Hematuria didefinisikan sebagai adanya sel darah merah dalam
urin.
Dibagi menjadi dua jenis:
1. Gross Hematuria (hematuria maksroskopik) jika dapat dilihat secara kasat mata 2. Hematuria mikroskopik Hematuria mikroskopis, adanya darah di urine dalam jumlah sangat kecil hingga hanya bisa terlihat dibawah mikroskop. dapat dideteksi dengan uji dipstik atau pemeriksaa sedimen urin. Cont…. Semua orang normal dan sehat mengekskresikan hingga 85.000 sel darah merah dalam sehari, terlihat 1-2 sel darah merah dengan pembesaran 40x. sehingga, beberapa ahli menganggap hematuria positif ketika ditemukan sel darah merah lebih dari 2-3 per sampel urine, beberapa menganggap adanya sel darah merah dalam lebih dari satu waktu mengindikasikan kebutuhan untuk evaluasi lebih lanjut Etiologi Hematuri dapat disebabkan oleh berbagai etiologi seperti: a. Infeksi : Bacterial cystitis (sering), Interstitial cystitis (jarang), Prostatitis, Uretritis, Tuberculosis, Schistosomiasis b. Batu : Batu ginjal, Batu ureter, Batu buli-buli c. Tumor : Renal carcinoma, Ureteric carcinoma, Bladder carcinoma, Prostatic carcinoma d. Inflamasi : Glomerulonefritis, IgA nefropati, Goodpastures syndrome, Radiation cystitis e. Trauma : Trauma ginjal (trauma tumpul abdomen), Trauma buli-buli (kateterisasi) f. Hematologi : Terapi antikoagulan, Henoch-Schonlein purpura, Kelainan koagulasi, Sickle cell disease Klasifikasi Hematuria
Dalam mengevaluasi hematuria, terutama
hematuria makroskopik, banyak ahli mencoba untuk mempersempit penyebab yang mungkin melalui klasifikasi stadium dimana perdarahan terjadi selama urinasi. Meskipun klasifikasi ini tidak definitif, namun sering memberikan indikator yang diperlukan untuk pemeriksaan dan tes lebih lanjut. Cont… 1. Hematuria inisial: darah yang muncul saat mulai berkemih, sering mengindikasikan masalah di uretra (pada pria, dapat juga di prostat). 2. Hematuria terminal: darah yang terlihat pada akhir proses berkemih dapat menunjukkan adanya penyakit pada buli-buli atau prostat. 3. Hematuria total: darah yang terlihat selama proses berkemih, dari awal hingga akhir, menunjukkan permasalahan pada buli-buli, ureter atau ginjal. Lokalisasi Darah dapat berasal dari berbagai bagian ginjal, yaitu glomerolus, tubulus, dan intertisium atau saluran kemih, kandung kemih, dan urethra. Patofisiologi Patofisiologi hematuria tergantung pada tempat anatomi pada traktus urinarius dimana kehilangan darah terjadi
Darah yang berasal dari nefron diistilahkan hematuria glomerular
nefronal. Sel darah merah dapat masuk ke ruang urinari dari glomerulus atau, jarang dari tubulus renalis. Gangguan barier filtrasi glomerulus dapat disebabkan abnormalitas turunan atau didapat pada struktur dan integritas dinding kapiler glomerulus. Temuan silinder pada urin merupakan masalah signifikan pada tingkat glomerular. Meskipun demikian, pada penyakit nefron, silinder dapat tidak ditemukan dan hanya ditemukan sel darah merah terisolasi. Adanya proteinuri membantu menunjang perkiraan bahwa kehilangan darah berasal dari glomerulus. Cont… Hematuria tanpa proteinuria atau silinder diistilahkan sebagai hematuria terisolasi (isolated hematuria). Meskipun beberapa penyakit glomerular dapat mengakibatkan hematuria terisolasi, penemuan ini lebih konsisten pada perdarahan ekstraglomerular. Setiap yang mengganggu epitelium seperti iritasi, inflamasi, atau invasi, dapat mengakibatkan adanya sel darah normal pada urin. Gangguan lain termasuk keganasan, batu ginjal, trauma, infeksi, dan medikasi. Juga, penyebab kehilangan darah non glomerular, seperti tumor ginjal, kista ginjal, infark dan malformasi arteri-vena, dapat menyebabkan hilangnya darah masuk kedalam ruang urinari. Pemeriksaan Penunjang Tidak semua pemeriksaan dilakukan ke semua pasien. Pemeriksaan dipilih berdasarkan kemungkinan penyebab hematuria. Tes darah Darah lengkap : deteksi anemia ESR Erythrocyte sedimentation : meningkat pada infeksi dan keganasan Faal ginjal : ureum dan kreatinin Tes urine Tes Dipstick : deteksi darah Miksroskopi : hematuria mikroskopik Sitologi urine : deteksi tumor buli- buli Morfologi sel darah merah dalam urine : deteksi sumber perdarahan Radiologi Foto polos : mayoritas dari kasus batu ginjal, ureter dan buli-buli IVP (intravenous pyelography) Pemeriksaan yang sering digunakan untuk melihat struktur sistem genitourinaria selain pemeriksaan ini lebih murah. Namun, IVP tidak dapat mendeteksi batu saluran kemih yang berukuran diameter <3 cm dan tidak dapat mengevaluasi buli-buli dan uretra sepenuhnya. USG (ultrasonography) : Sangat penting untuk mendeteksi kista dan dapat digunakan pada pasien gagal ginjal (tidak menggunakan kontras). Namun, USG tidak dapat mendeteksi batu saluran kemih yang berukuran diameter < 3 cm dan sangat tidak bermanfaat untuk mengevaluasi uroepitelium. CT scan : CT scan dengan kontras sangat bermakna digunakan untuk mendeteksi massa kecil parenkim ginjal, urolitiasis, dan abses ginjal. Kekurangan CT scan adalah dalam mendeteksi keganasan uroepitelial. MRI : dapat menentukan derajat kanker prostat Patologi Biopsi : karsinoma Biopsi ginjal : dilakukan selepas pemeriksaan rutin ginjal Bedah Semua pemeriksaan di atas tidak dapat melakukan evaluasi dari mukosa buli-buli, maka cystoscopy dilakukan terutama pada pasien berusia >40 tahun dan juga pasien yang masih muda tetapi mempunyai faktor risiko menderita keganasan genitourinaria. Flexicystoscopy : pemeriksaan endoskopi buli-buli bawah pengaruh anestesi lokal Rigid cystoscopy : pemeriksaan endoskopi buli-buli bawah pengaruh anestesi umum Retrograde ureterography : visualisasi ureter dan pelvis renalis Ureteroscopy : pemeriksaan endoskopi ureter via buli-buli Tatalaksana Pada pasien dengan keluhan terdapat darah dalam urin atau hematuria, langkah awal untuk pemeriksaan dilakukan tes urin yaitu tes dipstick. Jika hasilnya positif, dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan sedimen urin untuk melihat apakah terdapat sel darah merah ( eritrosit ). Jika tidak didapatkan sel darah merah, maka dapat dicurigai adanya myoglobinuria atau hemoglobinuria. Pada kasus ini juga, perlu diperhatikan adanya riwayat penggunaan obat-obatan yang menimbulkan efek samping yaitu hematuria. Jika didapatkan sel darah merah dalam sedimen urin, harus dipastikan kembali apakah terdapat pyuria atau bakteriuria, jika ada lakukan kultur urin. Hasil neharif pada kultur urin dapat dicurigai adanya nefritis intertisial. Pada kasus yang positif sel darah merah pada urin, harus dilakukan juga pemeriksaan ada tidaknya protein dalam uri ( proteinuria ), jika tidak ada protein dalam urin atau yang disebut isolated hemturia, maka dilakukan pemeriksaan darah lengkap, prothombin time, partial tromboplastin time dan elektoforesis Hb. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya suatu proses keganasan dan kelainan struktur Pengobatan Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya tergantung pada penyebabnya: Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik. Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat dilakukan ESWL atau pembedahan. Pembesaran prostat, diatasi dengan obat- obatan atau pembedahan. Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker atau kemoterapi. Reference
Pradhan M, Kaplan BS. Evaluation of hematuria. Dalam:
Kaplan BS, Meyers KEC, penyunting. Pediatric nephrology and urology: the requisites in pediatrics. Philadelphia Mosby, 2004. h. 95-102 Meyers KE. Evaluation of hematuria in children. Urol Clin No rth Am 2004; 31(3):559-73. Vehaskari VM, Rapola J, Koskimies O, Savilahti E, Vilska J, Ha llman N. Microscopichaematuria : epidemiology and clinico pathologic evaluation. J Pediatr 1979; 95:676-84.3. Dodge WF, West EF, Smith EH, Bunce H. Proteinuria and he maturia in schoolchildren:epidemiology and early natural \history. J Pediatr 1976; 88:327-47.