Anda di halaman 1dari 29

KELOMPOK 4

1. Damari 857948625
2. Sudarmanto 857948664
MODUL 4

PENDIDIKAN
ANAK TUNANETRA
KB 1 :
Definisi, Klasifikasi, Penyebab,
dan Cara Pencegahan
Terjadinya Ketunanetraan
Definisi Dan Klasifikasi
Tunanetra
Ada dua jenis definisi sehubungan
dengankehilangan penglihatan berikut
ini :
1. Definisi legal (definisi berdasarkan
peraturan perundang-undangan)
Ketajaman penglihatan ( visual acuity
)
Medan pandang ( visual field)

2. Definisi edukasional
(definisi untuk tujuan pendidikan).
Definisi edukasional mengenai ketunanetraan
lebih dapat memenuhi persyaratan daripada
definisi legal oleh karenanya dapat
menunjukkan :
Metode membaca dan metode pembelajaran
membaca yang mana yang sebaiknya
dipergunakan
Alat bantu serta bahan ajar yang sebaiknya
dipergunakan
Kebutuhan yang berkaitan dengan orientasi
dan mobilitas.
Kelompok Ketunanetraan

1. Buta (Blink) atau tunanetra


berat
2. Kurang awas (low vision) atau
tunanetra ringan
Penyebab Terjadinya Ketunanetraan
 Menurut Mason & McCall 1999 dinegara-
negara ini kasus kebutaan yang disebabkan
oleh kondisi kelainan genetis bawaan,
retinopathy of prematurity atau kerusakan
jalur penglihatan, relative kecil
proporsinya.
 Menurut Gsianturi, 2004 penyebab utama
kebutaan di Indonesia adalah katarak,
glaucoma, kelainan refraksi, penyakit
kornea, retina dan kekurangan Vitamin A.
Kondisi Yang Dapat Menyebabkan
Ketunanetraan yaitu :
 Albinisme  Ophthalmia Neonatorum
 Amblyopia  Penyakit Kornea dan
 Buta Warna Pencangkokan Korea
 Cedera(Trauma) dan
Radiasi  Retinitis Pigmentosa ( RP )
 Defisiensi Vitamin A –  Retinopati Diabetika
Xerophthalmia  Retinopati of Prematurity
 Glaukoma
 Sobeknya dan Lepasnya Retina
 Katarak
 Kelainan Mata Bawaan  Strabismus
 Myopia ( Penglihatan  Trakhoma
Dekat )  Tumor
 Nistagmus
 Uveitis
Pencegahan Terjadinya Ketunanetraan
Vision 2020 akan memungkinkan masyarakat
internasional untuk memerangi kebutaan yang
dapat dihindari melalui :
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
Pelatihan personel
Memperkuat infrastruktur perawatan mata
yang ada
Penggunaan teknologi yang tepat dan
terjangkau
Mobilisasi sumber-sumber
Strategi untuk mencegah
ketunanetraan :
Sepuluh strategi gangguan-gangguan yang
mengakibatkan ketunanetraan sbb :
 Pendidikan
 Prophylaxis
 Penyuluhan genetika
 Imunisasi
 Perundang-undangan
 Perawatan
 Deteksi dan
kehamilan yang
tepat intervensi dini
 Perawatan  Meningkatkan
neonatal hygiene dan
 Perbaikan gizi
perawatan kesehatan
KB 2:
Dampak Ketunanetraan
Terhadap Kehidupan
Seorang Individu
Proses Pengindraan
LATIHAN KETERAMPILAN
PENGINDRAAN
1. INDRA PENDENGARAN
Dengan dilatih, pendengaran juga akan
menjadi peka terhadap bunyi-bunyi. Dengan
melatih keterampilan pendengaran tanpa
menggunakan indra penglihatan kita akan dapat
menyadari apa yang sedang dilakukan oleh
orang-orang di sekitar
Dengan teknologi, berbagai peralatan dapat
dimodifikasi agar dapat memberikan informasi
auditer, misalnya komputer, jam tangan,
termometer, dll dapat diakses oleh tunanetra
setelah dibuat bersuara.
LATIHAN KETERAMPILAN
PENGINDRAAN
2. INDRA PERABAAN
Indra perabaan dapat memberikan informasi
yang biasanya kita peroleh melalui indra
penglihatan.

3. INDRA PENCIUMAN
Betapa banyak bahan makanan yang dapat kita
kenali melalui indra penciuman.
Misalnya, jika kita tidak dapat membedakan
antara kunyit dan jahe melalui perabaan
kenalilah baunya.
LATIHAN KETERAMPILAN
PENGINDRAAN
4. SISA INDRA PENGLIHATAN
Sebagian besar orang yang dikategorikan
sebagai tunanetra masih mempunyai sisa
penglihatan (low vision). Kebanyakan orang
low vision dapat merespon secara baik
terhadap warna-warna kontras, dan mereka
harus memanfaatkannya dengan sebaik-
baiknya.
VISUALISASI, INGATAN
KINESTETIK, DAN PERSEPSI
1.Visualisasi OBYEK
Cara lain bagi individu tunanetra untuk
mendapatkan kenyamanan di dalam
lingkungannya dan membantunya bergerak
secara mandiri adalah dengan menggunakan
ingatan visual ( visual memory) atau visualisasi
(juga disebut peta mental). yang tepat agar
tetap menjadi bagian dari kehidupan yang
normal.
VISUALISASI, INGATAN
KINESTETIK, DAN PERSEPSI
OBYEK
2.Ingatan Kinestetik
Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang
kesadaran gerak otot yang dihasilkan oleh
interaksi antara indra perabaan (tactile),
propriosepsi dan keseimbangan yang
dikontrol oleh sistem vestibular, yang
berpusat di bagian atas dari telinga bagian
dalam. Sistem ini peka terhadap
percepatan, posisi, dan gerakan kepala.
VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN
PERSEPSI OBYEK
3. Persepsi Obyek (Object Perception)
Banyak tunanetra yang sudah
berpengalaman banyak dalam bepergian
secara mandiri, akan mengembangkan
suatu kemampuan yang mungkin turut
membentuk anggapan orang bahwa
individu tunanetra memiliki indra
keenam atau sekurang-kurangnya
member kesan bahwa dia mempunyai
indra pendengaran yang lebih tajam.
Kemampuan ini disebut persepsi obyek
(object perception)
CARA MEMBANTU SEORANG
TUNANETRA
1.CARA MENUNTUN ORANG TUNANETRA
Harus memperhatikan hal-hal berikut:
 Kontak pertama  Melewati Tangga
 Cara memegang  Melangkahi
 Posisi pegangan lubang
 Duduk di kursi
 Jalan sempit
 Naik ke dalam
 Membuka/
mobil
menutup pintu
CARA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA
2. CARA MENGORIENTASIKAN
Jika kita menunjukkan arah menuju suatu tempat
atau benda kepada seorang tunanetra, kita tidak
bisa sekedar menunjukkan sambil mengatakan “ke
sana” ke sini”. Kita harus lebih spesifik. Misalnya:
kira-kira 10 meter ke depan; di sebelah kiri; 5
langkah ke kanan; di atas TV; dsb.
Untuk lingkungan yang kecil, kita dapat
menggunakan putaran jam sebagai rujukan.
Misalnya, ketika kita ingin memberitahukan letak
makanan di dalam piring seorang tunanetra yang
akan makan, kita dapat mengatakan ikan ada di
jam 9, sambal di jam 12, tahu di jam 6, dst.
KB 3 :
Pendidikan Bagi Siswa
Tunanetra di Sekolah Umum
dalam Setting Pendidikan
Inklusif
KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN
SISWA TUNANETRA
1. Pengembangan Konsep
Konsep adalah simbol atau istilah yang menggambarkan suatu
obyek, kejadian, atau keadaan tertentu.

Hills dan Blasch (1980) mengklasifikasi jenis konsep yang


diperlukan oleh anak tunanetra
1. Konsep Tubuh : kemampuan untuk mengidentifikasiatau
mengenali nama bagian tubuh serta mnegetahui lokasi,
gerakan, hubungannya dengan bagian tubuh lain, dan fungsi
bagian-bagian tubuh tersebut
2. Konsep Ruang : mencakup posisi atau hubungan
3. Konsep Lingkungan
2. Teknik Alternatif dan Alat Bantu Belajar Khusus
Teknik alternatif adalah cara khusus (baik dengan ataupun
tanpa alat bantu khusus) yang memanfaatkan indra-indra
nonvisual atau sisa indra penglihatan untuk melakukan
sesuatu kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indra
penglihatan.
Contoh: Jam tangan brille, jam tangan bicara, komputer
bicara, komputer dengan printer braille, dll

3. Keterampilan Sosial/Emosional
Agar efektif dalam interaksi sosial, anak tunanetra perlu
memiliki keterampilan tertentu, seperti keterampilan
penggunaan bahasa non verbal atau bahasa tubuh (body
language)
4. Keterampilan Orientasi dan Mobilitas

Kemampuan mobilitas, yaitu keterampilan untuk


bergerak secara leluasa di dalam
lingkungannya.

Keterampilan orientasi, yaitu kemampuan untuk


memahami hubungan lokasi antara satu obyek
dengan obyek lainnya di dalam lingkungan (Hill
dan Ponder, 1976)
Untuk membantu mobilitas tunanetra alat bantu
yang umum dipergunakan adalah tongkat,
anjing penuntun, dan alat elektronik.
5. Keterampilan Menggunakan Sisa Penglihatan

Sebagian besar orang tunanetra masih memiliki sisa


penglihatan yang fungsional, dan banyak di
antara mereka masih dapat membaca dan
menulis menggunakan tulisan biasa dengan
pengaturan pada satu atau tiga aspek berikut.
Pencahayaan, penggunaan kaca mata, dan
magnifikasi (pembesaran tampilan tulisan).
Alat bantu low vision yang paling efektif adalah
cahaya dan kacamata yang cocok.
STRATEGI PEMBELAJARAN TUNANETRA

1. Pembelajaran deduktif atau induktif


2. Pembelajaran ekspositorik atau heuristik
3. Pembelajaran seorang guru atau beregu (team
teaching)
4. Pembelajaran klasikal, kelompok kecil, atau
individual
5. Pembelajaran tatap muka atau melalui media
6. Strategi individualisasi: Program Pendidikan
Individualisasai (PPI)
7. Strategi Kooperatif
8. Strategi modifikasi perilaku
MEDIA PEMBELAJARAN TUNANETRA

1. Alat Peraga
Objek atau situasi sebenarnya, benda asli yang
diawetkan, model dua dimensi, dan model tiga
dimensi.

2. Alat Bantu Pembelajaran


Alat bantu untuk baca-tulis, alat bantu untuk
membaca, alat bantu untuk berhitung dan alat
bantu untuk audio.
EVALUASI PEMBELAJARAN
Hal yang harus diperhatikan saat melakukan evaluasi
pada anak tunanetra:
1. Soal dalam bentuk huruf Braille, sedangkan untuk
siswa low vision disesuaikan dengan kemampuan
penglihatannya.
2. Guru harus bersikap objektif dalam mengevaluasi
pencapaian prestasi belajar siswa tunanetra sesuai
dengan kemampuannya.
3. Waktu pelaksanaan tes hendaknya lebih lama karena
didasarkan pada pertimbangan bahwa waktu yang
digunakan siswa tunanetra untuk membaca dan
menulis huruf Braille.

Anda mungkin juga menyukai