Pengertian syariah secara bahasa berarti jalan, peraturan, undang-undang tentang suatu
perbuatan atau menggariskan suatu peraturan/ pedoman. Disamping itu syariah secara leksikal
berarti jalan menuju perhimpunan air untuk diminum manusia dan juga untuk binatang-binatang
periharaan. Dari makna kebahasaan ini orang arab menggunakanya sebagai ungkapan tentang
jalan lurus yang dipedomani bersama. Makna jalan menuju air adalah bahwa air merupakan
sumber kehidupan sehingga syariah berarti suatu jalan yang ditempuh guna mendapatkan
kehidupan yang sejati,bahagia dan abadi.
Secara istilah syariah adalah undang-undang yang dibuat oleh Tuhan Allah SWT.Jadi
dapat dimaknai bahwa syariah adalah seperangkat aturan dari Allah yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad untuk dijelaskan kepada manusia supaya menjadi way of life bagi kehidupan
agar mereka mencapai hidup baik, bahagia, dan selamat dunia dan akhirat. Pelaksanaan syariah
sebagai ajaran islam mencakup semua ajaran berupa iman islam dan ihsan dan didalamnya tidak
dapat dipisahkan dari etika.
Dengan kesimpulan Syariah berarti seluruh ketentuan agama Islam, baik berupa
seperangkat aturan hukum taklifi, ketentuan keimanan, dan undang-undang moral yang mengatur
pelaksanaan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya.Syariah, sebagai ajaran Islam yang
mencakup semua ajaran berupa iman, Islam dan ihsan. Bisa diartikan lagi bahwa syariah
Islam adalah aturan agama yang diajarkan Allah untuk hamba-Nya, yang didalamnya berisi
ajaran keimanan/ keyakinan, aturan dan cara-cara peribadatan, cara berkelakuan baik dan
menghindar dari keburukan, cara-cara berinteraksi dan cara-cara membangun sistem hidup
bersama ditengah-tengah masyarakat dan bangsa-bangsa beragamyang mempunyai tujuan untuk
menciptakan atau merealisasikan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Syariah Islam
mencakup ajaran-ajaran iman kepada Allah, para malaikat, para utusan-Nya, adanya realitas
ghaib-metafisik-immateria, mengajarkan relasi dan cara-cara (prinsip) hidup yang baik. Jadi
Syariah Islam adalah syariah yang bermuatan etika yang include dalam pelaksanaan syariah
tersebut.
Pengertian Thariqah secara bahasa berasal dari bahasa arab yang berarti melewati suatu
jalan atau jalan tembusan secara leksikal dapat diartikan sebagai jalan , metode, prosedure,
teknik proses. Menurut abu bakar aceh dikutip dari Mustafa zahri adalah jalan petunjuk
melakukan ibadah tertentu sesuai dengan ajaran yang dicontohkan nabi Muhammad saw. Dan
dilakukan oleh sahabatnya,tabiin dan tabiit tabiin secara turun temurun hingga sampai kepada
Segala yang baik dan buruk berguna dan berbahaya, iman dan kufur, kebodohan dan kejelasan,
semua tarjadi da nada karena ditentukan oleh Allah.
Dalam hal ini hakikat dimaksudkan dengan tingkatan seseorang mengamalkan agama ini,
serta kedalaman seseorang dalam menjalankan agama untuk tujuan sebenarnya. Dari sisi
pengetahuan agama dan pengamalanya, maka hakikat berarti pemahaman seseorang akan arti
menjalankan agama ini dan mengenal tujuan agama ini bagi manusia yaitu dapat menghadirkan
dirinya sebagai hamba yang sadar akan Tuhanya, sehingga dapat menampilkan dirinya sebagai
ideal Allah.
Secara harfiah, kata ma'rifat yang berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti
pengetahuan yang mantap dan meyakinkan. Kata ma'rifat berarti pengetahuan batin yang
berbasis kekuatan kalbu sehingga membuahkan suatu pengenalan tentang sesuatu, dan terasa
dekat serta hadir dalam sesuatu yang dikenali tersebut. Ma'rifat dapat dicapai melalui ilmu dan
antara keduanya tentu terjalin secara otomatis, sehingga tanpa ilmu, maka tidak dapat diperoleh
ma'rifat. Secaara istilah sebagai pakar ilmu haqiqah dikatakan sebagai berikut:
"Ma'rifat adalah mengerti dan memahami nama-nama allah swt.Dan sifat-sifat-Nya secara jujur
dan tulus untuk berinteraksi dengan-Nya dan serius dalam segala kondisinya, dan senantiasa
berkoneksi dengan-Nya dalam kondisi suasana sirri, serta berupaya kembali kepad-Nya dalam
segala sesuatunya dengan membersihkan dirinya dari sifat-sifat rendah-tercela."
Demikian gambaran operasional tentang ma'rifat.Semakin dia menyadari wujud dirinya
secara riil, maka dia terhijab dengan Allah.Sebaliknya semakin dia menyadari ketidaknyataan
eksistensinya maka ma'rifatnya semakin kuat.Allah adalah wujud yang nyata dan realita wujud
itu sendiri, sedangkan manusia dan mahluk lainya adalah maujud yang berarti wujudnya itu
karena diwujudkan.Perbedaan antara al-wujud dan maujud yaitu al-wujud itu Allah swt Dzat
yang nyata adanya sedangkaan maujud adalah makhluk-makhluk yang wududnya tidak nyata
karena di wujudkn oleh Tuhan.Kondisi demikian menunjukan bahwa seorang hamba mengalami
hadir dalam hadhrah keagungan Allah, sehingga mengalami kesirnaan diri.Keadaan demikian
pernah terjadi, dialami nabi Musa as.Sebagaimana dalam al-qur'an surah al-a'raf ayat 143.Dalam
ayat tersebut terjadi perbedaan pendapat dikalangan mufassirin namun ta menjadi
soal.Bagaimanapun juga, tampaknya Tuhan itu bukanlah menampakan sebagai makhluk,
hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran
manusia.Dapat dipahami bahwa ma'rifat merupakan suatu kondisi spiritual dimana seorang
hamba mencapai pengetahuan yang mendalam dan kesadaran hakiki akaan kehambaannya yang
bersifat sirna dan tidk memiliki wujud/ eksistensi yang sesungguhnya jia dihubungkan dengan
wujud tuhan.
B. Korelasi antara Syariah, Thariqah, Haqiqah dan Ma'rifat
Uraian tentang syariat,thariqah,haqiqah dan ma'rifat di atas menggambarkan betapa
seriusnya para ulama sufi dalam upaya memberi jalan bagi umat untuk mengamalkan ajaran
Islam dengan mudah dan tepat, sehingga mengantarkan hamba menuju kebahagiaan lahir dan
batin. Bahwa keempat tema tersebut adalah sebuah konseptualisasi terhadap islam oleh para sufi
dalam rangka menjelaskan prosedur pengamalan islam dengan benar sehingga berfungsi
bagaikan program dan kurikulum yang harus di lalui seorang hamba agar mencapai tujuan berislam. Islam sebagai agama Allah ini adalah berdimensi luas, yaitu zhahir dan batin (esosentrik
dan esoteri) sebagaimana kesempurnaan Allah sendiri yang Maha Zhahir dan Maha Batin
sekaligus.
Jika syariah mewakili dimensi eksoterik islam, maka haqiqah dan ma'rifat adalah
menempati dimensi batinnya. Demikian itu adalah karena memang ada seorang hamba yang
mengamalkan Islam hanya berdimensi badaniah zhahiriah saja. Adpula yang mengamalkan
serempak menembus dimensi rohaniahnya, sehingga dapat mencapai tujuan pengalaman
islam.Singkatnya,konseptualisasi tersebut menggambarkan intensitas keislaman pengamalnya,
bukannya mengkotak-kotakan islam menjadi empat dimensi terpisah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian singkat di atas pemakalah menyimpulkan bahwa antara syariat, tarekat,
makrifat dan hakikat tidak bisa dipisahkan. Syariat adalah bentuk lahir dari hakikat dan hakikat
adalah bentuk batin dari syariat. Syariat adalah landasan awal menuju hakikat dan penyingkapan
hakikat tidak menggugurkan syariat, bahkan menguatkan kebenaran syariat. Jika bertentangan
maka penyingkapan tersebut diragukan, yang boleh jadi itu adalah kerjaan setan. Untuk sampai
pada hakikat, maka dibutuhkan metode dan disiplin diri yang aturan dasarnya sudah ditentukan
oleh syariat. Proses menuju realitas sejati (hakikat) inilah yang disebut tarekat. Ketika selubung
hijab terbuka maka tampaklah realitas sejati, maka saat itu pula penempuh jalan spiritual
memperoleh makrif
A.
Latar Belakang
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan
dimensi atau aspek spiritual dari Islam.spiritualitas ini dapat mengambil
bentukyang beraneka di dalamnya. Dalam kaitannya dengan manusia ,
tasawuf lebih menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya .
Dalam kaitannya dengan kehidupan, ia lebih menekankan aspek
rohaninya
pemahaman
ketimbang
aspek
keagamaan,
ia
jasmaninya
lebih
,dalam
menekankan
kaitannya
dengan
kehidupan
akhirrat
lebih
menekankan
penafsiran
batini
ketimbang
penafsiran
lahiriah. Tasawuf dalam arti sikap rohani takwa yang selalu ingin dekat
dengan Allah SWT., dihubungkan dengan arti syariat dalam arti luas yang
meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia, baik hablum minallah,
hablum minannas, maupun hablum minal alam, mempunyai hubungan yang
sangat erat dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Untuk
mencapai kemaslahatan dunia dan akhirat dalam arti hakiki harus sepadan,
simultan dengan tujuan tasawuf, yaitu melaksanakan hakikat ubudiyah guna
memperoleh tauhid yang haqqul yaqin dan makrifatullah yang tahqiq.
Tariqat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah
( dengan tekun ) dan menjauhkan ( diri) dari ( sikap ) mempermudah
( ibadah ), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah. Dan tareqat
merupakan jalan atau cara yang ditempuh menuju keridaan Allah.
Tasawuf adalah
suatu
bidang
ilmu
keIslaman
dengan
berbagai
B.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SYARIAT
Hubungan Syariah dan Tasawuf
Tasawuf dalam arti sikap rohani takwa yang selalu ingin dekat dengan
Allah SWT., dihubungkan dengan arti syariat dalam arti luas yang meliputi
seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia, baik hablum minallah, hablum
minannas, maupun hablum minal alam, mempunyai hubungan yang sangat
erat dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai
kemaslahatan dunia dan akhirat dalam arti hakiki harus sepadan, simultan
dengan
tujuan
tasawuf,
yaitu
melaksanakan
hakikat
ubudiyah
guna
adalah
jiwa
yang memberi power kepada syariat, sedangkan syariat adalah power itu.
Syariat dilaksankan oleh anggota dzahir manusia yang mengadakan
dan membuka hubungan dengan Allah SWT., sedangkan powernya melalui
rohani batin yang datang langsung dari Allah SWT. Ibarat listrik, kabel
adalah syariat-syariat lahirnya, sedangkan setrum adalah power melewati
kabel yang bersumber dari central dynamo. Power itu adalah wasilah dari
Allah SWT. melalui Arwahul Muqaddasah Rasulullah SAW. terus bersambung,
berantai melalui ahli silsilah, sejak dari Nabi Muhammad SAW., kemudian
Abu
Bakar
ash-Shiddiq
sampai
Syekh
Mursyid
terakhir.[2]
Para ahli silsilah atau Syekh Mursid itu, bukan perantara, tetapi wasilah
Malik
RA,
berkata: barang
siapa
bersyariat
saja
tanpa
hakiki.
itu
adalah
hakikat.
Bahwa
sesungguhnya
syariat
itu
wajib
menjadi syarat
jika
dalam
syariat
diwajibkan
thaharah
sebelum
B.
TAREKAT
Pengertian Tarekat
Asal kata tarekat dalam bahsa Arab ialah thariqah yang berarti
jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu.[4]Tarekat adalah jalan
yanng ditempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang
berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar, sedangkan anak
jalan disebut thariq. Kata turunan ini menunjukan bahwa menurut anggapan
para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri
dari hukum Ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim.[5]
Tak
mungkin
ada
anak
jalan
tanpa
ada
jalan
utama
tempat
dengan
kesanggupannya,
baik
larangan
yang
nyata
maupun
yang tidak
( batin ).
Artinya:
Tariqat
adalah
meninggalkan
yang
haram
dan
makruh,
menunaikan hal - hal yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan
kesanggupan
( pelaksanaan ) di bawah bimbingan seorang arif ( Syekh ) dan ( Sufi )
yang mencita-citakaan dengan suatu tujuan.[8]
Hubungan Tariqat Dengan Tasawuf
Dalam ilmu tasawuf istilah tarikat tidak saja ditunjukan kepada aturan
dan cara-cara tertentu yang ditunjukan oleh seorang syaih tariqat (mursyid)
dan bukan pula terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang
syaih tariqat , tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama
Islam, seperti halnya shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Ajaran
tersebut merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah.[9]
Di dalam tariqat yang sudah melembaga, tariqat mencakup semua
aspek ajaran Islam seperti shalat, puasa, zakat, jihad, haji, dan sebagainya,
telah diketahui bahwa tasawuf itu secara umum adalah usaha unuk
mendekatkan
diri
kepada
Allah
dengan
sedekat
mungkin,
melalui
14. Tariqat Sanusiyah yang didirikan oleh Sayyid Muhammad bin Ali asSanusi.[14]
C.
HAKIKAT
Para sufi menyebut diri mereka ahl al haqiqah. Penyebutan ini
mencerminkan obsesi mereka terhadap kebenaran yang hakiki. Karena itu,
mudah dipahami kalau mereka menyebut Tuhan dengan al-haqq, seperti
yang tercermin dalam ungkapan al Hallaj, ana al Haqq (aku adalah Tuhan).
Obsesi penafsiran mereka terhadap formula la ilaha illa Allah yang mereka
artikan tidak ada realitas yang sejati kecuali Allah.
Bagi mereka Tuhanlah satu-satunya yang hakiki, dalam arti yang
betul-betul
ada,
keberadaan
yang
absolut,
sedangkan
yang
lain
MARIFAT
Pengertian dan Tanda Marifat
Dari
segi
artinya
mengetahui
dari
kata arafa,
yarifu,
atau
pengalaman.[15] Dan
b.
c.
Imam
Al-Qusyairy
mengemukakan
pendapat
Abdur
Rahman
bin
a.
b.
c.
Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal
itu bisa membawanya kepada perbuatan yang haram.
Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang Sufi tidak membutuhkan
kehidupan yang mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang hanya sekedar
dapat menunjang kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT., sehingga Asy
Syekh Muhammad bin Al-Fadhal mengatakan bahwa Marifah yang dimiliki
Sufi, cukup dapat memberikan kebahagiaan batin padanya, karena merasa
selalu bersama-sama dengan Tuhannya.
Hakikat Marifat
Ada segolongan orang Sufi mempunyai ulasan bagaimana hakikat marifah.
Mereka mengemukakan paham-pahamnya antara lain:
1.
Kalau mata yang ada di dalam hati sanubari manusia terbuka, maka
mata kepalanya tertutup, dan waktu inilah yang dilihat hanya Allah.
2.
Marifah adalah cermin. Apabila seorang yang arif melihat ke arah cermin
maka apa yang dilihatnya hanya Allah.
3.
Orang arif baik di waktu tidur dan bangun yang dilihat hanyalah Allah
SWT.
4.
Seandainya marifah itu materi, maka semua orang yang melihat akan
mati karena tidak tahan melihat kecantikan serta keindahannya. Dan semua
cahaya akan menjadi gelap disamping cahaya keindahan yang gilanggemilang.[17]
Akan tetapi pengetahuan yang disebut marifah adalh pengetahuan
Sufi. Ia dapat mengetahui hakikat Tuhan (marifah). Sehingga marifah
hanya dapat diperoleh pada kaum Sufi. Mereka sanggup melihat Tuhan
dengan cara melalui hati sanubarinya. Disamping itu juga mereka mereka
didalam hatinya penuh dengan cahaya.
Untuk memperoleh
Marifah
tentang
Tuhan,
Zunun
Al-Misrilah
mengatakan:
Artinya:
Aku mengetahui Tuhan dengan Tuhan dan sekitarnya tidak karena Tuhan
aku tak akan tahu Tuhan.
Dijelaskan pula, bahwa tanda orang makrifat itu ada tiga:
1.
2.
3.
dengan
konsep takhalli,
yaitu
Marifat Talimiyat
Marifat Yalimiyat merupakan istilah lain Marifat yang di lontarkan oleh
al-Ghazali25, dapat di depinisikan sebagai Marifat yang dihasilkan dalam
usaha memperoleh Ilmu. talimiyat berasal dari kata talama, yutalimu,
taliman-talimiyatan yang berarti mencari pengetahuan atau dalam arti lain
memperoleh ilmu pengetahuan. Sedangkan orang yang yang sedang
mencari ilmu disebut mutaalim. Oleh karena itu Marifat talimiyat yaitu
berjalan untuk mengenal Allah dari jalan yang biasa, mulai dari bawah
hingga keatas.
Di sisi teori yang lain Marifat talimiyat dapat disebut juga dengan
Marifat orang salik Pada mulanya salik mengenal alam sebagai ciptaan
Tuhan, kemudian mengenal nama-nama-Nya, kemudian mengenal sifatsifat-Nya dan pada akhirnya mengenal Dzat Pencipta alam -Allah Azza wa
jalla-.Adapun penjelasan mengenai Marifat terhadap Asma, Sifat, dan Dzat
Tuhan, diuraikan dalam 99 Nama-nama Tuhan, dalam istilah lain disebut
asamul al-husna, sebagaimana yang dilontarkan oleh M. Ali Chasan Umar
bahwa asma al-husna adalah Nama-nama Allah yang terbaik dan yang
Agung, yang sesuai dengan sifat-sifat Allah, yang jumlahnya ada 99
(sembilan puluh sembilan) Nama. Karena itu, adannya alam semesta
menujukan adanya nama-nama Tuhan, nama-nama Tuhan itu menujukan
sifat-sifat-Nya. Nama-nama Tuhan itu ada hubungannya dengan Dzat-Nya,
Ilmu-Nya,
kekerasan.
Keagungan-Nya
dan
tiada
batasnya.
Sifat-sifat
tersebut itu selalu berdiri sendiri dan bergantung pada Dzat-Nya sebab tidak
mungkin kalau ada sifat tetapi tidak ada yang disifati. Adapun yang disifati
dengan sifat-sifat yang sempurna adalah Allah Azza wa Jalla. Nama-nama itu
disebutkan dalam Firman-Nya :
Artinya : Serulah Allah atau Rahman. Mana saja nama Tuhan yang
kamu seru, Dia adalah adalah mempunyai nama-nama yang baik. (Q.S. AlIsra: 110)
Marifat
talimiyat
secara
lebih
mengenali
luas
dapat
Tuhan
didefinisikan
(Marifat).
sebagai
artinya
salik
cara
(suluk),
mazmumah/buruk
(dari
ialah
maksiat
mengosongkan
lahir
dan
dari
diri
Dari
maksiat
sifat-sifat
batin)
dan
sehingga
dapat
menangkap
gambar
suatu
informasi
atau
1. Disebut
dengan
murhalah
amal
lahir. Artinya
berkenalan
melakukan amal ibadat yang dipardukan dan sunnat, sebagai mana yang
dilakukan Rosulullah Saw.
Fase 2. disebut amal batin atau moraqabah (mendekatkan diri pada Allah)
dengan jalan menyucikan diri dari maksiat lahir dan batin (takhalli),
memerangi hawa nafsu, dibarengi dengan amal yang terpuji (mahmudah)
dari taat lahir dan batin (tahalli) yang semuanya itu merupakan amal qalb
(hati). Setelah hati dan ruhani telah bersir dan diisi dengan amalan batin
(dzikir), maka pada fase ini salik didatangkan nur dari Tuhan yang
dinamakan nur kesadaran.
membebaskan jiwa kita dari belenggu nafsu duniawi, supaya jiwa itu
menjadi suci, Imam ghazali mengumpamakan seperti kaca cermin yang
dapat menangkap sesuatu apapun yang bersifat suci, sehgingga salih dapat
menerima informasi hakiki tentang Allah.
Fase 4. disebut murhalah fana kamil yaitu jiwa salik telah mencapai pada
martabat menyaksikan langsung yang haq dengan al-haqq (syuhudul haqqi
bil haqqi). Pada fase keempat ini, sebagai puncak segala perjalanan, maka
didatangkan nur yang dinamakan nur kehadiran
2.
Marifat Laduniyah
Marifat laduniyah yaitu Marifat yang langsung dibukakan oleh Tuhan
dengan keadaan kasf, mengenal kepada-Nya. Jalannya langsung dari atas
dengan menyaksikan Dzat yang Suci, kemudian turun dengan melihat sifatsifat-Nya, kemudian kembali bergantung kepada nama-nama-Nya. Ibnu
Athaillah memberi istilah lain terhadap Marifat laduniyah dengan sebutan
Marifat orang mahjdub. Marifat orang mahjdub yang diungkapkan oleh Ibnu
Athaillah merupakan sebuah Ilmu yang diberikan secara langsung oleh
Tuhan kepada manusia yang ada sisi kesamaannya dengan Marifat
Laduniyah. Lebih jauh, kalangan sufi tersebut menyatakan bahwa orang
yang telah mengenal Allah, juga akan dianugrahi Ilmu laduni. Ilmu laduni
merupakan ilmu yang di ilhamkan oleh Allah Swt. Kepada hati hamba-Nya
tanpa melalui suatu perantara
sufi.
Tidak sama dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh secara biasa (Marifat
talimiyat), ilmu laduni bersifat tetap dan tidak dapat hilang atau terlupakan.
Seseorang yang telah dianugrahi ilmu laduni disebut dengan alim sejati
(alim yang sebenarnya). Sebaliknya, seseorang yang tidak memperoleh dari
ilmu laduni, belum bisa disebut sebagai alim sejati. Hal ini dinyatakan oleh
Abu Yazid al Bistami bahwa Tidaklah disebut sebagai alim (marifat al-
disebut
sebagai
alim
ar-Rabani
-orang
yang
berpengetahuan
nama-nama-Nya.
melalui
pengkajian
kenyataan
buku-buku
alamiyah
seperti
atau
penelitian
halnya
secara
ilmuwan.
radikal
Para
sufi
menginginkan jalan pintas untuk memperoleh sumber asli dari segala ilmu
yang tersurat di lauh mahfudz. Penghayatan Kasf dan Zauq itu berada dalam
dan
mukasyafah.
Marifat
itu
sendiri
merupakan
ajaran
Tasawuf, yang pada garis besarnya merupakan ajaran kesucian jiwa, yaitu
semata-mata untuk memasuki
atau hadharah Rububiyah (hadirat ketuhanan), akan tetapi dalam hal ini,
Marifat lebih signifikan karena keberadaan musyahadah dan mukasyafah
bergantung pada Marifat dan dengan Marifat pula, ilmu laduni ikut
menyertainya.
Dalam hal ini Ibnu Athaillah mengemukakan hikmahnya sebagai
berikut :
Artinya : Allah memperlihatkan Dzat-Nya kepadamu sebelum Dia menuntut
kepadamu
harus
mengeakui
keberasan-Nya.
Maka
anggota
lahir
perkataan
hikmah
tersebut
adalah
Tuhan
menampakan
keluhuran dan keagungan Dzat-Nya didalam hati seseorang, setelah itu Allah
menunutut persaksian kepadamu mengenai kebesaran dan keluhuran-Nya
dengan melakukan dzikir dan Ibadah.
yang
ada
di
bisa
Kita dikatakan sukses dalambelajar bila dengan belajar itu kita semakin me
ngenal Allah.
Jadi percuma
saja
sekolahtinggi,
luaspengetahuan,
gelarprestisius, bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah.
Mengenal Allah adalah aset terbesar. Mengenal Allah akan membuahkan
akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa
ditatap,
didengar,
dan
diperhatikan
selalu.
Inilah
kenikmatan
hidup
sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan
bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah, hidup kita akan
sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan
sebagainya.
Ciri orang yang ma'rifat adalah laakhaufun 'alaihim walahum yah
zanuun. Ia tidak takut dan sedih dengan urusan duniawi. Karena itu, kualitas
ma'rifat kita dapat diukur. Bila kita selalu cemas dan takutkehilangan dunia,
itu tandanya kita belum ma'rifat.
Sebab,
orang
yang
ma'rifat itu susah senangnya tidakdiukur dari ada tidaknya dunia. Susah dan
senangnya diukur dari dekat tidaknya ia dengan Allah.
kitaharus mulai bertanya bagaimana
agar
Maka,
setiap aktivitas
bisa
pun
yang
kita miliki,
dan
Keenam, selalu ada dalam bimbingan dan pertolongan Allah. Bila pada poin
pertama Allah sudahmenunjukkan jalan yang tepat, maka pada poin ini kita
akan dituntun untuk melewati jalan tersebut.
Ketujuh, seorang ahli ibadah akan memiliki kekuatan ruhiyah, tak heran
bila
kata-katanya bertenaga,
penuh
hikmah,
berwibawa
dan
setiap
anggota
tubuh
seperti
panca
indra
yang
hanya
dapat
hidup
menyendiri
dan
masuk
kembali
ke
tengah
pertualangan
yang
berjalan
10
tahun
lamanya,
sudah
cukup
jiwa
mengingat
Tuhan.
Peristiwa-peristiwa
hidup,
hidupku,
kegelisahan
batin
mengacukan
yang
pikiran
tidak
berkhalwat,
membersihkan
sehingga
suasana
timbullah
hidupku
lagi.
orang
awam.
Tingkatan
ini
mengakui
adanya
Tuhan
serta
dan
penciptaan,
dan
belum
menyaksikan
langsung
dalam
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tasawuf dalam arti sikap rohani takwa yang selalu ingin dekat dengan
Allah SWT., dihubungkan dengan arti syariat dalam arti luas yang meliputi
seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia, baik hablum minallah, hablum
minannas, maupun hablum minal alam, mempunyai hubungan yang sangat
erat dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai
kemaslahatan dunia dan akhirat dalam arti hakiki harus sepadan, simultan
dengan
tujuan
tasawuf,
yaitu
melaksanakan
hakikat
ubudiyah
guna
adalah
pengamalan
syariat,
melaksanakan
beban
ibadah
al-Ghazali
memenghalalkan
tasawuf
yang
sebelumnya
yang
Marifah berasal dari kata arafa, yarifu, irfan dan marifah yang artinya
mengetahui
atau
pengalaman.
Dan
apabila
dihubungkan
dengan
YARIAH
Syariah adalah ajaran Hukum hukum Allah berupa perintah dan
larangan yg dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Syariah adalah aturan ibadah, cara shalat, cara puasa, cara wudhu,
dlsb dari hukum hukum ibadah antara hamba dengan pencipta, dan
antara hamba dg hamba lainnya.
HAQIQAH
Haqiqah adalah ilmu keyakinan yg mendalami Allah swt, ia adalah
derajat Al Ihsan, sebagaimana sabda nabi saw : Al ihsan adalah kau
beribadah pada Allah seakan kau melihat Nya, jika kau tak bisa melihat
Nya maka sungguh Dia melihatmu.
Itulah ringkasan ilmu haqiqah, bagi mereka Allah swt Maha Terlihat dan
Terasa, lebih dari semua makhluk...
Bagi mereka semua yg mereka lihat, dengar, dan rasakan, tak sekuat
keberadaan Allah swt, seakan semua yg ada ini adalah tiada dan fana,
Justru yg ada hanya Allah swt, mereka melihat keluhuran Allah swt
dimanapun dan kapanpun, mereka didholimi mereka ingat Allah,
mereka melihat sesuatu langsung lintasan pemikirannya pada Allah,
mereka sudah tidak perduli pada makhluk, mereka hanya perduli pada
Allah swt, mereka tidak perduli perasaan makhluk, mereka tidak perduli
cinta dan benci makhluk, hanya Allah.. hanya Allah..
lalu mereka perduli pada makhluk karena Allah swt, bukan karena
makhluk, mereka takut mengecewakan perasaan makhluk karena
mereka takut dg itu bisa mengecewakan perasaan Allah swt,
Maka cinta mereka suci, kelembutan mereka hakikiy, kasih sayang
mereka teruji, mereka tidak terpengaruh dg pujian dan cacian, itulah
haqiqah.
MA'RIFAT
Makrifat : suatu pemahaman / pengetahuan tentang Allah swt.
Semakin luas pemahaman seseorang tentang Allah swt maka
diakatakan : semakin luas ilmu makrifatnya, ahli makrifat adalah orang
yg luas pemahamannya tentang Allah swt, dan gelar utk orang yg sangat
dekat dg Allah.
Saudaraku, seorang ahli syariah (ahli hukum islam) yg tidak mempunyai
ilmu makrifat (mengenal kedekatan dg Allah) maka ia mestilah orang
fasiq, ia akan menggunakan ilmunya untuk bermaksiat, menjual ayat,
berkhianat dg hukum syariat itu sendiri.
demikian pula tidak bisa memperdalam makrifat bila ia tidak
mengamalkan syariah, ini adalah kejahilan pula.
sebagaimana Rasul saw Imam tertinggi dalam ketakwaan dan beliau
masih mengamalkan syariat ini bahkan beliau saw lah yg paling gigih
mengamalkannya, maka semakin tinggi derajat seseorang akan semakin
gigih pengamalannya dalam syariah.
THARIQAH
Tarekat / Thariqah adalah metode mencapai haqiqah.
Tarekat / Thariqah adalah suatu cara / metode untuk mencapai
kekhusyuan dalam dzikir dan mencapai keridhoan Allah SWT.
Tidak wajib seseorang mengikuti suatu Thariqah, syariah yg wajib
baginya untuk dipelajari dan dijalankan semampunya, lalu ia
mendekatkan diri kepada Allah tanpa harus ber Thariqah, namun dg
Thariqah maka mendekatkan diri pada Allah lebih mudah.