Anda di halaman 1dari 1

Reformasi Birokrasi

Peristiwa tahun 1997-1998 Indonesia mengalami krisis moneter. Tekanan datang dari
dalam maupun luar negeri. Dimana hal tersebut mengakibatkan kinerja ekonomi yang buruk,
perubahan struktur social masyarakat, dan perubahan struktur politik bangsa. Pemerintah
sepertinya sulit mengatasi masalah ini untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi, social, dan
politik yang ada. Disisi lain, penurunan kinerja birokrasi juga terjadi, dimana hal itu
berpengaruh terhadap kinerja suatu bangsa secara menyeluruh. Bahkan hingga saat ini proses
pelayanan juga sering disalahgunakan oleh para pejabat atau tidak melayani dengan
semestinya. Untuk menilai seni estetika seorang birokrat pemerintahan harus dipertanyakan
cipta, rasa, dan karsanya yang biasa disebut dengan EQ (Emotional Question) dan dipilah-
pilah keberadaan cipta, rasa dan karsa tersebut (Emotional Quotient) (Inu, 2019: 41).

Birokrasi sendiri berkaitan dengan pelayanan publik. Keberhasilan suatu negara juga
tercermin dari birokrasi yang ada.
Birokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan atau pengaturan yang dilakukan dari meja ke
meja secara terpisah. Maksud dilakukannya peraturan dan pengambilan keputusan secara
terpisah-pisah itu adalah untuk menghindarkan terjadinya subjektivitas keputusan dan
pengawasan pada satu tangan. Demikian pula dalam hal pengangkatan pejabatnya tidak
didasarkan kehendak penguaasa, tetapi didasarkan persyaratan-persyaratan yang objektif,
seperti pendidikan, keahlian, pengalaman, dan senioritas.1

Empat tahun setelah peristiwa 1998 tidak ada kemajuan yang berarti, bahkan kondisi
birokrasi pemerintahan sendiri semakin mengkhawatirkan. Terlihat juga semakin transparansi
para birokrat melakukan tindak korupsi dan juga dipertanyakan akuntabilitas publik saat ini.
Perkembangan Teknologi Informasi saat ini berlangsung sangat pesat. TI dapat dimanfaatkan
birokrasi dalam meningkatkan layanan publik. Dalam reformasi birokrasi sasarannya
memang memberikan layanan yang lebih efisien, efektif, dan transparan. Roes Setiyadi,
(2003) Teknologi diyakini sebagai alat pengubah dan juga berperan dalam proses perubahan
social masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemerintah dalam
hubungannya dengan masyarakat.

1
Ngadisah, “Pengertian dan Teori-teori Klasik Birokrasi” Repository, 2015, hal.7

Anda mungkin juga menyukai