Anda di halaman 1dari 33

Pengertian Syariah, Thoriqoh,Haqiqah dan Marifah

Pengertian syariah secara bahasa berarti jalan, peraturan, undang-undang tentang suatu
perbuatan atau menggariskan suatu peraturan/ pedoman. Disamping itu syariah secara leksikal
berarti jalan menuju perhimpunan air untuk diminum manusia dan juga untuk binatang-binatang
periharaan. Dari makna kebahasaan ini orang arab menggunakanya sebagai ungkapan tentang
jalan lurus yang dipedomani bersama. Makna jalan menuju air adalah bahwa air merupakan
sumber kehidupan sehingga syariah berarti suatu jalan yang ditempuh guna mendapatkan
kehidupan yang sejati,bahagia dan abadi.
Secara istilah syariah adalah undang-undang yang dibuat oleh Tuhan Allah SWT.Jadi
dapat dimaknai bahwa syariah adalah seperangkat aturan dari Allah yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad untuk dijelaskan kepada manusia supaya menjadi way of life bagi kehidupan
agar mereka mencapai hidup baik, bahagia, dan selamat dunia dan akhirat. Pelaksanaan syariah
sebagai ajaran islam mencakup semua ajaran berupa iman islam dan ihsan dan didalamnya tidak
dapat dipisahkan dari etika.
Dengan kesimpulan Syariah berarti seluruh ketentuan agama Islam, baik berupa
seperangkat aturan hukum taklifi, ketentuan keimanan, dan undang-undang moral yang mengatur
pelaksanaan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya.Syariah, sebagai ajaran Islam yang
mencakup semua ajaran berupa iman, Islam dan ihsan. Bisa diartikan lagi bahwa syariah
Islam adalah aturan agama yang diajarkan Allah untuk hamba-Nya, yang didalamnya berisi
ajaran keimanan/ keyakinan, aturan dan cara-cara peribadatan, cara berkelakuan baik dan
menghindar dari keburukan, cara-cara berinteraksi dan cara-cara membangun sistem hidup
bersama ditengah-tengah masyarakat dan bangsa-bangsa beragamyang mempunyai tujuan untuk
menciptakan atau merealisasikan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Syariah Islam
mencakup ajaran-ajaran iman kepada Allah, para malaikat, para utusan-Nya, adanya realitas
ghaib-metafisik-immateria, mengajarkan relasi dan cara-cara (prinsip) hidup yang baik. Jadi
Syariah Islam adalah syariah yang bermuatan etika yang include dalam pelaksanaan syariah
tersebut.
Pengertian Thariqah secara bahasa berasal dari bahasa arab yang berarti melewati suatu
jalan atau jalan tembusan secara leksikal dapat diartikan sebagai jalan , metode, prosedure,
teknik proses. Menurut abu bakar aceh dikutip dari Mustafa zahri adalah jalan petunjuk
melakukan ibadah tertentu sesuai dengan ajaran yang dicontohkan nabi Muhammad saw. Dan
dilakukan oleh sahabatnya,tabiin dan tabiit tabiin secara turun temurun hingga sampai kepada

para ulama atau guru-guru tasawuf secara berantai(membentuk sebuah silsilah/sanadtarekat)


hingga kepada kita sekarang ini.
Menurut pakar orientalis tarekat-tasawuf L. Massignon dalam penelitianya menjelaskan
bahwa tarekat memiliki dua pengertian yakni sebagai sebuah disiplin ilmu dan sebagai sebuah
organisasi.Yang dimaksud sebagai disiplin ilmu adalah tarekat merupakan bidang kajian atau
bidang praktikal berupa disiplin ilmu kejiwaan dalam bidang latihan kejiwaan /kerohanian baik
untuk perseorangan ataupun kelompok melalui aturan tertentu untuk mencapai tingkat spiritualkerohanian tertentu (maqomat) dan mendapatkan kondisi kerohanian tertentu pula (ahwal). Yang
kedua yaitu tarekat sebagai sebuah organisasi adalah karena pada awalnya terdapat seorang guru
yang mengajarkan teknik atau ibadah tertentu berdasarkan ajaran guru-guru sampai keatas
hingga bersumber dari nabi Muhammad saw. Hingga akhirnya hal ini diikuti orang-orang yang
ingin mendapat bimbingan spiritual oleh guru supaya mencapai takwa sehingga akhirnya tarekat
menjadi sebuah kelompok dalam ikatan disiplin tertentu.
Pembuat tarekat pertama kali adalah sufi iran, Muhammad Ahmad al-Maihimy (w.430
H).disana beliau membuat seperangkat aturan peribadatan untuk murid-muridnya yang terkenal
dengan nama darwis dan rumah ibadah tersebut bernana khangah. Pada abad ke 5 dan 6 H
tarekat berkembang menuju ke arah barat. Muncullah tarekat Rifaiyyah. Di Iraq muncul
tarekatqodiriyyah .ada al-ahmadiyyah dan syadiliyyah di mesir. Jadi tumbuhnya tarekat itu
adalah dari khurassan iran dan messopotamia, Iraq. Dari sini tarekat menjamur di seluruh dunia
seiring hancurnya kekuatan politik islam di Baghdad (1258M) sehingga terekatlah yang tampil
memandu tegaknya dakwah islam ke seluruh negeri,termasuk Indonesia (abad ke14 M). di
Indonesia dakwah islam sufistik dengan pola kelembagaan yang lebih di kenal dengan pondok
pesantren khusus untuk pulau jawa yang di praktikan oleh wali atau lebih di kenal wali songo.
Pengertian Haqiqah secara harfiah, haqiqah berarti yang nyata.yang benar dan yang
sejati. Sesuatu diketahui hakikatnya ketika telah menunjukan kepastianya yang telah tetap ,
sehingga tidak dapat diingkari lagi. Para pakar ilmu hakikat (ilmu tasawuf) menjelaskan bahwa
hakikat adalah konsep konsep yang tumbuh mengakar di dalam hati berupa kejelasan-kejelasan
dan ketersingkapan ha-hal samar (goib), rahasia wujud. Ini merupakan pemberian Allah untuk
hamba-hambanya, sebagai kemuliaan (keramat) bagi mereka yang dengan ini dapat sampai pada
kebajikan dan ketaatan. Hakikat adalah kesadaran batin bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat yang
menggerakan segala sesuatu, menunjukan dan menyesatkan jalan, memuliakan dan
menghinakan, memberikan bantuan dan menelantarkan memberi kekuasaan dan mencabutnya.

Segala yang baik dan buruk berguna dan berbahaya, iman dan kufur, kebodohan dan kejelasan,
semua tarjadi da nada karena ditentukan oleh Allah.
Dalam hal ini hakikat dimaksudkan dengan tingkatan seseorang mengamalkan agama ini,
serta kedalaman seseorang dalam menjalankan agama untuk tujuan sebenarnya. Dari sisi
pengetahuan agama dan pengamalanya, maka hakikat berarti pemahaman seseorang akan arti
menjalankan agama ini dan mengenal tujuan agama ini bagi manusia yaitu dapat menghadirkan
dirinya sebagai hamba yang sadar akan Tuhanya, sehingga dapat menampilkan dirinya sebagai
ideal Allah.
Secara harfiah, kata ma'rifat yang berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti
pengetahuan yang mantap dan meyakinkan. Kata ma'rifat berarti pengetahuan batin yang
berbasis kekuatan kalbu sehingga membuahkan suatu pengenalan tentang sesuatu, dan terasa
dekat serta hadir dalam sesuatu yang dikenali tersebut. Ma'rifat dapat dicapai melalui ilmu dan
antara keduanya tentu terjalin secara otomatis, sehingga tanpa ilmu, maka tidak dapat diperoleh
ma'rifat. Secaara istilah sebagai pakar ilmu haqiqah dikatakan sebagai berikut:
"Ma'rifat adalah mengerti dan memahami nama-nama allah swt.Dan sifat-sifat-Nya secara jujur
dan tulus untuk berinteraksi dengan-Nya dan serius dalam segala kondisinya, dan senantiasa
berkoneksi dengan-Nya dalam kondisi suasana sirri, serta berupaya kembali kepad-Nya dalam
segala sesuatunya dengan membersihkan dirinya dari sifat-sifat rendah-tercela."
Demikian gambaran operasional tentang ma'rifat.Semakin dia menyadari wujud dirinya
secara riil, maka dia terhijab dengan Allah.Sebaliknya semakin dia menyadari ketidaknyataan
eksistensinya maka ma'rifatnya semakin kuat.Allah adalah wujud yang nyata dan realita wujud
itu sendiri, sedangkan manusia dan mahluk lainya adalah maujud yang berarti wujudnya itu
karena diwujudkan.Perbedaan antara al-wujud dan maujud yaitu al-wujud itu Allah swt Dzat
yang nyata adanya sedangkaan maujud adalah makhluk-makhluk yang wududnya tidak nyata
karena di wujudkn oleh Tuhan.Kondisi demikian menunjukan bahwa seorang hamba mengalami
hadir dalam hadhrah keagungan Allah, sehingga mengalami kesirnaan diri.Keadaan demikian
pernah terjadi, dialami nabi Musa as.Sebagaimana dalam al-qur'an surah al-a'raf ayat 143.Dalam
ayat tersebut terjadi perbedaan pendapat dikalangan mufassirin namun ta menjadi
soal.Bagaimanapun juga, tampaknya Tuhan itu bukanlah menampakan sebagai makhluk,
hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran
manusia.Dapat dipahami bahwa ma'rifat merupakan suatu kondisi spiritual dimana seorang
hamba mencapai pengetahuan yang mendalam dan kesadaran hakiki akaan kehambaannya yang

bersifat sirna dan tidk memiliki wujud/ eksistensi yang sesungguhnya jia dihubungkan dengan
wujud tuhan.
B. Korelasi antara Syariah, Thariqah, Haqiqah dan Ma'rifat
Uraian tentang syariat,thariqah,haqiqah dan ma'rifat di atas menggambarkan betapa
seriusnya para ulama sufi dalam upaya memberi jalan bagi umat untuk mengamalkan ajaran
Islam dengan mudah dan tepat, sehingga mengantarkan hamba menuju kebahagiaan lahir dan
batin. Bahwa keempat tema tersebut adalah sebuah konseptualisasi terhadap islam oleh para sufi
dalam rangka menjelaskan prosedur pengamalan islam dengan benar sehingga berfungsi
bagaikan program dan kurikulum yang harus di lalui seorang hamba agar mencapai tujuan berislam. Islam sebagai agama Allah ini adalah berdimensi luas, yaitu zhahir dan batin (esosentrik
dan esoteri) sebagaimana kesempurnaan Allah sendiri yang Maha Zhahir dan Maha Batin
sekaligus.
Jika syariah mewakili dimensi eksoterik islam, maka haqiqah dan ma'rifat adalah
menempati dimensi batinnya. Demikian itu adalah karena memang ada seorang hamba yang
mengamalkan Islam hanya berdimensi badaniah zhahiriah saja. Adpula yang mengamalkan
serempak menembus dimensi rohaniahnya, sehingga dapat mencapai tujuan pengalaman
islam.Singkatnya,konseptualisasi tersebut menggambarkan intensitas keislaman pengamalnya,
bukannya mengkotak-kotakan islam menjadi empat dimensi terpisah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian singkat di atas pemakalah menyimpulkan bahwa antara syariat, tarekat,
makrifat dan hakikat tidak bisa dipisahkan. Syariat adalah bentuk lahir dari hakikat dan hakikat
adalah bentuk batin dari syariat. Syariat adalah landasan awal menuju hakikat dan penyingkapan
hakikat tidak menggugurkan syariat, bahkan menguatkan kebenaran syariat. Jika bertentangan
maka penyingkapan tersebut diragukan, yang boleh jadi itu adalah kerjaan setan. Untuk sampai
pada hakikat, maka dibutuhkan metode dan disiplin diri yang aturan dasarnya sudah ditentukan
oleh syariat. Proses menuju realitas sejati (hakikat) inilah yang disebut tarekat. Ketika selubung
hijab terbuka maka tampaklah realitas sejati, maka saat itu pula penempuh jalan spiritual
memperoleh makrif

Kamis, 27 November 2014


CONTOH MAKALAH SYARIAT, THARIKAT, HAKIKAT, &
MARIFAT
BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan
dimensi atau aspek spiritual dari Islam.spiritualitas ini dapat mengambil
bentukyang beraneka di dalamnya. Dalam kaitannya dengan manusia ,
tasawuf lebih menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya .
Dalam kaitannya dengan kehidupan, ia lebih menekankan aspek
rohaninya
pemahaman

ketimbang

aspek

keagamaan,

ia

jasmaninya
lebih

,dalam

menekankan

kaitannya

dengan

kehidupan

akhirrat

ketimbang kehidupan dunia yang fana, sedangkan dalam kaitannya dengan


pemahaman keagamaan, ia lebih menekankan aspek esoterik ketimbang
eksoterok,

lebih

menekankan

penafsiran

batini

ketimbang

penafsiran

lahiriah. Tasawuf dalam arti sikap rohani takwa yang selalu ingin dekat
dengan Allah SWT., dihubungkan dengan arti syariat dalam arti luas yang
meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia, baik hablum minallah,
hablum minannas, maupun hablum minal alam, mempunyai hubungan yang
sangat erat dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Untuk
mencapai kemaslahatan dunia dan akhirat dalam arti hakiki harus sepadan,
simultan dengan tujuan tasawuf, yaitu melaksanakan hakikat ubudiyah guna
memperoleh tauhid yang haqqul yaqin dan makrifatullah yang tahqiq.
Tariqat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah
( dengan tekun ) dan menjauhkan ( diri) dari ( sikap ) mempermudah
( ibadah ), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah. Dan tareqat
merupakan jalan atau cara yang ditempuh menuju keridaan Allah.

Tasawuf adalah

suatu

bidang

ilmu

keIslaman

dengan

berbagai

pembagian di dalamnya, yaitu tasawuf akhlaki dan tasawuf falsafi.Tahapan


tasawuf yaitu syariat, tarekat,marifat, dan hakikat. Dan di sini kita akan
membahas mengenai pengertian hakikat, syaria, tarikat, marifat.

B.

Rumusan Masalah

1.

Apa yang dimaksud syariat ?

2.

Apa yang dimaksud tarekat ?

3.

Apa yang dimaksud hakikat ?

4.

Apa yang dimaksud marifat ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.

SYARIAT
Hubungan Syariah dan Tasawuf
Tasawuf dalam arti sikap rohani takwa yang selalu ingin dekat dengan
Allah SWT., dihubungkan dengan arti syariat dalam arti luas yang meliputi
seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia, baik hablum minallah, hablum
minannas, maupun hablum minal alam, mempunyai hubungan yang sangat
erat dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai
kemaslahatan dunia dan akhirat dalam arti hakiki harus sepadan, simultan
dengan

tujuan

tasawuf,

yaitu

melaksanakan

hakikat

ubudiyah

guna

memperoleh tauhid yang haqqul yaqin dan makrifatullah yang tahqiq.[1]


Untuk mencapai tujuan tasawuf dalam artian ini, maka seluruh
aktifitas syariat harus digerakkan, dimotivasi, didasarkan dan dijiwai oleh
hati nurani yang ikhlas lillahi taala untuk memperoleh ridla Allah dan
kemaslahatan umat yang menjadi tujuan syariat. Setelah itu, memperkokoh
dan mentahqiqkan tauhid makrifatullah sebagaimana yang tercantum dalam
al-Quran, yang artinya:
dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya
mereka menyembahku.(Q.S. adz-Dzariyat:51-56) tasawuf

adalah

jiwa

yang memberi power kepada syariat, sedangkan syariat adalah power itu.
Syariat dilaksankan oleh anggota dzahir manusia yang mengadakan
dan membuka hubungan dengan Allah SWT., sedangkan powernya melalui
rohani batin yang datang langsung dari Allah SWT. Ibarat listrik, kabel
adalah syariat-syariat lahirnya, sedangkan setrum adalah power melewati
kabel yang bersumber dari central dynamo. Power itu adalah wasilah dari
Allah SWT. melalui Arwahul Muqaddasah Rasulullah SAW. terus bersambung,
berantai melalui ahli silsilah, sejak dari Nabi Muhammad SAW., kemudian
Abu

Bakar

ash-Shiddiq

sampai

Syekh

Mursyid

terakhir.[2]

Para ahli silsilah atau Syekh Mursid itu, bukan perantara, tetapi wasilah

carrier, hamilul wasilah, pembawa wasilah. Orang sufi bukanlah manusia


akhirat saja, tetapi juga manusia dunia. Dia harus memenuhi fitrahnya.
Terutama untuk tercapainya tujuan syariat Islam, yaitu agama, jiwa,
akal,harta dan keturunan.
Imam

Malik

RA,

berkata: barang

siapa

bersyariat

saja

tanpa

bertasawuf, niscaya dia berkelakuan fasik. Dan barang siapa bertasawuf


tanpa bersyariat, niscaya dia berkelakuan zindik. Dan barangsiapa yang
melakukan kedua - duanya, maka sesungguhnya dia adalah golongan Islam
yang

hakiki.

Imam Ali ad-Daqqaq mengatakan: perlu diketahui bahwa sesungguhnya


syariat

itu

adalah

hakikat.

Bahwa

sesungguhnya

syariat

itu

wajib

hukumnya, karena ia adalah perintah Allah SWT. Demikian juga hakikat


adalah syariat untuk mengenal Allah. Hakikat itu wajib hukumnya, karena ia
adalah perintah Allah.(al-Qusyayri: 412)
Dengan demikian, integrasi tasawuf dan syariat

menjadi syarat

mutlak bagi kesempurnaan seorang muslim. Syariat merupakan elaborasi


dari kelima pilar Islam, sedangkan tasawuf berpangkal pada ajaran ihsan,
an-tabudallaaha ka-annaka tarah, fa-in-lam takun tarah, fa-innahu yarak.
Implikasinya,

jika

dalam

syariat

diwajibkan

thaharah

sebelum

melaksanakan ibadah, maka untuk mampu menembus penglihatan Tuhan,


tasawuf mewajibkan penyucian diri melalui pintu taubat.
Kehadiran tasawuf mampu memicu ats-Tsaurah ar-Ruhiyyah dan
menjadi spirit bagi pelakunya. Sebaliknya, syariat ibarat jalan yang akan
dilalui oleh sufi dalam berevolusi. Apabila terlalu banyak hambatan dan
lubangannya, jangan harap akan sampai pada terminal akhir.[3]

B.

TAREKAT
Pengertian Tarekat

Asal kata tarekat dalam bahsa Arab ialah thariqah yang berarti
jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu.[4]Tarekat adalah jalan
yanng ditempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang
berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar, sedangkan anak
jalan disebut thariq. Kata turunan ini menunjukan bahwa menurut anggapan
para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri
dari hukum Ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim.[5]
Tak

mungkin

ada

anak

jalan

tanpa

ada

jalan

utama

tempat

berpangkal. Pengalaman mistik tak mungkin didapat bila perintah syariat


yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahulu dengan seksama.[6]
Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga
macam definisi, yang berturut-turut disebutkan:


Artinya:
Tariqat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah
( dengan tekun ) dan menjauhkan ( diri ) dari ( sikap ) mempermudah
( ibadah ), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah[7]


Artinya:
Tariqat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan
sesuai

dengan

kesanggupannya,

baik

larangan

yang

nyata

maupun

yang tidak
( batin ).


Artinya:
Tariqat

adalah

meninggalkan

yang

haram

dan

makruh,

memperhatikan hal-hal mubah ( yang sifatnya mengandung ) fadilah,

menunaikan hal - hal yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan
kesanggupan
( pelaksanaan ) di bawah bimbingan seorang arif ( Syekh ) dan ( Sufi )
yang mencita-citakaan dengan suatu tujuan.[8]
Hubungan Tariqat Dengan Tasawuf
Dalam ilmu tasawuf istilah tarikat tidak saja ditunjukan kepada aturan
dan cara-cara tertentu yang ditunjukan oleh seorang syaih tariqat (mursyid)
dan bukan pula terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang
syaih tariqat , tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama
Islam, seperti halnya shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Ajaran
tersebut merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah.[9]
Di dalam tariqat yang sudah melembaga, tariqat mencakup semua
aspek ajaran Islam seperti shalat, puasa, zakat, jihad, haji, dan sebagainya,
telah diketahui bahwa tasawuf itu secara umum adalah usaha unuk
mendekatkan

diri

kepada

Allah

dengan

sedekat

mungkin,

melalui

penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah. Dan ajaran-ajaran tasawuf


yang harus ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah merupakan
hakikat tariqat yang sebenarnya, dengan demikian bahwa tasawuf adalah
usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tariqat adalah cara atau
jalan yang ditempuh seorang dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah.

Sejarah Timbulnya Tariqat


Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tariqat mana yang mula-mula
timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti , namun De.
Kamil Musthafa Asy-syibi dalam tasisnya mengungkapkan tokoh pertama
yang memperkenalkan sistem tariqat syaih Abdul Qasiir al-Zailani ( 561 M1166 H ) di Bagdag, Sayyid Ahmad Ar-Rifai di mesir denagan tariqat
Rifaiyyaah, dan Jalal ad-din ar-rumi (672 H-1273 M) di Parsi.[10]

Pada awal kemunculannya, tariqat berkembang dari dua daerah yaitu,


Khusaran ( Iran ) dan Mesopotamia ( Irak ) pada periode ini mulai timbul
beberapa diantara tariqat Yasafiyah yang didirikan oleh Abd Al-Khaliq AlGhuzdawani.[11]
( 9617 H.1220 M ) tariqat Naqsabandiyah yang didirikan oleh
Muhamad Badauddin an-Naqsabandi al-Awisi al-Bukhari ( 1389 M ) di
Turkistan, tariqat Khalwatiyah yang didirikan oleh Umar al-Khalwati (1397 M
).[12]
Aliran-aliran Tariqat Dalam Islam
1. Tariqat Qadiriyah, yang didirikan oleh Muhy Ad-Din abd al-Qadir al-Jailani
( 471 h/1078 M
2. Tariqat Syadziliyah yang dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad AsySyadzili ( 593- 656 H/ 1196-1258 M )
3. Tariqat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Muhammad Baharuddin anNaqsabandi al-Asisial-Bukhari (1389 M ) di Turkistan.
4. Tariqat Yasafiyah dan Khawajaqawiyah, tariqat Yasafiah didirikan oleh
Ahmad al-Yasafi ( 562 H/1169 M ) sedangkan Khawajaqawiyah didirikan oleh
Abd al-Khaliq al-Ghuzdawani ( 617 H/1220 M )
5. Tariqat Khalwatiyah yang didirikan oleh al-Khalwati ( 1397 M )
6. Tariqat Syatariyah yang didirikan oleh Abdullah bin Syatar ( 1485 ) di
India
7. Tariqat Rifaiyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali ar-Rifai ( 1106-1182 )
8. Tariqat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah yang didirikan oleh Ahmad Khatib
Sambas yang bermukim dan mengajar di Mekah pada pertengahan abad
ke-19
9. Tariqat Summaniyah yang didirkan oleh Muhammad bin Abd al-Karim alMadani Asy-Syafii as-Samman ( 1130-1189/1718-1775 )
10. Tariqat Tijaniah yang didirikan oleh Syekh Ahmad bin Muhamad at-Tijani
( 11501230 H/1737-1815 M ).
11. Tariqat Chistiyah yang didirikan oleh Khwajah Muin Ad-Din Hasan
12. Tariqat Mawlawiyah, yang didirikan oleh Syekh al-Kabir Gelminski
13. Tariqat Nimatullah yang didirikan oleh Syaih Nimatullah

14. Tariqat Sanusiyah yang didirikan oleh Sayyid Muhammad bin Ali asSanusi.[14]
C.

HAKIKAT
Para sufi menyebut diri mereka ahl al haqiqah. Penyebutan ini
mencerminkan obsesi mereka terhadap kebenaran yang hakiki. Karena itu,
mudah dipahami kalau mereka menyebut Tuhan dengan al-haqq, seperti
yang tercermin dalam ungkapan al Hallaj, ana al Haqq (aku adalah Tuhan).
Obsesi penafsiran mereka terhadap formula la ilaha illa Allah yang mereka
artikan tidak ada realitas yang sejati kecuali Allah.
Bagi mereka Tuhanlah satu-satunya yang hakiki, dalam arti yang
betul-betul

ada,

keberadaan

yang

absolut,

sedangkan

yang

lain

keberadaannya tidaklah hakiki, atau nisbi, dalam arti tergantung pada


kemurahan Tuhan. Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Lahir dan yang
Batin, penyebab dari segala yang ada dan tujuan akhir, tempat mereka
kembali. Ibarat matahari, Dialah yang memberi cahaya kepada kegelapan
dunia, dan menyebabkan terangnya objek-objek yang tersembunyi di dalam
kegelapan tersebut. Dia jualah pemberi wujud, sehingga benda-benda dunia
menyembul dari persembunyiannnya yang panjang.
Al-Quran menggambarkan Tuhan sebagai al-Awwal dan al-Akhir,
al Zahir, dan al Batin. Al-Awwal dipahami para sufi sebagai sumber atau
prinsip atau asal dari segala yang ada. Dialah causa prima, sebab pertama
dari segala yang ada/ maujudad di dunia ini. Dia yang akhir diartikan
sebagai tujuan akhir atau tempat kembali dari segala yang ada di dunia ini,
termasuk manusia. Dialah pulau harapan kamana bahtera kehidupan
manusia berlayar. Inilah tujuan akhir sang sufi mengorientasikan seluruh
eksitensinya.
D.

MARIFAT
Pengertian dan Tanda Marifat
Dari

segi

bahasa, Marifah berasal

irfan dan marifah yang

artinya

mengetahui

dari

kata arafa,

yarifu,

atau

pengalaman.[15] Dan

apabila dihubungkan dengan pengalaman tasawwuf, maka istilah marifah di


sini berarti mengenal Allah ketika Sufi mencapai suatu maqam dalam
tasawuf.
Kemudian istilah ini dirumuskan definisinya oleh beberapa Ulama
Tasawwuf, antara lain:
a.

Dr. Mustafa Zahri mengemukakan salah satu pendapat Ulama Tasawuf


yang mengatakan:

Artinya:
Marifah adalah ketepatan hati (dalam memercayai hadirnya)wujud yang
wajib adanya (Allah) yang menggambarkan segala kesempurnaan.

b.

Asy-Syekh Muhammad Dahlan Al-Kadiriy mengemukakan pendapat Abuth


Thayyib A-Samiriy yang mengatakan:


Artinya:
Marifah adalah hadirnya kebenaran Allah (pada sufi).... dalam keadaan
hatinya selalu berhubungan dengan Nur Ilahi...

c.

Imam

Al-Qusyairy

mengemukakan

pendapat

Abdur

Rahman

bin

Muhammad bin Abdillah yang mengatakan:





Artinya:
Marifah membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan
membuat ketenangan (dalam akal pikiran). Barang siapa yang meningkat
marifahnya, maka meningkat pula ketenangan (hatinya).[16]
Tidak semua orang yang menuntut ajaran tasawuf dapat sampai
kepada tingkatan marifah. Karena itu, Sufi yang sudah mendapatkan
marifah, memiliki tanda-tanda tertentu, sebagaimana keterangan Dzun Nun
Al-Mishri yang mengatakan; ada beberapa tanda yang dimiliki oleh Sufi bila
sudah sampai kepada tingkatan marifah, antara lain:

a.

Selalu memancar cahaya marifah padanya dalam segala sikap dan


prilakunya, karena itu, sikap wara selalu ada pada dirinya.

b.

Tidak menjadikan keputusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang


bersifat nyata, kerena hal-hal yang nyata menurut ajaran Tasawuf, belum
tentu benar.

c.

Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal
itu bisa membawanya kepada perbuatan yang haram.
Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang Sufi tidak membutuhkan
kehidupan yang mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang hanya sekedar
dapat menunjang kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT., sehingga Asy
Syekh Muhammad bin Al-Fadhal mengatakan bahwa Marifah yang dimiliki
Sufi, cukup dapat memberikan kebahagiaan batin padanya, karena merasa
selalu bersama-sama dengan Tuhannya.
Hakikat Marifat
Ada segolongan orang Sufi mempunyai ulasan bagaimana hakikat marifah.
Mereka mengemukakan paham-pahamnya antara lain:

1.

Kalau mata yang ada di dalam hati sanubari manusia terbuka, maka
mata kepalanya tertutup, dan waktu inilah yang dilihat hanya Allah.

2.

Marifah adalah cermin. Apabila seorang yang arif melihat ke arah cermin
maka apa yang dilihatnya hanya Allah.

3.

Orang arif baik di waktu tidur dan bangun yang dilihat hanyalah Allah
SWT.

4.

Seandainya marifah itu materi, maka semua orang yang melihat akan
mati karena tidak tahan melihat kecantikan serta keindahannya. Dan semua
cahaya akan menjadi gelap disamping cahaya keindahan yang gilanggemilang.[17]
Akan tetapi pengetahuan yang disebut marifah adalh pengetahuan
Sufi. Ia dapat mengetahui hakikat Tuhan (marifah). Sehingga marifah
hanya dapat diperoleh pada kaum Sufi. Mereka sanggup melihat Tuhan
dengan cara melalui hati sanubarinya. Disamping itu juga mereka mereka
didalam hatinya penuh dengan cahaya.

Untuk memperoleh

Marifah

tentang

Tuhan,

Zunun

Al-Misrilah

mengatakan:

Artinya:
Aku mengetahui Tuhan dengan Tuhan dan sekitarnya tidak karena Tuhan
aku tak akan tahu Tuhan.
Dijelaskan pula, bahwa tanda orang makrifat itu ada tiga:
1.

Cahaya makrifatnya tidak memadamkan cahaya waranya.

2.

Tidak meyakini ilmu bathiniah yang dapat merusak lahiriah hukum.

3.

Banyaknya nikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya dan tidak


membawanya pada kebinasaan sampai merusak tabir dan hal-hal yang
diharamkan oleh Allah.[18]
Jalan Marifat

Menurut Al-Qusyairi ada tiga yaitu:


1.
Qalb ( ) fungsinya untuk dapat mengetahui sifat Tuhan.
2.
3.

Ruh ( ) fungsinya untuk dapat mencintai Tuhan.


Sir ( ) fungsinya untuk melihat Tuhan.
Kedudukan Sir lebih halus dari Ruh dan Qalb. Dan ruh lebih halus
qalb. Qalb di samping sebagai alat untuk merasa juga sebagai alat untuk
berpikir. Bedanya qalb dengan aql ialah kalau aql tidak dapat menerima
pengetahuan tentang hakikat Tuhan, tetapi Qalb dapat mengetahui Hakikat
dari segala yang ada dan manakala dilimpahi suatu cahaya dari Tuhan, bisa
mengetahui rahasia-rahasia Tuhan.
Posisi Sir ( ) bertempat di dalam Ruh. Dan ruh ( ) sendiri
berada di dalam qalb. Sir akan dapat menerima pantulan cahaya dari Allah
apabila qalb dan ruh benar-benar suci, kosong dan tidak berisi suatu
apapun. Pada suasana yang demikian, Tuhan akan menurunkan cahaya-Nya
kepada mereka (Sufi). Dan sebaliknya mereka yang melakukannya ( orang
Sufi ) yang dilihat hanyalah Allah SWT.
Pada kedudukan diatas ia (orang Sufi) telah berada pada tingkat
Marifah. Sifat dari Marifah Tuhan bagi seorang Sufi adalah kontinyu (terus
menerus). Semakin banyak mendapat marifah Tuhan, semakin banyak yang

diketahui tentang rahasia-rahasia Tuhan. Sehingga orang Sufi semakin


dengan Tuhan. Namun untuk memperoleh marifah yang penuh tentang
Tuhan mustahil, sebab manusia bersifat terbatas sedangkan Tuhan bersifat
tidak terbatas.
Disamping itu, proses sampainya qalb pada cahaya tuhan ini erat
kaitannya

dengan

konsep takhalli,

tahalli, dan tajalli. Takhalli

yaitu

mengosongkan diri sari akhlak tercela dan perbuatan maksiat melalui


taubat. Hal ini dilanjutkan dengan Tahalli, yaitu menghiasi diri dengan akhlak
yang mulia dan amal ibadah. Sedangkan Tajalli adalah tersingkapnya hijab
(penutup) sehingga tampak jelas cahaya Tuhan.[19]
Macam-macam Marifat
Secara garis besar dapat diambil sebuah kejelasannya, bahwa Marifat
dapat dibagi kedalam dua kategori : pertama, Marifat Talimiyat, dan kedua
Marifat Laduniah.
1.

Marifat Talimiyat
Marifat Yalimiyat merupakan istilah lain Marifat yang di lontarkan oleh
al-Ghazali25, dapat di depinisikan sebagai Marifat yang dihasilkan dalam
usaha memperoleh Ilmu. talimiyat berasal dari kata talama, yutalimu,
taliman-talimiyatan yang berarti mencari pengetahuan atau dalam arti lain
memperoleh ilmu pengetahuan. Sedangkan orang yang yang sedang
mencari ilmu disebut mutaalim. Oleh karena itu Marifat talimiyat yaitu
berjalan untuk mengenal Allah dari jalan yang biasa, mulai dari bawah
hingga keatas.
Di sisi teori yang lain Marifat talimiyat dapat disebut juga dengan
Marifat orang salik Pada mulanya salik mengenal alam sebagai ciptaan
Tuhan, kemudian mengenal nama-nama-Nya, kemudian mengenal sifatsifat-Nya dan pada akhirnya mengenal Dzat Pencipta alam -Allah Azza wa
jalla-.Adapun penjelasan mengenai Marifat terhadap Asma, Sifat, dan Dzat
Tuhan, diuraikan dalam 99 Nama-nama Tuhan, dalam istilah lain disebut
asamul al-husna, sebagaimana yang dilontarkan oleh M. Ali Chasan Umar

bahwa asma al-husna adalah Nama-nama Allah yang terbaik dan yang
Agung, yang sesuai dengan sifat-sifat Allah, yang jumlahnya ada 99
(sembilan puluh sembilan) Nama. Karena itu, adannya alam semesta
menujukan adanya nama-nama Tuhan, nama-nama Tuhan itu menujukan
sifat-sifat-Nya. Nama-nama Tuhan itu ada hubungannya dengan Dzat-Nya,
Ilmu-Nya,

kekerasan.

Keagungan-Nya

dan

tiada

batasnya.

Sifat-sifat

tersebut itu selalu berdiri sendiri dan bergantung pada Dzat-Nya sebab tidak
mungkin kalau ada sifat tetapi tidak ada yang disifati. Adapun yang disifati
dengan sifat-sifat yang sempurna adalah Allah Azza wa Jalla. Nama-nama itu
disebutkan dalam Firman-Nya :
Artinya : Serulah Allah atau Rahman. Mana saja nama Tuhan yang
kamu seru, Dia adalah adalah mempunyai nama-nama yang baik. (Q.S. AlIsra: 110)
Marifat

talimiyat

proses bagaimana cara

secara

lebih

mengenali

luas

dapat

Tuhan

didefinisikan

(Marifat).

sebagai

artinya

salik

(mutaalim) memerlukan metode untuk meraih Marifat baik metode yang


dilakukan secara khusus misalnya menjadi murid untuk melakukan proses
perjalanan ruhani (suluk) dalam tarekat sufi secara metodik, maupun
metode yang dilakukan secara umum atau tarekat yang secara langsung
mengkaji dari sumber-sumber Tasawuf atau mengikuti jejak langkah yang
dilakukan oleh Rasulullah, Para sahabat, Tabiin, Atba At-Tabiin sampai
ulama sekarang yang sejalan dengan al-Quran dan Hadits.
Adapun Arifubillah Muhammad bin Ibrahiim mendefinisikan bahwa
hakikat

cara

(suluk),

mazmumah/buruk

(dari

ialah
maksiat

mengosongkan
lahir

dan

dari

diri

Dari

maksiat

sifat-sifat
batin)

dan

mengisinya dengan sifat-sifat terpuji/mahmudah (dengan taat lahir dan


batin). Tujuan dari pada suluk, bukan sekedar untuk maksud mendapat
nimat dunia dan akhirat atau untuk memperoleh limpahan-limpahan karunia
Allah, arau mendapatkan sorotan cahaya (nur), dan lain-lain, sehingga salik
(mutaalim) dapat mengetahui suratan nasib. Tetapi suluk bertujuan untuk
Allah semata. Dengan jalan suluk, maka semua pelajaran-pelajaran yang

dipelajari dalam Tasawuf/ Tarekat, dengan karunia-Nya salik sendiri akan


mengalami keyakian dekat dengan Tuhan. Firman Allah:

Artinya : Maka tempuhlah jalan Tuhan-Mu yang telah dimudahkan bagimu.


Dalam menempuh jalan Tuhan (suluk) maka ahli-ahli Tasawuf/Tarekat
merasa yakin akan sapai kepada Tuhan.
Kearah menempuh tujuan itu, salik (mutaalim) menempuh bermacammacam cara yang dapat membawa meraka yang pada akhirnya sampai pada
hadirat Allah :al-Ghazali menyebutkan cara tersebut berupa Penyucian jiwa
(tazkiyat an-nafs) artinya sesorang harus melakukan penyucian jiwa
terlebih dahulu. Perolehan Marifat

yang merupakan hasil dari kegiatan

penyucian jiwa, harus terlebih dahulu dengan metode mujahadah dan


riyadhah. Setelah mendaki stasiun demi stasiun menuju Tuhan, salik (pelaku
tazkiyat an-nafs) hampir dapat dipastikan bahwa telah memperoleh jiwa
yang bersih dari segala kejahatan dan dosa, yang diakibatkan dari akhlakakhlak tercela. Jiwa seperti ini akan bercahaya dengan segala sifat yang
terpuji

sehingga

dapat

menangkap

gambar

suatu

informasi

atau

pengetahuan yang tertera di lauh al-Mahfudh, yang langsung diberikan oleh


Allah kepadanya dalam kondisi Marifat.
Adapun fase-fase yang harus ditempuh kerah mencapai hakikat, salik
(mutaalim) dapat melakukan amal ibadat cara menuju kepada Tuhan
dengan menempuh empat fase :
Fase

1. Disebut

dengan

murhalah

amal

lahir. Artinya

berkenalan

melakukan amal ibadat yang dipardukan dan sunnat, sebagai mana yang
dilakukan Rosulullah Saw.
Fase 2. disebut amal batin atau moraqabah (mendekatkan diri pada Allah)
dengan jalan menyucikan diri dari maksiat lahir dan batin (takhalli),
memerangi hawa nafsu, dibarengi dengan amal yang terpuji (mahmudah)
dari taat lahir dan batin (tahalli) yang semuanya itu merupakan amal qalb
(hati). Setelah hati dan ruhani telah bersir dan diisi dengan amalan batin
(dzikir), maka pada fase ini salik didatangkan nur dari Tuhan yang
dinamakan nur kesadaran.

Fase 3. disebut murhalah riadhah/ melatih diri dan mujahadah/ mendorong


diri. Maksud dari dari pada mujahadah yakni melakukan jihad lahir dan
batin

untuk menambah kuatnya kekuasaan ruhani atas jasmani, guna

membebaskan jiwa kita dari belenggu nafsu duniawi, supaya jiwa itu
menjadi suci, Imam ghazali mengumpamakan seperti kaca cermin yang
dapat menangkap sesuatu apapun yang bersifat suci, sehgingga salih dapat
menerima informasi hakiki tentang Allah.
Fase 4. disebut murhalah fana kamil yaitu jiwa salik telah mencapai pada
martabat menyaksikan langsung yang haq dengan al-haqq (syuhudul haqqi
bil haqqi). Pada fase keempat ini, sebagai puncak segala perjalanan, maka
didatangkan nur yang dinamakan nur kehadiran
2.

Marifat Laduniyah
Marifat laduniyah yaitu Marifat yang langsung dibukakan oleh Tuhan
dengan keadaan kasf, mengenal kepada-Nya. Jalannya langsung dari atas
dengan menyaksikan Dzat yang Suci, kemudian turun dengan melihat sifatsifat-Nya, kemudian kembali bergantung kepada nama-nama-Nya. Ibnu
Athaillah memberi istilah lain terhadap Marifat laduniyah dengan sebutan
Marifat orang mahjdub. Marifat orang mahjdub yang diungkapkan oleh Ibnu
Athaillah merupakan sebuah Ilmu yang diberikan secara langsung oleh
Tuhan kepada manusia yang ada sisi kesamaannya dengan Marifat
Laduniyah. Lebih jauh, kalangan sufi tersebut menyatakan bahwa orang
yang telah mengenal Allah, juga akan dianugrahi Ilmu laduni. Ilmu laduni
merupakan ilmu yang di ilhamkan oleh Allah Swt. Kepada hati hamba-Nya
tanpa melalui suatu perantara

(wasitaha), sebagaimana perantara yang

pada umumnya dibuat untuk memeperoleh ilmu pengetahuan seperti talqin


dari

sufi.

Tidak sama dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh secara biasa (Marifat
talimiyat), ilmu laduni bersifat tetap dan tidak dapat hilang atau terlupakan.
Seseorang yang telah dianugrahi ilmu laduni disebut dengan alim sejati
(alim yang sebenarnya). Sebaliknya, seseorang yang tidak memperoleh dari
ilmu laduni, belum bisa disebut sebagai alim sejati. Hal ini dinyatakan oleh
Abu Yazid al Bistami bahwa Tidaklah disebut sebagai alim (marifat al-

mahdjub) jika seseorang masih memeproleh ilmunya dari hapalan-hapalan


kitab, karena seseorang yang memperoleh ilmunya dari hapalan, pasti akan
mudah melupakan ilmunya. Dan apabila ia lupa, maka bodohlah ia Seorang
yang alim (marifat laduniyah) adalah orang yang memeproleh ilmunya
langsung dari Allah menurut waktu yang dikehendaki-Nya, dengan tidak
melalui hapalan dan pelajaran. Orang seperti ini pula menurut Muhammad
Nafis

disebut

sebagai

alim

ar-Rabani

-orang

yang

berpengetahuan

ketuhanan-. Dengan demikian Marifat laduniyah juga dapat disebut Marifat


orang Mahjdzub juga dapat disebut alim ar-Rabani yaitu orang yang
langsung dibukakan oleh Tuhan untuk mengenal kepada-Nya. Jalannya
langsung dari atas dengan menyaksikan Dzat yang Suci, kemudian turun
dengan melihat sifat-sifat-Nya, kemudian kemudian kembali bergantung
kepada

nama-nama-Nya.

Firman Allah dalam al-Quran :


65 :
Artinya : yang telah berikan padanya rakmat dari sisi kami, dan yang
telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami (al-Kahfi : 65).
Marifat laduniyah tidak jauh bedanya dengan alim Rabbani yang
berbeda dengan Ilmu yang dipelajari para Ilmuwan, dalam istilah al-Ghazali
disebut dengan Ilmu talimiyat. Namun, keduanya tetap berhubungan.
Hubungan antara keduanya, menurut al-Ghazali laksana naskah asli dengan
duplikatnya. Hal ini mirip dengan teori plato bahwa Ilmu yang ada di alam
ide itu lebih murni dari pada ilmu yang telah digelar di alam raya, namun
kedunya persis sama, seperti halnya naskah asli dengan duplikatnya atau
fotokopinya. Ilmu laduniyah, alim Ar-Rabani, alim sejati, dan Marifat orang
mahjdub dapat dicapai oleh para sufi dalam keadaan penghayatan Kasyf,
sedang ilmu talimyah hanya dapat dipelajari oleh para ilmuwan setapak
demi setapak dengan susah payah. Oleh karena itu, para sufi tidak tertelan
belajar
terhadap

melalui

pengkajian

kenyataan

buku-buku

alamiyah

seperti

atau

penelitian

halnya

secara

ilmuwan.

radikal

Para

sufi

menginginkan jalan pintas untuk memperoleh sumber asli dari segala ilmu
yang tersurat di lauh mahfudz. Penghayatan Kasf dan Zauq itu berada dalam

kondisi Marifat, karena Marifat memiliki hubungan yang erat dengan


musyahadah

dan

mukasyafah.

Marifat

itu

sendiri

merupakan

ajaran

Tasawuf, yang pada garis besarnya merupakan ajaran kesucian jiwa, yaitu
semata-mata untuk memasuki

hadharah al-qudsiyah (hadirat kesucian)

atau hadharah Rububiyah (hadirat ketuhanan), akan tetapi dalam hal ini,
Marifat lebih signifikan karena keberadaan musyahadah dan mukasyafah
bergantung pada Marifat dan dengan Marifat pula, ilmu laduni ikut
menyertainya.
Dalam hal ini Ibnu Athaillah mengemukakan hikmahnya sebagai
berikut :

Artinya : Allah memperlihatkan Dzat-Nya kepadamu sebelum Dia menuntut
kepadamu

harus

mengeakui

keberasan-Nya.

Maka

anggota

lahir

mengucapkan (mengakui) sifat ke-Tuhanan-Nya dan hati menyatakan


dengan sifat-sifat ke Easaan-Nya.
Maksud

perkataan

hikmah

tersebut

adalah

Tuhan

menampakan

keluhuran dan keagungan Dzat-Nya didalam hati seseorang, setelah itu Allah
menunutut persaksian kepadamu mengenai kebesaran dan keluhuran-Nya
dengan melakukan dzikir dan Ibadah.

Ibadah yang dilakukan dengan

anggota lahir sebagai persaksian mengenai keagungan dan keluhuran-Nya,


dan dzikir yang dilakukan dalam hati sebagai pengakuan dari sifat-sifat keEsaan-Nya.[20]
Manfaat Marifat
Semua

yang

ada

di

alam ini mutlak ada dalam kekuasaan Allah.

Ketika melihat fenomena alam, idealnyakita

bisa

Puncak ilmu adalah mengenal Allah

ingat kepada Allah.


(ma'rifatullah).

Kita dikatakan sukses dalambelajar bila dengan belajar itu kita semakin me
ngenal Allah.

Jadi percuma

saja

sekolahtinggi,

luaspengetahuan,

gelarprestisius, bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah.
Mengenal Allah adalah aset terbesar. Mengenal Allah akan membuahkan
akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa

ditatap,

didengar,

dan

diperhatikan

selalu.

Inilah

kenikmatan

hidup

sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan
bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah, hidup kita akan
sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan
sebagainya.
Ciri orang yang ma'rifat adalah laakhaufun 'alaihim walahum yah
zanuun. Ia tidak takut dan sedih dengan urusan duniawi. Karena itu, kualitas
ma'rifat kita dapat diukur. Bila kita selalu cemas dan takutkehilangan dunia,
itu tandanya kita belum ma'rifat.

Sebab,

orang

yang

ma'rifat itu susah senangnya tidakdiukur dari ada tidaknya dunia. Susah dan
senangnya diukur dari dekat tidaknya ia dengan Allah.
kitaharus mulai bertanya bagaimana

agar

Maka,

setiap aktivitas

bisa

membuat kita semakin kenal, dekat dan taatkepadaAllah.


Salah satu ciri orang ma'rifat adalah selalu menjaga kualitas ibadahnya.
Terjaganya ibadah akanmendatangkan tujuh keuntungan hidup.
Pertama,Hidup selalu berada di jalan yang benar (ontherighttrack).
Kedua,memiliki kekuatan menghadapi cobaan hidup.
Kekuatan tersebut lahir dari terjaganya keimanan.
Ketiga, Allah akan mengaruniakan ketenangan dalam hidup. Tenang itu
mahal harganya. Ketenangan tidak bisa dibeli dan ia pun tidak bisa dicuri.
Apa

pun

yang

kita miliki,

tidak akan pernah ternikmati bila kita selaluresah gelisah.


Keempat,seorang ahli ibadah akan selalu optimis.
Ia optimis karena Allah akan menolong

dan

mengarahkankehidupannya. Sikap optimis akan menggerakkan seseorang


untuk berbuat. Optimis akan melahirkan harapan. Tidak berarti kekuatan
fisik, kekayaan, gelar atau jabatan bila kita tidak memiliki harapan.
Kelima, seorang ahli ibadah memiliki kendali dalam hidupnya, bagaikan rem
pakem dalam kendaraan. Setiap kali akan melakukan maksiat, Allah SWT
akan memberi peringatan agar ia tidak terjerumus. Seorang ahli ibadah
akan memiliki kemampuan untuk bertobat.

Keenam, selalu ada dalam bimbingan dan pertolongan Allah. Bila pada poin
pertama Allah sudahmenunjukkan jalan yang tepat, maka pada poin ini kita
akan dituntun untuk melewati jalan tersebut.
Ketujuh, seorang ahli ibadah akan memiliki kekuatan ruhiyah, tak heran
bila

kata-katanya bertenaga,

penuh

hikmah,

berwibawa

dan

setiap

keputusan yang diambilnya selalu tepat.


Kemampuan Manusia untuk melakukan Marifat Allah menciptakan
manusia dengan sempurna yaitu diberikannya bentuk tubuh yang baik, akal
pikiran dan nafsu, kemudian manusia itu sendiri yang menentukan mampu
atau tidaknya menggunakan pemberian Allah dengan baik (QS. Attin: 4-5).
Ruh sebagai power untuk menghidupkan seluruh anggota badan, Akal
sebagai alat untuk menerima ilmu pengetahuan atau untuk mengetahui
hakikat sesuatu secara logis tanpa mempertimbangkan hal-hal yang
irasional,

anggota

tubuh

seperti

panca

indra

yang

hanya

dapat

merealisasikan secara indrawi tanpa mempertimbangkan pernghalangnya.


Dari semua anggota tubuh manusia hanya Hati yang dapat menerima
sesuatu yang mutlak dari Allah yang maha kuasa karena hati adalah sebagai
tuan dari anggota tubuh, semua aktivitas anggota tubuh digerakkan oleh
hati dan hati adalah Allah yang menggerakkan.[21]
Tokoh Marifat
Dalam litelatur tasawuf, dijumpai dua orang tokoh yang mengenalkan
paham marifat, yaitu al-Ghazali dan Dzannun al-Misri.[22]
Al-Gazali mengakhiri masa pertualangannya, karena telah mendapat
pegangan yang sekuat-kuatnya untuk kembali berjuang dan bekerja di
tengah masyarakat. Pegangan itu ialah Paham Sufi yang diperolehnya
berkat ilham Tuhan di tanah suci Mekkah dan Madinah.
Mengakhiri

hidup

menyendiri

dan

masuk

kembali

ke

tengah

masyarakat, sesudah bertahun-tahun lamanya menggali-gali kebenaran


untuk dirinya sendiri, karena dia tetap beribadat dan tetap berbuat amal di
mana saja dia berada, tetapi persoalannya ialah jalan mana yang benar
ditempuh untuk meyakinkan kebenaran itu kepada khayalak ramai.

Sesudah mendapat ilham yang benar di bawah lindungan Kabah


maka terbukalah pikirannya untuk berkumpul dengan segenap keluarganya.
Hidup

pertualangan

yang

berjalan

10

tahun

lamanya,

sudah

cukup

membosankannya, dan timbullah pikiran yang normal untuk kembali hidup


di tengah masyarakat.
Terhadap hal ini, Al-Ghazali mengatakan: kemudian panggilan anakanak dan cinta keluarga menarik sebagai besi berani supaya aku pulang ke
tanah air. Aku bersiap-siap akan pulang sesudah bertahun-tahun aku
menjauhinya karena mengutamakan hidup berkhalwat dan menyendiri untuk
membersihkan

jiwa

mengingat

Tuhan.

Peristiwa-peristiwa

hidup,

kepentingan hidup berkeluarga dan desakan-desakan hidup telah mengubah


tujuan

hidupku,

kegelisahan

batin

mengacukan
yang

pikiran

tidak

berkhalwat,

membersihkan

sehingga

suasana

timbullah

hidupku

lagi.

Sungguhpun begitu, tidaklah putus harapanku dan segala arah yang


melintang aku singkirkan ke pinggir, supaya dapat aku pulang kembali.
Hatinya sudah bulat untuk pulang. Tetapi sebagai orang besar,
tidaklah mungkin dia pulang dengan tidak ada panggilan resmi dari pihak
pemerintah. Kebetulan datanglah panggialan yang ditunggu-tunggunya itu.
Perdana Mentri Fakhrul Mulk, putera dari Nizamul Mulk almarhum, telah
memintanya supaya segara pulang ke Niesabur untuk memimpin Universitas
Nizamiyah yang di tanggalkannya.
Pada 499 H = 1105 M, Al-gazali pulang kembali ke Niesabur dengan
hati yang penuh bangga sebagai seorang pahlawan yang gagah yang pulang
dangan kemenangan dari suatu pertempuran terhadap kepulangannya ini,
dikatakan oleh H.K. Sherwani: Malik Shah was Succeeded by his youngest
son, mahmud, was in turn succeeded by his eldest by brother barqijaruq,
while another of Malik Shahs son, Sanjar, gevernor of Khorrasan, made
Nizamul Mulks son Fakrul Mulk his shief minister, and he, true to tradition
of his illustrious melalui jalan yang aneh-aneh. Dikatakan bahwa waktu
Rabiah menghadapi maut, ia minta teman-temannya meninggalkannya, dan
ia menyilakan pada para utusan Tuhan lewat. Waktu teman-teman itu
berjalan keluar, mereka mendengar Rabiah mengucapkan syahadah, dan ada

suara yang menjawab, Sukma, tenanglah kembalilah kepada Tuhanmu,


legakan hatimu pada-Nya, ini akan memberikan kepuasan kepada-Nya.
Diantara doa-doa yang tercatat berasal dari Rabiah ada doa yang
dipanjatkannya pada waktu larut malam, diatas atap rumahnya. Tuhanku,
bintang-bintang bersinar gemerlapan, manusia sudah tidur nyenyak, dan
raja-raja telah menutup pintunya, tiap orang yang bercinta sedang asyik
masuk dengan kesayangannya, dan di sinilah aku sendirian bersama
Engkau.
Doa lain : Ya Rabbi, bila aku menyembah-Mu karena takut akan
neraka bakarlah diriku di dalamnya. Bila aku menyembahmu-Mu karena
harap akan surga jauhkanlah aku dari sana. Namun jika aku menyembah-Mu
hanya demi Engkau maka janganlah Kau tutup Keindahan Abadi-Mu.[23]
Adapun Dzannun al-Misri berasal dari Naubah, suatu Negeri yang
terletak diantara Sudan dan Mesir. Lahir pada tahun 180H/799M dan wafat
pada tahun 246H/865M.[24] Menurut Hamka, beliaulah yang banyak sekali
menambahkan jalan menuju Tuhan, yaitu mencintai Tuhan, menuruti garis
perintah yang diturunkan dan takut terpalingkan dari jalan yang benar.
[25] Dalam sebuah hikayat, Dzunnun terkenal sebagai orang yang tinggi
ilmu agamanya serta mustajab doanya. Dalam sebuah cerita disebutkan
bahwa nama Dzunnun muncul ketika terjadi sebuah peristiwa yang
menunjukkan karomah yang dimilikinya. Pada saat mengadakan perjalanan,
Dzunnun dituduh mencuri batu berharga yang mengakibatkan dirinya
disiksa. Namun merasa tidak melakukan, Dzunnun berdoa dan memohon
kepada Allah tentang kebenaran. Akhirnya doanya dikabulkan melalui ribuan
ikan yang membawa batu berharga di mulutnya dan mendekati kapal
kemudian menyerahkan kepada saudagar yang menuduhnya mencuri.
Dalam sejumlah kitab, Dzunnun dikabarkan sebagai orang zuhud dan
berilmu tinggi. Kemarifatannya tentang Tuhan mampu menembus batasbatas kosmik manusia biasa. Dalam sufi terdapat beberapa tingkatan
marifat. Yang pertama adalah tingkatan yang paling rendah yang berada
pada

orang

awam.

Tingkatan

ini

mengakui

adanya

Tuhan

serta

membenarkan apa yang disampaikan Rasul-Nya. Kedua tingkatan Teolog

atau Filosof. Tingkatan ini mengetahui Tuhan berdasarkan pertimbangan


empiris

dan

penciptaan,

dan

belum

menyaksikan

langsung

dalam

penyingkapan bathin. Tingkatan yang ketiga adalah tingkatan yang paling


tinggi didalam kemarifatan, yaitu mengetahui keberadaan, sifat dan perilaku
Tuhan melalui sanubarinya. Menurut Dzunnun, kemarifatan dapat dilihat
dengan mengetahui ciri-cirinya yaitu selalu bertaqwa kepada Allah, dan
senantiasa bersyukur.
Dalam tingkatan ketaqwaan, Dzunnun juga menyinggung masalah
khauf atau rasa takut kepada Allah serta mahabbah kepada Allah. Tuhan
harus dicinyai dari segalanya. Seseorang yang mencintai khaliq akan berbuat
apa saja untuk dicintainya bahkan masuk neraka sekalipun adalah lebih baik
dimata Dzunnun dari pada berpisah dari sang khaliq. Dalam berbagai
pandang yang disampaikan, Dzunnun ternyata banyak membawa dampak
dan inspirasi bagi ulama sesudahnya.[26]

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Tasawuf dalam arti sikap rohani takwa yang selalu ingin dekat dengan
Allah SWT., dihubungkan dengan arti syariat dalam arti luas yang meliputi
seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia, baik hablum minallah, hablum
minannas, maupun hablum minal alam, mempunyai hubungan yang sangat
erat dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai
kemaslahatan dunia dan akhirat dalam arti hakiki harus sepadan, simultan
dengan

tujuan

tasawuf,

yaitu

melaksanakan

hakikat

ubudiyah

guna

memperoleh tauhid yang haqqul yaqin dan makrifatullah yang tahqiq.


Tariqat

adalah

pengamalan

syariat,

melaksanakan

beban

ibadah

(dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah),


yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah. Dan tareqat merupakan
jalan atau cara yang ditempuh menuju keridaan Allah.
Hubungan tasawuf dengan tareqat yaitu, tasawuf adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tariqat adalah cara atau jalan
yang ditempuh seorang dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah.
Adapun sejarah timbulnya tareqat, Harun Nasution menyatakan bahwa
setelah

al-Ghazali

memenghalalkan

tasawuf

yang

sebelumnya

yang

dikatakan sesat, tasawuf berkembang didunia Islam, melalui tarikat. Tariqat


adalah organisasi dari pengikut-pengikut sufyn besar, yang bertujuan untuk
melestarikan ajaran-ajaran tasawuf gurunya, tariqat memakai suatu tempat
pusat kegiatan yang disebut ribat, ini merupakan tempat murid-murid
berkumpul melestarikan ajaran tasawufnya.
Para sufi menyebut diri mereka ahl al haqiqah. Penyebutan ini
mencerminkan obsesi mereka terhadapkebenaran yang hakiki. Karena itu,
mudah dipahami kalau mereka menyebut Tuhan dengan al-haqq, seperti
yang tercermin dalam ungkapan al Hallaj, ana al Haqq (aku adalah Tuhan).
Obsesi penafsiran mereka terhadap formula la ilaha illa Allah yang mereka
artikan tidak ada realitas yang sejati kecuali Allah.

Marifah berasal dari kata arafa, yarifu, irfan dan marifah yang artinya
mengetahui

atau

pengalaman.

Dan

apabila

dihubungkan

dengan

pengalaman tasawwuf, maka istilah marifah di sini berarti mengenal Allah


ketika Sufi mencapai suatu maqam dalam tas

YARIAH
Syariah adalah ajaran Hukum hukum Allah berupa perintah dan
larangan yg dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Syariah adalah aturan ibadah, cara shalat, cara puasa, cara wudhu,
dlsb dari hukum hukum ibadah antara hamba dengan pencipta, dan
antara hamba dg hamba lainnya.

HAQIQAH
Haqiqah adalah ilmu keyakinan yg mendalami Allah swt, ia adalah
derajat Al Ihsan, sebagaimana sabda nabi saw : Al ihsan adalah kau
beribadah pada Allah seakan kau melihat Nya, jika kau tak bisa melihat
Nya maka sungguh Dia melihatmu.
Itulah ringkasan ilmu haqiqah, bagi mereka Allah swt Maha Terlihat dan
Terasa, lebih dari semua makhluk...
Bagi mereka semua yg mereka lihat, dengar, dan rasakan, tak sekuat
keberadaan Allah swt, seakan semua yg ada ini adalah tiada dan fana,
Justru yg ada hanya Allah swt, mereka melihat keluhuran Allah swt
dimanapun dan kapanpun, mereka didholimi mereka ingat Allah,
mereka melihat sesuatu langsung lintasan pemikirannya pada Allah,

mereka sudah tidak perduli pada makhluk, mereka hanya perduli pada
Allah swt, mereka tidak perduli perasaan makhluk, mereka tidak perduli
cinta dan benci makhluk, hanya Allah.. hanya Allah..
lalu mereka perduli pada makhluk karena Allah swt, bukan karena
makhluk, mereka takut mengecewakan perasaan makhluk karena
mereka takut dg itu bisa mengecewakan perasaan Allah swt,
Maka cinta mereka suci, kelembutan mereka hakikiy, kasih sayang
mereka teruji, mereka tidak terpengaruh dg pujian dan cacian, itulah
haqiqah.

MA'RIFAT
Makrifat : suatu pemahaman / pengetahuan tentang Allah swt.
Semakin luas pemahaman seseorang tentang Allah swt maka
diakatakan : semakin luas ilmu makrifatnya, ahli makrifat adalah orang
yg luas pemahamannya tentang Allah swt, dan gelar utk orang yg sangat
dekat dg Allah.
Saudaraku, seorang ahli syariah (ahli hukum islam) yg tidak mempunyai
ilmu makrifat (mengenal kedekatan dg Allah) maka ia mestilah orang
fasiq, ia akan menggunakan ilmunya untuk bermaksiat, menjual ayat,
berkhianat dg hukum syariat itu sendiri.
demikian pula tidak bisa memperdalam makrifat bila ia tidak
mengamalkan syariah, ini adalah kejahilan pula.
sebagaimana Rasul saw Imam tertinggi dalam ketakwaan dan beliau
masih mengamalkan syariat ini bahkan beliau saw lah yg paling gigih
mengamalkannya, maka semakin tinggi derajat seseorang akan semakin
gigih pengamalannya dalam syariah.

THARIQAH
Tarekat / Thariqah adalah metode mencapai haqiqah.
Tarekat / Thariqah adalah suatu cara / metode untuk mencapai
kekhusyuan dalam dzikir dan mencapai keridhoan Allah SWT.
Tidak wajib seseorang mengikuti suatu Thariqah, syariah yg wajib
baginya untuk dipelajari dan dijalankan semampunya, lalu ia
mendekatkan diri kepada Allah tanpa harus ber Thariqah, namun dg
Thariqah maka mendekatkan diri pada Allah lebih mudah.

Thariqah banyak, ada yg sesat ada yg sejalan dg syariah,

Thariqah yg saya (Habib Munzir Al Musawa) amalkan dan guru saya


jalankan dan terbanyak dipakai para ulama di dunia adalah Thariqah
Alawiyyah, karena Thariqah ini memadukan syariah dan haqiqah,
sebagaimaa kebangkitan Rasul saw beliau mengajarkan syariah dan
haqiqah, diantara ajaran Thariqah alawiyyah adalah Ratib haddad, ratib
alattas, wirdullatif, yg kesemuanya hanyalah kumpulan dzikir dari
hadits Nabi saw, berbeda dengan sebagian thariqah lainnya yg lebih
mementingkan haqiqah daripada syariah.

Thariqah Sammaniyah merupakan Thariqah yg diakui oleh para ulama


ahlussunnah waljamaah, dan thariqah tersebut tidak bertentangan dg
syariah
Umumnya tarekat hanya mengajarkan bimbingan menuju haqiqah saja,
namun Thariqah alawiyyah ia memadukan syariah dan haqiqah, mereka
memperdalam kedekatan pada Allah SWT dg jiwa dan raga, dg hukum
ibadah yg benar secara fardhu dan sunnah, dan dengan jiwa yg suci
luhur, tanpa merendahkan orang jahil. Mereka memperdalam fiqih,

hadits, tafsir, dll dan memperdalam bimbingan ruhani pula, demikianlah


thariqah alawiyah, dan demikianlah bimbingan Rasul SAW.

What Do You Mean? - Justin Bieber | Terjemahan Lirik Lagu Barat


I
What do you mean?
Apa maksudmu?
When you nod your head yes
Saat kau anggukkan kepalamu, iya
But you wanna say no
Tapi kau ingin bilang tidak
What do you mean?
Apa maksudmu?
When you dont want me to move
Saat kau tak ingin aku bergerak
But you tell me to go
Tapi kau menyuruhku pergi
What do you mean?
Apa maksudmu?
What do you mean?
Apa maksudmu?
Said were running out of time
Kau bilang kita kehabisan waktu
What do you mean?
Apa maksudmu?
What do you mean?
Apa maksudmu?
Better make up your mind
Sebaiknya tentukan pilihanmu
What do you mean?
Apa maksudmu?

Youre so indecisive of what Im saying


Kau begitu bimbang dengan yang kukatakan
Trying to catch the beat, make up your heart
Mencoba ikuti tempo, bulatkan tekadmu
Don't know if you're happy, or complaining
Tak tahu apakah kau senang, atau mengeluh
Dont want us to end, where do I start?
Tak ingin hubungan kita berakhir, dimana aku memulai?
First you wanna go to left and you want to turn right
Awalnya kau ingin ke kiri lalu kau ingin belok kanan
Wanna argue all day, make love all night
Ingin bertengkar sepanjang hari, bercinta sepanjang malam
First you up and youre down and then between
Awalnya kau ke atas dan ke bawah lalu ke tengah-tengah
Ohh, I really want to know
Ohh, sungguh kuingin tahu...
Back to I
Youre overprotective when Im leaving
Kau overprotektif saat aku hendak pergi
Trying to compromise but I cant win
Mencoba berkompromi tapi aku tak bisa menang
You wanna make a point but you keep preaching
Kau ingin menjelaskan tapi kau terus berkhotbah
You had me from the start, wont let this end
Kau miliki aku sedari awal, takkan biarkan ini berakhir
First you wanna go left and you want to turn right
Awalnya kau ingin ke kiri lalu kau ingin belok kanan
Wanna argue all day, make love all night
Ingin bertengkar sepanjang hari, bercinta sepanjang malam
First you up and youre down and then between
Awalnya kau ke atas dan ke bawah lalu ke tengah-tengah

Ohh, I really want to know


Ohh, sungguh kuingin tahu...
Back to I

Anda mungkin juga menyukai