Anda di halaman 1dari 6

PENINGKATAN KESADARAN MULTIKULTURAL MELALUI PROGRAM

PERTUKARAN PESERTA DIDIK SMA DI KABUPATEN KUTAI TIMUR

NAMA LENGKAP : Drs. ISTADI


KELOMPOK : D (NKRI)

PELATIHAN UNTUK PELATIH/ TRAINING OF TRAINERS (TOT)


PEMANTAPAN NILAI-NILAI KEBANGSAAN
BAGI DOSEN, GURU DAN WIDYAISWARA
DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2022 LEMHANNAS RI
PENINGKATAN KESADARAN MULTIKULTURAL MELALUI PROGRAM
PERTUKARAN PESERTA DIDIK SMA DI KABUPATEN KUTAI TIMUR
Oleh : Drs. Istadi

I. Latar Belakang
Bangsa kita sangat kaya dengan suku, adat istiadat, budaya, bahasa dan
khazanah yang lain ini. Masyarakat multikultural merupakan suatu realitas.
Hampir tidak ada suatu masyarakat yang bersifat monokultur.
Eka Susanti (2005: 1), masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
multikultural, dimana masing-masing daerah memiliki karakteristik yang unik
dan khas. Jumlah wilayah NKRI sekitar kurang lebih 13.000 pulau besar dan
kecil, dan jumlah penduduk kurang lebih 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku
yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu juga
menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Kristen,
Hindu, Budha, Konghucu, serta berbagai macam kepercayaan. Zamroni
menyatakan bahwa jika kemajemukan ini dapat diharmonisasi dan
diberdayakan akan menjadi kekayaan, kekuatan dan aset bangsa yang maha
dahsyat. Di sisi lain, ternyata keberagaman yang ada pada masyarakat
Indonesia telah menimbulkan banyak terjadinya konflik antara golongan
masyarakat Indonesia. Ini dibuktikan pada saat jatuhnya rezim pemerintahan
orde baru, akumulasi kekecewaan berubah menjadi konflik yang nyata dalam
bentuk demonstrasi, pembakaran, perkosaan dan bahkan perusakan barang
barang milik etnis Cina. Kemudian contoh lain adalah adanya konflik yang
terjadi di Ambon, Kalimantan, konflik agama yang terjadi di Tolikara Papua,
dan lain-lain.
Yana Suryana (2015: 204), berdasarkan hal tersebut penerapan
multikulturalisme menuntut kesadaran dari tiap-tiap budaya lokal untuk saling
mengakui dan menghormati keanekaragaman budaya yang dibalut semacam
kerukunan dan perdamaian. Paradigma multikultural secara implisit juga
menjadi salah satu concern dari pasal 4 undang-undang Nomor 20 tahun
2003 sistem pendidikan nasional. Dalam pasal itu dijelaskan bahwa
pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif, dengan
menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan
bangsa.

II. Pembahasan

A. Gambaran Umum Kabupaten Kutai Timur


Usaha untuk meningkatkan kesadaran multikultural pada peserta didik
SMA di Kabupaten Kutai Timur dirasakan sngat penting untuk dilakukan.
Peserta didik wajib memiliki kesadaran bahwa bangsa Indonesia terdiri
dari banyak suku, budaya, Bahasa dan adat istiadat. Kesadaran yang
dimiliki oleh peserta didik tersebut tersebut harus dibangun melalui sikap
saling memahami, saling menghargai dan saling menghormati kultur atau
budaya yang berbeda.
Kabupaten Kutai Timur adalah salah satu wilayah kabupaten di Provinsi
Kalimantan Timur yang terdiri dari terdiri dari banyak suku, Di Kecamatan
Sangatta, yang merupakan ibu kota Kabupaten Kutai Timur terdapat
perusahaan tambang batu bara besar, yaitu PT. Kaltim Prima Coal atau
PT. KPC. Keberadaan perusahaan tambang tersebut bagaikan magnet
yang menarik dan menyerap tenaga kerja yang berasal dari seluruh
Indonesia.
Kecamatan di Kabupaten Kutai Timur yang berada di pedalam; seperti
Kecamatan Busang, dan Kecamatan Kongbeng mayoritas penduduknya
adalah suku Dayak, sedangkan Kecamatan Muara Ancalong, dan
Kecamatan Muara Bengkal, penduduknya mayoritas suku Kutai.

B. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Teluk Pandan


SMA Negeri 1 Teluk Pandan berdiri pada tahun 2008 berada di
Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur. Masyarakat
Kecamatan Teluk Pandan mayoritas berasal dari Sulawesi, terutama
Sulawesi Selatan. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Teluk
Pandan adalah berkebun Sawit.
Wilayah Kecamatan Teluk Pandan memiliki lima desa yaitu, Desa
Kandolo, Desa Teluk Pandan, Desa Martadinata, Desa Suka Rahmat,
Desa Suka Damai dan Desa Danau Redan.
Tiga desa, yaitu Desa Kandolo, Desa Teluk Pandan, dan Desa
Martadinata tepat berada di wilayah Konservasi Taman Nasional Kutai.
Keberadaan desa-desa yang berada pada wilayah Taman Nasional Kutai
tersebut menyebabkan lambatnya pertambahan penduduk di tiga desa
tersebut. Kondisi ini mempengaruhi keberadaan SMA Negeri 1 Teluk
Pandan, dimana jumlah peserta didik atau muridnya jumlahnya sedikit.
SMA Negeri 1 Teluk Pandan memiliki enam rombongan belajar dengan
jumlah siswa keseluruhan sebanyak 169 orang murid. Dari keseluruhan
murid tersebut 87% siswa orang tuanya perantau dari Sulawesi Selatan,
8% siswa berasal dari Jawa, dan 5% berasal dari wilayah lain, antara lain,
Sumatra, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

C. Tujuan Program Pertukaran Peserta Didik


Tujuan dilaksanakannya program pertukaran peserta didik antar SMA di
Kabupaten Kutai Timur adalah :
1. Meningkatkan kesadaran bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa
yang multikultur dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)
2. Meningkatkan pemahaman peserta didik bahwa keragaman
kebiasaan, adat istiadat dan budaya budaya bangsa Indonesia bukan
faktor penghambat keutuhan NKRI
3. Mengurangi kesalahpahaman tentang kebiasaan, adat istiadat, dan
budaya yang berpotensi menghambat keutuhan NKRI

D. Pelaksanaan Program untuk Meningkatkan Kesadaran Multikultural


Dalam rangka meningkatkan kesadaran multikultural pada peserta didik di
SMA Negeri 1 Teluk Pandan melakukan program pertukaran peserta didik
dengan sekolah lain. Sekolah-sekolah yang menjadi mitra dalam
pertukaran peserta didik tersebut ditentukan sekolah yang berasal dari
pedalaman. Pelaksanaan program pertukaran peserta didik tersebut
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
1. Ditentukan sebanyak 30 peserta didik yang berasal dari pengurus
Organisasi Intra Sekolah (OSIS) dari masing-masing sekolah.
2. Sejumlah 30 peserta didik tersebut didampingi oleh 3 orang guru
pendamping.
3. Sebelum melaksanakan program pertukaran, peserta didik dibekali
dengan pemahaman kebiasaan, adat istiadat, dan budaya masyarakat
Dayak dan Kutai.
4. Perserta didik dari SMA Negeri 1 Teluk Pandan dibagi 3 kelompok
masing kelompok sebanyak 10 siswa didampingi 1 orang guru
pendamping tinggal bersama-sama dengan masyarakat di Kecamatan
Muara Bengkal selama 1 bulan atau 30 hari.
5. Setiap dua orang peserta didik tinggal bersama orang tua asuh,
mereka harus mempelajari kebiasaan, adat istiadat dan budaya
masyarakat setempat.
6. Setelah selesai melaksanakan program pertukaran pelajar tersebut,
siswa wajib mengimbaskan pengetahuan yang diperoleh kepada
semua temannya di SMA Negeri 1 Teluk Pandan.

E. Hasil Pelaksanaan Program


1. Melalui pertukaran pelajar antar SMA di Kabupaten Kutai Timur siswa
lebih memahami kebiasaan, adat istiadat, dan budaya di luar
masyarakat tempat mereka berada.
2. Pemahaman terhadap perbedaan kebiasaan, adat istiadat, dan budaya
tersebut menimbulkan sikap saling menghormati dan menghargai
terhadap kebiasaan dan adat istiadat serta budaya yang berbeda.

III. Penutup
A. Simpulan
Program pertukaran peserta didik antar SMA di Kabupaten Kutai Timur
sangat bermanfaat untuk meingkatkan kesadaran pada siswa SMA bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultur yang perlu dijaga agar
ikatan persatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
tetap terjaga
B. Saran
Program pertukaran peserta didik ini baru sebatas program sekolah, perlu
di tetapkan sebagai program pembinaan kesiswaan oleh Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan.

IV. Daftar Pustaka


Susanti, Eka. 2015. Implementasi Model Pembelajaran IPS Berbasis
Multikultural di Sekolah menengah Pertama. Medan: UIN SU.
Suryana, Yana dan Rusdiana. 2015. Pendidikan Multikultural: Suatu Upaya
Penguatan Jati Diri Bangsa Konsep, Prinsip dan Implementasi.
Bandung: Pustaka Setia.
Zamroni. 2013. Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural.
Yogyakarta: IKAP

Anda mungkin juga menyukai