NETRA
NAMA: DIAH BUDI RATRININGRUM
NIM: 2018880010
PRODI: PTI
PENGERTIAN TUNA NETRA
Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI), mendefinisikan tuna netra adalah mereka yang tidak
memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi
tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam
keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas). Karena tuna netra memiliki
keterbatasan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain
yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Menurut Supena ([6]), anak dengan gangguan penglihatan (visual impairment) adalah anak yang
mengalami gangguan penglihatan secara signifikan, sehingga memerlukan layanan Pendidikan dan
pembelajaran yang khusus.
BENTUK LAYANAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
Braille Audio
Orientasi Media
mobilitas timbul
Alat pembesar
bahan bacaan
KLASIFIKASI TUNA NETRA MENURUT
SANTOSO ([8]), TIGA GOLONGAN YAITU:
T U N A N E T R A R IN G A N ( L O W T UN A N E T R A S E T E N G A H B E R AT
V IS I O N ) ( PA RT I A L LY S I G H T E D )
Yakni mereka yang memiliki hambatan • Yakni meraka yang kehilangan sebagian
dalam penglihatan akan tetapi mereka masih daya penglihatan, untuk itu diperlukan
memiliki kemampuan untuk melihat dengan kaca pembesar agar mereka mampu
menggunakan alat bantu penglihatan, seperti mengikuti Pendidikan biasa atau mampu
kaca mata. membaca tulisan yang bercetak tebal.
T UN A NE T R A B E R AT ( TO TA L LY B L IN D )
F IS IK P E R IL A K U
Keadan fisik anak tunanetra tidak berbeda 1) Beberapa gejala tingkah laku pada anak yang
dengan anak sebaya lainnya.perbedaan nyata mengalami gangguan penglihatan dini antara lain:
diantaranya mereka hanya terdapat pada organ berkedip lebih banyak dari biasanya, menyipitkan
penglihatannya. Gejala tunanetra yang dapat mata, tidak dapat melihat benda-benda yang agak
jauh.
diamati dari segi fisik antara lain: mata juling,
sering berkedip, menyipitkan mata, kelopak
mata merah, gerakan mata tak beraturan dan 2) Adanya keluhan-keluhan antara lain: mata gatal,
panas, pusing, kabur atau penglihatan ganda.
cepat, mata selalu berair dan sebagainya.
LANJUTAN..
P S IK IS
1) Menta/Intelektual
Tidak berbeda jauh dengan anak normal. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada
pada batas atas sampai batas bawah.
2) Sosial
Kadang kala ada keluarga yang belum siap menerima anggota keluarga yang tuna
netra sehingga menimbulkan ketegangan/gelisah di antara keluarga. Seorang
tunanetra biasanya mengalami hambatan kepribadian seperti curiga terhadap
orang lain, perasaan mudah tersinggung dan ketergantungan yang berlebihan.
INDIKASI DARI PERILAKU UMUM:
Terdapat beberapa gejala tngkah laku yang tampak sebagai petunjuk dalam mengenali anak yang
mengalami gangguan penglihatan secara dini, yaitu:
1. Sering menggosok mata secara berlebihan
2. Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau mencondongkan kepala ke
depan.
3. Sukar membaca atau mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan mata.
4. Berkedip lebih banyak daripada anak pada umumnya.
5. Gelisah dan lekas marah apabila mengerjakan suatu pekerjaan.
LANJUTAN..
Menurut santoso ([7]), asesmen ketajaman penglihatan lengkap hanya dapat dilakukan oleh para
ahli, yang meliputi:
• Tes Penglihatan Objektif
Optamolog dapat menaik kesimpulan tentang penglihatan anak dari :
1. Tampilan mata dan bagian belakang mata
2. Refleks kedipan
3. Reaksi terhadap alat tes okn
4. Posisi gerakan mata
5. Perubahan bentuk atau besarnya pupil bila cahaya disorot ke mata
LANJUTAN..
• Tes Snellen
Tes ini digunakan untuk mengukur penglihatan jarak jauh, yang terdiri dari huruf-huruf, angka-
angka atau gambar-gambar yang disusun berbaris berdasarkan ukuran besarnya.
LANJUTAN..
• Tes STYCAR
The Sheridan Test For Young Children and Retardates (STYCAR), terdiri dari serangkaian
asesmen untuk mempekirakan ketajaman penglihatan, bidang pandang, dan persepsi anak tentang
bentuk. Ada tiga sub tes yang digunakan, yaitu: tes miniature, tes bola, dan tes huruf.
• Tes BUST
Tes BUST digunakan untuk mengetes persepsi bentuk dan ketajaman penglihatan, dan dapat
digunakan untuk anak yang usia mentalnya antara 18 bulan hingga 7 tahun. alat yang digunakan
adalah kartu berisi gambar benda.
LANJUTAN..
• Pengajaran kepada imdividu tunanetra adalah dengan menggunakan media yang bersifat tactual
(dapat disentuh) dan bersuara contohnya ; penggunaan tulisan/mesin tik braille, system tulisan
braille itu menggunakan pola enam titik domino yang dapat membentuk 63 macam konfigurasi
titik-titik untuk mewakili berbagai macam symbol gambar timbul, benda model, benda nyata,
radio, tape-tape recorder, VCD, DVD.
TANDA TANDA DALAM HASIL PEKERJAAN SEKOLAH
Menurut santoso (7) gejala-gejala berikut dapat dicurigai sebagai tanda kelainan atau tidak
stabilnya penglihatan anak, yaitu:
A. kualitas hasil pekerjaan yang inkonsisten atau bervariasi dalam jumlah pekerjaan yang dapat di
selesaikan
B. tampak letih selama atau sesudah mengerjakan tugas visual
C. buruk dalam tampilan membaca
D. sering gagal dalam melakukan kegiatan yang membutuhkan koordinasi mata-otot halus.
LANJUTAN..
• Rogow (Hadi, 2005) mengemukakan bahwa anak tunanetra memiliki kesulitan gerak berupa:
a. Spasticity yang ditunjukkan oleh lambatnya bergerak, kesulitan, dan koordinasi gerak yang
buruk;
b. Dyskinesia yaitu adanya aktivitas gerak yang tak disengaja, gerak athetoid, gerak tak terkontrol,
tak beraturan, gerakan patah-patah, dan berliku-liku;
c. Ataxia yaitu koordinasi yang buruk pada keseimbangan postur tubuh, orientasi terbatas, oleh
akibat kekakuan atau ketidakmampuan dalam menjaga keseimbangan;
d. Mixed Types merupakan kombinasi pola-pola gerak dyskitenik, spastic, dan ataxic;
e. Hypotonia ditunjukkan oleh kondisi lemahnya otot-otot dalam merespon stimulus dan hilangnya
gerak refleks;
PROGRAM PEMBINAAN GERAKAN TUBUH
a. Rileksasi
Rileksasi, santai atau tidak ada ketegangan adalah pengendoran otot-otot dalam rangka menghilangkan
segala macam ketegangan. Rileksasi dapat dikondisikan dengan cara menciptakan suasana santai yang
bebas dari kebisingan dan keramaian serta bebas dari segala hambatan. Rileksasi perlu dilakukan secara
kontinu dengan memilih waktu dan tempat yang mendukung. Dapat diprogramkan misalnya seminggu
sekali.
b. Postur Tubuh
Anak tunanetra perlu diberi pembinaan latihan postur tubuh yang baik. Perlu diinformasikan kepada
tunanetra pentingnya postur tubuh yang baik bagi penampilan dan pergaulan serta interaksi sosial. Jika
postur tubuh yang baik tidak diinformasikan kepada tunanetra, mungkin mereka akan beranggapan
bahwa orang lain di luar dirinya kalau berjalan kepalanya miring, perut ke depan, dsb. Pembinaan ini
perlu dilakukan secara kontinu dan melibatkan semua orang yang ada di lingkungan tunanetra di mana
mereka berada
LANJUTAN..
c. Keseimbangan
Kehilangan penglihatan dapat berdampak kepada tidak adanya keseimbangan. Sehingga tunanetra goyah
dalam berjalan, kaki seperti ada per-nya, jalannya kaku, kaki dan tangan kaku, tidak luwes, serasi dan
harmonis. Oleh karena itu tunanetra perlu dilatih keseimbangan secara kontinu.
e. Gerakan Lokomotor
Yaitu gerakan anggota tubuh dengan berpindah tempat. Latihan yang disarankan antara lain:
rileks, bervariasi, ada tempo, arah, tempat bergerak, berjalan secara pelan-pelan, mengatur jarak
gerak, dan kesadaran bergerak.
• https://dianitaawulan.wordpress.com/2013/06/29/makalah-tuna-netra/
• Rahmatunnisa, Sriyanti. 2017. Pendidikan Inklusif. Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
TERIMA KASIH