Anda di halaman 1dari 3

Kultum menuntut ilmu

Suryawan Rafidfaiz

Manusia yang dilahirkan ke muka bumi dalam keadaan bersih dan kosong, kecuali
mereka yang dikehendaki oleh Allah SWT seperti nabi Isa AS, maka Allah SWT memerintahkan
kepada seluruh umat manusia untuk mencari ilmu sebagai bekal dalam menjalani hidup, seperti
firman Allah SWT surat An-Nahl 78 yang menjelaskan bahwa setiap manusia yang lahir dalam
keadaan tidak mengetahui apa:

‫َو ُهَّللا َأْخ َرَج ُك م ِّم ن ُبُطوِن ُأَّمَهاِتُك ْم اَل َتْع َلُم وَن َش ْيًئا َو َج َعَل َلُك ُم الَّس ْمَع‬
‫َو اَأْلْبَص اَر َو اَأْلْفِئَد َةۙ َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُروَن‬
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia (Allah SWT) memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur".
Sungguh manusia itu lahir dalam keadaan tidak tau apa-apa, kemudian Allah SWT
memberikan rahmat kepada manusia seperti pendengaran dan penglihatan untuk mendapatkan
informasi mengenai suatu kejadian, belajar dari banyak hal sampai akhirnya menjadi tau, namun
menjadi tau saja tidak cukup kemudian Allah SWT memberikan hati agar manusia bisa
menimbang mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan ilmu yang telah mereka
dapatkan.
Islam memberikan pandangan mengenai ilmu adalah sebuah pelita yang menerangi di
saat gelap, sehingga tanpa pelita seseorang akan tersesat

‫ ِإَّن الُع َلَم اَء‬,‫َو َفْض ُل ْالَع اِلِم َع َلى ْالَع اِبِد َك َفْض ِل ْالَقَم ِر َع َلى َس اِئُر ْالَك َو اِكِب‬
‫ ِإَّنَم ا َو َّر ُثْو ا ْالِع ْلَم َفَم ْن‬,‫ ِإَّن ْْا َألْنِبَياَء َلْم ُيَو ِّر ُثْو ا ِد ْيَناًرا َو َال ِد ْر َهًم ا‬, ‫َو َر َثُة ْاَألْنِبَياِء‬

‫َأَخ َذ َه َأَخ َذ ِبَح ٍّظ َو اِفٍر‬


“Keutamaan orang yang berilmu dibanding dengan ahli ibadah, seperti keutamaan bulan
purnama atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.
Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, (tetapi) mereka mewariskan
ilmu. Barangsiapa mampu mengambilnya, berarti dia telah mengambil keberuntungan yang
banyak.” [HR.Abu Dawud (3641), At-Tirmidzi(2682)].
Topik mengarah kepada mengapa orang yang berilmu lebih dari pada ahli ibadah
Seorang yang berilmu akan kembali ke jalan yang benar, sehingga ketika ia melakukan
sesuatu selalu didasari akan kebenaran. Kebenaran akan mengarahkan seseorang kepada sesuatu
yang bersifat hakiki dan tidak ada yang bersifat Hakiki selain Allah SWT, sehingga ilmunya
akan menuntutnya untuk beribadah, sedangkan orang yang beribadah tanpa didasari ilmu akan
membuat kualitas ibadah mereka hanya berdasarkan keyakinan kalau keyakinan itu benar
ditujukan untuk Allah SWT, maka orang berilmu masih lebih unggul dalam satu hal, yakni yakin
dan berilmu, karena yang berilmu pasti memiliki keyakinan. Mesikpun yang berhak menilai
kualitas suatu ibadah tidak lain hanya Allah SWT, tapi pendapat ini juga justru dikuatkan oleh
firman Allah dalam

‫َيْر َفِع ُهللا اَّلِذ يَن َء اَم ُنوا ِم نُك ْم َو اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِع ْلَم َد َرَج اٍت َو ُهللا ِبَم ا َتْع َم ُلوَن‬
‫َخ ِبيُُر‬
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmupengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)
Karena pentingnya posisi ilmu dalam kehidupan manusia, Allah sampai memberikan
perintah bagi seluruh manusia tanpa pandang bulu, sebagaimana Hadis Rasulullah

‫َطَلُب اْلِع ْلِم َفِر يَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم‬

Artinya, “Menuntut ilmu agama adalah kewajiban atas setiap Muslim.” (Shahih: HR.
Ibnu Majah no. 224)
Tentu, kita semua sudah tidak asing lagi dengan hadis tersebut. Bahkan mungkin, tidak
jarang kita melafadzkannya. Dari hadis tersebut menggambarkan bahwasanya menuntut ilmu itu
wajib bagi seorang muslim tanapa ada nya tendensi golangan ini dan itu
Menuntut ilmu hukumnya adalah fardu, segala sesuatu yang dilakukan harus dengan
ilmu, beribadah tanpa ilmu adalah sesat bahkan seorang non muslim bernama Einstein pun
mengakui hal ini, sedangkan ilmu tanpa agama adalah buta. Oleh karena kedua hal ini sangat
baik jika dikembangkan bersama-sama. Ibadah yang dilakukan hendaknya disertai dengan
ilmunya, hukum dan rukunnya. Tanpa ilmu mustahil dapat menjalankan ibadah dengan benar
dan sesuai dengan Syariat.

Kita memasuki pada poin selanjutnya adalah


Kebahagiaan dunia dan akhitar dengan ilmu Keutamaan perintah menuntut ilmu lainnya
tidak semata-mata untuk beribadah tapi juga untuk kebahagiaan manusia itu sendiri. Allah SWT
memberikan perintah yang ketika dilaksanakan akan lebih banyak manfaat bagi manusia
dibandingkan meninggalkannya. Dalam sebuah riwayah seorang Sahabat memberi penjelasan
kepada seorang muslim lainnya perihal cara mendapatkan kebahagiaan di dunia melalui ilmu

‫َم ْن َأَر اَد الُّد ْنَيا َفَع َلْيِه ِبا ْلِع ْلِم َو َم ْن َأَر اَد األِخ َر َة َفَع َلْيِه ِبا ْلِع ْلِم َو َم ْن َأَر اَد‬
‫ُهَم ا َفَع َلْيِه ِبا ْلِع ْلِم‬
“Siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka harus dengan ilmu, siapa yang
menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka harus dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan
(kebahagiaan) keduanya (dunia dan akhirat), maka harus dengan ilmu”
Tentu saja sangat banyak manfaat dari seseorang yang menuntut ilmu. tidaklah cukup
waktu hanya untuk membahas keutamaan dari ilmu ini bahkan mungkin bisa sampai besok ,dan
sudah malam juga ,tentunya yang perlu diingat adalah teruslah menuntut ilmu dan janganlah pelit
untuk menyebarakan nya karena ini dapat menjadi amalan jariyah yang tidak pernah terputus
untuk nantin kita diakherat kelak

Anda mungkin juga menyukai