OLEH:
Lasari Triska
2350321085
B. Etiologi
1. Pre-natal
Pre-natal faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat
hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak alam
kandungan, antara lain:
a. Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dar hasil
perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang
tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antar lain Retinitis
Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan.
Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya
retina. Gejala pertama biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti
dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat
yang tertinggal
b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan ketunanetraan yang
disebabkan karena proses pertumbuhan dalam kandungan dapat
disebabkan oleh:
1) Gangguan waktu ibu hamil
2) Penyakit menahun seperti TBC, schingga merusak sel-sel darah
tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
3) Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella
atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga,
Jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang
berkembang.
4) Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor.
Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera
penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
5) Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada
mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.
2. Post-Natal
Post-natal Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi
sejak atau setelah bayi lahir antara lain:
a. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat
benturan alat-alat atau benda keras.
b. Pada waktu persalinan, ibu engalami penyakit gonorrhoe, sehingga Baksil
gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkimya setelah bayi lahir
c. mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan mengalami
penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan misalnya
1) Xeropthalmia yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
2) Trachoma yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoor,
Trachomanis.
3) Katarak yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga
lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi
putih
4) Glaucoma yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam
bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
5) Diabetik Retinopathy adalah gangguan pada retina yang
disebabkan karena diabetes. Retina penuh dengan pembuluh-
pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem
sirkulasi hingga merusak penglihatan.
6) Macular Degeneration adalah kondisi dimana daerah tengah dari
retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi
masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan
kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian
tengah bidang penglihatan.
7) Retinopathy of prematurity biasanya anak yang mengalami ini
karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki
potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur
biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengar
kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator
terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan
pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan
meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa
ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan
tunanetra total.
d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti di
masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya,
kecelakaan dari kendaraan, dll.
C. Klasifikasi Tuna Netra
Berdasarkan Klasifikasi International Classification of unctioning for Disability
and Health (ICF) dalam Marjuki (2011), penyandang cacat penglihatan
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Low Vision
Low vision (Penglihatan Sisa) adalah seseorang yang mengalam kesulitan,
gangguan jika dalam jarak minimal 30 cm dengan penerangan yang cukup tidak
dapat melihat dengan jelas baik bentuk, ukuran, dan warna.
2. Light Perception
Light Perception (Persepsi Cahaya) yaitu eseorang hanya dapat membedakan
terang dan gelap namun tidak dapat melihat benda didepannya.
3. Tottaly Blind
Totally blind (Buta Total) yaitu seseorang tidak memiliki kemampuan untuk
mengetahui atau membedakan adanya sinar kuat yang ada langsung di depan
matanya.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 satu meter.
2. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampuMelihat
suatu benda pada jarak 20 kaki
3. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20 derajat
4. Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang
5. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu
6. Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak
7. Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan
penglihatan.
2. Secara Motorik
a. Fungsi sistem neuromuskularnya tidak bermasalah tetapi fungsi psikis idak
mendukung sehingga menjadi hambatan dalam pererkembangan motorik.
b. Secara fisik, tuna netra biasanya: berjalan dengan posisi tegak, kaku,
lamban, dan penuh kehati-hatian dimana tangan mereka selalu berada di
depan dan sedikit tersendat pada saat berjalan
c. segi intelegensi, anak-anak tunanetra hampir sama dengan anak normal
pada umumnya,dimana ada anak yang cerdas, ada yang rta-rata dan ada
yang rendah. Menurut Kirley (2019), berdasarkan tes intelegensi dengan
menggunakan Hayes-Binet Scale ditemukan bahwa rentang IQ anak
tunanetra berkisar antara 45- 160, dengan distribusi12,5% memiliki IQ
kurang dari 80, kemudian 37,5% dengan IQ diatas 120 dan 50% dengan
IQ antara 80-120.
d. Segi perkembangan emosi, anak tunanetra sedikit mengalami hambatan
dibandingkan dengan anak yang normal
e. Keterlambatan ini terutama disebabkan keterbatasan oleh kemampuan
dalam proses belajar. Pada awal masa kanak-kanak, akan melakukan
proses belajar untuk mencoba menyatakan emosinya, hal ini tetap
dirasakan tidak efisien karena mereka tidak dapat melakukan pengamatan
terhadap reaksi lingkungan secara tepat. Akibatnya pola emosi yang
ditampilkan mungkin berbeda atau tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh diri sendiri maupun lingkungannya
f. Segi perkembangan sosial, tunanetra memiliki lebih anyak hambatan. Hal
tersebut muncul sebagai akibat langsung maupur,tidak langsung dari
ketunanetraannya. Kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan
sosial yang lebih luas atau baru, perasaan-perasaan rendah diri, malu,
sikap-sikap masyarakat yang seringkali tidak menguntungkan seperti
penolakan, penghinaan, sikap tak acuh, ketidakjelasan tuntutan sosial,
serta terbatasnya kesempatan bagi anak untuk belajar tentang pola-pola
tingkah laku yang diterima merupakan kecenderungan tunanetra yang
dapat mengakibatkan perkembangan sosialnya amenjadi terhambat. Jadi,
perkembangan sosial dari penderita unanetra sangat tergantung pada
bagaimana perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama lingkungan
keluarga terhadap penderita tunanetra itu sendiri.
G. Kebutuhan Tunanetra
Kebutuhan sebagai manusia tidak berbeda dengan kebutuhan manusia pada
umumnya. Pada dasarnya setiap prilaku manusia tertuju pada motif pemenuhan
kebutuhan, yang berarti kebutuhan mempengaruhi prilaku manusia. Menurut teori
Maslow tentang motivasi atau perilaku yang dipengaruhi kebutuhan digambarkan
seperti piramida yang tersusun dari lima tingkat dan setiap tingkatnya
mengandung satu unsur kebutuhan.
2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Data Subjektif: Tunanetra Gangguan mobilitas fisik
Mengeluh
memiliki Pengelihatan kabur
keterbatasan
dalam Pengelihatan (-)
menggerakan
ekstrimitas Gangguan pengelihatan
Data Objektif:
Kekuatan otot Gangguan presepsi
menurun sensori
Rentang gerak
(ROM) menurun Gangguan mobilitas
fisik
DS: Tunanetra Deficit perawatan diri
Klien mengatakan sulit (D.0109)
untuk membersihkan diri Tidak mampu merawat
diri
DO:
Tidak mampu Kebersihan kurang
mandi,
mengenakan Deficit perawatan diri
pakaian, makan,
ke toilet, berhias
secara mandiri
DS: Tunanetra Resiko jatuh (D.0143)
Klien mengatakan tidak
dapat melihat Pergerakan tubuh
terhambat
DO:
Adanya keterbatasan Tidak dapat bergerak
pengelihatan atau berjalan normal
Resiko jatuh
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cacat sejak lahir
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktifitas fisik
(D.0109)
c. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan pengelihatan (D.0143)
ger
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Gangguan Setelah dilakukan tindakan
Observasi
mobilitas fisik keperawatan diharapkan
1. Identifikasi adanya masalah pengelihatan
mobilitas fisik meningkat
atau keluhan fisik lainnya
dengan kriteria hasil
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
1. Gerakan terbatas
pergerakan
berkurang
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
2. Kelemahan fisik
sebelum memulai mobilisasi
berkurang
4. Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
4. Fasilitasi melakukan senam tradisional gemar
gatra untuk meningkatkan motoric kasar pada
anak tunanetra
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi)