Anda di halaman 1dari 44

BST EROSI KORNEA

Chairunissa Alya Ananda (702020035)


Andi Dinda Lady S.Fitri (712021020)

Pembimbing : dr.Septi Nadra Indawaty Sp.M


Anatomi Mata

Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina. Kornea merupakan media refraksi terbesar
yang dalam pembiasan sinar, oleh karena itu kornea harus tetap jernih dan permukaannya
rata agar tidak menghalangi proses tersebut. Kelainan yang bisa merusak bentuk dan
kejernihan kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat, terutama bila
Slide /2 letaknya di sentral (daerah pupil).
Dari anterior ke posterior kornea mempunyai lima lapisan, yaitu:
1)Epitel
Epitel kornea mempunyai lima lapis sel epitel tak bertanduk yang terdiri
dari sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng.

2)Membran Bowman
Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea
yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan
berasal dari bagian depan stroma.

3)Stroma
Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Stroma terdiri
atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian
perifer serta kolagen ini bercabang.

4)Membran Descemet
Membran Descemet merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea.

5)Endotel
Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal,
dan tebalnya 20-40 µm. Lapisan ini berperan dalam mempertahankan
deturgesensi stroma kornea.
DEFINISI EROSI KORNEA

Erosi kornea adalah cedera mata yang paling umum dan


mungkin salah satu yang paling diabaikan.
Hal ini terjadi karena gangguan pada integritas epitel kornea
atau permukaan kornea. Lecet epitel kornea dapat kecil atau
besar.

Erosi kornea merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh


karena trauma pada bagian superfisial mata.
Erosi kornea terjadi dalam pada keadaan yang menyebabkan
kompromi epitel seperti mata kering, cedera kornea superñsial
atau cedera mata misalnya disebabkan oleh benda asing, dan
penggunaan penggunaan lensa kontak.
ETIOLOGI EROSI KORNEA

1 . Cedera akibat benda tumpul


2 . Hembusan debu, pasir
3. Lensa kontak dengan kontak dengan penggunaan lama penggunaan lama
4 Benda asing pada kelopak mata bawah
5. Pasien tidak sadar, luka karena kecelakaan oleh pekerja perawatan kesehatan
6. Benda asing kornea
7. Keratitis
9. Laserasi pada kanalikuli dan pungtal
PATOFISIOLOGI EROSI KORNEA
Kornea mendapatkan pemaparan konstan dari mikroba dan pengarah
lingkungan, oleh sebab itu untuk melindunginya kornea memiliki beberapa
mekanisme pertahanan.

Mekanisme pertahanan tersebut termasuk refleks berkedip, fungsi


antimikroba film air mata (lisosim), epitel hidrofobik yang membentuk
barrier terhadap difusi serta kemampuan epitel untuk beregenerasi secara
cepat dan lengkap.

Epitel adalah merupakan barrier yang efisien terhadap masuknya


mikroorganisme ke dalam kornea. Pada saat epitel mengalami trauma,
struma yang avaskuler dan lapisan Bowman menjadi mudah untuk
mengalami infeksi dengan organisme yang bervariasi, termasuk bakteri,
amoeba dan jamur.

Streptococcus pneumoniae adalah merupakan patogen patogen kornea


bakterial; bakterial; patogenpatogen patogenpatogen yang lain
membutuhkan membutuhkan inokulasi inokulasi yang berat atau pada host
yang immunocompromised untuk dapat menghasilkan sebuah infeksi di
kornea.
GAMBARAN KLINIS EROSI KORNEA

Pada erosi kornea, yang didapatkan adanya riwayat trauma tumpul


dengan gejala-gejala seperti rasa nyeri pada mata, fotopobia, rasa
mengganjal, blefarospasme, pengeluaran air mata berlebihan dan
visus yang menurun.
Pada pemeriksaan pemeriksaan slit lamp adanya defek yang terjadi
pada lapisan epitel bersamaan dengan adanya edema kornea.

Dengan tes iluoresensi,daerah defek/erosi dapat dilihat pada daerah


yang berwarna berwarna hijau. Riwayat pasien biasanya biasanya
meliputi trauma pada mata baik karena benda asing atau lensa
kontak.
Gejala biasanya dimulai segera setelah trauma terjadi dan dapat
berlangsung berlangsung menit ke hari, tergantung pada ukuran
dari erosinya. Gambaran klinis biasanya unilateral ketika erosi
kornea berhubungan dengan trauma.
DIAGNOSIS EROSI KORNEA

Pada erosi kornea, diagnosa dapat ditegakkan dengan melakukan ananmesis,


pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan dengan tes fluoresensi.

Pada anamnesis yang didapatkan adanya riwayat trauma tumpul dengan gejala
a. rasa nyeri pada mata
b. fotopobia dan visus yang menurun
c. rasa mengganjal
d.blefarospasme
e. pengeluaran air mata berlebihan
DIAGNOSIS EROSI KORNEA
Pada pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan slit lamp adanya defek yang terjadi pada

lapisan epitel bersamaan dengan adanya edema kornea.

Pemeriksaan penunjang

Dengan tes fluoresensi, daerah defek/erosi dapat dilihat pada daerah yang berwarna hijau

Defek pada epitel kornea ketika diperiksa dengan lampu biru setelah diteteskan flourescein
DIAGNOSA BANDING EROSI KORNEA

l. Keratitis

Keluhan yang timbul yaitu fotofobia, mata berair, lesi dikornea , serta penglihatan berkurang

2. Uveitis

Keluhan yang timbul yaitu mata sakit, fotofobia, mata merah, visus turun dengan
hiperlakrimasi,
PENATALAKSANAAN EROSI KORNEA

Medikamentosa

Antibiotik topical berupa tetes mata: Neosporin, Kloramfenikol dan Sulfasetamid, Floxa. .

Untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, mata ditutup dengan menggunakan kassa, agar pertumbuhan
epitel tidak terganggu oleh kedipan,mencari kemungkinan adanya benda asing yang masih terdapat di mata.

Non Medikamentosa

a.Edukasi ke pasien mengenai penyakit keratitis yaitu definisi, faktor resiko, komplikasi dan prognosis.
b.Menutup kelopak mata pasien pada malam hari (taping).
KOMPLIKASI EROSI KORNEA

Ulkus Kornea

Erosi kornea yang tidak diobati secara sempurna dapat menjadi ulkus kornea. Pada dasarnya semua ulkus
kornea dimulai dengan erosi. Erosi kornea yang terkait dengan lensa kontak dapat menjadi infeksi
pseudomonas atau keratitis amoebic dan menyebabkan kerusakan mata lebih lanjut (termasuk perforasi atau
jaringan parut kornea) jika tidak segera diobati.

Erosi kornea rekuren.

Biasanya terjadi akibat erosi kornea berulang akibat epitel tidak bertahan pada defek epitel kornea. Dan
sukarnya epitel menutupi kornea diakibatkan oleh terjadinya pelepasan pelepasan membran membran basal
epitel kornea tempat duduknya duduknya sel basal epitel kornea. Biasanya membran basal yang rusak akan
kembali normal setelah 6 minggu.
PROGNOSIS EROSI KORNEA

Prognosis biasanya baik jika tidak terjadi jaringan parut atau vaskularisasi pada
kornea. Bila tidak diobati, penyakit ini berlangsung 1-3 tahun dengan meninggalkan
gejala sisa. Pada pengobatan topikal umumnya dengan prognosis yang baik.
Penyembuhan pada lapisan kornea ini dapat terjadi dalam beberapa hari.
PROSES PENYEMBUHAN LUKA KORNEA

Penyembuhan luka kornea bertujuan untuk mengembalikan integritas struktur dan fungsi kornea
melalui proses penutupan luka. Penyembuhan luka kornea berbeda berdasarkan kedalaman cedera
pada lapisan kornea. Sel-sel yang berperan aktif dalam proses penyembuhan luka kornea berada di
lapisan epitel, stroma, dan endotel.

Migrasi epitel dan endotel menutup luka secara parsial dan fibroblas mulai memproduksi kolagen
setelah satu minggu. Kemudian endotel menutup luka bagian dalam, membentuk membran Descemet
baru dalam dua minggu.
PROSES PENYEMBUHAN LUKA KORNEA

Penyembuhan luka seluruh lapisan kornea berdasarkan waktu.


A) Akumulasi neutrofil pada lapisan kornea,
B) stroma merapat disertai degradasi glikosaminogilkan,
C) inisiasi migrasi epitel dan endotel serta produksi kolagen oleh fibrosit,
D) pembentukan membran Descemet oleh endotel,
E) deposit kolagen stroma dan regenerasi epitel maksimal,
F) kontraksi bekas luka dan degradasi fibrosit
PROSES PENYEMBUHAN LUKA EPITEL KORNEA

Penyembuhan defek epitel kornea ketebalan penuh memakan waktu 4-6 minggu.
Faktor pertumbuhan dan sitokin memiliki peran penting sebagai regulator proses
penyembuhan luka kornea.

Penyembuhan luka epitel kornea melibatkan dua fase utama, yaitu fase laten dan fase penutup.
Fase laten merupakan tahap pertama penyembuhan luka epitel kornea. Fase ini melibatkan
reorganisasi seluler dan subseluler serta sintesis protein sebagai persiapan proses migrasi sel
epitel.

Fase penutup terdiri dari migrasi, proliferasi dan diferensiasi, serta perlekatan atau stratifikasi
lapisan sel. Fase migrasi dan proliferasi melibatkan beberapa faktor pertumbuhan dan sitokin
PROSES PENYEMBUHAN LUKA EPITEL KORNEA
PROSES PENYEMBUHAN LUKA EPITEL KORNEA

Tahap ketiga meliputi fase proliferasi dan diferensiasi dengan tujuan mengembalikan struktur epitel
berlapis kornea. Proliferasi sel basal epitel diikuti dengan diferensiasi ke arah superfisial menjadi sel
epitel pipih.

Fase perlekatan merupakan tahap keempat dari proses penyembuhan luka korneadengan melibatkan
pembentukan kembali hemidesmosom. Trauma epitel yang melibatkan lamina basalis dapat
menyebabkan erosi kornea berulang karena terganggunya pembentukan hemidesmosom. Penyembuhan
luka epitel kornea dengan lamina basalis yang intak memerlukan waktu sekitar tujuh hari.
STATUS PASIEN
 
Keluhan Utama :
Mata merah pada mata kiri sejak 1 hari yang lalu. 
Keluhan Tambahan :
Pengelihatan kabur, mata berair, mudah silau, penglihatan seperti
mengganjal, dan sulit membuka mata terutama pada pagi hari.
 
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli mata RS BARI dengan keluhan mata merah pada mata kiri
sejak 1 hari yang lalu. Keluhan disertai pengelihatan kabur, mata berair, mudah silau,
penglihatan seperti mengganjal, dan sulit membuka mata terutama pada pagi hari.
Sehari sebelum datang ke poli, pasien mengatakan bahwa mata sebelah kiri
termasuk serpihan kayu, pasien juga mengatakan setelah itu pasien mengucek mata dan
mata pasien menjadi merah. Sudah di berikan obat tetapi keluhan tidak berkurang.
Riwayat trauma mata (+), riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-) sekret mata (-/-),
mata berair (+/+), sakit kepala (-), dan mual muntah (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma mata (+), Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama (-)
Riwayat penggunaan kaca mata (-), Riwayat penyakit diabetes mellitus (-),
Riwayat penyakit hipertensi (-), Riwayat alergi (-), Riwayat pemakaian obat-obatan (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


● Riwayat penyakit mata dengan keluhan yang sama (-),
● Riwayat penggunaan kaca mata (-)
● Riwayat penyakit sistemik (hipertensi, diabetes mellitus) (-)
● Riwayat alergi (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan Umum :Baik
Kesadaran :Kompos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah: 120/ 80 mmHg
- Nadi : 80 x/ menit
- Laju Napas : 20 x/ menit
- Suhu : 360C
Status Oftalmologis
Status Oftalmologis

No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/6 6/18
2. Tekanan Intra Okuler Tidak diperiksa Tidak diperiksa
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
  Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
Status Oftalmologis

4. Pergerakan Bola Mata


Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
  Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
Status Oftalmologis
5. Palpebrae
  Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
Status Oftalmologis

6. Punctum Lakrimalis
  Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
  Edema tidak diperiksa tidak diperiksa
Hiperemis tidak diperiksa tidak diperiksa
Sekret tidak diperiksa tidak diperiksa
Epikantus tidak diperiksa tidak diperiksa
Status Oftalmologis

8. Konjungtiva Tarsalis Inferior


  Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (+)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Status Oftalmologis

9. Konjungtiva Bulbi
  Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (+)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
Status Oftalmologis
10. Kornea
  Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (+)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Status Oftalmologis
11. Limbus kornea
  Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
  Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
  Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
Status Oftalmologis
14. Iris
  Warna Coklat Coklat
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
  Bentuk Bulat Bulat
Besar 3 mm 3 mm
Regularitas Reguler Reguler
Isokoria Isokor Isokor
Letak Central Central
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
Status Oftalmologis

16. Lensa
  Kejernihan jernih jernih
  Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
Status Oftalmologis

17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
Papil
- warna papil Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
- bentuk Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
- batas Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
Retina Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
- warna Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
- perdarahan Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
- eksudat Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
Makula lutea Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
Pemeriksaan Penunjang

Fluoresein test untuk mengindikasikan adanya defek pada epitel kornea


Daftar Masalah

1. Mata merah pada mata kiri sejak 1 hari yang lalu. 


2. Pasien juga mengatakan pengelihatan kabur, mata berair,
mudah silau, penglihatan seperti mengganjal, dan sulit
membuka mata terutama pada pagi hari.
3. R/ Trauma (+) : termasuk serpihan kayu (benda asing)
4. VOS 6/18
5. Konjungtiva bulbi injeksi siliar (+)
6. Erosi kornea (+)
DIAGNOSIS

EROSI KORNEA OS
Prognosis

Ad Vitam : Dubia ad Bonam


Ad Fungsionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Tatalaksana

Medikamentosa:

Chloramphenicol 1% eye ointment 3x1 OS


Bebat tekan (dengan menggunakan kapas) agar kelopak tidak bergesek
dan membantu proses penyembuhan
 
Non medikamentosa:

a.Edukasi ke pasien mengenai penyakit erosi kornea yaitu definisi, etiologi, komplikasi dan
prognosis.
b.Menutup kelopak mata pasien pada malam hari (taping).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai