Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNANETRA)

OLEH:

Lasari Triska

2350321085

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU DAN


TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2023
A. Definisi
Tuna netra adalah seseorang yang memiliki indera penglihatan yang tidak
berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti
halnya orang normal, schingga mereka memiliki keterbatasar melakukan berbagai
aktivitas yang membutuhkan bantuan penglihatan seperti menonton televisi,
membaca huruf atau tanda visual, dan hal lainnya yang berkenaan dengan
penglihatan.Untuk mengetahui ketunanetraan dapat digunakan suatu tes yang
dikenal sebagai tes Snellen Card (Delphie,2011).

Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang dimaksud


Dengan tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan
atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Menurut Pertuni (Persatuan Tunanetra
Indonesia) tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali
(buta total) hingga mereka yang masih memiliki isah penglihatan, tctapi tidak
mampu menggunakan penglihatanya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12
poin dalam keadaan cahaya normal meski pun dibantu dengan kacamata (kurang
awas).

B. Etiologi
1. Pre-natal
Pre-natal faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat
hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak alam
kandungan, antara lain:

a. Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dar hasil
perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang
tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antar lain Retinitis
Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan.
Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya
retina. Gejala pertama biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti
dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat
yang tertinggal
b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan ketunanetraan yang
disebabkan karena proses pertumbuhan dalam kandungan dapat
disebabkan oleh:
1) Gangguan waktu ibu hamil
2) Penyakit menahun seperti TBC, schingga merusak sel-sel darah
tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
3) Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella
atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga,
Jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang
berkembang.
4) Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor.
Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera
penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
5) Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada
mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.

2. Post-Natal
Post-natal Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi
sejak atau setelah bayi lahir antara lain:

a. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat
benturan alat-alat atau benda keras.
b. Pada waktu persalinan, ibu engalami penyakit gonorrhoe, sehingga Baksil
gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkimya setelah bayi lahir
c. mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan mengalami
penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan misalnya
1) Xeropthalmia yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
2) Trachoma yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoor,
Trachomanis.
3) Katarak yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga
lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi
putih
4) Glaucoma yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam
bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
5) Diabetik Retinopathy adalah gangguan pada retina yang
disebabkan karena diabetes. Retina penuh dengan pembuluh-
pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem
sirkulasi hingga merusak penglihatan.
6) Macular Degeneration adalah kondisi dimana daerah tengah dari
retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi
masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan
kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian
tengah bidang penglihatan.
7) Retinopathy of prematurity biasanya anak yang mengalami ini
karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki
potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur
biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengar
kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator
terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan
pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan
meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa
ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan
tunanetra total.
d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti di
masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya,
kecelakaan dari kendaraan, dll.
C. Klasifikasi Tuna Netra
Berdasarkan Klasifikasi International Classification of unctioning for Disability
and Health (ICF) dalam Marjuki (2011), penyandang cacat penglihatan
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Low Vision
Low vision (Penglihatan Sisa) adalah seseorang yang mengalam kesulitan,
gangguan jika dalam jarak minimal 30 cm dengan penerangan yang cukup tidak
dapat melihat dengan jelas baik bentuk, ukuran, dan warna.

2. Light Perception
Light Perception (Persepsi Cahaya) yaitu eseorang hanya dapat membedakan
terang dan gelap namun tidak dapat melihat benda didepannya.

3. Tottaly Blind
Totally blind (Buta Total) yaitu seseorang tidak memiliki kemampuan untuk
mengetahui atau membedakan adanya sinar kuat yang ada langsung di depan
matanya.

4. Tunanetra sebelum dan sejak lahir


Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tdak memiliki
pengalaman penglihata Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah
memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudaht
erlupakan.

5. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja


Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja mereka telah memiliki kesan-
kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses
perkembangan pribadi.

6. Tunanetra pada uisa dewasa


Tunanetra pada uisa dewasa pada umumnya mereka yang dengan segala
kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri peunanetra dalam
usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri
berdasarkan Kemampuan Daya Penglihatan tunanetra ringan (defective vision/low
vision); yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi
mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu
melakukan pekerjaan yang menggunakan fungsi pengelihatan

D. Pathway

E. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 satu meter.
2. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampuMelihat
suatu benda pada jarak 20 kaki
3. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20 derajat
4. Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang
5. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu
6. Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak
7. Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan
penglihatan.

F. Dampak Kondisi Tuna Netra


1. Secara Kognitif
a. Pengenalan ataua pengelihatan terhadap dunia luar tidak diperoleh secara
lengkap dan utuh, sehingga perkembangan kognitif cenderung terhambat
daripada orang normal pada umumnya
b. Hal ini berarti bahwa perkembangan kognitif tidak saja erat dengan
kecerdasan tapi juga kemampuan Indera pengelihatan

2. Secara Motorik
a. Fungsi sistem neuromuskularnya tidak bermasalah tetapi fungsi psikis idak
mendukung sehingga menjadi hambatan dalam pererkembangan motorik.
b. Secara fisik, tuna netra biasanya: berjalan dengan posisi tegak, kaku,
lamban, dan penuh kehati-hatian dimana tangan mereka selalu berada di
depan dan sedikit tersendat pada saat berjalan
c. segi intelegensi, anak-anak tunanetra hampir sama dengan anak normal
pada umumnya,dimana ada anak yang cerdas, ada yang rta-rata dan ada
yang rendah. Menurut Kirley (2019), berdasarkan tes intelegensi dengan
menggunakan Hayes-Binet Scale ditemukan bahwa rentang IQ anak
tunanetra berkisar antara 45- 160, dengan distribusi12,5% memiliki IQ
kurang dari 80, kemudian 37,5% dengan IQ diatas 120 dan 50% dengan
IQ antara 80-120.
d. Segi perkembangan emosi, anak tunanetra sedikit mengalami hambatan
dibandingkan dengan anak yang normal
e. Keterlambatan ini terutama disebabkan keterbatasan oleh kemampuan
dalam proses belajar. Pada awal masa kanak-kanak, akan melakukan
proses belajar untuk mencoba menyatakan emosinya, hal ini tetap
dirasakan tidak efisien karena mereka tidak dapat melakukan pengamatan
terhadap reaksi lingkungan secara tepat. Akibatnya pola emosi yang
ditampilkan mungkin berbeda atau tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh diri sendiri maupun lingkungannya
f. Segi perkembangan sosial, tunanetra memiliki lebih anyak hambatan. Hal
tersebut muncul sebagai akibat langsung maupur,tidak langsung dari
ketunanetraannya. Kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan
sosial yang lebih luas atau baru, perasaan-perasaan rendah diri, malu,
sikap-sikap masyarakat yang seringkali tidak menguntungkan seperti
penolakan, penghinaan, sikap tak acuh, ketidakjelasan tuntutan sosial,
serta terbatasnya kesempatan bagi anak untuk belajar tentang pola-pola
tingkah laku yang diterima merupakan kecenderungan tunanetra yang
dapat mengakibatkan perkembangan sosialnya amenjadi terhambat. Jadi,
perkembangan sosial dari penderita unanetra sangat tergantung pada
bagaimana perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama lingkungan
keluarga terhadap penderita tunanetra itu sendiri.

G. Kebutuhan Tunanetra
Kebutuhan sebagai manusia tidak berbeda dengan kebutuhan manusia pada
umumnya. Pada dasarnya setiap prilaku manusia tertuju pada motif pemenuhan
kebutuhan, yang berarti kebutuhan mempengaruhi prilaku manusia. Menurut teori
Maslow tentang motivasi atau perilaku yang dipengaruhi kebutuhan digambarkan
seperti piramida yang tersusun dari lima tingkat dan setiap tingkatnya
mengandung satu unsur kebutuhan.

1. Kebutuhan Fisiologisepuasan dari haus, lapar dan sex. Kepuasan


Fisiologis ini harus terpenuhi lebih dulu apabila menginginkan kebutuhan
berikutnya terpenuhi.
2. Kebutuhan akan rasa aman bagi tunanetra perasaan aman sulit diperoleh.
Kerusakan penglihatan menyebabkan gangguan di dalam menerima
informasi lewat mata, sedangkan indera lainnya kurang memberikan
kejelasan. Akibat ketidakjelasan ini tunanetra selalu bertanya-tanya apa
yang ada dihadapannya. Akibat ketidakpastian ini juga menyebabkan
tunanetra elalu ada rasa curiga.
3. Kebutuhan akan kasih sayang
a. Rasa memiliki dan rasa kasih sayang itu akan ada pada seseorang
apabila seseorang sudah merasakan kebutuhan fisiologisnya terpenuhi
dan kebutuhan akan rasa amannya juga terpenuh.
b. Kecenderungan rasa kasih sayang pada seseorang timbul apabila
kehadiran seseorang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
lingkungan.
c. Kehadiran seorang tunanetra di tengah keluarga dan lingkungan pasti
tidak diharapkan. Tidak ada orang tua yang mengharapkan kelahiran
anaknya menderita tunanetra. Karena itu kehadirannya menimbulkan
kekecewaan. Biasanya kekecewaan orang tua dan lingkungan
dimunculkan dalam bentuk sikap tidak menyayangi dan tidak
memiliki
4. Kebutuhan akan penghargaa setiap manusia membutuhkan penghargaan
atau rasa dihargai oleh lingkungan. Penghargaan tidak hanya berbentuk
materi tapi juga berbentuk penghargaan psikologis. Seseorang akan
dihargai apabila ia dapat berbuat sesuatu baik bagi dirinya maupun pada
lingkungan, begitu juga penderita tuna netra.
5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Ketidaktergantungan pada pertolongan
orang lain merupakan perwujudan dari kemampuan tunanetra dalam
mengaktualisasikan dirinya ditengah-tengah lingkungannya.

I. Kebutuhan Pengembangan motoric Tuna Netra


Tuna Netra memiliki keterbatasan, yaitu:

1. eterbatasan dalam lingkup keaneka ragaman pengalaman


2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan
3. Keterbatasan dalam mobilitas
4. Pengalaman yang diperoleh tuna netra sangat ibutuhkan untuk melakukan
interaksi dengan lingkungan.
5. Interaksi dapat berlangsung bila ada hubungan timbal balik antara
tunanetra dengan lingkungannya
6. Hubungan timbal balik akan aktif bila tunanetra memiliki sumber nformasi
didalam mentalnya yang berbentuk konsep-konsep.
7. Konsep sesuatu akan dikuasai anak menjadi suatu data yang benar
sesuai dengan realitas.
J. Konsep Keperawatan Tunanetra
1. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan
pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari
kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan
keputusan klinik keperawatan. Olehh karena itu pengakajian harus
dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan
keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien peneumonia pengkajian
meliputi:
a. Identitas
Identitas klien dan identitas penanggung jawab klien ditulis lengkap
seperti nama ( gunakan inisial bukan nama asli), usia dalam tahun,
jenis kelamin (L untuk laki-laki dan Pr untuk Perempuan dengan
menuliskan salah satunya), agama, pendidikan, pekerjaan, golongan
darah dan Alamat serta hubungan dengan penanggung jawab dengan
klien.
b. Keluhan Utama
1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Ditulis keluhan utama (satu keluhan saja) yang dirasakan atau
dialami oleh klien yang menyebabkan klien atau keluarga
mencari bantuan kesehatan ke rumah sakit.
2) Keluhan utama saat pengkajian
Diisi dengan keluhan yang dirasakan oleh klien sat pengkajian
dilakukan. Tanyakan pada klien keluhan apa saja yang
dirasakan, jika keluhan yang dirasakan lebih dari 1, tanyakan
satu saja yang paling mengganggu (Hikmat, 2023).
c. Diagnosa Medis
Di isi dengan diagnose (penyakit) yang ditegakkan oleh dokter.
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Adalah kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai
awal hingga dibawa ke RS secara lengkap. Tindakan apa saja
yang sudah dilakuka klien untuk mengobati sakitnya
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien beberapa
waktu sebelumnya. Berapa kali pernah sakit sebelum sakit yang
sekarang. Bagaimana klien mencari pertolongan ?
3) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada klien atau keluarga mengenai penyakit yang
pernah diderita anggota keluarga. Jika memumngkinkan buatlah
genogram atau gambaran garis keturunan beserta penyakit yang
pernah diderita terutama untuk penyakit yang sifatnya
diturunkan dan menular (Hikmat, 2023).
e. Mental psikologi
Mental psikologis yang dikaji diantaranya: pla interaksi, pola
kognoitif, pola emosi, konsep diri, pola pertahanan keluarga
f. Sosial
Pola sosial yang dikaji: kultural, pola interaksi, lingkungan rumah,
g. Reaksi hospitalisasi: keadaan anak saat beradaptasi dengan
lingkungan rumah sakit, stressoryang didapatkan seklama di rumah
sakit dan dampak hospitalisasi
h. Pola kegiatan sehari-hari (ADL)
Pola sehari hari yang dikaji saat di rumah sakit maupun saat di
rumah yaitu: pola kaman minum ( kenis, frekuensi, pantangan,
keluhan, dan diet), pola istirahat tidur (frekuensi tidur malam,
frekuensi tidur siang, keluhan), BAK dan BAB (frekuensi,
konsistensi, keluhan), personal hygiene, pola aktivitas
i. Pengkajian fisik (biologis)
1) Tanda tanda vital: Nadi, suhu, respirasi, SpO2, sekala nyeri,
2) Antopometri: berat badan, tinggi badan, dan status gizi
3) Pemeriksaan head to toe:
a) Kepala: bentuk dan kesimetrisan, makro/microcephal,
kebersihan rambut dan kulit kepala, palpasi fontanel
anterior-posterior, lesi, tanda-tanda trauma, kehilangan
rambut, warna rambut, kualitas rambut, distribusi rambut.
b) Wajah: Kaji adanya asimetri atau tidak, adanya
pembekakan daerah wajah.
c) Mata: struktur, conjungtiva palpebra dan bulbar, sclera,
refleks pupil, kemampuan visual, kebersihan, air mata.
d) Telinga: struktur/bentuk pinna, pinna, kebersihan, test
pendengaran, pembengkakan pada mastoid, keluar cairan,
berbau
e) Hidung: struktur/bentuk, secret/beringus, kebersihan, PCH,
epistaksis, nafas cuping hidung.
f) Leher: ROM, pembesaran KGB, tumor sternomastoid,
goiter, leher pendek, peningkatan JVP
g) Mulut dan Kerongkongan: Mukosa bibir, warna bibir, lesi,
labiopalatoskizis, jumlah gigi, caries gigi, kebersihan,
palatum, tonsil, bag,internal mulut ( bila anak kooperatif
minta anak mengatakan “ahh")
h) Dada: Inspeksi ukuran, bentuk ,simetris, gerakan, retraksi
intercosta, pengembangan dada, irama nafas, perkembangan
dan karakter Suara nafas, taktil fremitus, takikardia, nadi
lemah/cepat, auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung.
i) Perut: Inspeksi bentuk, ukuran, kondisi kulit, gerakan,
respirasi cepat atau lambat, bising usus, distensi, teraba
massa, tympani, dullness, perdarahan, palpasi organ hati,
kembung, peristaltik menurun/meningkat.
j) Punggung: struktur (lengkung dan mobilisasi tulang
belakang)
k) Genitalia: untuk Laki-laki yang dikaji adalah ukuran penis,
scrotum, pembengkakan, lesi, inflamasi, preputium, lokasi
uretra, testis, hipospadia, hidrokel dan untuk Perempuan :
genitalia eksterna : labia, uretra, klitorisAnus : intact, kulit,
lubang anus
l) Ekstremitas: kekuatan otot, tonus otot, ROM, edema, akral
dingin/hangat, CRT
m) Kuku dan Kulit; Texture, kelembaban, kelembutan,
integritas dan suhu, warna kulit, turgor, lesi, ruam, warna
kuku, bentuk kuku, clubing fingers, cyanosis perifer.

2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Data Subjektif: Tunanetra Gangguan mobilitas fisik
 Mengeluh
memiliki Pengelihatan kabur
keterbatasan
dalam Pengelihatan (-)
menggerakan
ekstrimitas Gangguan pengelihatan
Data Objektif:
 Kekuatan otot Gangguan presepsi
menurun sensori
 Rentang gerak
(ROM) menurun Gangguan mobilitas
fisik
DS: Tunanetra Deficit perawatan diri
Klien mengatakan sulit (D.0109)
untuk membersihkan diri Tidak mampu merawat
diri
DO:
 Tidak mampu Kebersihan kurang
mandi,
mengenakan Deficit perawatan diri
pakaian, makan,
ke toilet, berhias
secara mandiri
DS: Tunanetra Resiko jatuh (D.0143)
Klien mengatakan tidak
dapat melihat Pergerakan tubuh
terhambat
DO:
Adanya keterbatasan Tidak dapat bergerak
pengelihatan atau berjalan normal

Resiko jatuh

3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cacat sejak lahir
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktifitas fisik
(D.0109)
c. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan pengelihatan (D.0143)

ger
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Gangguan Setelah dilakukan tindakan
Observasi
mobilitas fisik keperawatan diharapkan
1. Identifikasi adanya masalah pengelihatan
mobilitas fisik meningkat
atau keluhan fisik lainnya
dengan kriteria hasil
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
1. Gerakan terbatas
pergerakan
berkurang
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
2. Kelemahan fisik
sebelum memulai mobilisasi
berkurang
4. Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
4. Fasilitasi melakukan senam tradisional gemar
gatra untuk meningkatkan motoric kasar pada
anak tunanetra
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi)

Deficit Setelah dilakukan tindakan


Observasi
perawatan diri keperawatan diharapkan
1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
perawatan diri meningkat
sesuai usia
dengan kriteria hasil
2. Monitor tingkat kemandirian
 Kemampuan mandi
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
meningkat
diri, berpakaian, berhias, dan makan
 Kemampuan
Terapeutik
mengenakan pakaian
1. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis:
mandiri meningkat
 Mempertahankan suasana hangat, rileks, privasi)
kebersihan mulut 2. Siapkan keperluan pribadi (mis: parfum sikat
meningkat gigi, dan sabun mandi)
 Kemampuan toileting 3. Dampingi dalam melakukan perawatan diri
meningkat sampai mandiri
4. Fasilitasi untuk melakukan perawatan diri
secara mandiri
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
7. Fasilitasi dalam memberikan braille education
dalam meningkatkan oral hygiene anak
tunanetra
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan

Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan


Observasi
keperawatan resiko jatuh
1. Identifikasi faktor jatuh (mis: usia > 65 tahun,
berkurang dengan kriteria hasil penurunan tingkat kesadaran, defisit kognitif,
 Kejadian cedera hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan,
berkurang gangguan penglihatan, neuropati)
 Luka lecet tidak ada 2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali
 Tidak ada fraktur setiap shift atau sesuai dengan kebijakan
institusi
3. Identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan risiko jatuh (mis: lantai licin,
penerangan kurang)
4. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan
skala (mis: fall morse scale, humpty dumpty
scale), jika perlu
5. Monitor kemampuan berpindah dari tempat
tidur ke kursi roda dan sebaliknya
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada pasien dan
keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi terkunci
3. Pasang handrail tempat tidur
4. Atur tempat tidur mekanis pada posisi
terendah
5. Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat
dengan pantauan perawat dari nurse station
6. Gunakan alat bantu berjalan (mis: kursi roda,
walker)
7. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan
pasien
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak
licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
4. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan saat berdiri
5. Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil
untuk memanggil perawat
DAFTAR PUSTAKA
Delphie, Bandi. 2011. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : P1
Refika Aditama

Departemen Pendidikan Nasional. (2010). Direktorat Pembinaan Sekolah Luar


Biasa (Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus). Jakarta:
Departemen Pendidikan nasional,

Kartadinata, Sunaryo. 2010. Psikologi Anak Luar Biasa. Surabaya : Dikti.

Ramawati, D (2011). Faktor- faktor yang berhubungan dengan kemampuan


perawatan diri anak tuna netra di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

Anda mungkin juga menyukai