2) Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak
atau setelah bayi lahir antara lain:
a) Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat
benturan alat-alat atau benda keras.
b) Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga
baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir
mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.
c) Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:
Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon
trachomanis.
Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga
lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi
putih.
Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam
bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan
karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah
dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga
merusak penglihatan.
Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik,
dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak
dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan
tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-
objek di bagian tengah bidang penglihatan.
Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini
karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki
potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur
biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan
kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator
terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan
pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan
meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa
ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan
tunanetra total.
d) Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya
benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari
kendaraan, dll.
c. Pencegahan Ketunanetraan
Upaya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan terjadinya tunanetra dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam,yaitu: secara medis,sosial dan edukatif.
1) Pencegahan secara medis
a) Melakukan pemeriksaan genetika kepada dokter ahli sebelum menikah
sehingga akan diketahui apakah gen mereka dapat menyebabkan kecacatan
atau tidak pada anak yang kelak akan dilahirkan.
b) Menghindari penggunaan terapi radioaktif bagi ibu hamil,tetutama pada
usia kandungan 3 bulan pertama dan 3 bulan ketiga. Diagnostik pada wanita
hamil sebaiknya dilakukan sebelum hari ke-10 pada siklus menstruasi.Hal
ini untuk mencegah terjadinya mutasi kromosom sel-sel telur pada ovarium.
c) pencegahan terhadap virus menular seperti virus rubella,syphilis,dan
sebagainya.Pencegahan pada virus rubella dilakukan dengan pemberian
imunisasi rubella secara rutin terutama pada anak perempuan usia 1 tahun
sampai dewasa.
d) Pemberian vitamin A dosis tinggi untuk mencegah kekurangan vitamin
A.Dalam hal ini,pemerintah sudah melakukan upaya tersebut,dengan
memberikan vitamin A dosis tinggi secara gratis kepada tiap balita.
e) melakukan pemeriksaan dini kepada dokter mata,apabila terjadi keluhan
pada mata secara serius.
2) Pencegahan secara sosial
Ditinjau dari segi sosial,upaya pencegahan terjadinya tunanetra dapat
dilakukan melalui berbagai kegiatan,antara lain sebagai berikut:
a) Memberiken penyuluhan mengenai penyebab terjadinya
tunanaetra.Penyuluhan ini dapat diberikan kepada para ibu melalui
kegiatan PKK karena seorang ibu memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya tunanetra.
b) Kegiatan yang dilakukan oleh PUSKESMAS.PUSKESMAS selaku instansi
kesehatan,tiak hanya melayani masyarakat umum,tapi juga turut berperan
dalam menjaga kesehatan anak-anak sekolah melalui unit UKS.Biasanya
program UKS dilaksanakan di sekolah dasar.Untuk itu di perlukan adanya
kerja sama antara pihak sekolah dengan tim UKS.Melalui kerja sama
tersebut,dapat dilakukan pemeriksaan dini untuk mencegah terjadinya
wabah di sekolah tersebut,kemudian juga dapat dilakukan pengamatan
terhadap kondisi dan fungsi penglihatannya,seperti mata juling (ringan atau
berat),kesalahan dalam membaca,keluhan (pusing kepala,pengliatan kabur
atau berkunang-kunang),kegiatan motorik,seperti memegang buku terlalu
jauh atau terlalu dekat,mata basah atau berair terus,dan kelopak mata merah
atau berkerak,serta melakukan tes ketajaman penglihatan dengan kartu
snellen.
c) Meningkatkan perlindungan keselamatan kerja para buruh di perusahaan-
perusahaan,terutama pada perusahaan yang banyak menggunakan bahan
kimia.
3) Pencegahan secara edukatif
Dalam upaya pencegahan tunanetra secara edukatif,keluarga dan sekolah
memegang peranan penting yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Peranan keluarga
Salah satu penyebab ketunanetraan yaitu dari faktor kekurangan gizi
terutama vitamin A,penyakit serta kecelakaan.
Oleh karena itu,di samping bertanggung jawab untuk pemberian gizi yang
baik,keluarga memegang peranan penting dalam menanamkan kebiasaan
hidup sehat,terutama dalam penggunaan dan pemeliharaan kesehatan
penglihatannya.Kebiasaan yang perlu ditanamkan dalam keluarga,antara
lain kebiasaan membaca yang baik,seperti tidak membaca dengan posisi
tidur terlentang, jarak antara mata dan buku kurang lebih 30 cm,dan
penerangan yang cukup,menonton tv pada jarak yang tidak terlalu
dekat,menghindari permainan yang membahayakan mata,dan sebagainya.
b) Peranan sekolah
Sekolah sebagai wahana bagi anak untuk memperoleh berbagai
pengetahuan,turut berperan dalam upaya mencegah terjadinya
ketunanetraan pada para siswa.Upaya yang dapat dilakukan antara lain
memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai penyakit mata
serta cara-cara pencegahannya,memelihra kesehatan diri dari
lingkungannya makanan-makanan yang banyak mengandung vitamin A
dan mengarahkannya agar menyukai makanan tersebut,menghindari
permainan yang membahayakan kesehatan mata terutama pada anak laki-
laki yang senang bermain ketapel atau tembak-tembakan dengan
menggunakan peluru mainan.
2. Uraikan pendidikan yang sesuai dengan siswa tunanetra di sekolah umum dalam
setting pendidikan inklusi !
Jawaban:
Agar siswa tunanetra dapat berhasil dalam belajarnya bersama teman-teman
sebayanya, sekolah harus mempeerhatikan kebutuhan khususnya terutama yang
terkait dengan ketunanetraannya. Adapun kebutuhan khusus tersebut antara lain
kebutuhan dalam:
a. Pengembangan konsep
b. Penggunaan teknik alternativ dan alat bantu belajar khusus
c. Keterampilan sosial / emosional
d. Keterampilan orientasi dan mobilitas, keterampilan kehidupan sehari-hari
e. Keterampilan kerja
f. Keterampilan menggunakan sisa penglihatan.
Jika kebutuhan khusus tersebut sudah terpenuhi diharapkan siswa tunanetra dapat
dan mampu berkomunikasi secara efektif dengan yang lainnya, memiliki kompetensi
sosial, mampu bekerja dan memiliki kemandirian pribadi.
Dalam pembelajaran anak tunanetra terdapat prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan antara lain:
1) Prinsip individual (perbedaan yang dimiliki setiap individu)
2) Prinsip kekongritan / pengalaman pengindraan secara langsung
3) Prinsip totalitas / menyeluruh dimana siswa tunanetra dapat menggunakan semua
pengalaman pengindraannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep
4) Prinsip aktifitas mandiri
Media pembelajaran merupakan komponen yang tidak dapat dilepaskan dari
suatu proses pembelajaran karena keberhasilan pembelajaran tergantung media yang
digunakan, karena fungsi media itu sendiri selain untuk menjelaskan konsep alat
peraga juga membantu dalam memperlancar proses pembelajaran (alat bantu
pembelajaran).
Alat peraga yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran anak tunanetra
meliputi: 1) objek atau situasi sebenarnya, 2) benda asli yang diawetkan, 3) tiruan /
model dua dimensi dan tiga dimensi, 4) gambar yang diproyeksikan dan tidak
diptoyeksikan.
Sedangkan alat bantu pembelajaran yang dapat digunakan untuk anak
tunanetra antara lain: 1) alat bantu menulis huruf braille meliputi reglet, pen dan
mesin ketik braille, 2) alat bantu berhitung meliputi cubaritma, abacus/sempoa
talking calculator, 3) alat bantu yang bersifat audio seperti tape -recorder, komputer
bicara, dan lain lain.
Adapun untuk evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada siswa tunanetra,
pada dasarnya sama dengan yang dilakukan terhadap siswa awas, namun ada sedikit
perbedaan yang menyangkut materi tes/soal dan teknik pelaksanaan tes. Materi tes
atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa tunanetra, tidak mengandung unsur-
unsur yang memerlukan persepsi visual., jika menggunakan tes tertulis soal
hendaknya diberikan dalam huruf braille atau menggunakan rider apabila
menggunakan huruf awas. Contoh: anda tidak dapat menanyakan tentang warna
kepada siswa tunanetra karena warna hanya dapat diperoleh melalui persepsi visual.
2) Metode Komunikasi
a) Metode oral-aural : metode berkomunikasi dengan cara yang lazim
digunakan oleh orang mendengar, yaitu melalui bahasa lisan.
b) Metode manual (isyarat) : metode komunikasi dengan menggunakan
bahasa isyarat dan ejaan jari, meliputi :
Abjad Jari : bentuk isyarat yang dibentuk oleh jari-jari tangan untuk
menggambarka abjad atau untuk mengeja huruf dan angka.
Ungkapan Badaniah atau Bahasa Tubuh → meliputi keseluruhan
ekspresi tubuh seperti sikap tubuh, ekspresi muka (mimik),
pantomimik dan gesti atau gerakan yang dilakukan seseorang secara
wajar dan alami.
Bahasa Isyarat asli → suatu ungkapan manual dalam bentuk isyarat
konvensional yang berfungsi sebagai pengganti kata, yang disepakati
bersama oleh kelompok atau daerah tertentu. Bahasa insyarat asli
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
Bahasa isyarat formal → bahasa nasional dalam isyarat yang biasanya
menggunakan kosakata isyarat dengan strutur bahasa yang sama persis
dengan bahasa lisan.
c) Komunikasi Total
- Komunikasi total merupakan suatu falsafah yang memungkinkan
terciptanya iklim komunikasi yang harmonis, dengan menerapkan berbagai
metode dan media komunikasi seperti system isyarat, ejaan jari, bicara,
membaca ujaran, amplifikasi (pengerasan suara dengan menggunakan alat
bantu dengar), gesti pantomimik, menggambarm, menulis serta
pemanfaatan sisa pendengaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
tunarungu secara perorangan .
4) Strategi pembelajaran.
Strategi Individualisasi, Strategi kooperatif, Strateg Modifikasi Perilaku
5) Media pembelajaran.
1. Media visual: Gambar, Grafis, Realita, Model, Slide
2. Media Audio: Program kaset suara
3. Audio-Visual: Program Video atau televise intruksional, Alat bantu dengar
(hearing aid)
6) Fasilitas pendukung.
Untuk keefektifan penyelenggaraan pendidikan khusus bagi siswa
tunarungu disekolah regular, perlu adanya fasilitas pendukung, antara lain
adanya ruang sumber yang dilengkapindengan berbagai media-untuk
memfasilitasi pemberian layanan kekhususan, seperti layanan untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi oral
7) Penilaian
Prinsip yang harus diperhatikan yaitu: berkesinambungan,menyeluruh,objektif
dan adaptif,pedagogis.
b. Penyeban Tunagrahita.
1) Penyebab Genetik dan kromosom: Trisomi pada kromosom nomor 21
2) Penyebab Prakelahiran: Penyakit rubella, syphilis, alkohol, obat-obatan ilegal
3) Penyebab Saat kelahiran: Kelahiran prematur, kelahiran dengan vakum,
kekurangan oksigen saat proses kelahiran
4) Penyebab Selama masa perkembangan anak-anak dan remaja: meningitis,
encephalitis, kecelakaan
c. Pencegahan Tunagrahita.
1) Penyuluhan genetik: usaha mengomunikasikan berbagai informasi menegani
masalah genetik.
2) Diagnostik prenatal: usaha pemeriksaan kehamilan sehingga dapat diketahui
lebih dini apakah janin mengalami kelainan.
3) Imunisasi: dengan imunisaasi dapat mencegah kelainan pada bayi, imunisasi
dilakukan pada ibu hamil maupun balita.
4) Tes darah: dilakukan pada pasangan yang akan menikah untuk mengetahui
kemungkinan menurunkan benih-benih kelainan.
5) Program KB: dapat mengatur kelahirang sehingga menciptakan keluarga
sejahtera baik fisik maupun psikis.:
6) Tindakan operasi: dibutuhkan apabila ada kelahhiran dengan resiko tinggi,
misalnya kekurangan oksigen atua adanya trauma pada masa perinatal.
7) Sanitasi lingkungan: mengupayakan terciptanya lingkungan yang baik sehingga
tidak menghambat perkembangan bayi.
8) Pemeliharaan kesehatan: terutama untuk ibu hamil,yang menyangkut
pemeriksaan kesehatan selama hamil.
9) Intervensi dini: dibutuhkan orangtua agarvdapat membantu perkembangan
anaknya secara dini.
10) Diet sesuai petunjuk ahli kesehatan.
5. Jelaskan kebutuhan khusus dan profile pendidikan bagi anak tuna grahita !
Jawaban:
Anak tunagrahita memiliki kebutuhan khusus seperti kebutuhan pendidikan,
kebutuhan sosial emosional, dan kebutuhan fisik dan kesehatan. Kebutuhan tersebut
berkaitan erat dengan berat dan ringanya ketunagrahitaan. Seperti kebutuhan
fisikndan kesehatan tidak dibutuhkan oleh anak tunagrahita ringan tetapi sebaliknya
anak tunagrahita sedang dan berat sangat membutuhkannya karena mereka
mengalami gangguan keseimbangan dan ketidakmampuan dalam memelihara diri
sehingga mereka cenderung mengalami sakit.