Anda di halaman 1dari 24

Modul

PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA

KB 1
Definisi, Klasifikasi, Penyebab, dan
Cara Pencegahan Terjadinya
Ketunanetraan
Disusun oleh :

Farkhatun Awaliyah F. (857775202)


Indrawati (857767545)
Quni Musyabihah (857767545)
Riska Dwi Oktaviani (857775227)
• Definisi Dan Klasifikasi Tunanetra
Ada dua jenis definisi sehubungan dengan kehilangan penglihatan berikut ini :
1. Definisi legal (definisi berdasarkan peraturan perundang-undangan)
❖ ketajaman penglihatan (visual acuity)
❖ Medan pandang (visual field)
2. Definisi edukasional (definisi untuk tujuan pendidikan)
definisi edukasional mengenai ketunanetraan lebih dapat memenuhi persyaratan
daripada definisi legal oleh karenanya dapat meunjukkan :
➢ metode membaca dan metode pembelajaran membaca yang mana yang sebaiknya
dipergunakan
➢ alat bantu serta bahan ajar yang sebaiknya dipergunakan
➢ Kebutuhan yang berkaitan dengan orientasi dan mobilitas.
• Kelompok Ketunanetraan
1.Buta(Blink) atau tunanetra berat
2.Kurang awas(low vision) atau tunanetra ringan

Penyebab terjadinya ketunanetraan


• Menurut Mason dan McCall 1999 dinegara-Negara ini kasus kebutaan yang
disebabkan oleh kondisi kelainan genetis bawaan, retinopathy of prematurity atau
kerusakan jalur penglihatan, relative kecil proporsinya.
• Menurut Gslanturi, 2004 penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah katarak,
glaucoma, kelainan refraksi, penyakit kornea, retina dan kekurangan Vitamin A
Kondisi yang dapat menyebabkan ketunanetraan yaitu :

 Albinisme  Ophthalmia Neonatorum


 Ambiyopia  Penyakit Kornea dan
 Buta Warna Pencangkokan Kornea
 Cedera dan Radiasi  Retinitis Pigmentosa
 Defisiensi Vitamin A  Retinopati Diabetika
Xerophthalmia  Retinopati of Prematurity
 Glaukoma  Sobeknya dan lepasnya retina
 Katarak  Strabismus
 Kelainan Mata Bawaan  Trakhoma
 Myopia (Penglihatan Dekat)  Tumor
 nistagmus  uveitis
Pencegahan Terjadinya Ketunanetraan

Vision 2020 akan memungkinkan masyarakat internasional


untuk memerangi kebutaan yang dapat dihindari melalui :
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit
 Pelatihan personel
 Memperkuat Infrastruktur perawatan mata yang ada
 Penggunaan teknologi yang tepat dan terjangkau
 Mobilisasi sumber-sumber
Stategi untuk mencegah ketunanetraan :

1. Pencegahan Primer

2. Pencegahan sekunder

3. Pecegahan tersier
Sepuluh Strategi gangguan-gangguan yang mengakibatkan ketunanetraan
sebagai berikut :

• Prophylaxis
• Penyuluhan genetika
• Imunisasi
• Perundang-undangan
• Perawatan kehamilan yang tepat
• Deteksi dan intervensi dini
• Perawatan neonatal
• Meningkatkan hygiene dan
• Perbaikan gizi
perawatan kesehatan
• pendidikan
KB 2

Dampak Ketunanetraan Terhadap


Kehidupan Seorang Individu
Proses Pengindraan

Outside World

Sendory Perception

Linguistic
Non Linguistic
Effevtive

Memory
LATIHAN KETERAMPILA PENGINDRAAN

1. Indra Pendengaran
• Dengan dilatih, pendengaran juga akan mejadi peka terhadap bunyi-bunyi. Dengan
melatih keterampilan pendengaran tanpa menggunakan indra penglihatan kita akan
dapat menyadari apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang disekitar.
• Dengan teknologi, berbagai peralatan dapat dimodifikasi agar dapat memberikan
informasi auditer, misalnya computer, jam tangan, thermometer, dll. Dapat diakses
oleh tunanetra setelah dibuat bersuara.
2. Indra Perabaan
Indra perabaan dapat memberikan informasi yang biasanya kita perole melalui indra
penglihatan.
3. Indra Penciuman
Betapa banyak bahan makanan yang dapat kita kenali melalui indra penciuman.
Misalnya jika kita tidak dapat membedakan Antara kunyit dan jahe melalui perabaan
kenalilah baunya.

4. Sisa Indra Penglihatan


Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai tunanetra masih mempunyai sisa
penglihatan (low vision). Kebanyakan orang low vision dapat merespon secara baik
terhadap warna-warna kontras, dan mereka harus memanfaatkannya dengan sebaik-
baiknya.
VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN PERSEPSI
OBYEK
1. Visualisasi
Cara lain bagi individu tunanetra untuk mendapatkan kenyamanan di dalam
lingkungannya dan membantunya bergerak secara mandiri adalah dengan
menggunakan ingatan visual (visual memory) atau visualisasi (juga disebut peta
mental), yang tepat agar tetap menjadi bagian dari kehidupan yang normal.
2. Ingatan Kinestetik
Ingatan Kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran gerak otot yang dihasilkan oleh
interaksi antara indra peraba (tactile), propriosepsi dan keseimbangan yang dikontrol
oleh sistem vestibular, yang berpusat di bagian atas dari telinga bagian dalam. Sistem
ini peka terhadap percepatan, posisi, dan gerak kepala.
3. Persepsi Obyek (Object Perception)
Banyak tunanetra yang sudah berpengalaman banyak dalam berpergian secara
mandiri, akan mengembangkan suatu kemampuan yang mungkin turut membentuk
anggapan orang bahwa individu tunanetra memiliki indra keenam atau sekurang-
kurangnya memberi kesan bahwa dia mempunyai indra pendengaran yang lebih
tajam. Kemampuan ini disebut persepsi obyek (object perception).
CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA

1. CARA MENUNTUN ORANG TUNANETRA

Harus memperhatikan hal-hal berikut:


• Kontak pertama - Melewati tangga
• Cara memegang - Melangkahi lubang
• Posisi pegangan - Duduk di kursi
• Jalan sempit - Naik ke dalam mobil
• Membuka/menutup pintu
CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA
2. CARA MENGORIENTASIKAN
 Jika kita menunjukkan arah menuju suatu tempat atau benda kepada
seorang tunanetra, kita tidak bisa sekedar menunjukkan sambil
mengatakan “ke sana” “ke sini”. Kita harus lebih spesifik. Misalnya : kira-
kira 10 meter ke depan; di sebelah kiri; 5 langkah ke kanan; ke atas TV;
dsb.
 Untuk lingkungan yang kecil, kita dapat menggunakan putaran jam sebagai

rujukan. Misalnya, ketika kita ingin memberitahukan letak makanan di


dalam piring seorang tunanetra yang akan makan, kita dapat mengatakan
ikan ada di jam 9, sambal di jam 12, tahu di jam 6, dst.
KB 3 :

Pendidikan Bagi Siswa Tunanetra di Sekolah


Umum dalam Setting Pendidikan Inklusif
KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN SISWA TUNANETRA
1. Pengembangan Konsep
Konsep adalah simbol atau istilah yang menggambarkan suatu obyek, kejadian,
atau keadaan tertentu.
Hills dan Blasch (1980) mengklasifikasi jenis konsep yang diperlukan oleh anak
tunanetra;
1. Konsep Tubuh : kemampuan untuk mengidentifikasi atau mengenali nama
bagian tubuh serta mengetahui lokasi, gerkan, hubungannya dengan bagian
tubuh lain, dan fungsi bagian-bagian tubuh tersebut.
2. Konsep Ruang : mencakup posisi atau hubungan
3. Konsep Lingkungan
2. Teknik Alternatif dan Alat Bantu Belajar Khusus
Teknik alternatif adalah cara khusus (baik dengan ataupun tanpa
alat bantu khusus) yang memanfaatkan indra-indra nonvisual atau
sisa indra penglihatan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang
normalnya dilakukan dengan indra penglihatan.
Contoh : Jam tangan brille, jam tangan bicara, komputer bicara,
komputer dengan printer braille, dll.

3. Keterampilan Sosial/Emosional
Agar efektif dalam interaksi sosial, anak tunanetra perlu memiliki
keterampilan tertentu, seperti keterampilan penggunaan bahasa
non verbal atau bahasa tubuh (body language)
4. Keterampilan Orientasi dan Mobilitas
Kemapuan mobilitas, yaitu keterampilan untuk bergerak secara
leluasa di dalam lingkungannya.
Kemampuan orientasi, yaitu kemampuan untuk memahami
hubungan lokasi antara satu obyek dengan obyek lainnya di dalam
lingkungan (Hill dan Ponder, 1976)
Untuk membantu mobilitas tunanetra alat bantu yang umum
dipergunakan adalah tongkat, anjing penuntun, dan alat elektronik.
5. Keterampilan menggunakan Sisa Penglihatan
Sebagian besar orang tunanetra masih memiliki sisa penglihatan
yang fungsional, dan banyak di antara mereka masih dapat
membaca dan menulis menggunakan tulisan biasa dengan
pengaturan pada satu atau tiga aspek berikut. Pencahayaan,
penggunaan kaca mata, dan magnifikasi (pembesaran tampilan
tulisan).
Alat bantu low vision yang paling efektif adalah cahaya dan
kacamata yang cocok
STARTEGI PEMBELAJARAN TUNANETRA

1. Pembelajaran deduktif atau induktif


2. Pembelajaran ekspositorik atau heuristik
3. Pembelajaran seorang guru atau beregu (team teaching)
4. Pembelajaran klasikal, kelompok kecil, atau individual
5. Pembelajaran tatap muka atau melalui media
6. Strategi individualisasi: Program Pendidikan Individualisasi (PPI)
7. Strategi Kooperatif
8. Strategi modifikasi perilaku
MEDIA PEMBELAJARAN TUNANETRA

1 . Alat Peraga
Objek atau situasi sebenarnya, benda asli yang diawetkan, model dua
dimensi, dan model tiga dimensi.

2. Alat Bantu Pembelajaran


Alat bantu untuk baca-tulis, alat bantu untuk membaca, alat bantu
untuk berhitung dan alat bantu untuk audio.
EVALUASI PEMBELAJARAN

Hal yang harus diperhatikan saat melakukan evaluasi pada anak tunanetra:

1. Soal dalam bentuk huruf Braille, sedangkan untuk siswa low vision
disesuaikan dengan kemampuan penglihatannya.
2. Guru harus bersikap objektif dalam mengevaluasi pencapaian prestasi
belajar siswa tunanetra sesuai dengan kemampuannya.
3. Waktu pelaksanaan tes hendaknya lebih lama karena didasarkan pada
pertimbangan bahwa waktu yang digunakan siswa tunanetra untuk
membaca dan menulis huruf Braille.
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai