Anda di halaman 1dari 34

MODUL 4

PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA


Disusun Oleh
Evry Hardiyaningtyas
Wulan Yulita Sari
Umie Listiyorini
Sutriyowati
KB 1

02 03
01

DEFINISI & PENYEBAB PENCEGAHAN


KLASIFIKASI TERJADINYA TERJADINYA
TUNANETRA KETUNANETRAAN KETUNANETRAAN
Definisi dan Klasifikasi Tunanetra

Menurut Persatuan Tunanetra Indonesia/Persuni (2004),


Orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki
sisa penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka
yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu
menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan
biasa berukuran 12 poin dalam keadaan cahaya normal
meskipun dibantu dengan kacamata (kurang awas).
Terdapat sejenis konsensus international untuk
menggunakan 2 jenis definisi sehubungan dengan kehilangan
penglihatan yaitu
1. Definisi legal
2. Definisi edukasional
DEFINISI LEGAL

Ada 2 aspek yang diukur yaitu :


a. Ketajaman penglihatan
Cara yang paling umum untuk mengukur
ketajaman penglihatan adalah dengan
menggunakan Snellen Chart yang terdiri
dari huruf-huruf atau angka-angka atau
gambar-gambar yang disusun berbaris
berdasarkan ukuran besarnya.
Seseorang dikatakan tunanetra apabila ketajaman
penglihatan kurang dari 6/18. ini berarti bahwa tingkat
sisa penglihatan orang tunanetra berkisar dari 0 (buta
total) hingga < 6/18. orang yang dikategorikan sebagai
buta (blind) itu tidak hanya mereka yang buta total
melainkan juga mereka yang masih mempunyai sedikit
sisa penglihatan (<3/60).
DEFINISI LEGAL

b. Aspek Medan Pandang


Adalah luasnya wilayah yang dapat dilihat orang tanpa
menggerakkan matanya.
Mata dengan penglihatan normal mempunyai medan pandang 180
derajat. Ini berarti jika kita merentangkan kedua belah lengan
kekiri dan kanan sementara kita melihat kedepan. Kita akan
dapat melihat tangan kiri dan tangan kanan kita tanpa harus
menoleh. Orang yang medan pandangnya sangat sempit seperti
melihat melalui sebuah cerobong, dia harus menoleh wajahnya
kekiri atau kanan untuk dapat melihat lebih banyak.
DEFINISI EDUKASIONAL/FUNGSIONAL

● Secara edukasional, seseorang dikatakan tunanetra


apabila untuk kegiatan pembelajarannya dia
memerlukan alat bantu khusus, metode khusus atau
teknik-teknik tertentu sehingga dia dapat belajar
tanpa penglihatan atau dengan penglihatan yang
terbatas
● Berdasarkan cara pembelajarannya, ketunanetraan
dapat dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu buta (blind)
atau tunanetra berat dan kurang awas (Low Vision)
atau tunanetra ringan.
Penyebab Terjadinya Ketunanetraan

Proses melihat terjadi pada saat kelopak mata terbuka


kemudian cahaya masuk melalui kornea, pupil, lensa
dan cairan yang ada dalam bola mata, kemudian
gambaran obyek memantul pada retina dalam
keadaan terbalik. Gambaran obyek yang merangsang
retina itu kemudian diteruskan ke pusat penglihatan di
otak melalui syaraf penglihatan sehingga gambaran
obyek tadi ditafsirkan dan memperoleh makna.
Gangguan pada salah satu diantara organ-organ ini
dapat mengakibatkan masalah penglihatan.
Beberapa kondisi umum yang dapat menyebabkan
ketunanetraan diantaranya yaitu
• Albinisme • Penyakit Kornea dan
• Amblyopia Pencangkokan Kornea
• Buta warna • Retinitis Pigmentosa
• Cedera (Trauma) dan (RP)
Radiasi • Retinopati Diabetika
• Defisiensi Vitamin A – • Retinopathy of
Xerophthalmia Prematurity
• Glaukoma • Sobeknya dan Lepasnya
• Katarak Retina
• Kelainan Mata Bawaan • Strabismus
• Myopia (Penglihatan • Trakhoma
Dekat) • Tumor
• Nistagmus • Uveitis
• Ophthalmia Neonatorum
Pencegahan Terjadinya Ketunanetraan

VISION 2020 akan memungkinkan masyarakat


internasional untuk memerangi kebutaan yang dapat
dihindari melalui :
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
b. Pelatihan personel
c. Memperkuat infrastruktur perawatan mata yang
ada
d. Penggunaan teknologi yang tepat dan terjangkau
e. Mobilisasi sumber-sumber
3 langkah untuk memerangi kebutaan dan kurang awas
menurut WHO :
● Memperkuat program kesehatan dasar mata di dalam
program pelayanan kesehatan dasar untuk
menghapuskan faktor-faktor penyebabnya yang dapat
dicegah.
● Mengembangkan pelayanan terapi dan pembedahan
untuk menangani secara efektif gangguan mata yang
dapat disembuhkan
● Mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan bagi
penyandang tunanetra
Strategi untuk mencegah ketunanetraan pada anak
dikembangkan atas 3 tingkatan yaitu :
● Pencegahan primer : pencegahan berjangkitnya
penyakit
● Pencegahan sekunder : pencegahan timbulnya
komplikasi yang mengancam penglihatan serta
kehilangan penglihatan bila penyakit telah terjangkit.
● Pencegahan tersier : minimalisasi ketunanetraan yang
diakibatkan oleh penyakit atau cedera yang telah
dialami.
Sepuluh strategi utama bagaimana “perang modern” melawan banyak faktor
terjadinya gangguan penglihatan :
a. Prophylaxis
b. Imunisasi
c. Perawatan kehamilan yang tepat
d. Perawatan neonatal
e. Perbaikan Gizi
f. Pendidikan
g. Penyuluhan genetika
h. Perundang-undangan
i. Deteksi dan intervensi dini serta perawatan bagi penyakit yang
berpotensi mengakibatkan ketunanetraan
j. Meningkatkan higiene dan perawatan kesehatan
KB 2
DAMPAK KETUNETRAAN
TERHADAP
KEHIDUPAN SEORANG INDIVIDU

Tujuan :
Untuk memberikan pemahaman tentang proses
pengindraan dan bagaimana seorang tunanetra
dapat dilatih atau melatih dirinya untuk mengoptimalkan
fungsi indra-indranya yang masih berfungsi sehingga
dapat meminimalkan dampak negatif ketunetraan
terhadap
kehidupannya sehari-hari.
A. Proses Pengindraan
Organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari lingkungan dan
mengirimkannya ke orak untuk diproses, disimpan , dan ditindaklanjuti.
Organ Pengindraan :
a. Visual : mata c. taktual : permukaan kulit
b. Autider : telinga
Semua informasi yang akan diproses diotak melewati 3 prosesor dalam bentuk yaitu
linguistic, nonlinguistik, atau afektif. Hubungan antara ketiga prosesor dilihat
dalam gambar berikut :
Linguistic

Outside Sensory Non Memory


Word Preception Lingustic
Affective
B. Latihan Keterampilan Pengindaraan

1. Indra Pendengaran

• Mencoba bereksperimen blindfold


• Pengembangan ketrampilan mendengarkan secara bertahab
akan membantu anda sadar pola perilaku tetangga anda dan
kegiatan rutin mereka. Jika dilatih anak tunanetra akan peka
bunyi bunyi kecil di dalam rumahnya, seperti tetesan air, kran
bocor dsb.
• Menggunakan imajinasi dan kreativitas
2. Indra Perabaan

• Anak tunanetra perlu dikenalkan indera peraba sehingga ia dapat mengenal


.
berbagai bentuk benda : kancing baju, uang, karpet, tikar dsb
• Peralatan dengan indra peraba: peta timbul, jam tangan braille, kompas braille, dan
sebagainnya
• Dapat juga dibantu dengan tongkat untuk mengetahui sekitarnya: tanah becek,
rumput, got, trotoar dsb.
Catatan penggunaan tongkat :
a. Panjang tongkat yang ideal adalah setinggi ulu hati penggunanya
b. Pada saat memegang tongkat, lengan membentuk sudut 90 0, tongkat depegang
di hadapan perut
c. Tongkat diayun kiri-kanan selebar badan
d. Pada saat tongkat diayun ke kiri, kaki kanan melangkah ke depan dan
sebaliknya.
3. Indra Penciuman 4. Sisa Indra Pengelihatan

• Latihlah anak untuk • Seorang yang memiliki low


vision harus dapat mengamati
membedakan barang,
kondisi matanya untuk
makanan, minuman dari menentukan kekuatan dan
baunya agar dapat kelemahannya sendiri.
diketahui barang/benda • Penggunaan warna mencolok/
kontras
dihadapannya. • Sisa indra penglihatan perlu
dilatih agar dapat membantu
penderita dalam mengenal
lingkungannya.
C. Visualisasi, Ingatan Kinestetik dan Persespsi
Obyek
1. Visualisasi
Visual memory merupakan ingatan visual atau visualisasasi (disebut juga peta mental) hal ini cara
lain yang dapat digunakan untuk mendapatkan kenyamanan bagi seorang tunanetra dalam
lingkungannya dan membantunya bergeraksecara mandiri.
Contoh : didalam mata pikirannya, dia dapat melihat kearah mana pintu terbuka, barang apa yang
menjorok dan menghambat jalan yang akan dilaluinya, dan dimana letak jendela.

2. Ingatan Kinestetik
Ingatan Kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran gerak otot yang dihasilkan oleh interaksi
antara perabaan (tactile), propriosepsi dan keseimbangan (yang dikontrol oleh sistem vestibular,
yang berpusat di bagian atas dari telinga bagian dalam.Sistem ini peka terhadap percepatan,
posisi , dan gerakan kepala). Ingatan kinestetik hanya terbentuk sesudah orang melakukan
Gerakan yang sama di daerah yang sama atau untuk kegiatan yang sama secara berulang-ulang .
Contoh : seorang tunanetra berjalan dan tanpa terlihat mendeteksi dengan tongkatnya, dia belok
pada saat dan tempat yang tepat, memperlambat langkahnya tepat di depan tangga yang akan di
naiki/turuninya.
3. Persepsi Obyek (Object Perception)
• Persepsi Obyek adalah suatu kemampuan yang memungkinkan individu tunanetra
itu menyadari bahwa suatu benda hadir di sampingnya atau di hadapannya
meskipun dia tidak memiliki pengelihatan sama sekali dan tidak menyentuh benda
itu.
• Fenomena ini sebagaian dapat dijelaskan bahwa dia mendengar gema langkah
kaikinya sendiri atau bunyi lain yang ditimbulkannya yang dipantulkan oleh beda
tersebut. Kehadiran benda itu juga dapat disadarinya melalui pengindraaan yang
dihantarkan oleh kulitnya.
• Kemampuan ini biasanya dikembangan oleh mereka yang buta total dan mungkin
tidak dapat dimiliki oleh mereka yang mengalami gangguan pendengaran.
• Gambaran kemampuan ini dapat dilihat dalam rangkuman ekspreimen yang
dilaksanakan oleh the Center of Independent Living, the Hadley School for the Blind
(1985)
D. Bagaimana Cara Membantu Seorang Tunanetra

1. Cara Menuntun Orang Tunanetra

a b c d e

Kontak Pertama Cara memegang Posisi pegangan Jalan sempit Membuka/


Menutup pintu

f g h i

Melewati Tangga Melangkahi lubang Duduk di kursi Naik ke


dalam mobil
2. Cara Mengorientasikan

• Menunjukkan arah dengan spesifik. Misalnya kira-kira 10 meter ke


depan, disebelah kiri, 5 langkah ke kanan, di atas TV, dan
sebagainya.
• Untuk lingkungan kecil dapat menggunakan putaran jarum jam
sebagai rujukan dalam menunjukkannya. Misalnya, ketika ingin
memberitahu letak makanan di dalam piring seorang tunanetra
yang akan makan, Anda dapat mengatakan: ikan ada di jam 9,
sambal di jam 12, tahu di jam 6 dan seterusnya.
KB 3

Pendidikan Bagi siswa Tunanetra di sekolah umum


dalam setting pendidikan inklusif
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 Tahun 2009
tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang emiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, pendidikan inklusif
adalah system penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama
dengan peserta didik pada umumnya.
Peserta didik yang memiliki kelainan di antaranya siswa tunanetra.
Tujuan pendidikan bagi anak tunanetra adalah :
1. Mampu berkomunikasi secara efektif
2. Memiliki kompetensi social
3. Mampu bekerja
4. Memiliki kemandirian pribadi
A. KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN SISWA TUNANETRA

Kebutuhan pendidikan khusus yang diciptakan oleh ketunanetraan dapat dirangkum sebagai
berikut :
1. kehilangan penglihatan dapat mengakibatkan terlambatnya perkembanga konsep
2. siswa tunanetra harus belajar melalui media alternative menggunakan indra-indra lain
siswa tunanetra sering memerlukan pengajaran individual
4. siswa tunanetra sering membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus serta buku materi dan
peralatan khusus untuk belajar melalui media alternative
5. siswa tunanetra terbatas dalam memperoleh informasi melalui belajar secara insidentil.
Strategi khusus bagi bidang kurikulum untuk anak
tunanetra

1. Pengembangan konsep
Konsep adalah symbol yang menggambarkan suatu
objek, kejadian, ata keadaan tertentu.
Hill dan Blasch mengklasifikasikan jenis-jenis konsep
yang diperlukan bagi anak tunanetra dibagi menjadi 3
kategori, yaitu :
1) Konsep tubuh (body concepts)
2) Konsep ruang (spatial concepts)
3) Konsep lingkungan ( environmental concepts)
2. Teknik alternative dan alat bantu belajar khusus
Teknik alternative adalah cara khusus (baik dengan ataupun tanpa alat bantu
khusus) yang memanfaatkan indra-indra nonvisual atau sisa indra penglihatan
untuk melakukan suatu kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indra
penglihatan.
Teknik alternative umumnya memanfaatkan indra pendengaran atau peraba,
misalnya : jam tangan braille dan jam tangan bicara.
Braille adalah system tulisan yang terdiri dari titik timbul yang dimaksudkan
untuk memungkinkan orang tunanetra membaca dengan meraba.
Pencipta system tulisan braille adalah orang Perancis bernama Louis Braille.
Contoh-contoh
gambar

Reglet

Tulisan Braille

Perkins Braille
3.KeterampilanSosial/Emosional

Arena utama interaksi social bagi anak adalah kegiatan bermain, dan kajian
yang dilakukan oleh McGana dan Farran (2001) terhadap sejumlah hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak tunanetra menghadapi banyak tantangan
dalam interaksi social dengan sebayanya yang awas.
McGana dan Farran menemukan bahwa anak tunanetra sering melakukan
kegiatan bermain “repetitive and stereotyped play”

4. Keterampilan Orientasi dan Mobilitas


Yaitu kemampuan untuk bergerak secara leluasa di dalam lingkungannya.
Menurut Hill dan Ponder keterampilan mobilitas anak tunanetra sangat
terkait dengan kemampuan orientasi yaitu kemampuan untuk memahami
hubungan lokasi antara satu objek dengan objek lainnya di dalam lingkungan
5. Keterampilan Menggunakan Sisa Penglihatan

Sebagian besar orang tunanetra masih memiliki sisa penglihatan yang fungsional,
dan banyak di antara mereka masih dapat membaca dan menulis menggunakan
tulisan biasa dengan pengaturan pada satu atau tiga aspek yaitu pencahayaan,
penggunaan kaca mata, dan magnifikasi (pembesaran tampilan tulisan).
Alat bantu low vision paling efektif adalah cahaya (lampu baca/lampu belajar),
selanjutnya adalah kaca mata.
Magnifasi dapat diperoleh dengan :
a. memperbesar ukuran objek
b. memperkecil jarak lihat ke objek
c. memperbesar sudut penglihatan
ketiga sistem itu biasanya di gunakan sekaligus supaya hasil magnifasi akan
optimal. Berikut contoh gambarnya !

magnifasi genggam magnifikasi teleskopik magnifikasi tidur


B. STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru,
lingkungan belajar,dan evaluasi pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran dapat digunakan bermacan strategi pembelajaran
berdasarkan pertimbangan, antara lain :
a. berdasarkan strategi pembelajaran deduktif : dari umum ke khusus dan
strategi pembelajaran khusus : dari khusus ke umum
b. berdasarkan pihak pengolah pesan
c. berdasarkan pertimbangan pengaturan guru
d. berdasarkan pertimbangan jumlah siswa
e. berdasarkan interaksi guru dan siswa
Strategi lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak
tunanetra adalah :
a. Strategi individualisasi
Strategi pembelajaran menggunakan program yang
disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individu.
b. Strategi kooperatif
Strategi pembelajaran yang menekankan gotong royong dalam
mencapai pembelajaran.
c. Strategi modifikasi perilaku
Strategi pembelajaran bertujuan untuk mengubah perilaku
siswa ke arah yang lebih positif.
Prinsip
individual 2. Media pembelajaran

Tujaun dari media pembelajaran adalah :


 Memperlancar proses pembelajaran
Prinsip dasar Prinsip  Memperjelas suatu konsep
Prinsip aktivitas
totalitas pembelajaran  Membangkitkan minat dan perhatian terhadap
siswa tunanetra mandiri pembelajaran
Menurut fungsinya media pembelajaran dibagi 2, yaitu :
a. Alat peraga
 Objek atau situasi sebenarnya
 Benda asli yang diawetkan
 Tiruan model 3 dimensi dan 2 dimensi
b. Alat bantu pembelajaran
Prinsip  Alat bantu untuk baca tulis
kekongkritan/pengalaman  Alat bantu untuk membaca
pengindraan langsung  Alat bantu untuk berhitung
 Alat bantu audio yaitu tape-recorder

C. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi pembeljaran terhadap anak
tunanetra malalui tes lisan, tertulis, dan
perbuatan
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai