidupannya.
3. Memberi Tahu Aplikasi Yang Bisa Siswa Terapkan
Dalam Kehidupan Nyata
Untuk memicu rasa penasaran siswa, anda bisa memberi tahu apa aplikasi yang
bisa mereka terapkan dalam kehidupan nyata saat belajar materi pelajaran yang
mereka dapatkan di dalam kelas. Selain itu Anda bisa memberikan contoh nyata dari
apa yang anda ajarkan agar lebih memudahkan pemahaman siswa. Misalnya,
bagaimana bangunan bisa berdiri kokoh, bagaimana penerapan ilmu matematika
yang dilakukan dalam menyusun pondasi dan dinding bangunan.

Atau mungkin belajar geografi tentang tanah, bagaimana tanah yang subur bisa
menghasilkan tumbuhan yang baik dan bagus. Bagaimana cara membuat tanah
yang kurang bagus menjadi tanah yang bagus untuk bisa ditanami tumbuhan serta
cara membuat humus yang siswa bisa terapkan sendiri dengan sampah organik.
Bila belajar seperti ini, akan jauh memudahkan anak dalam menyerap satu materi
pelajaran bukan daripada memasukkan informasi yang anak tidak ketahui apa
aplikasi yang mereka bisa terapkan dalam kehidupan nyata.

Metode Belajar Yang Bisa


Diterapkan Saat Belajar
Saat memberikan metode belajar pada siswa, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh seorang guru. Syarat tersebut diungkapkan oleh Ahmadi dan Prasetya, yaitu
sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan harus dapat membangkitkan motif, minat dan gairah belajar siswa.

2. Metode mengajar yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan


kepribadian siswa.

3. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mewujudkan hasil karya.

4. Metode mengajar yang digunakan harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar
lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan).

5. Metode mengajar yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri
dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

6. Metode mengajar yang digunakan harus dapat mentiadakan penyajian yang bersifat
verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.

7. Metode mengajar yang di pergunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan


nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang di harapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik
dalam kehidupan sehari-hari.

Sekarang kita akan membahas beberapa metode belajar yang anda sebagai
pengajar bisa gunakan di kelas, yang sesuai dengan syarat yang diungkapkan oleh
Ahmadi dan Prasetya. Agar anda dan siswa dapat belajar dengan happy.Materi
pelajaran yang anda disampaikan dapat diserap oleh siswa dan yang lebih penting
lagi adalah, siswa dapat mengerti dan memahami materi pelajaran yang ditunjukkan
melalui hasil ujian yang memuaskan. Berikut beberapa metode belajar yang anda
bisa diterapkan saat mengajar di dalam kelas.
1. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran yang di mana, siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri teori satu mata
pelajaran. Siswa dituntut untuk mengalami dan mencari kebenaran atau
mendapatkan kesimpulan dari proses belajar yang sedang dieksperimenkan. Ini
akan sangat memudahkan siswa untuk memahami satu mata pelajaran dan hasil
dari eksperimen ini akan diingat lama oleh siswa. Hal ini disebabkan karena siswa
menggunakan tiga modalitas gaya belajar sekaligus, gaya belajar auditori, visual dan
kinestetik dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Selain itu, siswa juga bisa
menemukan satu teori dan kesimpulan sendiri yang lebih memicunya untuk
berkreasi dari mata pelajaran yang sedang dieksperimenkan.

2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara belajar yang melibatkan dua pihak sekaligus, guru dan
siswa. Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru ke siswa, tetapi tidak menutup kemungkinan
dari siswa ke guru. Metode ini erat sekali dengan pemecahan masalah. Ini akan
membantu siswa untuk lebih kritis, mengungkapkan pendapatnya dengan terbuka
dan memecahkan masalah secara bersama dengan hasil diskusi yang disepakati
bersama.

Keuntungan lain yang bisa didapatkan oleh siswa adalah mereka bisa belajar
memberanikan diri untuk berbicara di depan umun yang di mulai dari lingkup yang
lebih kecil, yaitu di dalam kelas. Ini akan melatih mental anak dalam berbicara di
depan umum.

3. Metode Demonstrasi
Metode ini menuntut siswa untuk mendemonstrasikan satu materi pelajaran. Baik itu
barang, kejadian dan aturan atau urutan dalam melakukan satu kegiatan baik secara
langsung atau pun melalui media lain. Guru menunjukkan secara langsung tentang
materi pelajaran yang akan dipahami oleh siswa.

Manfaat yang bisa didapatkan oleh siswa dengan menggunakan metode ini adalah
siswa dijadikan sebagai pusat perhatian, dimana siswa dapat melakukan satu
proses belajar secara kongkrit. Selain itu pengalaman yang siswa bisa dapatkan
akan menjadi kesan yang membuat mereka lebih lama mengingat materi pelajaran
yang sedang anda ajarkan.

4. Metode Role Playing


Metode role playing adalah satu metode yang yang dimainkan dengan memainkan
peran dalam materi pelajaran yang memancing imajinasi dan penghayatan siswa
dalam memahami satu materi pelajaran. Metode ini pada umumnya dimainkan oleh
lebih dari satu orang, peran yang dimainkan bergantung dari materi pelajaran yang
diberikan.

Keuntungan dari memakai metode ini adalah, siswa bisa mengekspresikan


imajinasinya, dengan menyajikannya pelajaran dalam bentuk permainan. Ini akan
lebih memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang ingin anda
sampaikan. Selain itu, anda juga bisa mengevaluasi pemahaman setiap siswa yang
ingin anda sampaikan dalam waktu melakukan metode role playing.

5. Metode Mind Mapping


Metode mind mapping memang jarang diberikan kepada siswa dalam memahami
satu materi pelajaran. Metode ini sangat mudah diterapkan oleh siswa dalam
memahami dan mengingat satu materi pelajaran di sekolah. Kemudahan dari
metode inilah yang harus anda manfaatkan.

Metode mind mapping adalah sabuah cara yang mencatat ide pokok atau gagasan
pokok ke dalam sebuah kertas yang dimana poin inti dari satu materi belajar di
letakkan di tengah kertas kosong. Setelah itu membuat bagian kecil yang ditarik
garis dari poin utama, yang pion utam diletakkan di atas garis. Setiap anak cabang
dari poin utama adalah bagaian yang menunjukkan sub poin utama. Setiap garis
harus diisi dengan kata benda, dan kerja. Siswa bisa menambahkan warna dan
gambar di poin utama atau sub poin. Karena gambar dan warna tersebut akan lebih
memudahkan siswa untuk mengingat apa yang telah di petakan dari pelajaran yang
telah diberikan.

Menggunakan metode mind mapping akan memanfaatkan otak kanan anak dalam
belajar terutama dalam mengingat materi pelajaran. Dengan membuat mindmapping
akan memudahkan siswa untuk memahami dan mengingat satu konsep dasar lebih
lama karena poin utama telah dipetakan. Untuk mengetahui cara menggunakan
metode mind mapping lebih lengkap, Anda bisa ke sini
6. Teknik Memori
Apabila diminta untuk menghafal, maka banyak siswa akan mengeluh, bahwa
menghafal adalah proses belajar yang sulit dan membosankan. Ini disebabkan
karena teknik yang digunakan tidak tepat. Siswa lebih memaksa diri untuk
memaksukkan informasi yang tidak sesuai dengan cara kerja pikiaran. Bila anda
bisa memberikan satu teknik untuk memudahkan siswa dalam menghafal, maka
menghafal bukanlah menjadi masalah yang berat bagi siswa. Bahkan menghafal
bisa menjadi lebih menyenangkan dan menantang bagi siswa untuk melakukanya.

Teknik tepat yang bisa digunakan adalah teknik memori yang menggunakan otak
kanan yang secara tidak langsung akan memberdayakan otak kiri. Otak kanan
memiliki fungsi dalam kreativitas, seni, gambar, warna, musik, konseptual, imajinasi,
emosi serta tempat memori jangka panjang berada. Sedangkan otak kiri memiliki
fungsi sebagai logika, bahasa, angka, urutan, hitungan, detail dan tempat memori
jangka pendek berada.

Guru terkadang tidak memanfaatkan otak kanan siswa dan lebih sering
menggunakan otak kiri. Itulah mengapa anak tidak suka dan merasa bosan ketika
menghafal satu materi pelajaran. Bila menggunakan otak kanan, akan lebih
memudahkan anak menghafal dan mengingat lebih lama materi pelajaran.

Ada beberapa model pembelajaran teknik memori yang bisa digunakan antara lain
teknik lokasi, teknik plesetan, teknik jembatan keledai, dan lain sebagainya.

7. Teknik Bacakilat For Student


Teknik bacakilat for student adalah satu metode belajar yang bisa diberikan oleh
guru dalam mempermudah pemahaman menyerap materi pelajaran. Teknik
bacakilat for student menggunakan pendekatan kemampuan alami anak. Cara
belajar yang memanfaatkan kemampuan pikiran bawah dan pikiran sadar,
menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri.

Ini adalah satu metode belajar yang belum banyak di ketahui oleh para pendidik dan
orangtua saat ini. Bila anak bisa menguasai teknik ini, akan sangat memudahkan
dan mempercepat pembelajaran yang anak bisa lakukan.
Hasil penelitian Dr. Emile Donchin dari universitas Illionis menyatakan bahwa
pembelajaran 99% terjadi di level pikiran bawah sadar sedangkan pikiran sadar
hanya berperan 1% dalam proses belajar. Inilah yang bisa teknik bacakilat for
student berikan kepada anak atau siswa anda. Bila teknik ini bisa di manfaatkan oleh
anak, maka Anda bisa menebak bagaimana kecepatan pembelajaran anak Anda?
Bila ingin mengetahui teknik bacakilat for student lebih dalam, Anda bisa klik di
sini atau mendaftar langsung untuk mendapatkan bimbingan online secara gratis
oleh penemunya sendiri.
Inilah beberapa metode belajar yang bisa Anda gunakan dan berikan dalam
mengajar di dalam kelas atau kepada anak anda sendiri. Untuk kita berbagi, metode
belajar apa yang anak anda terima di sekolah? Atau metode apa yang anda berikan
kepada siswa anda di kelas? Berikan komentar anda.
LAGI REVISI KURIKULUM 2013 TAHUN 2016 PADA
PEMBELAJARAN, PENILAIAN DAN KETUNTASAN
BELAJAR
Aisah Febrianti Kurikulum, Kurikulum 2013, Kurikulum 2013 Revisi 2016

LAGI REVISI KURIKULUM 2013


TAHUN2016 PADA PEMBELAJARAN,
PENILAIAN DAN KETUNTASAN
BELAJAR
Sahabat Dunia Pendidikan yang berbahagia, di kutip dari posting group Forum Guru Indonesia, tentang:
Hasil Revisi Baru Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran, Penilaian Dan Kriteria Ketuntasan,

Revisi Kurikulum 2013 telah usai, beber4pa point penting dalam revisi Kurikulum 2013 yang sudah
diimplementasikan pada tahun 2016 ini secara signifikan perlu kita perhatikan beberapa revisi Kurikulum
2013 setelah pengehentian sementara dan kini Kurikulum 2013 secara bertahap akan diterapkan secara
Nasional dalam istilah Kurikulum Nasional atau Kurikulum 2013 yang dilaksanakan secara Nasional.

Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2013 akan mengalami perubahan kembali, dari sistem satuan (1 - 4)
dikembalikan menjadi puluhan (0 - 100) seperti pada sistem sebelumnya. Ini disebabkan karena banyaknya
aduan dari Orang Tua Wali murid yang sulit mengerti dengan sistem Penilaian yang dilakukan seperti di
Perguruan Tinggi. Beberapa Perubahan Penilaian dalam Kurikulum2013 yang akan diterapkan dalam
tahun ini antara lain :
1. Penilaian Sikap
2. Ketuntasan Belajar
3. Mekanisme dan Prosedur
4. Pengolahan
5. Laporan Hasil Belajar

KONSEP PENILAIAN

penilaian : Formatif (membentuk karakter dan perilaku, menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang
hayat); diagnostic (melihat perkembangan peserta didik dan feedback-koreksi pembelajaran), dan
mengukur achievement/capaian agar dapat dilakukan evaluasi hasil pembelajaran

Ranah yang Dinilai :


a. Pengetahuan
b. Keterampilan dan
c. Sikap dan perilaku (attitude and behavior pembiasaan dan pembudayaan)

penilaian : lebih sederhana, terjangkau untuk dilakukan, tidak menjadi beban bagi guru/siswa, tetapi tetap
mengutamakan prinsip dan kaidah penilaian. Penilaian yang dilakukan tidak hanya penilaian atas
pembelajaran (assessment of learning), melainkan juga penilaian untuk pembelajaran (assessmet for
learning) dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning).

PENILAIAN UNTUK, SEBAGAI DAN ATAS PEMBELAJARAN

Pengertian Penilaian Autentik


Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas
pada situasi yang sesungguhnya.

Tujuan Penilaian Authentic :


1. Menjadikan siswa pembelajar yang berhasil menguasai pengetahuan
2. Melatih ketrampilan siswa menggunakan pengetahuannya dalam konteks kehidupannya
3. Memberi kesempatan siswa menyelesaikan masalah nyata
4. Prinsip Penilaian
5. Mendorong siswa berpikir krirtis dan menerapkan pengetahuan
6. Mengukur capaian kompetensi siswa
7. Penilaian berdasar kriteria (criterion-referenced)
8. Berkelanjutan, untuk perbaikan dan peningkatan
9. Analisa untuk tindak lanjut pembelajaran
10. Sesuai pengalaman belajar siswa
11. Prinsip Khusus Penilaian Authentic
12. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.
13. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran.
14. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik.
15. Berbasis kinerja peserta didik.
16. Memotivasi belajar peserta didik.
17. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik.
18. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya.
19. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
20. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.
21. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.
22. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus.
23. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata.
24. Terkait dengan dunia kerja.
25. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata.
26. Menggunakan berbagai cara dan instrumen.
27. Tujuan Penilaian
28. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik bertujuan untuk:
Formatif (membentuk karakter dan perilaku, menjadikan pembelajar sepanjang hayat to drive learning,
terampil),
Diagnostik (melihat perkembangan siswa dan feedback-koreksi pembelajaran), serta Achievement
(mengukur capaian agar dapat dilakukan evaluasi hasil pembelajaran

Prinsip-prinsip Penilaian

1. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dilakukan terhadap penguasaan tingkat KOMPETENSI sebagai
capaian pembelajaran. Jadi bukan KOMPETISI
2. Penilaian kompetensi merupakan penilaian DISKRIT bukan KONTINU
3. Penilaian DISKRIT pada skala 0 100
4. Penilaian dalam bentuk deskripsi dengan klasisfikasi: tidak/atau kurang kompeten, cukup kompeten,
kompeten, sangat kompeten
KRITERIA KETUNTASAN BELAJAR

Acuan Kriteria : penilaian kemajuan peserta didik dibandingkan dengan kriteria capaian kompetensi yang
ditetapkan.

Ketuntasan kompetensi sikap dalam bentuk deskripsi minimal Baik.


Skor rerata untuk ketuntasan kompetensi pengetahuan ditetapkan minimal 60.
Capaian optimum untuk ketuntasan kompetensi keterampilan ditetapkan minimal 60.
Sekolah dapat menentukan batas ketuntasan diatas standar dengan mempertimbangkan aspek-aspek
tertentu sesuai dengan karakteristik dan potensi sekolah
Nilai pengetahuan dan keterampilan menggunakan angka 0 - 100. (tanpa dilengkapi dengan predikat D-A )

Penyempurnaan pada Penilaian Kelas

Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan observasi yang dituangkan dalam catatan guru mata
pelajaran, guru Bimbingan Konseling (BK), dan wali kelas yang berupa catatan anekdot (anecdotal
record), catatan kejadian tertentu (incidental record), dan informasi lain yang valid dan relevan.
Dalam pelaksanaan penilaian sikap diasumsikan setiap peserta didik memiliki perilaku yang baik, sehingga
jika tidak dijumpai perilaku yang sangat baik atau kurang baik maka nilai sikap peserta didik tersebut
dianggap sesuai dengan indikator yang diharapkan.
Penilaian diri dan penilaian antar teman dapat dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan
karakter siswa, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu alat konfirmasi dari hasil penilaian
sikap oleh pendidik.

PENILAIAN SIKAP

Penilaian Sikap adalah penilaian terhadap perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran, di dalam
kelas, dan di luar kelas untuk menumbuhkembangkan sikap, perilaku dan karakter setiap peserta didik.
Penilaian sikap Spiritual dilakukan dalam rangka membentuk sikap siswa agar mampu menghargai,
menghayati, dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Penilaian sikap Sosial dilakukan utk membentuk sikap sosial siswa yang mampu menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, dan percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam dimana mereka berada
Alur Penilaian Sikap

Langkah-langkah Membuat Rekapitulasi Penilaian Kompetensi Sikap Selama Satu Semester:

a. Guru MP, wali kls, dan BK melakukan penilaian sikap selama pembelajaran melalui pengamatan dengan
mencatat setiap kejadian yang menonjol
b. Catatan hasil pengamatan sikap yang dilakukan oleh guru MP , wali kls, dan BK serta hasil catatan
penilaian diri dan antar teman dikelompokkan ke dalam kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap
sosial.
c. Buat deskripsi pada kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial yang sesuai dengan
pencapaian peserta didik berdasarkan catatan observasi.
d. Deskripsi pada kompetensi sikap ditulis dengan kalimat positif berdasarkan kumpulan hasil observasi
(catatan) aspek yang menonjol.
e. Deskripsi kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial yang belum mencapai kriteria (indikator)
dideskripsikan sebagai aspek yang perlu pembimbingan.
f. Deskripsi sikap setiap siswa oleh guru MP diserahkan ke wali kelas
g. Wali kelas mengolah deskripsi setiap siswa asuhnya untuk menjadi deskripsi sikap akhir
h. Wali menulis deskripsi sikap setiap siswa pada rapor

Demikian Sahabat Dunia Pendidikan, kurang lebihnya mohon maaf, Semoga bermanfaat bagi kita semua.
aamiin
AKTIVITAS, AKUNTANSI, BAHAN AJAR, BELAJAR KREATIF, BELAJAR-MENGAJAR, BUKU SMA, CATATAN, E-
BOOK PENDIDIKAN GRATIS, EKONOMI, GEOGRAFI, HUMANIORA, ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL, INOVASI, JASMANI, KEGIATAN EXTRAKURIKULER, KELAS KREATIF, KREATIVITAS GURU, LAIN-
LAIN, LAINNYA, LOMBA, MATEMATIKA, MENGAJAR KREATIF, PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN, SEJARAH, SOSIOLOGI, TEKNOLOGI, TEKNOLOGI INFORMASI KOMPUTER, USULAN
6
Ketika Guru Harus Mampu Membuat Pembelajaran Berbasis Android
Sebagai Sarana Pembelajaran Masa Kini (+3)
oloan May 30, 2017

Guru Memberikan Arahan Dalam Proses Pembuatan Bahan Ajar Berbasis Android

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa

perubahan yang signifikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Teknologi atau sering disebut dengan

pertukangan memiliki lebih dari satu defenisi. Salah satunya adalah pengembangan dan aplikasi dari

alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Defenisi

filsafat teknologi: adalah analisis kritis tentang suatu hasil ciptaan manusia melalui proses berpikir

untuk menciptakan suatu artefak yang berguna bagi kehidupan manusia. Jadi jangan heran, apagila

kata teknologi informasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang pesat dan tidak akan ada

matinya. Oleh karena itu, di abad 21 ini, sudah siapkah kita menerima perkembangan teknologi

tersebut dan menjadi bagian dari teknologi?

TIK Dalam Memajukan Pendidikan

Negara di dunia tidak henti-hentinya membangun sistem pendidikan berbasis teknologi informasi dan

komunikasi. Mengapa demikian? Karena di era berbasis TIK ini dipercaya akan mampu

menempatkan bangsa dan Negara Berjaya dalam berbagai bidang, kita sebut saja misalnya dalam

bidang ekonomi, kesehatan, militer, kemakmuran, daya saing dalam menciptakan teknologi informasi

dan komunikasi. Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informasi menjadi modal utama dalam

memajukan Dunia Pendidikan kita saat ini. Media Teknologi Informasi dan Komunikasi yang

mengalami perkembangan yang pesat mengharuskan para guru mampu memanfaatkannya dalam

melaksanakan proses belajar mengajar yang lebih kreatif, inovatif dan aktif, sehingga peserta didik

lebih cepat paham dan mengerti akan pengetahuan yang diajarkan oleh guru.

Menurut Rosenberg (2001), setidaknya ada lima pergeseran peran Guru semenjak pemanfaatan TIK

dalam dunia pendidikan: (1) Dari pelatihan ke penampilan, (2) Dari ruang kelas ke dimana dan kapan
saja, (3) Dari kertas ke on line atau saluran, (4) Fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan (5) Dari

waktu siklus ke waktu nyata. Yang memaksa guru untuk terus berinovasi dan ber-kreasi untuk

membuat proses pembelajaran lebih menarik dan bermanfaat bagi mereka, baik dalam bidang studi

apapun. Kehidupan sosial di masyarakat senantiasa tidak terlepas dari perkembangan teknologi.

Masyarakat yang maju senantiasa dinilai dari banyaknya teknologi yang dihasilkan karena pada

dasarnya teknologi senantiasa mencerminkan kualitas sumber daya manusia di dalamnya. Teknologi

tidaklah senantiasa membawa kebaikan semata dalam masyarakat, meski tujuan teknologi sendiri

lahir untuk memecahkan/mempermudah masalah masyarakat. Namun, tidak dapat disangkal

perkembanganTIK khususnya internet ibarat Men Behind Gun, disamping memberikan manfaat bagi

dunia pendidikan, juga menyuguhkan efek negatif yang dapat merusak mental dan moral generasi

sekarang.

Oleh karena itu, pendidikan karakter juga sangat perlu diterapkan di rumah dan di sekolah, sehingga

generasi sekarang yang kita ajari mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan

baik. Sebab, pendidikan karakter bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaiaan pembentukan karakter dan akhlak mulia

peserta didik secara utuh. Pendidikan karakter juga bertujuan agar peserta didik secara mandiri dapat

meningkatkan dan menggunakan pengetahuaanya, mengkaji dan mewujudkan nilai-nilai akhlak mulia

dalam kehidupan sehari-hari. Ada delapan belas nilai-nilai pendidikan karakter yang telah dirumuskan

oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sudah dijadikan program sebagai panduan

untuk pendidikan karakter bangsa di lembaga-lembaga sekolah, yaitu :

Ketika Kolaborasi Guru dengan Siswa Bekerja Keras untuk memenangkan Kompetisi Desain Grafis

Tingkat Kota. Guru membimbing Siswa

Sikap jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab dan religius adalah sikap yang harus
ditanamkan saat proses pembelajaran di sekolah dengan model pembelajaran berbasis TIK.

Lantas seperti apa proses pembelajaran yang diharapkan di era kekinian, sehingga kita tidak hanya

menghasilkan generasi yang pintar, tetapi juga harus bermartabat dan berkarakter sesuai harapan

pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 versi amandemen pada pasal 31 ayat 3, Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang

diatur dengan undang-undang. Serta pasal 31 ayat 5, Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan

dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan

peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Sehingga jelas dengan pemanfaatan TIK, maka guru

diharapkan mampu mejadi agent of change dari proses pembelajaran berbasis konvensional menjadi

berbasis TIK dalam menghasilkan sumber daya manusia indonesia yang seutuhnya.

Hakikat Belajar TIK menurut UNESCO

Menurut resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan modernisasi

pendidikan: (1) bagaimana kita belajar (how people learn); (2) apa yang kita pelajari (what people

learn); dan (3) kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn). Maka peran TIK dalam

moderninasi pendidikan di era kekinian dirumuskan sebagai berikut, bagaimana kita belajar? Terkait

dengan metode atau model pembelajaran? Cara berinteraksi antara guru dengan peserta didik

sangat menentukan model pembelajaran.

Menurut pannen (2005), saat ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan

ketergantungan terhadap guru dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran

seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi lebih banyak

terpusat kepada peserta didik (student centered learning atau instructor independent). Guru juga tidak

lagi dijadikan satu satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator atau konsultan

(resnick, 2002). UNESCO mengklasifikasikan tahap penggunaan TIK dalam pembelajaran kedalam

empat tahap sebagai berikut: 1. Tahap emerging: baru menyadari akan pentingnya TIK untuk

pembelajaran dan belum berupaya untuk menerapkannya. 2. Tahap applying: satu langkah lebih

maju dimana TIK telah dijadikan sebagai obyek untuk dipelajari (mata pelajaran). 3. Tahap

integrating: TIK telah diintegrasikan ke dalam kurikulum (pembelajaran). 4. Tahap transforming:

merupakan tahap yang paling ideal dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan/evolusi

pendidikan.

TIK diaplikasikan secara penuh baik untuk proses pembelajaran (instructional purpose) maupun

untuk administrasi. Dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan paradigma, untuk

menyesuaikan dengan kebutuhan zaman. Pendidikan abad 21 yang lebih dikenal dengan era Digital

Learning, memiliki karakteristik yang lebih mengutamakan proses pembelajaran dengan


memanfaatkan perangkat TIK yang menjadi media pendukung proses kegiatan belajar mengajar.

Implementasi perkembangan TIK dapat menciptakan proses pendidikan yang lebih efektif dan efisien.

Seperti disampaikan oleh Hustandi dan Sutjipto (2011: 7) bahwa perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil

teknologi dalam proses pembelajaran. Seperti saat ini, sudah saatnya para guru mampu membuat

media pembelajaran yang dapat diakses secara online dan real time, serta dengan menggunakan

smartphone yang tidak asing lagi bagi generasi masa sekarang.

Proses Pembelajaran Abad 21, Guru Harus Cakap memanfaatkan perangkat TIK untuk Mengajar

Fakta bahwa sampai Oktober 2013 pengguna smartphone di Indonesia sudah mencapai angka 211

juta penduduk dan 89%-nya adalah usia pelajar (anak SD sampai SMA) sudah memakai smartphone

berbasis android. Ini adalah sebuah peluang besar untuk mengarahkan pelajar kita untuk lebih

maksimal menggunakan perangkat Android mereka sebagai media pembelajaran.

Model Pengembangan Aplikasi Bahan Ajar berbasis Mobile

Berbagai macam perangkat mobile yang biasa digunakan diantaranya sistem Android dengan

berbagai vendor pendukungnya, IOS dari Apple, Windows Mobile, BlackBerry, dan lain sebagainya.

Pilihan platform menggunakan Android paling masuk akal, mengingat pemakai perangkat Android

adalah yang paling banyak di era kekinian. Dalam Ilmu Komputer, platform atau serambi merupakan

sebuah kombinasi antara sebuah arsitektur perangkat keras dengan sebuah kerangka kerja

perangkat lunak (termasuk kerangka kerja aplikasi). Platform adalah unsur yang penting dalam

pengembangan perangkat lunak (Wikipedia). Sebagai contoh beberapa Platform yang sering

digunakan, adalah : PC, MAC, PDA/SmartPhone, Xbox, PS3, Nintendo Wii, dll.

Sebuah platform terdiri dari sistem operasi, yaitu program sistem koordinasi komputer yang

memberikan perintah-perintah kepada prosesor dan hardware untuk melakukan operasi-opereasi

logis dan mengatur pergerakan data di komputer. Banyak orang beranggapan bahwa Platform dan

Sistem Operasi adalah hal yang sama, namun pada kenyataannya tidak. Platform merupakan dasar

atau tempat dimana Sistem Operasi bekerja, tanpa Platform, Sistem Operasi tidak akan bisa berjalan.
Contoh Sistem Operasi yang sering kita dengar, adalah: Windows XP, Windows Vista, Windows 7,

Windows 8, Mac OS X Lion, Android Froyo, Android Ice Cream Sandwich, Windows Phone 7,

Windows Phone 8, dll.

Tahap selanjutnya adalah memilih Software yang akan digunakan untuk membuat aplikasi Bahan

Ajar berbasis Mobile ini. Beberapa pilihan yang dapat dijadikan pertimbangan, adalah : 1. Eclipse

dengan ADT Plugins dan SDK, dengan dasar pemrograman JAVA. 2. Android Studio, yang

merupakan generasi lebih baru untuk pengembangan Aplikasi Android. 3. Intel SDK, dengan dasar

pemrograman HTML. 4. Adobe Flash CS6/CC 2015 atau Adobe Animate. Dengan beberapa

pertimbangan, maka akhirnya saya memilih lebih menggunakan Adobe Flash CS6, yang bisa bekerja

baik di Platform, maupun pada Windows 32 bit. Disamping itu, Adobe Flash juga dilengkapi dengan

beberapa fitur pembuatan animasi yang mudah diajarkan kepada peserta didik yang baru belajar

pemrograman. Juga untuk pembuatan proyek animasi misalnya, dapat digunakan dengan fasilitas

Adobe Animate yang penekanannya pada penggunaan dokumen HTML akan lebih memudahkan

apabila akan dikembangkan lebih lanjut.

Selanjutnya persiapan kita untuk membuat bahan ajar yang seperti apa yang menarik. Tentunya

harus disisipi dengan : a. Kelengkapan materi sesuai dengan KD dan Indikator materi. b. Penyajian

materi yang simpel, runtut, dan sistematis. c. Pemilihan kualitas yang baik dari file sumber (image,

audio, dan video). d. Pemilihan jenis huruf/font yang digunakan dengan mempertimbangkan

ketersediaan di perangkat Android. e. Komposisi penyajian yang memudahkan dan menyenangkan

pemakai. f. Penyajian gambar/image, audio dan video yang relevan dengan materi. g. Penggunaan

contoh kasus dan pembahasannya. h. Penggunaan latihan soal dan pembahasannya.

Tahap terakhir tentunya melakukan publikasi untuk menghasilkan file APK yang siap diinstalasi ke

perangkat Android. Tahapan ini membutuhkan beberapa informasi berikut : a. Nama File APK b.

Nama Aplikasi c. App ID d. Permission e. Icon Aplikasi f. File yang disertakan Setelah proses

publikasi dilakukan, langkah terakhir adalah melakukan pengujian pada perangkat Android yang

sebenarnya.

Nah, seperti itulah penjelasan singkat bagaimana membuat bahan ajar berbasis Android yang dapat

dinikmati oleh para peserta didik dan memudahkan guru dalam memberikan pembelajaran di abad

21. Dimana interaksi antara guru dan peserta didik dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja,

tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

Nah, untuk mendukung proses pembuatan bahan ajar berbasis android ini sangat dibutuhkan

perangkat teknologi yang sangat modern. Chromebook 14 adalah salah satu produk yang sangat

diminati oleh guru, karena dirancang khusus untuk mendukung bidang pendidikan dalam
mempersiapkan generasi milenial yang cerdas dan berkarekter, karena memiliki teknologi cloud,

dimana guru menyebarkan bahan ajar dengan lebih mudah karena teknologi Wifi-nya dapat bekerja

lebih cepat dari laptop-laptop keluaran lain. Semoga bermanfaat!

Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Guru Era Baru

665 total views, 1 views today

Tagged with: Guru Eera Baru, Inovasi Pembelajaran, Media Pembelajaran Berbasis

TIK, Pembelajaran Abad 21,Pembelajaran Berbasis Android, Pembelajaran berbasis TIK

Harap login untuk Vote UP postingan ini.


Teman-teman Guraruers yang berbahagia. Bagaimana kabar teman-teman pada hari ini? Semoga
baik-baik saja dan selalu dalam lindungan-Nya.
Sesuai dengan tema bulan ini, maka kta berbincang-bincang tentang Proyek Based Learning. Tentu
saja guraruers memutar otak agar dapat mempersembahkan artikel terbaik sesuai dengan tema yang
ditentukan.
Demikian juga dengan saya, turut ingin berperan serta meramaikan website milik kita bersama ini.
Selain menambah pengalaman, meningkatkan kemampuan menulis, guraru mendatangkan banyak
manfaat untuk peningkatan kreativitas dan inovasi guraruers.
Model pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) ternyata menjadi model yang cocok
untuk diterapkan pada kurikulum 2013. Oleh karena di dalam model PBL ini mengandung pola
pembelajaran dengan pendekatan saintifik (scientific approach)
Sebagai orang yang masih buta dengan model-model pembelajaran, saya bertanya kepada mbah
Google tentang Project Based Learning. Dari hasil jawaban si Embah, saya menemukan sebuah
artikel ilmiah yang membahas tentang model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
kurikulum 2013.
Dari artikel tersebut saya buat intisarinya dalam artikel ini. Setidaknya ada 3 model pembelajaran
yang cocok diterapkan pada kurikulum 2013. Di antaranya sebagai berikut.
1. Discovery Learning
Model pembelajaran discovery learning dilakukan dengan beberapa langkah pembelajaran yaitu
persiapan, pelaksanaan (kegiatan inti), dan penilaian.
Pada kegiatan inti yaitu pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran discovery learning dilakukan
hal-hal berikut.
1) pemberian stimulasi/rangsangan,
2) pernyataan/identifikasi masalah,
3) pengumpulan data,
4) pengolahan data,
5) verifikasi/pembuktian dan
6) menarik kesimpulan/generalisasi.
Tahapan penilaian tentu dilakukan model authentic assesment
2. Problem Based Learning
Problem based learning adalah, metode mengajar yang menggunakan masalah yang nyata, melalui
masalah itu, terjadilah proses belajar siswa. Mereka akan belajar berbagai hal termasuk ingatan
(kognitif) maupun keterampilan berpikir kritis.
Problem based learning adalah metode mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata,
kerja kelompok, umpan balik, diskusi, dan laporan akhir.
3. Project Based Learning
Nah, inilah model yang sedang jadi bahasan kita di bulan ini. Model pembelajaran berbasis proyek
merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.
Guru menugaskan siswa untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Demikian intisari dari artikel tentang model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
kurikulum 2013. Model pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh
guru. Oleh karena guru merupakan ujung tombak pelaksana pembelajaran di kelas. Di sanalah,
kreativitas guru sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran.
Selengkapnya dapat dibaca di sumber aslinya di link berikut.
http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=page&id=272#sthash.fdjzkT5p.dpuf

Anda mungkin juga menyukai