Anda di halaman 1dari 13

MATERI INDERA

Bahaya Gangguan Indera, yaitu:


o Tidak bisa melihat lingkungan sekitar untuk para penyandang tuna netra atau
gangguan indera penglihatan, mereka tidak bisa melihat apa yang ada di sekitar mereka.
Kesulitan untuk meletakkan barang-barang dan berjalan sangat sulit dilakukan, tersandung,
tertabrak, dan tertimpa benda lain adalah bahaya dari gangguan Indera.
o Untuk para penyandang tuna rungu atau gangguan indera pendengaran, tentu saja
mereka tidak bisa berkomunikasi dengan sesama manusia. Mereka juga tidak dapat
berbicara karena mereka tidak mendapat eksplorasi kata-kata atau kalimat yang digunakan
untuk berkomunikasi. Semua itu bisa membuat mereka tidak bisa beraktifitas karena tidak
dapat menyampaikan pesan atau apa yang mereka rasakan.

Bahaya Gangguan Fungsional dikategorikan menurut jenisnya, yaitu:


o Disabilitas Fisik, seperti terjatuh dan luka jika fasilitas tidak memadai untuk para
penyandang gangguan fungsional.
o Disabilitas Intelektual, seperti keterbelakangan pendidikan karena para disabilitas
intelektual perlu pendamping dan metode khusus untuk mentrasfer ilmu sehingga
mendapat pengetahuan yang sama.
o Disabilitas Sensorik, seperti berkurangnya fungsi dari panca indera tersebut.
o Disabilitas Mental, seperti melukai diri sendiri dan orang lain karena keadaan stres
dan depresi dapat membuat penderita tidak dapat berpikir logis.

Tanda atau gejala dari Gangguan Indera adalah :


o Indera Penglihatan
       Gejala yang perlu diketahui dari gangguan indera penglihatan tentu saja yang
berhubungan dengan kemampuan melihat,   seperti: mata berkunang atau ada titik-titik
hitam berjalan ketika melihat. Ada juga berupa kemampuan penglihatan yang berkurang
seperti yang dialami penderita katarak.
o Indera Pendengaran
Gejala gangguan indera pendengaran yaitu kotoran kuping yang terus keluar yang
menyebabkan jenis tuli congek atau kurangnya fungsi pendengaran karena lingkungan
bising biasanya ditandai dengan telinga yang berdengung terus menerus. Telinga yang
selalu gatal dan keluar kotoran telinga juga merupakan gejala gangguan Indera.
Tanda atau gejala Gangguan Fungsional, yaitu:
o Disabilitas Fisik
Kaki lumpuh atau tangan yang tidak dapat digerakkan. Biasanya terjadi karena serangan
virus polio ataupun karena menderita stroke.
o Disabilitas Intelektual
Tidak bisa berkonsentrasi ketika belajar. Mempunyai dunia sendiri sehingga tidak bisa
berkomunikasi dengan orang lain yang merupakan gejala dari autis. Terlambat dalam
menulis dan membaca yang disebut dislexia.
o Disabilitas Sensorik
Sama dengan disabilitas fisik, bahaya disabilitas sensorik yaitu terluka karena tidak bisa
memfungsikan sensoriknya.
o Disabilitas Mental
Gejala disabilitas mental ini sudah familiar bagi masyarakat seperti, mudah emosi, marah
atau sedih. Mengurung diri, menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
Sesuai dengan tujuan dari pemerintah yaitu Nawa Cita dari presiden, maka salah satu
dukungan yang diperoleh ada di goal pemerintah, yaitu meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia adalah sejalan dengan peningkatan kegiatan dari para disabilitas.
Program akhir yang dicapai dari pembangunan kesehatan yaitu masyarakat mencapai
kualitas kesehatan yang baik. Untuk itu salah satunya program Indonesia Sehat adalah
penanggulangan gangguan Indera dan Fungsional. Sasaran Prioritas:
o Pendekatan Siklus Hidup
Semua manusia mengalami siklus kehidupan dari dalam kandungan sampai dengan usia
lanjut. Dengan pelayanan kesehatan kandungan, pemeriksaan bayi dari bulan ke bulan
sampai dengan tahap remaja. Pelayanan lansia juga diperhatikan seperti konsultasi fisik
dan mental.
o Pendekatan Keluarga
Keluarga merupakan unsur terdekat dari individu. Dalam hal ini petugas puskesmas punya
andil dalam hal itu. Agar deteksi secara dini dan pengobatannya disegerakan. Usaha
preomotif dan preventif juga bisa dilakukan.
Pengendalian Faktor Risiko Gangguan Penglihatan dan Kebutaan dengan Perilaku Cerdik
dan Patuh:
o Sesuai dengan nawacita Presiden, ada jargon yang bisa digunakan supaya
mencapai goal bersama.
o Hal pertama yaitu cek kondisi kesehatan secara berkala bukan hanya ketika kondisi
badan sakit.
o Lalu kebiasaan merokok perlu dijauhkan dari kegiatan sehari-hari. Rajin berolahraga
dan melakukan diet dengan nutrisi seimbang.
o Jangan lupa untuk relaksasi dan mengendalikan stres.
o Semua itu bisa menunjang manusia Indonesia yang produktif.

Untuk mencegah terjadinya penurunan prestasi belajar anak maka dianjurkan


mengikuti tes tajam penglihatan dan pendengaran yang dilaksanakan melalui
program penjaringan anak sekolah.
Skrining dan deteksi dini ini dilaksanakan minimal sekali setahun secara berkala. 70-80 %
katarak merupakan penyebab kebutaan.
Untuk Skrining atau deteksi dini dapat dilakukan oleh kader dengan mudah melalui test
hitung jari. Deteksi tajam penglihatan dan pendengaran dapat dilaksanakan secara
terintegrasi di Posbindu PTM  dengan cara hitung jari dan tes suara.
Masyarakat mendapatkan pelayanan deteksi dini tajam penglihatan (di bawah 40 tahun
menggunakan E-tumbling dan di atas 40 tahun dengan menggunakan hitung jari).
Upaya Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas, yaitu:
o Promotif: media berfungsi untuk mempromosikan program-program pemerintah.
o Preventif: langkah pencegahan secara dini.
o Kuratif: pelayanan pemerintah dalam bentuk Rumah Sakit khusus untuk penyandang
disabilitas.
Singkatnya, Pemerintah sebagai bagian dari masyarakat harus mencari solusi untuk
membuat manusia penyandang disabilitas hidup normal. Peran pemerintah bisa berupa
penyediaan fasilitas bagi penyandang disabilitas seperti tempat khusus parkir atau
perpustakaan untuk para tuna netra juga sangat berarti.
Sementara peran pemerintah tidak bisa lepas dari peran masyarakat untuk menerima
penyandang disabilitas secara terbuka dan memberikan dukungan sehingga mereka bisa
menjalani kehidupan normal.

Di era digital saat ini, masyarakat lebih sering menghabiskan waktu di depan gawai untuk
menunjang aktifitas sehari-hari maupun mencari informasi. Penggunaan gawai dalam waktu
yang lama, tentu akan berdampak pada indera manusia, baik indera penglihatan maupun
pendengaran. Untuk itu, Pemerintah Kota Kediri melalui Dinas Kesehatan menyelenggarakan
kegiatan orientasi pencegahan dan pengendalian gangguan indera dan fungsional bagi tenaga
kesehatan yang diselenggarakan di salah satu hotel di Kota Kediri, Selasa (28/6). Kegiatan ini
dimaksudkan guna memberikan pemahaman tentang penanganan dan deteksi dini gangguan
indera dan fungsional kepada tenaga medis di puskesmas. 
Dr Fauzan Adima, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri mengatakan penggunaan laptop,
ponsel tentunya sangat berpengaruh untuk penglihatan dan pendengaran baik untuk ana-anak,
remaja dan orang tua. Terlebih, adanya pandemi Covid-19 merubah metode pembelajaran dari
tatap muka menjadi pembelajaran online (daring).
 “Hal itu bisa berisiko menurunkan fungsi indera penglihatan. Jika kita perhatikan saat ini
banyak anak yang masih sekolah sudah menggunakan kacamata. Selain itu, penggunaan
headset yang terlalu sering juga dapat merusak pendengaran. Oleh karena itu, penting untuk
melakukan kewaspadaan terhadap gangguan indera untuk pencegahan dan pengendalian,”
terangnya.
Fauzan melanjutkan, petugas puskesmas punya andil dalam hal itu agar deteksi secara dini
dan pengobatan gangguan indera bisa disegerakan, mengingat puskesmas merupakan ujung
tombak pelayanan kesehatan masyarakat. “Sasarannya kita mengundang teman-teman di
layanan puskesmas , pengelola program UKS, pengelola program indera dan bidang
koordinator wilayah. Jika masyakarat ke puskesmas pasti akan dilakukan pemeriksaan awal
dan dari situ bisa diketahui ada gangguan apa. Jika nanti memang perlu penanganan lebih
lanjut maka kita berikan rujukan ke rumah sakit,” terangnya.
Kegiatan ini dilakasanakan selama dua hari dan mengundang dokter spesialis dari RSUD
Gambiran yaitu dr. Elyda Mustikaningtyas, Sp. THT-KL dan  dr. Bambang Wahyu Widodo, Sp.
M sebagai narasumber. “Perlu adanya peningkatan ilmu dan keterampilan terkait cara
memeriksa, mendeteksi karena kita harus update ilmu karena ilmu itu berkembang. Selain itu,
pengelola program di Puskesmas kadang juga ganti petugas. Untuk itu, perlu kita lakukan
refreshing ulang dan menambah materi untuk lebih mengingatkan dan menambah kemampuan
teman-teman dalam melakukan deteksi dini sehingga yang kita lakukan hasilnya lebih bagus,”
terang dr Fauzan.
Melalui kegiatan ini diharapkan kemampuan dan kinerja tenaga kesehatan dalam penanganan
gangguan indera dan fungsional meningkat dan nantinya ilmu yang diperoleh bisa diaplikasikan
ke masyarakat. “Mohon kegiatan ini diikuti sampai selesai agar ilmu yang didapat bisa
maksimal. Saya yakin panjenengan yang datang hari ini akan mendapat manfaat dan bisa
bersilaturahim dengan teman-temannya.,” harapnya.
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Kediri
KELAINAN REFRAKSI

Kelainan Refraksi adalah kondisi di mana cahaya yang masuk ke dalam mata tidak dapat
difokuskan dengan jelas. Hal ini membuat bayangan benda terlihat buram atau tidak tajam.
Penyebabnya bisa karena panjang bola mata terlalu panjang atau bahkan terlalu pendek,
perubahan bentuk kornea, dan penuaan lensa mata.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sebanyak 253 juta orang di seluruh dunia
mengalami gangguan penglihatan, 36 juta mengalami kebutaan dan 217 juta mengalami
gangguan penglihatan sedang hingga berat. Angka ini menunjukkan tingginya kejadian kelainan
refraksi di sekitar kita.
KATARAK

Katarak adalah proses degeneratif berupa kekeruhan di lensa bola mata sehingga
menyebabkan menurunnya kemampuan penglihatan sampai kebutaan. Kekeruhan ini
disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan koagulasi protein lensa.
Katarak bisa terjadi secara kongenital (katarak sejak lahir) namun pada umumnya, katarak
terjadi karena:


Proses degenerasi yang berhubungan dengan penuaan,

Atau bisa juga diakibatkan karena trauma dan induksi dari obat-obatan (steroid,
klorpromazin, alupurinol,        amiodaron)

Ataupun komplikasi dari kondisi sistemik seperti diabetes mellitus atau penyakit mata seperti
glukoma dengan uveitis.

Pengertian Katarak

Katarak adalah suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan berawan. Pada umumnya,
katarak berkembang perlahan dan awalnya tidak terasa mengganggu. Namun, lama-kelamaan,
katarak akan mengganggu penglihatan dan membuat pengidap merasa seperti melihat jendela
berkabut, sulit menyetir, membaca, serta melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit mata ini
merupakan penyebab kebutaan utama di dunia yang dapat diobati.

Penyebab Katarak
Penyebab katarak yang paling umum ditemui adalah akibat proses penuaan atau trauma yang
menyebabkan perubahan pada jaringan mata. Lensa mata sebagian besar terdiri dari air dan
protein. Dengan bertambahnya usia, lensa menjadi semakin tebal dan tidak fleksibel. 

Hal tersebut menyebabkan gumpalan protein dan mengurangi cahaya yang masuk ke retina,
sebuah lapisan yang sensitif terhadap cahaya yang terletak di belakang dalam mata. Kondisi
tersebut pada akhirnya menyebabkan pandangan kabur dan tidak tajam. Perubahan lensa
diawali dengan warna kuning kecoklatan ringan, tetapi semakin memburuk seiring dengan
bertambahnya waktu.

Beberapa kelainan genetik bawaan juga bisa menyebabkan masalah kesehatan lain yang bisa
meningkatkan risiko katarak. Selain itu, katarak juga bisa disebabkan oleh kondisi mata lain,
operasi mata sebelumnya, atau kondisi medis seperti diabetes. Penggunaan obat steroid
jangka panjang juga bisa menyebabkan penyakit mata tersebut berkembang.

Faktor Risiko Katarak

Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko katarak, antara lain:

 Penuaan. Penuaan adalah penyebab tersering dari kekeruhan lensa atau katarak.
 Riwayat trauma. Lensa mata yang pernah mengalami trauma, seperti masuknya
serpihan material tajam ke mata, terbentur bola, kembang api, dapat membuat katarak
timbul lebih cepat.

 Infeksi saat kehamilan. Jika ibu saat hamil mengidap infeksi, khususnya rubella, dapat
menjadi penyebab utama terjadinya katarak kongenital pada anak yang dilahirkan.
Katarak kongenital dapat terjadi pada salah satu atau kedua mata anak.

 Mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu lama, seperti obat kortikosteroid
dan amiodaron, dapat memicu katarak.

 Pengidap penyakit tertentu. Pengidap diabetes melitus, hipertensi, hipokalemia, dan


dermatitis atopik, dapat berkaitan dengan timbulnya katarak di kemudian hari.

 Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol.

 Paparan sinar matahari yang lama pada mata.

 Paparan toksin atau racun.

 Riwayat keluarga yang mengidap katarak.

 Riwayat operasi pada mata.

Gejala Katarak

Pengidapnya bisa mengalami beberapa gejala, contohnya seperti: 

 Pandangan kabur seperti berkabut.


 Melihat lingkaran di sekeliling cahaya.

 Pandangan ganda.

 Penurunan penglihatan pada malam hari.

 Rasa silau saat melihat lampu mobil, matahari, atau lampu.

 Sering mengganti ukuran kacamata.

 Warna di sekitar terlihat memudar.

Diagnosis Katarak

Dokter akan mendiagnosis katarak dengan meninjau riwayat kesehatan dan gejala kamu, serta
melakukan pemeriksaan mata yang menyeluruh, meliputi:

 Pemeriksaan lapang pandang. 


 Tes ketajaman penglihatan.

 Pemeriksaan dengan menggunakan alat yang diarahkan dari samping mata, guna
memperlihatkan kekeruhan pada lensa mata (shadow test). 

Pemeriksaan tambahan lain yang juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis katarak, antara lain:

 Pemeriksaan dengan alat slit lamp, yang memungkinkan dokter mata untuk melihat


struktur di bagian depan mata kamu.
 Pemeriksaan oftalmoskopi daerah retina, jika dicurigai adanya kelainan pada berbagai
organ lain dalam mata.

 Tonometri aplanasi. Tes ini mengukur tekanan cairan di mata.

Pengobatan Katarak

Jika katarak tidak terlalu mengganggu, kamu mungkin hanya perlu mengenakan kacamata baru
untuk membantu kamu melihat lebih baik.

Jika katarak menyebabkan penglihatan semakin memburuk dan sulit menjalani aktivitas sehari-
hari, prosedur operasi merupakan pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah
mata tersebut. 

Operasi katarak pada umumnya aman dan tidak membutuhkan rawat inap. Ada dua jenis
operasi katarak, yaitu:

 Small incision cataract surgery (phacoemulsification). Operasi ini dilakukan dengan


melakukan insisi kecil pada tepi kornea. Selanjutnya, dokter akan menyinarkan
gelombang ultrasound untuk menghancurkan lensa lalu diambil menggunakan alat
penghisap.
 Extracapsular surgery. Operasi ini membutuhkan insisi yang lebih besar untuk
mengeluarkan inti lensa yang berkabut. Selanjutnya, sisa lensa dikeluarkan dengan
menggunakan alat penghisap.

Pada proses kedua jenis operasi tersebut, lensa buatan yang disebut juga lensa intraokular
dimasukan untuk menggantikan lensa yang asli. Operasi ini membutuhkan waktu sekitar satu
jam dan tanpa rasa nyeri. Dokter umumnya menggunakan obat tetes mata untuk membuat
mata menjadi baal dan pengidap tetap sadar selama menjalani operasi.

Komplikasi Katarak

Dalam kebanyakan kasus, katarak akan terus memburuk dari waktu ke waktu yang
menyebabkan penglihatan semakin menurun. Hal itu bisa menyebabkan pengidap sulit
mengemudi, bahkan membahayakan keselamatan, begitu juga dengan kualitas hidup pengidap
secara keseluruhan. 

Bila tidak diobati dalam waktu yang lama, tidak jarang katarak bisa menyebabkan kebutaan
total. Katarak yang tidak diobati juga dapat menjadi “hyper-mature”, suatu kondisi yang
membuatnya lebih sulit dihilangkan dan lebih mungkin menyebabkan komplikasi operasi
katarak.

Operasi katarak biasanya aman dan jarang menyebabkan komplikasi. Namun, bukan tidak
mungkin komplikasi akibat operasi katarak bisa terjadi, antara lain:

 Peradangan mata. Komplikasi ini biasanya terjadi ketika pengidap memiliki katarak yang
besar atau tebal.
 Sensitivitas cahaya. Ketika kondisi ini berlanjut, hal itu bisa disebabkan karena
kekeringan atau peradangan.

 Fotopsia, atau melihat kilatan cahaya atau floaters. Kondisi ini disebabkan ketika gel di
dalam mata terpisah dari retina. Fotopsia umum terjadi dan biasanya bisa menghilang
dalam beberapa bulan.

 Edema makula. Hal ini disebabkan oleh penumpukan cairan di makula, bagian tengah
retina di bagian belakang mata.

 Ptosis, atau kelopak mata turun. Komplikasi ini bisa terjadi akibat trauma operasi.
 Dislokasi lensa intraokular. Ini terjadi jika implan lensa (intraokular) baru tidak terpasang
dengan benar di kantong kapsuler mata, yang menahannya di tempatnya atau dislokasi.

 Retina robek atau terlepas. Ini lebih mungkin terjadi pada pengidap yang lebih muda,
dan merupakan akibat dari retina yang menarik diri dari bagian belakang mata.

 Posterior Capsule Opacification (PCO) atau katarak kedua, bisa terjadi karena operasi
katarak mengangkat bagian depan lensa tetapi membiarkan bagian belakang tetap pada
tempatnya.

Pencegahan Katarak

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah katarak, antara lain:

 Memeriksakan mata secara teratur pada dokter spesialis mata.


 Melindungi mata dari benturan dan cahaya matahari yang terlalu lama, dengan
menggunakan kacamata yang melindungi dari sinar ultraviolet baik UVA dan UVB.

 Kelola masalah kesehatan lain, seperti diabetes yang bisa meningkatkan risiko katarak.

 Membatasi kebiasaan menyetir di malam hari.

 Memperbaiki pencahayaan di rumah.

 Menggunakan kaca pembesar saat membaca.

 Berhenti merokok dan kurangi konsumsi alkohol

 Terapkan pola makan dengan memperbanyak buah-buahan dan sayuran.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika timbul beberapa gejala katarak di atas yang semakin mengganggu atau semakin
memburuk, sehingga pengidap merasakan nyeri pada mata atau kesulitan melakukan aktivitas
sehari-hari, ada baiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis mata untuk pemeriksaan
dan penanganan lebih lanjut. 

Kamu juga bisa cek kebutuhan obat dan vitamin untuk mata melalui


aplikasi Halodoc. Download Halodoc sekarang juga di Apps Store dan Google Play untuk
memudahkan kamu mendapatkan solusi kesehatan terlengkap.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Cataracts.
All About Vision. Diakses pada 2022. What Happens If Cataracts Are Left Untreated?
AARP. Diakses pada 2022. Possible Side Effects and Complications After Cataract Surgery
GLAUKOMA
Glaukoma adalah kerusakan pada saraf mata akibat tingginya
tekanan di dalam bola mata. Kondisi ini ditandai dengan sakit
mata, mata merah, penglihatan kabur, serta mual dan muntah.
Glaukoma perlu segera ditangani untuk mencegah kebutaan.27
Feb 2023

Di bagian dalam mata terdapat cairan bola mata (aqueous humour) yang mengalir
melalui bilik depan mata dan keluar melalui aliran yang disebut trabecular
meshwork. Aqueous humour berfungsi untuk menjaga bentuk mata, menyalurkan
nutrisi, dan membersihkan kotoran.

Jika diproduksi secara berlebihan atau sistem alirannya tidak berfungsi dengan baik,
penumpukan aqueous humour bisa terjadi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
tingginya tekanan dalam bola mata sehingga merusak saraf mata.
Glaukoma terbagi dalam beberapa jenis, tetapi dua yang umum terjadi adalah:
 Glaukoma sudut terbuka, yang terjadi akibat saluran pengalir aqueous
humour tersumbat sebagian
 Glaukoma sudut tertutup, yang terjadi karena saluran pengalir aqueous
humour tertutup sepenuhnya

Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan tertinggi di dunia setelah katarak.


Kondisi ini tidak bisa dicegah, tetapi pemeriksaan dini dan penanganan yang tepat
dapat membantu mencegah kebutaan.
Penyebab dan Gejala Glaukoma
Penyebab glaukoma adalah kerusakan di saraf mata akibat penumpukan cairan bola mata yang tidak dapat
mengalir dengan baik. Gejala kondisi ini tergantung jenisnya. Pada penderita glaukoma sudut terbuka,
gejala umumnya adalah penglihatan kabur.
Sementara itu, gejala yang sering terjadi pada glaukoma sudut tertutup adalah sakit kepala berat, nyeri
mata, dan mata merah.

Pengobatan dan Pencegahan Glaukoma


Metode pengobatan glaukoma tergantung pada seberapa parah kondisinya. Dokter
dapat meresepkan obat tetes mata yang mengandung pilocarpine atau timolol, obat
minum acetazolamide, atau melakukan tindakan operasi.
Glaukoma tidak selalu bisa dicegah, tetapi ada cara yang dapat dilakukan untuk
menjaga kesehatan mata, antara lain:
 Menjalani pemeriksaan mata setiap tahun
 Memperbanyak konsumsi makanan sumber antioksidan, vitamin A, dan vitamin
C
 Membatasi konsumsi minuman berkafein
 Berolahraga secara rutin dan beristirahat yang cukup

Terakhir diperbarui: 27 Februari 2023


Ditinjau oleh: dr. Pittara

Penyebab Glaukoma
Penyebab kerusakan aliran atau peningkatan produksi aqueous humour di dalam bola
mata belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi tersebut diduga terkait dengan
beberapa hal berikut:
 Cedera akibat paparan zat kimia
 Infeksi mata

 Penyumbatan pembuluh darah di dalam mata

 Peradangan

Selain itu, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita
glaukoma, yaitu:
 Berusia lebih dari 60 tahun
 Memiliki keluarga yang menderita glaukoma

 Memiliki kelainan genetik tertentu yang menyebabkan kornea lebih tipis

 Menderita diabetes, serangan jantung, tekanan darah tinggi, atau anemia sel sabit

 Pernah mengalami penyakit mata, seperti rabun jauh atau rabun dekat

 Pernah menjalani operasi mata

 Menggunakan obat tetes mata kortikosteroid dalam jangka panjang

 Mengalami cedera pada mata

Gejala Glaukoma
Gejala glaukoma umumnya berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun.
Akibatnya, penderita sering kali baru baru mengetahui kondisinya saat menjalani
pemeriksaan mata.
Pada glaukoma sudut terbuka, penderita umumnya mengalami penglihatan kabur atau
lapang pandang menyempit. Selain itu, penderita juga memiliki blind spot, yaitu bagian
di mata yang tidak dapat melihat dengan jelas.
Sementara pada glaukoma sudut tertutup, gejala yang umum terjadi adalah:
 Terdapat lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya terang
 Sakit kepala berat

 Nyeri mata

 Mual dan muntah

 Mata merah

Kapan Harus ke Dokter


Periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala glaukoma. Pemeriksaan perlu dilakukan
sedini mungkin untuk mencegah kondisi yang lebih serius.
Segera cari pertolongan medis bila muncul beberapa gejala berikut:
 Sakit kepala yang tidak tertahankan
 Nyeri mata

 Penglihatan kabur

 Mata sensitif terhadap cahaya

 Penglihatan seperti terhalang benda atau bayangan

Dokter akan terlebih dahulu melakukan tanya jawab terkait gejala, serta riwayat
kesehatan pasien dan keluarganya. Setelah itu, dokter akan melakukan beberapa
pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis, yaitu:
 Tonometri
Tonometri bertujuan untuk mengukur tekanan di dalam bola mata. Sebelum tes
ini dimulai, pasien akan terlebih dahulu diberikan obat tetes mata yang
mengandung bius lokal.

 Pemeriksaan lapang pandang
Tes lapang pandang akan menilai kemampuan pasien melihat benda di sekitar
ketika mata terfokus pada satu titik. Melalui tes ini, dokter dapat mengetahui
kemungkinan hilangnya penglihatan pada lapang pandang di sisi luar mata.

 Oftalmoskopi
Oftalmoskopi bertujuan untuk memeriksa bagian dalam dan belakang mata
dengan menggunakan mikroskop khusus (oftalmoskop). Dokter juga dapat
memanfaatkan kamera digital untuk memotret saraf mata.

 Pachymetry
Pada tes ini, dokter akan memeriksa ketebalan kornea sehingga tinggi atau
rendahnya tekanan pada mata bisa diketahui. Hasil tes pachymetry dapat
memengaruhi pengukuran tekanan di dalam bola mata pada tonometri.

 Gonioskopi
Gonioskopi bertujuan untuk memeriksa sudut pertemuan kornea dan iris
menggunakan cermin khusus yang disebut gonioskop. Hasil tes ini bisa
membantu dokter mengetahui jenis glaukoma yang diderita pasien dan seberapa
parah kondisinya.

Pengobatan Glaukoma
Pengobatan glaukoma bertujuan untuk menurunkan tekanan pada bola mata. Metode
yang dapat dilakukan oleh dokter meliputi:
Obat Tetes Mata
Sebagai tindakan awal, dokter dapat meresepkan obat tetes mata, seperti:
 Miotic atau cholinergic, seperti pilocarpine, untuk memperlancar aliran aqueous
humour
 Prostaglandin, seperti latanoprost dan bimatoprost, untuk memperlancar
aliran aqueous humour sehingga tekanan pada mata berkurang
 Carbonic anhydrase inhibitor, seperti brinzolamide, untuk mengurangi produksi
cairan di dalam mata
 Beta blocker, seperti timolol dan betaxolol, untuk mengurangi produksi aqueous
humour pada mata

Selain obat tetes mata, dokter juga dapat memberikan obat minum,
seperti acetazolamide. Obat ini bekerja mengurangi produksi aqueous
humour sehingga tekanan dalam mata juga dapat berkurang.

Terapi Laser
Jika obat tetes mata tidak efektif mengatasi glaukoma, dokter dapat menyarankan
terapi laser, antara lain:
 Trabeculoplasty, untuk membuka jaringan yang tersumbat
sehingga aqueous humour dapat mengalir lancar
 Iridotomy, untuk membuat lubang kecil di iris atau selaput pelangi mata
agar aqueous humour bisa mengalir
 Cyclophotocoagulation, untuk mengeluarkan cairan dari bagian putih mata
(sklera)

Operasi
Operasi dilakukan jika obat dan terapi laser tidak efektif untuk mengatasi glaukoma.
Prosedur yang umum dilakukan dokter adalah:
 Trabeculectomy, dengan membuat lubang di bagian putih mata dan membuang
sebagian sistem aliran aqueous humour
 Implan, dengan menanamkan tabung kecil di mata untuk mengalirkan
kelebihan aqueous humour di mata

Komplikasi Glaukoma
Penderita glaukoma yang tidak mendapatkan perawatan dengan tepat berisiko menjadi
penyandang tunanetra atau mengalami kebutaan. Kondisi ini berisiko menurunkan
kualitas hidup penderitanya, misalnya:
 Tidak dapat bekerja
 Sulit berjalan

 Terjatuh atau cedera berat saat beraktivitas

Jika pasien glaukoma mengalami buta sebagian, konsultasikan ke dokter guna


memperoleh layanan atau alat bantu dalam memperbaiki penglihatan

Pencegahan Glaukoma
Glaukoma tidak selalu dapat dicegah, tetapi bila dideteksi dan ditangani lebih awal,
risiko terjadinya kebutaan dapat dihindari.
Pada pasien yang telah terdiagnosis glaukoma, jalani pengobatan sesuai saran dokter.
Selain itu, ada upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengontrol tekanan dan menjaga
kesehatan mata, misalnya:
 Menjalani pemeriksaan mata rutin setiap 1 tahun sekali, terutama bila ada keluarga yang
menderita glaukoma
 Berkonsultasi dengan dokter terkait jenis olahraga yang sesuai

 Menggunakan pelindung mata saat berkendara, bekerja, atau berolahraga

 Memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung tinggi vitamin A dan C, serta ikan


dengan kandungan asam lemak omega-3

 Membatasi konsumsi minuman berkafein

 Sering minum air putih

 Beristirahat dan tidur yang cukup

LOW VISION
Menurut WHO, definisi low vision adalah kehilangan
penglihatan bahkan setelah penanganan atau operasi terbaik
dan / atau koreksi refraksi standar dan mempunyai: 1. Tajam
penglihatan setelah koreksi kurang dari 6/18 sampai persepsi
cahaya (LP+) pada mata terbaik.

Anda mungkin juga menyukai