Disusun oleh:
NIM P17320121424
TINGKAT I
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kita, termasuk kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah dengan judul Penyakit Degeneratif Obesitas. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Patofisiologi.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang di peroleh dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan judul. Penyusun sangat berterima kasih atas pengetahuan yang
diberikan, sehingga makalah ini dibuat untuk digunakan dengan baik sebagai pembelajaran
dan untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Patofisiologi yang diberikan oleh Ibu Sansri
Diah KD., S.Pd., SKp., M.Kes. AIFO. dan dibimbing oleh Ibu DR. Hj. Tri Hapsari R. A.,
S.Kp., M.Kes.
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan
dari teknik penulisan maupun materi dalam makalah ini. Untuk itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik dari semua pihak. Penyusun juga berharap makalah ini dapat bermanfaat
dalam menambah wawasan atau ilmu, umumnya bagi kita semua dan khususnya bagi
penyusun.
I
DAFTAR ISI
BAB I ..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
BAB II.................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 2
PENUTUP ........................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu akan mengalami pertumbuhan usia seiring berjalannya waktu, menjadi
tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).
Identik dengan proses menua disebut proses degenerasi, Penyebab bertambahnya usia
tentu akan membuat fungsi organ atau jaringan mengalami proses penurunan atau
kelemahan. Biasanya masalah usia lanjut ialah fisik (jasmani), mental (jiwa), sosial,
lingkungan dan iatrogenik (salah obat/rawat). kondisi kesehatan yang menyebabkan
jaringan atau organ memburuk dari waktu ke waktu ialah penyakit degeneratif.
Faktor risiko penyakit degeneratif adalah perubahan metabolism tubuh, pola makan
dan pola hidup yang buruk. Proses penuaan adalah penyebab penyakit degeneratif yang
paling umum. Ada cukup banyak jenis penyakit generatif yang terkait dengan penuaan,
atau memburuk selama proses penuaan. Dalam makalah ini akan membahas tentang salah
satu jenis penyakit degeneratif yaitu penyakit obesitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit degeneratif obesitas?
2. Mengapa penyakit degeneratif obesitas dapat terjadi?
3. Bagaimana gejala klinis dan pengobatan penyakit degeneratif obesitas?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian dari penyakit degeneratif obesitas.
2. Untuk memahami etiologi dan patofisiologi penyakit degeneratif obesitas.
3. Untuk mengetahui gejala klinis dan pengobatan penyakit degeneratif obesitas.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
25-29,9 Obesitas Derajat 1
30-39,9 Obesitas Derajat 2
> 40 Obesitas Derajat 3
Berdasarkan tabel diatas, kisaran IMT orang disebut normal apabila diantara 18,5-
22,9 kg/m², kurus apabila dibawah 18,5 kg/m², dan obesitas jika angka hasil perhitungan
lebih di atas 25 kg/m². Obesitas digolongkan menjadi tiga yaitu obesitas ringan apabila
kelebihan berat badan 20-40%, obesitas sedang apabila kelebihan berat badan 41-100%
dan obesitas berat apabila kelebihan berat badan lebih dari 100%.
Indeks massa tubuh (IMT) tidak menggambarkan sebaran timbunan lemak di dalam
tubuh. Untuk menilai timbunan lemak perut, dapat digunakan rasio lingkar pinggang dan
pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP). Lingkar pinggang yang normal di
bawah 88 cm (35 inches) untuk wanita dan di bawah 102 (40 inches) untuk pria. Obesitas
dibedakan berdasarkan bentuk tubuh dan keadaan sel lemak, diantaranya:
1. Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh Tipe Buah Apel
Pada pria obesitas umumnya menyimpan lemak di bawah kulit dinding perut
dan di rongga perut sehingga perut tampak gemuk dan mempunyai bentuk tubuh
seperti buah apel. Disebabkan karena lemak banyak berkumpul dirongga perut,
obesitas tipe buah apel disebut juga obesitas sentral, karena banyak terdapat pada laki-
laki yang disebut juga sebagai obesitas tipe android. Istilah lain yang juga sering
digunakan untuk obesitas type ini antara lain abdominal, obesity atau visceral obesity.
2. Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh Tipe Buah Pear
Kelebihan lemak pada wanita disimpan dibawah kulit bagian daerah pinggul
dan paha, sehingga tubuh berbentuk seperti buah pear (pear type). Disebabkan karena
lemak berkumpul di pinggir tubuh yaitu di pinggul dan paha, obesitas tipe buah pear
disebut juga sebagai obesitas perifer dan karena banyak terdapat pada perempuan
disebut juga sebagai female type obesity (obesitas type perempuan) atau obesitas tipe
gynoid. Nama lain dari type obesitas ini adalah peripheral obesity atau gluteal obesity.
3
3. Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak Tipe Hyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan
keadaan normal, tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah besar. Obesitas ini biasa
terjadi pada masa anak-anak.
4. Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak Tipe Hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan
keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal. Obesitas tipe
ini terjadi pada usia dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan lebih mudah
dibandingkan tipe hyperplastik.
5. Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak Tipe Hyperplastik dan Hypertropik
Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi
mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak
yang mengalami hypertropik, obesitas ini dimulai pada anak-anak dan berlangsung
terus sampai dewasa, upaya untuk menurunkan berat badan paling sulit dan risiko
tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit.
4
maupun hewan menunjukan bahwa obesitas terjadi karena faktor interaksi gen dan
lingkungan. Gen yang ditemukan diduga dapat mempengaruhi jumlah dan besar
sel lemak, distribusi lemak dan besar penggunaan energi untuk metabolisme saat
tubuh istirahat.
Beberapa pakar berpendapat faktor keturunan hanya berpengaruh terhadap
bakat seseorang untuk menjadi gemuk. Apabila kelebihan asupan energy atau
kurangnya aktifitas fisik dialami oleh orang dengan keturunan obesitas, maka
akan manifestasi obesitas akan cepat terjadi. manifes bila mengalami kelebihan
asupan energi. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga
makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas.
Seringkali sulit untuk memisahkan faktor genetik dengan faktor gaya hidup.
b. Faktor Makanan
Seseorang mengonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai yang
dibutuhkan tubuh, maka tidak ada energi yang disimpan. Sebaliknya jika
mengkonsumsi makanan dengan energi melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka
kelebihan energi akan disimpan sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak.
c. Karakteristik Individu
Obesitas pada orang dewasa terjadi karena sudah menumpuknya lemak dalam
tubuh seseorang yang berumur lebih dari 30 tahun. Kurangnya olahraga juga
memberikan kontribusi pada kegemukan yang diderita orang dewasa. Timbunan
lemak berada pada bagian atas tubuh lebih berisiko terkena penyakit yang
berhubungan dengan metabolisme glukosa dan lemak, seperti penyakit gula
(diabetes), jantung koroner, stroke, perdarahan otak, dan tekanan darah tinggi.
d. Faktor Fisiologi
Overweight dan obesitas meningkat sesuai dengan pertambahan umur dan
kemudian menurun sebelum akhirnya berhenti pada usia lanjut.
e. Aktivitas Fisik
Kegemukan disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori yang masuk dibanding
yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan sedangkan pengeluarannya melalui
aktivitas tubuh dan olah raga. Kalori terbanyak (60-70%) dipakai oleh tubuh untuk
kehidupan dasar seperti bernafas, jantung berdenyut dan fungsi dasar sel.
Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan oleh genetik atau keturunan.
Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat meningkatkan jumlah penggunaan kalori
keseluruhan.
5
f. Faktor Hormon
Menurunnya hormon tyroid dalam tubuh akibat turunnya fungsi kelenjar
tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energi
akan berkurang.
g. Gaya Hidup (Life Style) yang kurang tepat
Kemajuan sosial ekonomi, teknologi dan informasi yang global telah
menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang
terlihat dari pola kebiasaan makan dan beraktifitas fisik.
2. Patofisiologi Penyakit Degeneratif Obesitas
Dalam Genetika Obesitas, 2019. Obesitas ditandai dengan penumpukan lemak
yang berlebihan atau terjadi dalam kompartemen jaringan adiposa yang berbeda.
Gangguan metabolisme ini diketahui terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara
asupan energi dan energi yang dikeluarkan. Mekanisme regulasi homeostasis energi
terutama terjadi di otak. Inti dalam hipotalamus mediobasal adalah pusat yang
mengintegrasikan nafsu makan dan meregulasi berat badan.
Dalam AloMedika yang ditulis oleh Dr. Saridewi, beberapa studi
menunjukkan bahwa patofisiologi obesitas sebagian besar berhubungan dengan faktor
genetik. Gen fat mass and obesity-associated (FTO) dikaitkan dengan adipositas. Gen
ini memiliki banyak varian yang meningkatkan risiko obesitas. Banyak hormon
perifer pada sistem saraf pusat yang berperan dalam kontrol nafsu
makan, intake makanan, food reward, dan adiksi makanan. Makanan dan obat dapat
mengaktifkan sistem reward mesolimbik dopamin yang penting dalam regulasi adiksi
pada manusia.
Leptin, hormon anoreksigenik, meregulasi metabolisme lemak dengan
menstimulasi lipolisis dan inhibisi lipogenesis. Leptin memberi sinyal rasa kenyang
pada hipotalamus dan kemudian akan mengurangi intake makanan dan menyimpan
lemak sambil memodulasi pengeluaran energi dan metabolisme karbohidrat untuk
mencegah pertambahan berat badan. Defek pada leptin atau reseptor leptin berakibat
pada peningkatan kadar leptin pada sirkulasi.
Insulin, sebagai hormon pankreas, memiliki peranan dalam homeostasis
glukosa. Insulin dapat menembus sawar darah otak dan berikatan dengan reseptor di
nukleus arkuata hipotalamus untuk mengurangi asupan makanan. Resistensi insulin
sentral mirip dengan resistensi leptin sentral dianggap berpengaruh pada
perkembangan obesitas.
6
Selanjutnya substansi yang berasal dari saluran pencernaan seperti
kolesistokinin (CCK), glucagon-like peptide-l (GLP-1), peptide YY3-36 (PYY3-36),
dan ghrelin, juga terlibat dalam menyampaikan informasi tentang status energi
melalui hormonal gut-brain axis primarily targeting the hypothalamus (HPAL) dan
batang otak, serta dapat secara langsung atau tidak langsung berinteraksi dengan jalur
mesolimbik dopamin otak tengah untuk mempengaruhi intake makanan.
7
c. Beban pada jantung juga berdampak pada paru dan jalan napas sehingga timbul
sesak napas.
d. Daya tahan tubuh orang obesitas menurun sehingga mudah jatuh sakit, dan angka
kematian juga meningkat.
e. Lemak yang menumpuk di panggul dan dalam perut menyebabkan peningkatan
banyak bahan kimia dan hormon. Faktor-faktor radang tadi akan mengakibatkan
penyakit jantung koroner dan stroke.
f. Kolesterol dan trigliserida darah meningkat, mempermudah terjadinya penyakit
jantung dan stroke.
g. Pengaruh pada ginjal menyebabkan hipertensi.
h. Seperti halnya pengaruh alkohol, fungsi sel hati akan terganggu pula.
2. Pengobatan Penyakit Degeneratif Obesitas
Pengobatan obesitas pada lansia, dokter akan meresepkan suplemen mineral
atau vitamin dan meminta lansia untuk menjalani perubahan gaya hidup yang
mendukung lansia untuk mendapatkan berat badan ideal dan asupan gizi yang
tercukupi. Selain pengobatan dari dokter, perawatan di rumah juga perlu dijalani
untuk mendukung efektivitas pengobatan. Berikut ini berbagai perubahan gaya hidup
yang umumnya dokter rekomendasikan, meliputi:
a. Mengurangi asupan kalori pada makanan
Kebutuhan kalori pada lansia umumnya akan berkurang karena aktivitas mulai
berkurang dan tubuh jadi tidak seaktif dulu. Bagi lansia dengan obesitas, langkah
ini sangat penting untuk membantu menurunkan atau mengendalikan berat badan.
b. Menerapkan pola makan sehat
Kebiasaan makan yang tidak sehat bisa meningkatkan risiko obesitas dan
malnutrisi pada lansia. Oleh karena itu, lansia tidak boleh makan berlebihan atau
melewatkan waktu makan.
c. Membatasi makanan yang bisa memicu penyakit degeneratif
Makanan tinggi lemak, gula, atau tinggi garam bisa memicu penyakit jantung,
diabetes, dan penyakit kronis lainnya. Oleh karena itu, makanan ini perlu dihindari
atau dibatasi. Lansia bisa mengganti deretan makanan tersebut dengan
meningkatkan asupan buah, sayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Kesemua
makanan ini kaya antioksidan sehingga ampuh melawan radikal bebas dan
mencegah kerusakan sel-sel tubuh.
8
d. Melakukan olahraga rutin
Tidak perlu olahraga berat, cukup berjalan kaki mengitari taman bisa
membantu lansia jadi tetap aktif. Selain itu, olahraga untuk lansia bisa
memberikan manfaat pada kesehatan tulang dan memungkinkan lansia untuk
mendapatkan sinar matahari pagi yang menyehatkan tubuh.
Kemudian, penyakit ini bisa berkurang risikonya dengan langkah-langkah
pencegahan berikut ini.
a. Lebih banyak mengonsumsi buah, sayur, kacang-kacangan, daging tanpa lemak,
dan biji-bijian dan lengkapi dengan produk susu. Kemudian, lansia juga harus
mengurangi konsumsi daging olahan atau makanan tinggi garam, makanan tinggi
gula, dan makanan tinggi lemak.
b. Ubah kebiasaan malas bergerak dan menjadi lebih rajin untuk berolahraga.
Pastikan untuk mendapatkan sinar matahari di pagi hari dengan berjemur
untuk mencegah osteoporosis di usia lanjut.
c. Jaga berat badan lansia tetap ideal dengan memperhatikan porsi makan dan
camilan yang Anda konsumsi.
d. Lakukan cek kesehatan rutin, meliputi cek gula darah, cek tensi darah, cek berat
badan, dan mungkin juga menjalani skrining kanker untuk deteksi dini.
e. Berhenti merokok dan minum alkohol karena kebiasaan ini bisa memengaruhi
kesehatan tubuh lansia.
f. Pastikan lansia beristirahat dengan cukup. Jika memiliki gangguan tidur, maka
konsultasikan lebih lanjut pada dokter.
g. Selain itu, perhatikan pula kondisi mental lansia. Sebab, lansia yang bahagia dapat
mendukung kondisi tubuh yang lebih sehat.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit degeneratif adalah kondisi kesehatan di mana organ atau jaringan terkait
keadaannya yang terus menurun seiring waktu. Jenis penyakit degeneratif salah satunya
adalah penyakit obesitas. Penyakit obesitas adalah kondisi ketika lemak yang menumpuk
di dalam tubuh sangat banyak akibat kalori masuk lebih banyak dibandingkan yang
dibakar. Untuk mengetahui obesitas ialah dengan indeks massa tubuh (IMT), rasio lingkar
pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP).
Kelebihan berat badan dan obesitas dapat disebabkan oleh faktor genetic, faktor
makanan, faktor fisiologis, faktor hormon dan gaya hidup. Gen fat mass and obesity-
associated (FTO) dikaitkan dengan adipositas. Banyak hormon perifer pada sistem saraf
pusat yang berperan dalam kontrol nafsu makan, intake makanan, food reward, dan adiksi
makanan. Makanan dan obat dapat mengaktifka sistem reward mesolimbik dopamin yang
penting dalam regulasi adiksi pada manusia.
Pengobatan untuk penyakit degeneratif obesitas ini adalah mengurangi asupan kalori
pada makanan, menerapkan pola makan sehat, membatasi makanan yang bisa memicu
penyakit degeneratif, melakukan olahraga rutin. Kemudian, untuk pencegahannya ialah
lebih banyak mengonsumsi buah, sayur, kacang-kacangan, daging tanpa lemak, dan biji-
bijian dan lengkapi dengan produk susu dengan menjaga berat badan lansia tetap ideal
dan memperhatikan kondisi mental lansia.
10
DAFTAR PUSTAKA
Sudargo, T., Freitag, H., Kusmayanti, N. A., & Rosiyani, F. (2018). Pola makan dan
obesitas. UGM press.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=kNBWDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1
&dq=etiologi+penyakit+obesitas&ots=cuZ3vDz4fj&sig=iRm5pDJoF7BEqTYBHKvjjG
VjBa8&redir_esc=y#v=onepage&q=etiologi%20penyakit%20obesitas&f=false
Ivo Maria Sari, I. M. S., Herastuti Sulistyani, H. S., & EttyYuniarly, E. (2019). HUBUNGAN
OBESITAS DENGAN KONDISI JARINGAN PERIODONTAL MASYARAKAT DI
WILAYAH PUSKESMAS RANGGO NTB (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta). http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/744/4/Chapter2.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/obesitas/patofisiologi
https://www.halodoc.com/kesehatan/obesitas
11