Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS

MODUL 4
PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA
OLEH
OLEH
KELOMPOK 4:
KELOMPOK 3

1. Andrianto
ENI PRA SETYO ELOK PRIHATIN (07 /858665223)
2. Andini
2. MUCHAMMAD RIDWAN (17/85 8665438)
3. Sa’diyah
3. NURFITA IN (22/858663541)
4. FAJR TIN (24/858665359)
URUL HIDAYA DA (34/858670873)
N UPRAPTI WE
5.
KB 1
DEFINISI, KLASIFIKASI, PENYEBAB,
DAN CARA PENCEGAHAN
TERJADINYA KETUNANETRAAN

MODUL 4
PENDIDIKAN ANAK
TUNANETRA

KB 2 KB 3
PENDIDIKAN BAGI SISWA
DAMPAK TUNANETRA DI
KETUNANETRAAN SEKOLAH UMUM DALAM
TERHADAP KEHIDUPAN SETTING PENDIDIKAN
SEORANG INDIVIDU INKLUSI
KB 1
DEFINISI, KLASIFIKASI, PENYEBAB, DAN CARA PENCEGAHAN
TERJADINYA KETUNANETRAAN

A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI TUNANETRA

• Persatuan Tunanetra Indonesia/Pertuni (2004) mendefinisikan sebagai


berikut : Orang Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan
sama sekali ( buta total ) hingga mereka yang masih memiliki sisa
penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya.
• Tunanetra didefinisikan untuk keperluan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan (definisi legal ) dan definisi untuk tujuan pendidikan ( definisi
edukasional)
• Definisi legal di fokuskan pada 2 aspek yaitu ketajaman penglihatan (visual
acuity ) dan medan pandang ( visual field)
• Definisi untuk tujuan pendidikan yaitu seorang dikatakan tunanetra apabila
untuk kegiatan pembelajaran dia memerlukan alat bantu khusus, metode
khusus atau teknik tertentu sehingga dia dapat belajar tanpa penglihatan
atau dengan penglihatan yang terbatas.
Berdasarkan cara pembelajaran tunanetra dibagi menjadi 2 yaitu :

 Tunanetra berat (blind) dia sama sekali tidak memiliki peglihatan


penglihatan atau hanya memiliki persepsi cahaya sehingga
untuk
keperluan belajarnya dia menggunakan indra-indra non penglihatan.

 Tunanetra ringan (low vision) yaitu apabila seorang penglihatannya


masih sedemikian buruk tetapi fungsi penglihatannya
dapat ditingkatkan melalui alat-alat bantu optic dan modifikasi
lingkungan.
B. PENYEBAB TERJADINYA KETUNANETRAAN

Beberapa kondisi umum yang dapat


ketunanetraan yaitu albinisme, amblyopia, buta warna, cedera
menyebabkan
(trauma) dan radiasi, defisiensi vitamin A-Xerophthalmia,
glaucoma, katarak, kelainan mata bawaan, myopia ( penglihatan
dekat), nistagmus, opthalmia neonatorum, penyakit kornea dan
pencangkokan kornea, retinitis pigmentosa, retinopati doabetika,
retinopathy of premature, sobeknya dan lepasnya retina,
strabismus, trakhoma, tumor, serta Uveitis.
C. PENCEGAHAN TERJADINYA KETUNANETRAAN

Strategi untuk pencegahan ketunanetraan pada


anak yaitu :
a. Pencegahan berjangkitnya penyakit
b. Pencegahan timbulnya komplikasi yang mengancam
penglihatan bila penglihatan telah terjangkit
c. Meminimalisasi ketunanetraan yang
diakibatkan oleh penyakit atau cidera yang
telah dialami.
KB 2
DAMPAK KETUNANETRAAN TERHADAP KEHIDUPAN SEORANG
INDIVIDU

A. PROSES PENGINDRAAN
Organ-organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari lingkungan
dan mengirinkannya ke otak untuk diproses, disimpan, dan ditindaklanjuti.
Semua informasi yang dipersepsi melalui organ-organ pengindraan itu
melewati 3 prosesor dan dikodekan dalam bentuk linguistik, nonlinguistik, atau
afektif. Hubungan antara ketiga prosesor tersebut dengan informasi yang
dipersepsi melalui indra-indra itu digambarkan sebagai berikut :

Linguistic

Sensory
Outside World Non Linguistic Memory
Perception

Afffective

Sumber : Robert J. Marzano, 1998


B. LATIHAN KETERAMPILAN PENGINDRAAN

Melalui latihan, pendengaran menjadi peka terhadap bunyi-bunyi


kecil seperti tetesan air dari keran yang bocor, desau komputer yang
lupa dimatikan, atau desis kompor gas yang belum dimatikan secara
sempurna. Oleh karena itu, tanpa menggunakan indra penglihatan,
seorang tunanetra dapat menyadari apa yang sedang dilakukan oleh
orang-orang disekitar anda melalui sumber informasi bunyi yang ada.
C. VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN PERSEPSI OBYEK

 Cara lain bagi individu tunanetra untuk mendapatkan kenyamanan di


dalam lingkungannya dan membantunya bergerak secara mandiri adalah
dengan menggunakan ingatan visual (visual memory) atau visualisasi
(juga disebut peta mental)
 Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran gerak otot yang
dihasilkan oleh interaksi antara indra perabaan (tactile), propriosepsi
dan keseimbangan (yang dikontrol oleh sistem vestibular, yang berpusat
di bagian atas dari telinga bagian dalam. Sistem ini peka terhadap
percepatan, posisi,dan gerakan kepala.
 Persepsi objek (object perception) yaitu suatu kemampuan yang
memungkinkan individu tunanetra itu menyadari bahwa suatu benda
hadir di sampingnya atau dihadapannya meskipun dia tidak memiliki
penglihatan sama sekali dan tidak menyentuh benda itu.
D. BAGAIMANA CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA

 Cara membantu tunanetra jika perlu mendampingi


saat bepergian dan cara megorientasikan seorang
tunanetra pada lingkungan baru yaitu :
1. Menuntun orang tunanetra
2. Mengorientasikan lingkungan sehingga
memberikan kenyamanan bagi orang tersebut.
KB 3
PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH UMUM DALAM SETTING
PENDIDIKAN INKLUSI

A. KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN SISWA TUNANETRA

• Layanan pendidikan bagi siswa tunanetra tidak hanya dilaksanakan disekolah


khusus atau SLB-A, namun dapat juga dilaksanakan dengan siswa-siswa pada
umumnya dalam seting pendidikan inklusif.
• Tujuan pendidikan bagi anak tunanetra yaitu mampu berkomunikasi secara efektif,
memiliki kompetensi sosial, mampu bekerja, dan memiliki kemandirian pribadi.
• Kebutuhan khusus tunanetra yaitu pengembangan konsep, teknik alternative dan
alat bantu belajar khusus, keterampilan sosial /emosional, keterampilan orientasi
dan mobilitas, keterampilan menggunakan sisa penglihatan.
• Prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran anak tunanetra di antaranya
individual, kekongritan/pengalaman pengindraan, totalitas dan aktivitas mandiri.
B. STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Strategi Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran , dapat digunakan berbagai macam
strategi pembelajaran yang didasarkan pada pertimbangan
tertentu, antara lain sebagai berikut :
deduktif
Berdasarkan pertimbangan pengolahan
pesan induktif

ekpositorik
Berdasarkan pihak pengolah pesan
heuristik

Seorang guru
Berdasarkan pertimbangan peraturan guru
beregu

klasikal

Berdasarkan pertimbangan jumlah siswa Kelompok kecil

individual

Tatap
Berdasarkan interaksi guru dan siswa muka
Melalui media
2. Media Pembelajaran
Menurut fungsinya, media pembelajaran dapat dibedakan
menjadi : media untuk menjelaskan konsep (alat peraga) dan
media untuk membantu kelancaran proses pembelajaran
(alat bantu pembelajaran).
a. Alat peraga yang dapat digunakan dalam pembelajran
anak tunanetra meliputi : objek atau situasi sebenarnya,
benda asli yang diawetkan, tiruan/model (tiga dimensi
dan dua dimensi), serta gambar (yang tidak
diproyeksikan dan yang diproyeksikan).
b. Alat bantu pembelajaran, antara lain meliputi : alat bantu
menulis huruf Braille (reglet, pen, danmesin ketik
alat bantu berhitung (cubaritma,
Braille);
abacus/sempoa, talking calculator), serta alat bantu yang
bersifat audio seperti tape recorder, komputer bicara dsb.
C. EVALUAS
EVALUASI PEMBELAJARAN
BELAJARA
N

 Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada anak


tunanetra pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada
anak awas, namun ada sedikit perbedaan yang menyangkut
materi tes/soal dan teknik pelaksanaan tes.
 Materi tes yang diajukan pada anak tunanetra tidak
mengandung unsure-unsur yang memerlukan persepsi
visual, dan apabila menggunakan tes tertulis soal hendaknya
diberikan dalam huruf Braille atau menggunakan rider
apabila memggunakan huruf awas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai