Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN


KHUSUS

Disusun Oleh :

Haris Zatnika M

Listia Catrin

Kiki Jakiah

Shinta Amaliana

Uci Nurlatifah

UPBJJ-UT BOGOR

UNIVERSITAS TERBUKA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

Tunanetra merupakan suatu kondisi tidak berfungsinya indera penglihatan pada


seseorang secara sebagian (low vision) atau secara keseluruhan (totally blind). Hal ini dapat
terjadi sebelum
lahir, saat lahir dan setelah lahir. Faktor penyebab ketunanetraan pada masa sebelum kelahiran
(pre- natal) sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak
dalam kandungan. Penyebab ketunatetraan pada masa sejak atau setelah kelahiran (post-natal)
diantaranya kerusakan pada mata atau syaraf mata pada waktu persalinan akibat beturan benda
keras.
Tujuan dari dilakukannya pendidikan untuk tunanetra bukan dari kemampuan kognitif,
melainkan untuk melatih kemandirian anak tunanetra. Setiap tunanetra dituntut untuk dapat
hidup mandiri. Mandiri di sini berarti ia bisa mengurus segala keperluan dirinya sendiri tanpa
bantuan orang lain. Mereka harus dapat hidup mandiri supaya mereka dapat bersosialisasi dan
dapat menciptakan kehidupan yang layak seperti orang normal pada umumnya. Maka dari itu,
tunanetra harus mendapatkan pendidikan yang layak.
Oleh sebab itu, kami membuat makalah ini untuk menjelaskan bagaimana pendidikan
anak tunanetra.
BAB
II ISI

KEGIATAN BELAJAR 1
DEFINISI, KLASIFIKASI PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN TERJADINYA
KETUNANETRAAN

A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI TUNA NETRA


Orang tuna netra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total)
hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan
penglihatannya untuk membaca tulis biasa berukuran 12 poin dalam kedaan cahaya normal

meskipun di bantu dengan kaca mata (kurang awas).


Terdapat sejenis konsensus internasional untuk menggunakan dua jenis definisi sehubung
dengan kehilangan penglihatan, yakni sebagai berikut :

1. Definisi Legal
Yaitu definisi berdasarkan perundang – undangan. Dalam definisi legal ini ada dua spek
yang di ukur yaitu :
a. Ketajaman penglihatan (visual acuity)
b. Medan pandang (visual field)

Cara yang paling umum untuk mengukur ketajaman mata dengan Kartu Snelen yg terdiri
dari huruf huruf atau angka angka yang tersusun berbaris berdasarkan ukuran besarnya. Klasifikasi
ketajaman penglihatan menurut WHO.
Mata normal : 6/6 hingga 6/18
Mata kurang awas : <6/18 hingga >3/60
Buta : <3/60
2. Definisi Edukasional/Fungsional
Yaitu definisi untuk tujuan pendidikan. Secara edukasional, seseorang dikatan tuna netra apabila
untuk kegiatan pembelajarannya dia memerlukan alat bantu khusus, metode khusus atau teknik –
teknik tertentu sehingga dia dapat belajar tanpa penglihatan atau dengan penglihatan yang
terbatas.

B. PENYEBAB TERJADINYA KETUNANETRAAN


Berikut ini beberapa kondisi umum yang dapat menyebabkan ketunanetraan, yang di urut
secara alfabetis.

1. Albinisme
Adalah kondisi yang herediter di mana terdapat kekurangan pigmen pada sebagian atau
seluruh tubuh.

2. Amblyopia
Adalah gangguan penglihatan yang buruk yang tidak di akibatkan oleh suatu penyakit
yang dapat teramati, dan yang tidak dapat di koreksi dengan kaca mata.

3. Buta Warna
Pada umumnya kebutaan warna ini mengenai kedua belah mata, sering kali berupa
hilangnya persepsi terhadap satu atau dua warna dasar (buta warna merah hijau merupakan jenis
bawaan yang paling umum). Tetapi kadang – kadang buta warna total sehingga melihatnya hanya

hitam dan putih.

4. Cedera (Trauma) dan Radiasi


Ini di sebabkan misalnya petani yang menggunakan amonia atau zat kimia yang terkena
mata.

5. Defisiensi Vitamin A – Xerophtalmia


Defisiensi vitamin A merupakan salah satu penyebab utama ketunanetraan pada anak –
anak Indonesia. Defiensi vitamin A dapat mempengaruhi organ – organ tubuh yang lain selain dari
mata.
6. Glaukoma
Glaukoma di sebabkan cairan bening di bagian depan mata tidak mengalir keluar sebagai
mana mestinya., sehingga tekanan yang yang berlebihan terjadi di dalam bola mata. Apa bila
tekanan tidak di kendalikan akan menyebabkan kebutaan.

7. Katarak
Kekeruhan atau keburaman pada lensa matasehingga menghambat masuknya cahaya ke
dalam mata.

8. Kelainan Mata Bawaan


Yaitu kebutaan yang sudah ada sejak lahir.

9. Myopia
Yaitu gangguan penglihatan jarak dekat

10. Nistagmus
Yaitu gerakan – gerakan otot mata yang menghentak – hentak secara tak sadar dan terus
menerus.

11. Opthalmia Neonatorum


Yaitu peradangan mata pada bayi yang baru lahir.

12. Penyakit Kornea dan Pencangkokan Kornea


Salah lihat dapat terjadi cedera pada kornea atau gangguan pada kornea.

13. Retinitis Pigmentosa (RP)


Kondisi ini ditandai dengan degenerasi retina dan choroid, biasanya disertai dengan
perkembangan pigmen yang berlebihan.

14. Retinopati Diabetika


Penyakit ini disebabkan diabetis yang berkepanjangan.
15. Retinopathy Of Prematurity
Ini disebabkan pembedahan bayi yang baru lahir (bayi prematur)

16. Sebeknya dan Lepasnya Retina

Ini di sebabkan sebagai bagian dari proses penuaan.

17. Strabismus
Ini di sebabkan oleh ketidak seimbangan otot – otot mata.

18. Trakoma
Ini disebabkan oleh virus yang menyerang kelopak mata dan kornea.

19. Tumor
Ini disebabkan adanya tumor di bagian mata.

20. Uveitis
Yaitu peradangan mata pada bagian uveitis, yaitu lapisan tengah mata antara sclera dan
retina.
C. PENCAGAHAN TERJADINYA KETUNANETRAAN
Secara Internasional, WHO mempunyai satu strategiyang terdiri dari 3 langkah untuk
memerangi kebutaan dan kurang awas yaitu sebagai berikut :
1. Memperkuat program kesehatan dasar mata di dalam progam pelayanan kesehatan dasar untuk

menhapus faktor – faktor pentebabnya yang dapat di cegah.


2. Mengembangkan pelayanan terapi dan pembedahan untuk menangani secara efektif gangguan
matayang dapat di sembuhkan.
3. Mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan bagi penyandang tunanetra.

Strategi untuk mencegah ketunanetraan pada anak dikembangkan atas tiga tingkat sebagai
berikut :
1. Pencegahan primer : pencegahan berjangkitnya penyakit.
2. Pencegahan sekunder : pencegahan timbulnya komplikasi yang mengancam penglihatan serta
hilangnya penglihatan bila penyakit telah berjangkit.
3. Pencegahan tersier : minimalisasi ketunanetraan yang di akibatkan oleh penyakit atau cedera
yang telah di alami.
KEGIATAN BELAJAR 2
DAMPAK KETUNANETRAAN TERHADAP KEHIDUPAN SESEORANG INDIVIDU

A. PROSES PENGINDRAAN

Organ – organ pengindraan berfungsi memperoleh infor masi dari lingkungan dan
mengirimkannya ke otak untuk di proses, disamping, dan di tindak lanjuti. Masing – masing
organ
peng indraan bertugas memperoleh informasi yang berbeda – beda. Informasi visual seperti warna
dan citra bentuk di peroleh melalui mata.

B. LATIHAN KETERAMPILAN PENGINDRAAN


1. Indra Pendengaran
Melalui latihan, pendengaran menjadi peka terhadap bunyi – bunyi kecil seperti tetesan air
dari kran yang bocor, desau komputer yang lupa tidak di matikan, atau desis kompor gas yang
tidak dimatikan secara sempurna.

2. Indra Peraba
Bagi individu tunanetra, tongkat merupakan perpanjangan fungsi indra perabatongkat
tidak hanya mendeteksi hambatan jalan tetapi juga memberi informasi tentang tekstur permukaan
jalan sehingga orang tunanetra dapat mengetahui apakan yang akan di ijaknya itu tanah becak,
rumput, semen, dam lain – lain.

3. Indra Penciuman
Indra penciuman anak tuna netra dikembangkan untuk membantunya mengenali lingkungan.

4. Sisa Indra Penglihatan


Sebagaian besar orang yang dikatagorikan sebagai tuna netra masih mempunyai sisa
penglihatan dengan tingkat yang sangat bervariasi, begitu pula untuk memanfaatkan sisa
penglihatan tersebut.
C. VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN PERSEPSI OBYEK

1. Visualisasi
Cara lain bagi individu tunanetra untuk mendapatkan kenyamanan di dalam lingkungannya

membantunya bergerak secara mandiri adalah dengan ingatan visual (peta mental), ingatan
kinestetis, serta persepsi obyek.

2. Ingatan Kinestetis
Ingatan kinestetis adalah ingatak tentang kesadaran gerak otot yang di hasilkan oleh
interaksi antara indra peraba dan keseimbangan (yang dikontrol oleh sistem vestibular, yang
berpusat dibagian atas dari telinga bagian dalam.

3. Persepsi Obyek (Object Perception)


Kemampuan persepsi objek ini perlu dilatihkan kepada anak – anak tunanetra.
Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang mampu menggunakan persepsi ini dengan baik dapat
melindungi dirinya dari menabrak benda – benda besar, dan mendapatkan rasa aman bila berjalan
di sepanjang pagar tinggi atau dinding bangunan tanpa menyentuh dengan tangannya atau
tongkatnya.
D. BAGAIMANA CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA

1. Cara Menuntun Orang Tuna Netra


a. Kontak Pertama

Setelah atau sambil mengkomunikasikan tawaran Anda untuk menuntun, sentuhlah


punggung tangan anda kepunggungtangannya. Ini dimaksudkan agar orang tuna netra dapat
mengetahui dengan pasti bagian lengan anda yang harus di pegang sebagai tumpuan tuntunan.

b. Jalan Sempit
Bila berjalan melalui jalan sempit seperti jalan di antara baris – baris kursi, pintu,
pematangan, dan sebagainya yang tidak cukup di lalui dua orangyang berjalan berdampingan,
tariklah lengan anda ke belakang punggung anda dia akan merspon dengan meluruskan
lengannya sehingga akan berjalan satu langkah di belakang anda.

2. Cara Mengorientasikan
Jika anda ingin menunjukkan arah menuju suatu tempat atau benda kepada seorang
tunanetra, anda tidak sekedar meninjuk sembil mengatakan kesana “atau kesini”. Anda harus
spesifik. Misalnya, kekiri 10 meter ke depan, di sebelah kiri, 5 langkah ke kanan diatas TV dan
sebagainya.
KEGIATAN BELAJAR 3
PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH UMUM DALAM SETTING
PENDIDIKAN INKLUSIF

A. KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN SISWA TUNANETRA

Kebutuhan pendidikan khusus yang di ciptakan oleh ketunanetraan itu dapat di rangkum
sebagai berikut :
1. Kehilangan penglihatan dapat mengakibatkan terlambatnya perkembangan konsep yang
apabila tidak mendapat intervensi yang efektif, berdampak sangan buruk bagi
perkembangan sosial, emosi, akademik, dan vokasionalnya.

2. Siswa tunanetra sering harus belajar melalui media alternatif, menggunakan indra – indra
lain.

3. Siswa tuna netra sering memerlukan pengajaran secara individual karena pengajaran
klasikal untuk belajar ketrampilan – keterampilan khusus mungkin tidak akan begitu
bermakna baginya.

4. Siswa tunanetra sering membutuhkan keterampilan – keterampilan khusus serta buku


materi dan peralatan khusus untuk belajar melalui media alternatif.

5. Siswa tunanetra terbatas dalam memperoleh informasi melalui belajar secara insidental
karena mereka tidak menyadari adanya kegiatan – kegiatan kecil yang terjadi di
lingkungannya. Agar siswa tunanetra dapat berhasil dalam belajarnya bersama dengan
teman – teman sebayanya yang awas, sekolah harus memperhatikan kebutuhan
khususnya, terutama yang terkai dengan ketunanetraannya, dan sekolah harus berusaha
memenuhi kebutuhan khususnya.
B. STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN

1. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran pada dasrnya adalah pendaya gunaan secara tepat dan optimal dari

semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pelajaran,
media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar, dan evaluasi sehingga proses pembelajaran tersebut
berjalan dengan efektif dan efisien.

2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat di bedakan menjadi
a. Media untuk menjelaskan konsep (alat peraga)
b. Media untuk membentu kelancaran proses pembelajaran (alat bantu pembelajaran)

Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada anak tunanetra pada dasarnya sama
dengan yang dilakukan terhadap anak awas, namun ada sedikit perbedaan yang menyangkut materi
tes/soal dan teknik pelaksanaan tes. Materi tes atau pertanyaan yang diajukan kepada anak
tunanetra tidak mengandung unsur – unsur yang memerlukan persepsi visual dan apa bila
menggunakan tes tertulis, soal hendaknya diberikan dalam huruf braille atau menggunakan rider
apabila menggunakan huruf awas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tunanetra merupakan sebutan bagi orang yang mengalami kerusakan/tidak bisa melihat
benda/gambar/slide yang ada di lingkungan sekitar. Akan tetapi secara umun tunanetra
digunakan untuk menggambarkan tingkat kerusakan atau gangguan yang berat sampai pada yang
sangat berat, yang dikelompokkan secara umum menjadi buta dan kurang lihat. Tunanetra
diklasifikasikan menjadi 5 hal, yaitu berdasarkan saat terjadinya ketunanetraan, berdasarkan
kemampuan daya penglihatan, berdasarkan pada pemeriksaan klinis, berdasarkan adapasi
pendidikan, berdasarkan pada kelainan-kelainan yang terjadi pada mata. Penyebab terjadinya
ketunanetraan dapat dikelompokkan berdasarkan waktu penyebaran, yaitu prenatal dan
postnatal. Disamping itu juga

dikarenakan oleh beberapa penyakit seperti rubella dan syphilis, glaucoma, diabetic retinopathy.
Anak tunanetra memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak normal dalam aspek akademik
dan pribadi sosial, fisik/sensoris dan motoris/perilaku. Contohnya di bidang sosial, anak tunanetra
biasanya mudah curiga pada orang lain, mudah tersinggung, ketergantungan orang lain, dan
sebaginya.
Ada bebrapa cara untuk mencegah terjadinya tunanetra diantaranya pencegahan secara medis, sosial
dan edukatif. Dalam proses belajar, tunanetra memerlukan strategi pembelajaran khusus yang
harus dilakukan. Disamping itu guru harus memahami prinsip-prinsip dasar dalam pembelajaran
anak tunanetra, seperti prinsip individual, prinsip kekongkretan, prinsip totalitas, prinsip aktivitas
mandiri.

B. Saran
Dalam menghadapi anak tunanetra hendaknya perlu penanganan khusus sehingga anak
tunanetra tersebut tidak merasa diduakan oleh orang lain, serta agar kebutuhan khusus anak
tunanetra dapat terpenuhi. Untuk masalah evaluasi terhadap hasil belajar anak tunanetra
hendaknya secara objektif, tidak membandingkan dengan anak normal dalam hal ini di sekolah
terpadu.

Anda mungkin juga menyukai