PENDAHULUAN
hidup dan kelancaran dalam pemenuhan kebutuhan komunikasi merupakan suatu hal
yang sangat penting bagi semua orang, tidak terkecuali bagi orang yang mengalami
keperluan mengikuti proses pembelajaran akan sangat sulit dan demikian terhambatnya
bila seorang siswa tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Begitu pun dalam situasi-
situasi lainnya. Berkenaan dengan masalah komunikasi yang begitu pentingnya, sungguh
sangat ironis bagi siswa tunarungu. Hambatan dalam berkomunikasi adalah merupakan
masalah yang sangat pokok dihadapi oleh penyandang tunarungu. Sebagai akibat dari
tidak berfungsinya atau terganggunya indera pendengaran siswa tunarungu, maka dia
bahasa.
berkomunikasi adalah indera penglihatan. Oleh karena itu, untuk keperluan komunikasi
optimal agar dapat membantu memperingan permasalahan yang dihadapi oleh mereka
yakni dalam berkomunikasi. Sesuai dengan keberadaan dan potensinya yang dimiliki
1
orang yang visual, karena untuk pengenalan dan pemahaman terhadap segala
berkomunikasi bagi siswa tunarungu dirasakan sangat terbantu dengan adanya Sistem
Dengan SIBI siswa tunarungu dapat dengan cepat dan jelas memahami apa yang
apa yang ingin diungkapkan. Dengan SIBI ini dapat menutupi kelemahan bila hanya
mengandalkan sistem membaca bibir (lips reading), karena bila hanya mengandalkan
baca bibir dalam hal kata-kata yang tempat ujarannya hampir sama dapat menyulitkan
bagi penyandang tunarungu. Sebagai contoh misalnya kata bata dan kata mata bila
hanya harus ditangkap melalui baca bibir ini akan sulit dibedakan oleh siswa tunarungu.
Tetapi dengan isyarat kata mata dan bata tersebut akan sangat mudah dibedakan dan
dipahami apa mana yang dimaksud, dan begitu pun dengan kata-kata lainnya yang sulit
ditangkap dengan menggunakan sistem baca bibir, akan terbantu dengan menggunakan
SIBI. Singkat kata dengan SIBI komunikasi anak tunarungu akan terbantu menjadi lebih
lancar. Dalam keadaan demikian sudah jelas akan positip sekali untuk kepentingan
adanya Sistem Isayarat Bahasa Indonesia yang sudah mulai dibakukan maka untuk
sangat tepat untuk digunakan dalam berkomunikasi atau pembelajaran bagi siswa
2
tunarungu. Oleh karena itulah, penulis sebagai guru siswa tunarungu untuk kepentingan
Kelas yang berkaitan dengan masalah SIBI dan komunikasi bagi siswa tunarungu dalam
proses pembelajaran.
1. Identifikasi Masalah
dalam proses pembelajaran di dalam kelas, semua itu terkait dengan keterbatasan
kemampuan dalam berkomunikasi siswa tunarungu. Dengan kata lain masalah yang
paling pertama dihadapi oleh siswa tunarungu adalah kesulitan berbahasa atau
kesulitan dalam banyak hal lainnya, seperti dalam kehidupan sehari-hari, dalam peroses
demikian kiranya cukup jelas bahwa banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh
Dari uraian di atas nampak ternyata banyak masalah yang harus diatasi
sehubungan dengan pembelajaran bagi anak tunarungu, yang harus dilakukan oleh para
guru khususnya sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan. Pada kesempatan ini
penulis sebagai guru di Sekolah Luar Biasa berupaya turut serta mengatasi permasalahan
dihadapi tersebut maka pada kesempatan ini penulis membatasi permasalahan yang
3
diteliti, yakni tentang upaya dalam meningkatkan hasil pembelajaran siswa tunarungu
2. Perumusan Masalah
bahasa dalam pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
diperhatikan terutama bagi anak tunarungu, mengingat kondisi dan potensi yang
miliki.
Oleh karena itulah, penulis memandang penting untuk mencari solusi atas
Untuk lebih jelasnya rumusan masalah yang akan diteliti dalam Penelitian
dalam berkomunikasi ?
4
C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
D. Manfaat Penelitian
Secara khusus penelitian ini akan bermanfaat dalam rangka meningkatkan hal-
menggunakan SIBI.
5. Meningkatkan semangat, perasaan senang, dan rasa nyaman para siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pendidikan secara khusus. Secara umum dapat dikatakan bahwa anak tunarungu adalah
anak yang mengalami gangguan pendengaran ringan ataupun berat yang dapat
optimal. Pelayanan pendidikan secara khusus di sini maksudnya bahwa program, cara
pembelajaran disesuaikan dengan kondisi dan potensi anak tunarungu. Dengan demikian
untuk tantangan dalam memberikan sesuatu pada anak, ... Mampu mengembangkan
komunikasi terhadap semua anak baik verbal maupun non verbal ( Depdiknas,
2005 : 23).
kepentingan pendidikan tidak dapat dikelompokkan menjadi satu golongan. Hal ini
itu sendiri. Oleh karena itu, dalam memberikan definisi ketunarunguan biasanya
dibedakan antara anak tuli dengan anak kurang pendengaran. Definisi seperti itu seperti
dikemukakan oleh Donald F. Moores ( 1978 : 5) dalam buku Educating the Deaf
6
A deaf person is one whose hearing is disabled to an extent ( usually 70 dB ISO
or greater) that precludes the understanding of speech through the ear alone,
without or with the use of a hearing aid. A hard of hearing person is one whose
hearing is disabled to an extent ( usually 35 to 69 dB ISO ) that makes difficult,
but does not preclude, the understanding of speech through the ear alone,
without or with a hearing aid.
Definisi tersebut di atas mempunyai pengertian bahwa orang tuli adalah orang yang
menggunakan alat bantu dengar. Sedangkan orang yang kurang pendengaran adalah
pendengarannya. Anak yang masih mampu mendengar (hard of hearing) tentu akan lebih
mudah dalam layanan pendidikannya daripada anak tuli yang sudah tidak mempunyai
sisa pendengaran sekalipun ditolong dengan alat bantu dengar. Lebih terperinci lagi
1. Tuli ringan (20 30 dB). Penyandang tuli pada kelompok ini belajar berbicara
melalui pendengarannya sendiri dan berkembang secara normal, dan kelompok ini
2. Tuli marginal (30-40 dB). Penyandang tuli pada kelompok ini biasanya mengalami
kesulitan untuk mendengar ucapan pada jarak sejauh lebih dari satu kaki dan
7
kesulitan dalam mengikuti suatu percakapan. Tetapi ia masih dapat belajar bicara
melalui pendengarannya.
3. Tuli sedang (40 60 dB). Penyandang tuli pada kelompok ini masih dapat bicara
melalui pendengarannya dengan suara yang keras dan dibantu dengan penglihatan.
4. Tuli berat (60 75 dB). Penyandang tuli pada kelompok ini tidak akan dapat belajar
bicara tanpa mendapat layanan pendidikan secara khusus. Sbagian besar dari
anak tuli. Mereka adalah batas antara anak kurang mendengar dengan anak tuli.
5. Tuli sangat berat (75 dB ke atas). Penyandang tuli pada kelompok ini jarang dapat
keras.
penyampaian, alat yang digunakan, dan waktu yang diperlukan dapat diperhitungkan
lebih tepat.
Pendengaran adalah salah satu alat indera yang memegang peranan penting
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Tanpa pendengaran manusia tidak akan dapat
menikmati suara musik dan nyanyian yang merdu, dan secara otomatis karena ketidak
8
mampuannya mendengarkan nyanyian tadi maka ia tidak akan dapat menirukan
nyanyian tersebut. Bahkan lebih jauh lagi anak tunarungu akan kehilangan kesempatan
dan pengalaman untuk ikut terpesona, terbuai, serta menghayati nyanyian yang
menemui kesulitan untuk dapat menirukan, mengucapkan dan mengerti kata-kata dari
dikemukakan oleh Emon Sastrawinata (1976 : 13) sebagai berikut :Ketunarunguan jelas
memahami pembicaraan orang lain, bahkan ia tidak dapat mendengar suaranya sendiri.
Akibat sulitnya memahami pembicaraan orang lain, maka sudah barang tentu ia akan
sebagai makhluk sosial jelas tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus selalu berhubungan
dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup di sini
mengandung arti yang sangat luas karena bukan hanya yang menyangkut kebutuhan
pisik saja seperti makan, minum, pakaian, rumah, dan sebagainya, tetapi juga mencakup
kebutuhan hidup psikis. Kebutuhan psikis ini misalnya rasa ingin bergaul, ingin dihargai,
ingin mengeluarkan pendapat, ingin sukses, dan sebagainya. Upaya untuk memenuhi
berkomunikasi. Bagi anak tunarungu akibat dia tidak mendengar maka kesulitan
9
berkomunikasi merupakan masalah yang utama yang mereka hadapi. Selanjutnya
sehingga semakin luaslah permasalahan yang dihadapi oleh anak tunarungu. Dapat
disadari bahwa kemampuan berkomunikasi merupakan syarat yang utama untuk dapat
perasaan, dan ide terhadap orang lain sebagaimana dikemukakan oleh Oteng Sutisna
(1982 : 181) sebagai berikut : Komunikasi ialah proses penyaluran informasi, ide,
perasaan, pertanyaan, dari orang ke orang atau dari kelompok ke kelompok. Dalam
kehidupan sehari-hari alat utama yang merupakan sarana untuk berkomunikasi adalah
bahasa lisan, sedangkan bagi anak tunarungu bahasa lisan ini tidak banyak berperan,
itulah sebabnya salah satu upaya sebagai solusi untuk mengatasi kesulitan dalam
berkomunikasi dengan bahasa lisan maka dilengkapi dengan isyarat. Tanpa adanya
upaya untuk memperlancar komunikasi tentu akan menjadi tekanan mental bagi anak
tunarungu sehingga dampak lebih jauhnya akan membentuk prilaku yang menyimpang
seperti merasa rendah diri, tidak mau bergaul atau mengisolir diri, agresif, dan
sebagainya. Mengenai masalah ini dikemukakan oleh Mufti Salim Cs (1984 : 11)
sebagai berikut : Hambatan komunikasi menyebabkan anak tidak mau ikut serta dalam
psikologis dan sosial. Hal ini akan menyangkut perasaan dan tingkah laku. Sejalan
does not naturally acquire speech and language, without speech and language he does
10
not acquire knowledge and understanding of other subject matter. Maksud dari
pendapat ini adalah bahwa seseorang yang tidak dapat mendengar ia akan sulit berbicara
dan memahami bahasa, tanpa bicara dan bahasa ia tidak akan memperoleh pengetahuan
ketunarunguan dapat menimbulkan problema dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu,
dalam melayani pendidikan bagi anak tunarungu memerlukan upaya yang sungguh-
sungguh, dan guru yang profesional untuk dapat membantu anak tunarungu memperoleh
pendidikan yang optimal. Tanpa guru yang kreatif dalam menempuh berbagai upaya
maka anak tunarungu akan menemui kesulitan dalam belajarnya. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan oleh guru untuk memperlancar pembelajaran dapat dilakukan dengan
mengembangkan kemampuan komunikasi sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak
tunarungu. Walau bagaimana pun dalam pembelajaran guru harus selalu fokus terhadap
dikemukakan oleh Mufti Salim Cs. (1984 : 11) sebagai berikut :Pada umumnya anak
tunarungu mempunyai kepribadian yang tidak mantap, tidak acuh, gugup, curiga,
menyendiri atau menjadi sangat agresif akibat kurang memahami bahasa dan situasi.
Selanjutnya Dadang Rahman Munandar, Cs. dalam buku Petunjuk Teknis Model
beberapa pendekatan, metode, dan teknik yang bersifat khusus sesuai dengan jenis dan
11
C. Sistem Isyarat Bahasa Indonesia
Terlepas dari adanya pro dan kontra tentang penggunaan system isyarat atau
metode oral, namun bila kita amati dalam keseharian salah satu ciri khas anak tunarungu
menyampaikan pesan atau ide-idenya kepada orang lain. Gerakan-gerakan tangan tadi
tiada lain merupakan isyarat yang awal mulanya merupakan gerakan spontan secara
dihimpun dan ditambah dengan isyarat-isyarat buatan, serta serapan dari luar untuk
Indonesia. Dalam Kamus SIBI ( Depdiknas, 2002 : xiv) dikemukakan sebagai berikut :
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) yang dibakukan itu merupakan salah satu
media yang membantu komunikasi sesama kaum tunarungu di dalam masyarakat
yang lebih luas. Wujudnya adalah tataan yang sistematis tentang seperangkat
isyarat jari, tangan, dan berbagai gerak yang melambangkan kosa kata bahasa
Indonesia. Di dalam upaya pembakuan tersebut, dipertimbangkan berbagai tolok
ukur yang mencakup segi kemudahan, keindahan, dan ketepatan pengungkapan
makna atau struktur kata, di samping beberapa segi yang lain.
Adapun tolok ukur dalam penentuan isyarat yang dibakukan dikemukakan dalam
1. Sistem isyarat harus akurat dan konsisten mewakili sintaksis bahasa Indonesia.
3. Sistem isyarat harus mencerminkan situasi social, budaya, dan ekologi bahasa
Indonesia serta dapat menghindari dari isyarat yang berkonotasi kurang etis.
siswa.
12
5. Sistem isyarat harus memperhatikan isyarat yang sudah banyak digunakan oleh anak
tunarungu.
7. Isyarat yang dirancang harus memiliki kelayakan dalam wujud dan maknanya.
8. Isyarat yang dirancang harus dapat dipakai pada jarak sedekat mungkin dengan mulut
pengisyarat dan dengan kecepatan yang mendekati tempo berbicara yang wajar.
Dalam system isyarat bahasa Indonesia mengikuti tata aturan yang ada dalam
bahasa Indonesia, misalnya dari segi bentuk dapat dikelompokkan menjadi isyarat pokok
yaitu yang melambangkan sebuah kata, isyarat tambahan yang melambangkan imbuhan,
dan isyarat bentukan yang menggabungkan isyarat pokok dan isyarat tambahan. Isyarat-
isyarat itu dibentuk dengan unsur-unsur penampil, tempat, posisi, arah, dan frekuensi
Terdapat dua komponen penting dalam system isyarat yaitu komponen penentu
makna dan komponen penunjang. Lebih jelasnya dikemukakan dalam Kamus SIBI
a. Penampil, yaitu tangan atau bagian tangan yang digunakan untuk membentuk
isyarat.
c. Tempat, yaitu bagian badan yang menjadi tempat awal isyarat dibentuk atau arah
akhir isyarat.
13
e. Frekuensi, yaitu jumlah gerak yang dilakukan pada waktu isyarat dibentuk.
a. Mimik muka.
c. Kecepatan gerak.
d. Kelenturan gerak.
Komunikasi adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam rangka
menyampaikan ide atau pesan. Dengan demikian dalam suatu komunikasi ada dua pihak
yang terlibat, pihak ke satu penyampai dan pihak ke dua penerima ide atau pesan. Agar
ide atau pesan dapat diterima dengan baik maka alat komunikasi yang dipergunakan
(bahasa) harus dapat dipahami oleh ke dua pihak yang melakukan komunikasi. Dengan
kata lain bahwa untuk terjalinnya komunikasi yang lancar maka harus terhindar dari
terdapat keterbatasan yang dapat menghambat lancarnya komunikasi dengan bahasa oral
atau lisan, hambatan itu adalah masalah pendengaran. Sehingga bagi penyandang
tunarungu bila harus berkomunikasi dengan bahasa oral terjadi suatu kesulitan dalam
pemahaman dalam suatu komunikasi harus mempergunakan alat komunikasi yang visual
pula. Alat komunikasi yang sesuai dengan itu adalah sistem isyarat. Seperti
14
dikemukakan oleh A. Lasikun Notoatmojo (1984 : 1) dalam buku Pedoman Guru
Bahasa Indonesia tentang isyarat sebagai salah satu alat untuk menyampaikan ide-ide
sebagai berikut :
Bahasa memungkinkan manusia dapat berhubungan satu dengan yang lain untuk
saling menyatakan perasaan, pikiran, atau maksud masing-masing. Jadi, bahasa
dapat juga dikatakan suatu sistem bunyi, lambang, atau isyarat yang dipakai
orang untuk melahirkan pikiran dan perasaannya.
Dengan dibantu sistem isyarat maka komunikasi yang dilakukan akan tampak
lebih jelas, sehingga pesan yang disampaikan akan lebih mudah dan cepat dapat
dipahami. Dijelaskan dalam Kmus SIBI (Depdiknas, 2002 : xv) bahwa :Dalam sistem
isyarat ini terdapat dua jenis komponen. Yang satu berfungsi sebagai penentu atau
pembeda makna, sedangkan yang lain berfungsi sebagai penunjang. Semuanya bersifat
visual sehingga dapat dilihat. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam buku
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia, yaitu isyarat yang sudah dibakukan. Penggunaan
15
isyarat yang sudah dibakukan tiada lain agar isyarat yang dipergunakan dapat dipahami
secara nasional. Sementara untuk mengkaper kata-kata yang belum terbentuk isyaratnya
Sudah dimaklumi bersama bahwa banyak faktor yang turut berpengaruh terhadap
keberhasilan pembelajaran, yang setiap faktornya itu tidak dapat diabaikan begitu saja.
Salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam proses pembelajaran
adalah masalah komunikasi antara guru dengan murid, dan murid dengan murid.
lancarnya komunikasi yang dilakukan. Untuk dapat menjalin komunikasi yang baik
salah satu syaratnya dari semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran harus
memiliki kemampuan yang sama dalam hal penguasaan bahasa sebagai alat komunikasi.
Dapat dilukiskan bila seseorang yang hanya mampu berbahasa Jawa kemudian
menyampaikan suatu pesan atau berkomunikasi dengan seseorang yang hanya mampu
berbahasa Sunda, sudah dapat ditebak komunikasi tadi tidak akan mencapai hasil
sebagaimana yang diharapkan. Demikian pula dengan keterbatasan yang dimiliki oleh
para siswa tunarungu terhadap penguasaan dan kemampuan bahasa oralnya, maka
diinginkan oleh guru yaitu sistem oral, sudah barang tentu hasil yang dicapainya pun
Dari pandangan tersebut di atas maka guru harus bersikap bijaksana dan terbuka
dan dapat menyesuaikan dengan keberadaan peserta didik yang dihadapi. Mengenai
16
sikap yang harus diikuti oleh seorang guru masa kini, dikemukakan oleh Aria Jalil (18-2-
Menjadi guru masa kini perlu memberi bentuk baru dalam hubungannya dengan
anak didiknya, yaitu dari bentuk power relationship ke bentuk shared
relationship, yaitu dari posisi mengontrol ke posisi kerjasama. Isu yang kritikal
dalam pendidikan bukan bagaimana agar guru mampu mengontrol kelasnya,
tetapi bagaimana agar ank didik kita terlibat langsung atau aktif dalam
pembelajaran.
UNICEF yang telah mengembangkan dengan Uji Coba Program Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) di beberapa Sekolah Dasar di Indonesia yang salah satu kegiatan intinya
Dadang Rahman Munandar (2007 : 15) dalam Webs mengemukakan sebagai berikut :
Terwujud atau tidaknya pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
tentu harus dibangun dengan interaksi pembelajaran yang efektif pula, yaitu terjalinnya
komunikasi yang saling memahami dan harmonis. Di sinilah peranan Sistem Isyarat
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dalam pembelajaran siswa tunarungu, yakni
efektivitas pembelajaran. Tanpa adanya interaksi pembelajaran yang baik, sangat tidak
mungkin akan dapat menciptakan pembelajaran yang baik. Dadang Rahman Munandar
(2007 : 15) mengemukakan bahwa :Kualitas hasil belajar akan meningkat jika terjadi
17
interaksi dalam belajar. Perlu diingat seperti dikemukakan dalam buku Pengembangan
dalam memperoleh masukkan informasi dari luar (Dadang Rahman Munandar, Cs.,
2008 : 41)
individu siswa agar mereka berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang
dikemukakan tersebut telah sejalan dengan paradigma baru dalam proses pembelajaran,
yakni harus berpusat pada siswa. Dengan demikian segala tindakan yang dilakukan dan
berbagai kriteria yang ditentukan merupakan hasil pertimbangan terhadap siswa yang
dilayani. Oleh karena itu, guru harus mengenal murid yang sedang mereka ajar.
Selain itu, guru harus mengetahui bagaimana mengajar secara menarik (Yogi
Anggraena : 2008 ).
maka dalam proses pembelajarannya pun harus disesuaikan dengan keberadaan anak
tunarungu. Yang dimaksud dengan karakteristik di sini adalah sebagai aspek atau
kualitas masing-masing siswa. Aspek tersebut dapat berupa bakat, motivasi, prilaku,
demikian proses pembelajaran bagi anak tunarungu harus dikemas sedemikian rupa
sehingga siswa yang memiliki keterbatasan atau gangguna pendengaran dengan segala
dengan baik.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
jawaban atas permasalahan yang terjadi pada saat ini. Adapun prosedur yang ditempuh
pembelajaran di kelas.
2. Pemilihan topik dan permasalahan yang akan diteliti sesuai dengan hasil dari
diteliti.
4. Menyusun desain penelitian dan kisi-kisi instrumen penelitian, dalam hal ini
5. Persiapan sarana dan prasarana, yaitu menyiapkan alat permainan karambol yang
6. Menyusun materi dan skenario pembelajaran yang akan disampaikan dalam proses
7. Indikator kinerja, yaitu sebagai tolok ukur keberhasilan siswa. Siswa mengikuti
19
pembelajaran secara aktip dengan perasaan senang dan mudah memahami materi
8. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dua siklus dengan maksud untuk
berlangsung.
B. Objek Penelitian
pembelajaran yang ditimbulkan oleh penggunaan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia dalam
Ciamis. Lengkapnya data-data siswa yang mengikuti pembelajaran dalam PTK dapat
TABEL 1
DAFTAR SISWA SEBAGAI OBJEK PTK
NO UMUR JENIS
NO NAMA L/P KELAS
INDUK (TH) KELAINAN
1. 092 Anto L 10 B 4
2. 096 Fitri Sariningsih P 10 B 4
3. 097 Tati Hartati P 11 B 4
20
Gambaran tentang tempat pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dilihat
TABEL 2
TEMPAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS
NAMA JUMLAH JUMLAH
ALAMAT NSS/IJIN OP
SEKOLAH GURU MURID
SLB-ABC Jl. Kubangpari RT 802021407001/ 7 orang 35 orang
Muhammadiyah 26/06 Dsn. 4219/sk2583-
Mekarsari, Ds. Disdik/02 Tgl.
Cibadak, Kec. 16-05-2002
Banjarsari, Kab.
Ciamis Kode Pos
46383
mencatat data-data yang diteliti sesuai dengan kejadian pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Pada lembar observasi ini berisi tentang pernyataan-pernyataan yang sesuai
penelitian.
sebagai berikut :
21
1. Studi Kepustakaan, yaitu untuk memperoleh keterangan-keterangan ilmiah dari buku-
buku sumber yang ditulis para ahli, karangan ilmiah, dan internet yang
pedoman observasi yang berisi tentang permasalahan yang diteliti, yaitu tentang
menggunakan SIBI.
F. Pelaksanaan Penelitian
dipersiapkan.
Skenario Pembelajaran
a. Awal :
menggunakan SIBI.
b. Inti :
1) Semua siswa diajak berdialog sesuai dengan materi pembelajaran yang dipilih (
22
3) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan pengalamannya.
5) Diadakan evaluasi secara tertulis untuk melihat hasil belajar siswa terhadap
c. Akhir :
dijelaskan guru.
2. Display data yaitu merangkum hal-hal pokok dari kegiatan reduksi data.
3. Verifikasi yaitu pemantapan kesimpulan yang diperoleh dari display dan reduksi data
yang dilakukan, sehingga diperoleh kesimpulan data yang valid dan mendasar.
fokus penelitian serta menghubungkan data antara yang satu dengan yang lainnya,
sehingga data diperoleh secara jelas menjadi satu kesatuan yang utuh. Data tersebut
23
dianalisis secara mendalam, sehingga berdasarkan data tersebut dapat ditarik suatu
kesimpulan.
TABEL 3
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
WAKTU
NO. NAMA KEGIATAN Januari 2008
I II III IV V
Persiapan Penelitian
1. a. Studi Kepustakaan
b. Penyusunan Design Penelitian
Pelaksanaan
2.
Penelitian/Pengumpulan Data
3. Pengolahan Data
4. Penyusunan Laporan Penelitian
BAB IV
A. Hasil Penelitian
24
1. Gamabaran Setting
Anak tunarungu mempunyai ciri miskin dengan bahasa dan mempunyai kesulitan
memahami bahasa lisan. Problemtica yang dihadapi ini membuat anak tunarungu
dalam menyerap ilmu pengetahuan. Anak tunarungu sulit untuk dapat mengikuti
pendidikan secara umum, karena disebabkan oleh beberapa faktor. Sebagai upaya untuk
mengatasi problematika yang dihadapi oleh anak tunarungu maka SLB merupakan salah
satu solusinya. Guru-guru di SLB sudah secara khusus memiliki kualifikasi pendidikan
ini keberadaan dan kondisi SLB yang sudah ada termasuk di SLB Muhammadiyah
Banjarsari Kabupaten Ciamis masih jauh dari apa yang sebenarnya diperlukan sebagai
lembaga pendidikan khusus bila dilihat dari segi infrastruktur, sarana dan prasarananya.
Keadaan yang demikian serba kekurangan itu membuat pelayanan pendidikan bagi
tunarungu, tetapi Belem memiliki fasilitas seperti ruang artikulasi, ruang audiometer,
ruang latihan bercakap, dan sebagainya dengan segala kelengkapannya.seperti alat bantu
dengar dan hearing group, dan alat-alat bina persepsi bunyi dan irama.
Dari pada tidak ada sama sekali, tentu apa yang ada itu lebih baik. Itu yang
sementara dapat kami ungkapkan. Kami guru-guru selalu berupaya memberikan layanan
dan bimbingan lepada anak-anak tunarungu dengan berbagai upaya agar pembelajaran
anak tunarungu semakin berkualitas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah seperti
25
yang dilakukan oleh penulis yaitu mengadakan penelitian tindakan kelas. Tujuan dari
penelitian tindakan kelas ini sangat relevan dengan peningkatan kualitas pembelajaran,
sebagaimana dikemukakan dalam majalah Pendidikan Luar Biasa, Webs (2008 Juli : 9)
sebagai berikut :
PTK merupakan statu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan,
yang ditujukan untuk memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang
dilakukan selama proses pembelajaran, serta untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan yang masih terjadi dalam proses pembelajaran dan untuk
mewujudkan tujuan-tujuan dalam proses pembelajaran tersebut. Jika proses
inquiri dan perbaikan pembelajaran dilakukan secara terus menerus, diyakini
sepenuhnya bahwa kemampuan profesional guru akan terus meningkat sesuai
dengan harapan banyak pihak.
Diakatan lebih lanjut dalam majalah Webs (2008 Juli : 9) bahwa : Penelitian tindakan
dengan baik.
26
Dengan upaya-upaya tersebut di atas maka pada akhirnya diharapkan akan
saat proses pembelajaran berlangsung sebagai refleksi dari sikap belajar siswa. Setiap
yang dipandang paling sesuai dengan keberadaan siswa saat mengikuti pembelajaran.
Tiap-tiap siswa memiliki data dari hasil proses pembelajaran yang diikutinya
yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Data hasil yang diperoleh
tiap siswa tentunya relatif berbeda sesuai dengan karakteristik individunya masing-
Lebih jelasnya mengenai operasional topik Penelitian Tindakan Kelas ini dapat
TABEL 4
27
DIMENSI INDIKATOR
Peranan SIBI dalam 1. Tingkat pemahaman siswa dalam berkomunikasi.
2. Tingkat peran aktip siswa dalam pembelajaran.
komunikasi pembelajaran
3. Konsentrasi siswa dalam pembelajaran
siswa tunarungu. 4. Rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi
pembelajaran.
5. Semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
6. Rasa senang siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
7. Perasaan nyaman siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
8. Sikap tidak malas siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
9. Kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
10. Semangat siswa dalam berupaya memahami materi
pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar 1. Kelancaran berlangsungnya proses pembelajaran.
2. Tingkat kemudahan siswa dalam menangkap materi
siswa tunarungu dengan
pembelajaran.
pembelajaran yang
3. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi
menggunakan
pembelajaran.
komunikasi dengan SIBI. 4. Taraf serap siswa terhadap materi pembelajaran.
a. Siklus ke-1
Secara umum gambaran yang ada pada siklus pertama jalannya proses
28
4) Rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi sangat baik.
10) Semangat siswa dalam berupaya memahami materi pembelajaran, sangat baik.
b. Siklus ke-2
Bahasa Indonesia dalam rangka proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, maka dilakukan pengamatan dalam pembelajaran siklus ke-2. Proses yang
dilakukan dalam siklus ke-2 ini sama dengan proses pembelajaran pada siklus pertama
pembelajaran dan lembar pengamatannya siklus pertama dan kedua sama. Hasil yang
diperoleh dalam siklus ke-2 ternyata relatif sama dengan hasil pengamatan pada
pembelajaran siklus ke-1 (lihat dalam lampiran hasil pengamatan siswa pada siklus ke-2)
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap tiga orang siswa dalam
29
TABEL 5
SKOR HASIL PENGAMATAN SIKLUS KE-1
SKOR HASIL
DIMENSI PENGAMATAN PENGAMATAN
NAMA SISWA
SB B CB KB TB
Peranan SIBI dalam komunikasi
7 3
pembelajaran siswa tunarungu.
Peningkatan hasil belajar siswa
Anto
tunarungu dengan pembelajaran
3 1
yang menggunakan komunikasi
dengan SIBI.
Peranan SIBI dalam komunikasi
6 4
pembelajaran siswa tunarungu.
Peningkatan hasil belajar siswa
Fitri Sariningsih
tunarungu dengan pembelajaran
2 2
yang menggunakan komunikasi
dengan SIBI.
Peranan SIBI dalam komunikasi
8 2
pembelajaran siswa tunarungu.
Peningkatan hasil belajar siswa
Tati Hartati
tunarungu dengan pembelajaran
4
yang menggunakan komunikasi
dengan SIBI.
JUMLAH 30 12
Keterangan : 1. Dimensi pengamatan pertama terdiri dari sepuluh item poin pengamatan.
Bagi Anto, dalam tabel di atas menggambarkan hasil pengamatan bahwa ternyata
SIBI dalam komunikasi pembelajaran berperan sangat baik yaitu mencapai skor 70 %
dan sisanya dari hasil pengamatan menyatakan bahwa perana SIBI dalam komunikasi
bahwa ternyata SIBI dalam komunikasi pembelajaran bagi dia berperan sangat baik
yaitu mencapai skor 60 % dan sisanya dari hasil pengamatan menyatakan bahwa perana
SIBI dalam komunikasi pembelajaran bagi Fitri ternyata baik yaitu mencapai skor 40%.
30
Bagi Tati Hartati, dalam tabel di atas menggambarkan hasil pengamatan bahwa
ternyata SIBI dalam komunikasi pembelajaran berperan sangat baik yaitu mencapai
skor 80 % dan sisanya dari hasil pengamatan menyatakan bahwa perana SIBI dalam
komunikasi pembelajaran bagi Tati Hartati ternyata baik yaitu mencapai skor 20%.
Gambaran tiap dimensi pengamatan dari seluruh siswa diperoleh hasil sbb :
TABEL 6
SKOR TIAP DIMENSI PENGAMATAN SIKLUS 1
SKOR HASIL PENGAMATAN
DIMENSI PENGAMATAN
SB B CB KB TB
Peranan SIBI dalam komunikasi
21 9
pembelajaran siswa tunarungu.
Peningkatan hasil belajar siswa tunarungu
dengan pembelajaran yang menggunakan 9 3
komunikasi dengan SIBI.
JUMLAH 30 12
tunarungu, sangat baik yaitu dengan skor 70 % dan sisanya peranan SIBI dalam
peranannya dalam meningkatkan hasil belajar siswa tunarungu, SIBI dinyatakan sangat
baik yaitu mencapai skor 75 % dan sisanya peranan SIBI dalam peningkatan hasil
B. Pembahasan
31
dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk mau mengeluarkan pendapatnya,
menimbulkan rasa senang siswa, menambah konsentrasi, semangat, dan kepuasan siswa
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memandang
bahwa SIBI dalam komunikasi pembelajaran sangat penting dalam rangka meningkatkan
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Agar interaksi pembelajaran berjalan dengan lancar maka sudah tentu harus ada
komunikasi yang baik. Untuk terjadinya komunikasi yang baik ini tentu memerlukan
alat komunikasi yang baik pula, dalam hal ini yakni bahasa yang dipergunakan harus
dipahami oleh orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Apabila alat
komunikasi berupa bahasa dapat dipahami oleh semua pihak, maka interaksi
pembelajaran akan berjalan dengan baik, dan hal ini merupakan syarat yang diperlukan
siswa tunarungu ternyata mendukung kelancaran pembelajaran. Karena itu, SIBI harus
dikuasai dan dipergunakan oleh para guru dalam proses pembelajaran siswa tunarungu.
Salah satu fokus dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah mengenai
32
Dalam poin ini ditelaah tentang kelancaran berlangsungnya proses pembelajaran, tingkat
terhadap materi pembelajaran, dan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran.
SIBI yang dilakukan hasilnya sangat baik untuk mendukung efektivitas pembelajaran.
sesuai dengan keadaan dan potensi siswa sebagai pendukung mencapai keberhasilan.
Pembelajaran yang dapat menyesuaikan dengan keberadaan siswanya tentu akan dapat
menyenangkan para siswa yang pada akhirnya akan turut menentukan tingkat
penting bagi pengembangan kompetensi didik terutama yang berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik. ... Oleh karena itu,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
pembelajaran siswa tunarungu mempunyai peranan yang sangat baik, yaitu untuk
33
lebih konsentrasi terhadap pembelajaran, meningkatkan percaya diri dalam
pembelajaran.
karena dengan menggunakan SIBI dapat membantu siswa untuk lebih memudahkan,
pembelajaran.
B. Saran-saran
1. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru dapat
menambah peran aktif siswa, mendorong siswa untuk lebih konsentrasi terhadap
semangat belajar para siswa, meningkatkan rasa senang dan kenyamanan bagi siswa
34
dalam mengikuti pembelajaran, menghilangkan sikap malas siswa untuk
salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dengan jalan memperlancar jalinan
komunikasi baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa, yaitu
3. SIBI dapat memperjelas, dan mempercepat pemahaman para siswa terhadap materi
karena itu, untuk menigkatkan hasil atau taraf serap para siswa terhadap materi
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2002. Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. Jakarta : Direktorat PLB
35
Jahidin. 1985. Skripsi, Penelitian Pengelolaan Kelas di SLB Bagian B Garut. Bandung :
IKIP PLB
Jalil, Aria. 2005. Sekolah yang Efektif dan yang Berkembang. Tersedia:
http//Google.pakguruonline. [18-2-2005]
Moores, Donal F..1978. Educating the Deaf Physichology Principles and Practise.
Boston London : Houghton Mifflin Company
Notoatmojo, Lasikun. 1984. Pedoman Guru Bahasa Indonesia untuk Sekolah Luar
Biasa. Jakarta : Depdikbud
Salim, Mufti, Cs.. 1984. Pembinaan Bahasa Anak Tuli. Jakarta : Depdikbud
Webs. 2007. Tabloid Pendidikan Luar Biasa Edisi 1 Tahun ke-1 Maret 2007. Bandung :
Sub Dinas PLB Provinsi Jawa Barat
Webs. 2008. Tabloid Pendidikan Luar Biasa Edisi 7 Tahun ke-2 Juli 2008. Bandung :
Sub Dinas PLB Provinsi Jawa Barat
LAMPIRAN 1
NOMOR
DIMENSI INDIKATOR
SOAL
1. Tingkat pemahaman siswa dalam
1
berkomunikasi sangat baik.
36
Peranan SIBI dalam 2. Keaktipan siswa dalam proses
2
komunikasi pembelajaran pembelajaran sangat baik.
3. Konsentrasi siswa sangat baik 3
siswa tunarungu.
4. Rasa percaya diri siswa dalam
4
berkomunikasi sangat baik.
5. Semangat siswa dalam mengikuti
5
proses pembelajaran sangat baik.
6. Rasa senang siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran, 6
sangat baik.
7. Tingkat kenyaman siswa dalam
7
mengikuti pembelajaran, baik.
8. Ketekunan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, baik (siswa tidak 8
bermalas-malasan).
9. Kepuasan siswa dalam mengikuti
9
pembelajaran, sangat baik.
10. Semangat siswa dalam berupaya
memahami materi pembelajaran, 10
sangat baik.
Peningkatan hasil belajar 11. Kelancaran proses pembelajaran
11
siswa tunarungu dengan berjalan dengan sangat baik.
12. Tingkat kemudahan siswa dalam
pembelajaran yang
menangkap materi pembelajaran 12
menggunakan
baik.
komunikasi dengan SIBI.
13.Tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran 13
sangat baik.
14. Taraf serap siswa terhadap materi
14
pembelajaran, sangat baik
37
LAMPIRAN 2
Petunjuk pengisian :
1. Pada setiap butir pernyataan disertai dengan lima alternatif jawaban yaitu SB =
2. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan siswa pada
38
Pedoman Pengamatan :
Kelas : 4 SDLB
PILIHAN JAWABAN
NO. ASPEK YANG DIAMATI
SB B CB KB TB
Tingkat pemahaman siswa dalam
1.
berkomunikasi sangat baik.
Keaktipan siswa dalam proses pembelajaran
2.
sangat baik.
3. Konsentrasi siswa sangat baik
Rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi
4.
sangat baik.
Semangat siswa dalam mengikuti proses
5.
pembelajaran sangat baik.
Rasa senang siswa dalam mengikuti proses
6.
pembelajaran, sangat baik.
Tingkat kenyaman siswa dalam mengikuti
7.
pembelajaran, baik.
Ketekunan siswa dalam mengikuti
8. pembelajaran, baik (siswa tidak bermalas-
malasan).
Kepuasan siswa dalam mengikuti
9.
pembelajaran, sangat baik.
Semangat siswa dalam berupaya memahami
10.
materi pembelajaran, sangat baik.
Kelancaran proses pembelajaran berjalan
11. dengan sangat baik.
39
Taraf serap siswa terhadap materi
14.
pembelajaran, sangat baik
Perolehan Skor :
B = .............. TB = ................
CB = ..............
SB = .............. KB = .................
B = .............. TB = ................
CB = ..............
Pengmat I Pengamat II
................................................ .................................................
NIP : ...................................... NIP : .......................................
40
LAMPIRAN 3
Petunjuk pengisian :
3. Pada setiap butir pernyataan disertai dengan lima alternatif jawaban yaitu SB =
4. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan siswa pada
Pedoman Pengamatan :
41
Kelas : 4 SDLB
PILIHAN JAWABAN
NO. ASPEK YANG DIAMATI
SB B CB KB TB
Tingkat pemahaman siswa dalam
1.
berkomunikasi sangat baik.
Keaktipan siswa dalam proses pembelajaran
2.
sangat baik.
3. Konsentrasi siswa sangat baik
Rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi
4.
sangat baik.
Semangat siswa dalam mengikuti proses
5.
pembelajaran sangat baik.
Rasa senang siswa dalam mengikuti proses
6.
pembelajaran, sangat baik.
Tingkat kenyaman siswa dalam mengikuti
7.
pembelajaran, baik.
Ketekunan siswa dalam mengikuti
8. pembelajaran, baik (siswa tidak bermalas-
malasan).
Kepuasan siswa dalam mengikuti
9.
pembelajaran, sangat baik.
Semangat siswa dalam berupaya memahami
10.
materi pembelajaran, sangat baik.
Kelancaran proses pembelajaran berjalan
11. dengan sangat baik.
Perolehan Skor :
42
1. Dimensi : Peranan SIBI dalam komunikasi pembelajaran siswa tunarungu.
B = .............. TB = ................
CB = ..............
SB = .............. KB = .................
B = .............. TB = ................
CB = ..............
Pengmat I Pengamat II
................................................ .................................................
NIP : ...................................... NIP : .......................................
43
LEMBAR PENGAMATAN SISWA DALAM PTK
TENTANG UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN
SISWA TUNARUNGU KELAS 4 SDLB MELALUI KOMUNIKASI
YANG MENGGUNAKAN SIBI DI SLB-ABC MUHAMMADIYAH
BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS
Petunjuk pengisian :
5. Pada setiap butir pernyataan disertai dengan lima alternatif jawaban yaitu SB =
6. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan siswa pada
Pedoman Pengamatan :
Kelas : 4 SDLB
PILIHAN JAWABAN
NO. ASPEK YANG DIAMATI
SB B CB KB TB
Tingkat pemahaman siswa dalam
1.
berkomunikasi sangat baik.
Keaktipan siswa dalam proses pembelajaran
2.
sangat baik.
3. Konsentrasi siswa sangat baik
4. Rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi
44
sangat baik.
Semangat siswa dalam mengikuti proses
5.
pembelajaran sangat baik.
Rasa senang siswa dalam mengikuti proses
6.
pembelajaran, sangat baik.
Tingkat kenyaman siswa dalam mengikuti
7.
pembelajaran, baik.
Ketekunan siswa dalam mengikuti
8. pembelajaran, baik (siswa tidak bermalas-
malasan).
Kepuasan siswa dalam mengikuti
9.
pembelajaran, sangat baik.
Semangat siswa dalam berupaya memahami
10.
materi pembelajaran, sangat baik.
Kelancaran proses pembelajaran berjalan
11. dengan sangat baik.
Perolehan Skor :
B = .............. TB = ................
CB = ..............
45
SB = .............. KB = .................
B = .............. TB = ................
CB = ..............
Pengmat I Pengamat II
................................................ .................................................
NIP : ...................................... NIP : .......................................
46
YANG MENGGUNAKAN SIBI DI SLB-ABC MUHAMMADIYAH
BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS
Petunjuk pengisian :
7. Pada setiap butir pernyataan disertai dengan lima alternatif jawaban yaitu SB =
8. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan siswa pada
Pedoman Pengamatan :
Kelas : 4 SDLB
PILIHAN JAWABAN
NO. ASPEK YANG DIAMATI
SB B CB KB TB
Tingkat pemahaman siswa dalam
1.
berkomunikasi sangat baik.
Keaktipan siswa dalam proses pembelajaran
2.
sangat baik.
3. Konsentrasi siswa sangat baik
Rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi
4.
sangat baik.
Semangat siswa dalam mengikuti proses
5.
pembelajaran sangat baik.
Rasa senang siswa dalam mengikuti proses
6.
pembelajaran, sangat baik.
Tingkat kenyaman siswa dalam mengikuti
7.
pembelajaran, baik.
8. Ketekunan siswa dalam mengikuti
47
pembelajaran, baik (siswa tidak bermalas-
malasan).
Kepuasan siswa dalam mengikuti
9.
pembelajaran, sangat baik.
Semangat siswa dalam berupaya memahami
10.
materi pembelajaran, sangat baik.
Kelancaran proses pembelajaran berjalan
11. dengan sangat baik.
Perolehan Skor :
B = .............. TB = ................
CB = ..............
SB = .............. KB = .................
B = .............. TB = ................
CB = ..............
Pengmat I Pengamat II
48
................................................ .................................................
NIP : ...................................... NIP : .......................................
LAMPIRAN 4
DAFTAR HADIR
DALAM PTK TENTANG UPAYA MENINGKATKAN HASIL
PEMBELAJARAN SISWA TUNARUNGU KELAS 4 SDLB
MELALUI KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SIBI
DI SLB-ABC MUHAMMADIYAH BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS
49
NO.
S I A
INDUK
1. 092 Anto L
2. 096 Fitri Sariningsih P
3. 097 Tati Hartati P
NO. ABSENSI
NO NAMA SISWA L/P PERSENSI
INDUK S I A
1. 092 Anto L
2. 096 Fitri Sariningsih P
3. 097 Tati Hartati P
Drs. JAHIDIN
NIP : 131880938
50
LAMPIRAN 5
51
52
53
LAMPIRAN 6
I. Standar Kompetensi
Mendeskripsikan masalah dan percakapan aktual. (6)
III. Indikator
1. Menyebutkan masalah-masalah aktual yang terjadi di
lingkungan sekitar.
2. Menjelaskan penyebab terjadinya masalah yang
timbul.
3. Menjelaskan cara-cara untuk mengatasi atau
mencegah terjadinya masalah.
4. Menyebutkan prilaku yang harus dikerjakan sesuai
dengan permasalahan.
54
V. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Pemberian tugas
d. Pendekatan Komunikasi dengan menggunakan Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI).
BANJIR
55
Air masuk ke
dalam rumah.
banjir ?
56
Fitri : Karena hujan.
57
Banjir. Tati, apa lagi
yang
mengakibatkan banjir ?
mengakibatkan banjir.
58
Guru : Kita harus bagaimana
terhadap orang
Fitri : Menolong.
Anto : Menjenguknya.
59
Guru : Ya bagus. Kita harus
saling
menolong terutama
kepada orang
yang mendapat
musibah.
60
Fitri : Jangan membuang sampah
sembarangan,
jangan menggunduli
hutan, dan
menanami kembali
hutan yang
gundul.
61
a. Semua siswa diajak berdialog sesuai dengan
materi pembelajaran yang dipilih ( percakapan
tentang masalah-masalah aktual yang terjadi di
sekitar) dengan komunikasi yang menggunakan SIBI.
b. Siswa turut aktif berdialog dan menyampaikan
pengalamannya dengan komunikasi yang
menggunakan SIBI.
c. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai
dengan pengalamannya.
d. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
penyebab terjadinya banjir.
e. Diadakan evaluasi secara tertulis untuk melihat
hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran
yang dipercakapkan.
3. Akhir :
a. Pemantapan dan menyimpulkan materi yang telah
dibahas.
b. Siswa mencatat rangkuman materi yang telah
dibahas.
c. Mengadakan evaluasi.
IX. Evaluasi
62
1. Kata Anto kemarin terjadi musibah apa ?
2. Di sungai apa yang terjadi banjir ?
3. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya banjir ?
4. Bagaimana caranya untuk menjaga agar tidak terjadi
musibah banjir ?.
5. Apa yang harus kita lakukan terhadap orang yang terkena
musibah ?
6. Musibah apa saja yang dapat terjadi selain banjir ?
Kunci Jawaban
1.Musibah banjir.
2.Sungai Cikaso.
3.Penggundulan hutan, membuang sampah sembarangan.
4. Jangan membuang sampah ke sungai, jangan menebang
pohon sembarangan, dan menanami kembali hutan yang
gundul.
5. Menolongnya dengan memberikan makanan, pakaian,
obat-obatan, dan sebagainya.
6. Tsunami, gunung meletus, tanah longsor, angin atau
badai yang besar.
Banjarsari, 17 Januari
2008
Mengetahui :
Pengajar
Kepala Sekolah
63
LAMPIRAN 7
Nama : ........................................................
Kelas : ........................................................
SOAL EVALUASI
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
4. Bagaimana caranya untuk menjaga agar tidak terjadi musibah banjir ?..........................
64
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
5. Apa yang harus kita lakukan terhadap orang yang terkena musibah ?.............................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Bobot Nilai :
Soal no 1 dan 2 bobotnya 1. Soal no. 3-6 bobotnya 2. Jumlah skor ideal 10.
MATERI PEMBELAJARAN
( SIKLUS 1)
Standar Kompetensi :
Berbicara/berisyarat
Kompetensi Dasar :
BANJIR
65
Anto : Rumah dekat sungai kebanjiran. Air masuk ke dalam rumah.
Guru : Ya betul kemarin terjadi musibah banjir. Coba siapa yang tahu, mengapa
terjadi banjir ?
Guru : Betul. Di sungai banyak sampah akibatnya air tidak lancar, sehingga
terjadilah banjir.
Fitri : Menolong.
Anto : Menjenguk.
Guru : Ya bagus. Kita harus saling menolong terutama kepada orang yang mendapat
musibah.
66
MATERI PEMBELAJARAN
( SIKLUS 2)
Standar Kompetensi :
Berbicara/berisyarat
Kompetensi Dasar :
BANJIR
67
Tati : Mengapa terjadi banjir, Pak ?
68