Anda di halaman 1dari 13

JAWABAN TUGAS TUTORIAL II

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


TUTOR : Dr. Rini Sugiarti, M.Si, Psikolog
UT UPBJJ SEMARANG
Nama : Masruroh
Nim : 857734626
SOAL.
1. Jelaskan definisi, penyebab, cara pencegahan terjadinya ketunanetraan serta dampak
ketunanetraan bagi kehidupan seseorang !
Jawaban:
a. Pengertian Tunanetra
Tunanetra adalah seseorang yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta
total) hingga orang tersebut masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu
menggunakan penglihatnnya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 poin
dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kacamata (kurang awas).
Dua jenis definisi sehubungan dengan kehilangan penglihatan yaitu:
Definisi Legal ( definisi berdasarkan peraturan perundang-undangan), dan definisi
Edukasional( definisi untuk tujuan pendidikan) atau difinisi fungsional, yaitu yang
difokuskan pada seberapa banyak sisa penglihatan seseorang dapat bermanfaat
untuk keberfungsiannya sehari-hari.

b. Penyebab Ketunanetraan Yaitu:


Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain:
1) Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya
dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan,
antara lain:
a) Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil
perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang
tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis
Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan.
Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau
memburuknya retina. Gejala pertama biasanya sukar melihat di malam
hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja
penglihatan pusat yang tertinggal.
b) Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam
kandungan dapat disebabkan oleh:
1. Gangguan waktu ibu hamil.
2. Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah
tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
3. Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella
atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga,
jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang
berkembang.
4. Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor.
Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera
penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
5. Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada
mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.

2) Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak
atau setelah bayi lahir antara lain:
a) Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat
benturan alat-alat atau benda keras.
b) Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga
baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir
mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.
c) Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:
 Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
 Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon
trachomanis.
 Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga
lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi
putih.
 Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam
bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
 Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan
karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah
dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga
merusak penglihatan.
 Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik,
dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak
dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan
tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-
objek di bagian tengah bidang penglihatan.
 Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini
karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki
potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur
biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan
kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator
terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan
pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan
meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa
ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan
tunanetra total.
d) Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya
benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari
kendaraan, dll.

c. Pencegahan Ketunanetraan
Upaya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan terjadinya tunanetra dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam,yaitu: secara medis,sosial dan edukatif.
1) Pencegahan secara medis
a) Melakukan pemeriksaan genetika kepada dokter ahli sebelum menikah
sehingga akan diketahui apakah gen mereka dapat menyebabkan kecacatan
atau tidak pada anak yang kelak akan dilahirkan.
b) Menghindari penggunaan terapi radioaktif bagi ibu hamil,tetutama pada
usia kandungan 3 bulan pertama dan 3 bulan ketiga. Diagnostik pada wanita
hamil sebaiknya dilakukan sebelum hari ke-10 pada siklus menstruasi.Hal
ini untuk mencegah terjadinya mutasi kromosom sel-sel telur pada ovarium.
c) pencegahan terhadap virus menular seperti virus rubella,syphilis,dan
sebagainya.Pencegahan pada virus rubella dilakukan dengan pemberian
imunisasi rubella secara rutin terutama pada anak perempuan usia 1 tahun
sampai dewasa.
d) Pemberian vitamin A dosis tinggi untuk mencegah kekurangan vitamin
A.Dalam hal ini,pemerintah sudah melakukan upaya tersebut,dengan
memberikan vitamin A dosis tinggi secara gratis kepada tiap balita.
e) melakukan pemeriksaan dini kepada dokter mata,apabila terjadi keluhan
pada mata secara serius.
2) Pencegahan secara sosial
Ditinjau dari segi sosial,upaya pencegahan terjadinya tunanetra dapat
dilakukan melalui berbagai kegiatan,antara lain sebagai berikut:
a) Memberiken penyuluhan mengenai penyebab terjadinya
tunanaetra.Penyuluhan ini dapat diberikan kepada para ibu melalui
kegiatan PKK karena seorang ibu memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya tunanetra.
b) Kegiatan yang dilakukan oleh PUSKESMAS.PUSKESMAS selaku instansi
kesehatan,tiak hanya melayani masyarakat umum,tapi juga turut berperan
dalam menjaga kesehatan anak-anak sekolah melalui unit UKS.Biasanya
program UKS dilaksanakan di sekolah dasar.Untuk itu di perlukan adanya
kerja sama antara pihak sekolah dengan tim UKS.Melalui kerja sama
tersebut,dapat dilakukan pemeriksaan dini untuk mencegah terjadinya
wabah di sekolah tersebut,kemudian juga dapat dilakukan pengamatan
terhadap kondisi dan fungsi penglihatannya,seperti mata juling (ringan atau
berat),kesalahan dalam membaca,keluhan (pusing kepala,pengliatan kabur
atau berkunang-kunang),kegiatan motorik,seperti memegang buku terlalu
jauh atau terlalu dekat,mata basah atau berair terus,dan kelopak mata merah
atau berkerak,serta melakukan tes ketajaman penglihatan dengan kartu
snellen.
c) Meningkatkan perlindungan keselamatan kerja para buruh di perusahaan-
perusahaan,terutama pada perusahaan yang banyak menggunakan bahan
kimia.
3) Pencegahan secara edukatif
Dalam upaya pencegahan tunanetra secara edukatif,keluarga dan sekolah
memegang peranan penting yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Peranan keluarga
Salah satu penyebab ketunanetraan yaitu dari faktor kekurangan gizi
terutama vitamin A,penyakit serta kecelakaan.
Oleh karena itu,di samping bertanggung jawab untuk pemberian gizi yang
baik,keluarga memegang peranan penting dalam menanamkan kebiasaan
hidup sehat,terutama dalam penggunaan dan pemeliharaan kesehatan
penglihatannya.Kebiasaan yang perlu ditanamkan dalam keluarga,antara
lain kebiasaan membaca yang baik,seperti tidak membaca dengan posisi
tidur terlentang, jarak antara mata dan buku kurang lebih 30 cm,dan
penerangan yang cukup,menonton tv pada jarak yang tidak terlalu
dekat,menghindari permainan yang membahayakan mata,dan sebagainya.
b) Peranan sekolah
Sekolah sebagai wahana bagi anak untuk memperoleh berbagai
pengetahuan,turut berperan dalam upaya mencegah terjadinya
ketunanetraan pada para siswa.Upaya yang dapat dilakukan antara lain
memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai penyakit mata
serta cara-cara pencegahannya,memelihra kesehatan diri dari
lingkungannya makanan-makanan yang banyak mengandung vitamin A
dan mengarahkannya agar menyukai makanan tersebut,menghindari
permainan yang membahayakan kesehatan mata terutama pada anak laki-
laki yang senang bermain ketapel atau tembak-tembakan dengan
menggunakan peluru mainan.

2. Uraikan pendidikan yang sesuai dengan siswa tunanetra di sekolah umum dalam
setting pendidikan inklusi !
Jawaban:
Agar siswa tunanetra dapat berhasil dalam belajarnya bersama teman-teman
sebayanya, sekolah harus mempeerhatikan kebutuhan khususnya terutama yang
terkait dengan ketunanetraannya. Adapun kebutuhan khusus tersebut antara lain
kebutuhan dalam:
a. Pengembangan konsep
b. Penggunaan teknik alternativ dan alat bantu belajar khusus
c. Keterampilan sosial / emosional
d. Keterampilan orientasi dan mobilitas, keterampilan kehidupan sehari-hari
e. Keterampilan kerja
f. Keterampilan menggunakan sisa penglihatan.

Jika kebutuhan khusus tersebut sudah terpenuhi diharapkan siswa tunanetra dapat
dan mampu berkomunikasi secara efektif dengan yang lainnya, memiliki kompetensi
sosial, mampu bekerja dan memiliki kemandirian pribadi.
Dalam pembelajaran anak tunanetra terdapat prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan antara lain:
1) Prinsip individual (perbedaan yang dimiliki setiap individu)
2) Prinsip kekongritan / pengalaman pengindraan secara langsung
3) Prinsip totalitas / menyeluruh dimana siswa tunanetra dapat menggunakan semua
pengalaman pengindraannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep
4) Prinsip aktifitas mandiri
Media pembelajaran merupakan komponen yang tidak dapat dilepaskan dari
suatu proses pembelajaran karena keberhasilan pembelajaran tergantung media yang
digunakan, karena fungsi media itu sendiri selain untuk menjelaskan konsep alat
peraga juga membantu dalam memperlancar proses pembelajaran (alat bantu
pembelajaran).
Alat peraga yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran anak tunanetra
meliputi: 1) objek atau situasi sebenarnya, 2) benda asli yang diawetkan, 3) tiruan /
model dua dimensi dan tiga dimensi, 4) gambar yang diproyeksikan dan tidak
diptoyeksikan.
Sedangkan alat bantu pembelajaran yang dapat digunakan untuk anak
tunanetra antara lain: 1) alat bantu menulis huruf braille meliputi reglet, pen dan
mesin ketik braille, 2) alat bantu berhitung meliputi cubaritma, abacus/sempoa
talking calculator, 3) alat bantu yang bersifat audio seperti tape -recorder, komputer
bicara, dan lain lain.
Adapun untuk evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada siswa tunanetra,
pada dasarnya sama dengan yang dilakukan terhadap siswa awas, namun ada sedikit
perbedaan yang menyangkut materi tes/soal dan teknik pelaksanaan tes. Materi tes
atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa tunanetra, tidak mengandung unsur-
unsur yang memerlukan persepsi visual., jika menggunakan tes tertulis soal
hendaknya diberikan dalam huruf braille atau menggunakan rider apabila
menggunakan huruf awas. Contoh: anda tidak dapat menanyakan tentang warna
kepada siswa tunanetra karena warna hanya dapat diperoleh melalui persepsi visual.

3. Jelaskan definisi, penyebab, cara pencegahan terjadinya ketunarunguan / gangguan


komunikasi serta dampak dan pendidikan bagi siswa tunarungu / gangguan
komunikasi!
Jawaban:
a. Pengertian
Istilah tunarungu berasal dari kata tuna dan rungu, dimana tuna memiliki arti
kurang sedangkan rungu artinya pendengaran. Istilah lain yang menyebut
mengenai kelainan pendengaran, antara lain adalah tuli, bisu, tunawicara, cacat
dengar, kurang dengar atau tunarungu. Seseorang dikatakan tunarungu apabila
tidak mampu atau kurang mampu mendengar suara. Apabila dilihat secara fisik,
anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya. Pada saat
berkomunikasi barulah diketahui bahwa anak tersebut mengalami tunarunguan.
Secara medis ketunarunguan berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar yang disebabkan oleh kerusakan dan non fungsi dari sebagian atau
seluruh alat-alat pendengaran. Sedangkan secara pedagogis, ketunarunguan ialah
kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam
perkembangan sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus. Hal yang
perlu diperhatikan akibat dari ketunarunguan ialah hambatan dalam
berkomunikasi, sedangkan komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun definisi tunarungu dalam bebrapa sumber antara
lain:
1) Menurut Winarsih (2007), tunarungu adalah suatu istilah umum yang
menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai berat, digolongkan
ke dalam tuli dan kurang dengar. 
2) Menurut Suharmini (2009), tunarungu adalah keadaan dari seorang individu
yang mengalami kerusakan pada indera pendengaran sehingga menyebabkan
tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau rangsang lain melalui
pendengaran.
3) Menurut Sutjihati (2006), tunarungu adalah suatu keadaan kehilangan
pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai
rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. 
4) Menurut Somad dan Hernawati (1995), tunarungu adalah seseorang yang
mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian
atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau
seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat
pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak
terhadap kehidupananya secara kompleks.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tunarungu adalah suatu kondisi atau
keadaan dari seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan indera
pendengaran sehingga tidak mampu menangkap rangsangan berupa bunyi, suara
atau rangsangan lain melalui pendengaran. Sebagai akibat dari terhambatnya
perkembangan pendengarannya, sehingga seorang tunarungu juga terhambat
kemampuan bicara dan bahasanya, yang mengakibatkan seorang tunarungu akan
mengalami kelambatan dan kesulitan dalam hal-hal yang berhubungan dengan
komunikasi.

b. Penyebab Terjadinya Tunarungu


1) Penyebab terjadinya tunarungu tipe Konduktif
a) Kerusakan yang terjadi pada telinga luar yang disebabkan tidak
terbentuknya lubang telingga bagian luar (atresia meatus akustikus
externus) yang dibawa sejak lahir, dan terjadinya peradangan pada lubang
telinga luar.
b) Kerusakan / gangguan pada telinga tengahyang disebabkan oleh ruda paksa
(benturan keras pada telinga), infeksi / peradangan pada telinga tengah,
otosclerosis, tympanisclerosis, anomali congenital dan disfungsi tuba
eustachii.
2) Penyebab terjadinya tunarungu tipe sensorineural
a) Genetik : disebabkan gen yang yang diturunkan dari orangtuanya.
b) Nongenetik: rubella campak jerman, ketidak sesuaian darah ibu dan anak,
meningitis, trauma akustik yang disebabkan suara yang bising dalam
jangka waktu lama.

c. Cara Pencegahan Terjadinya Tunarungu


1) Upaya ang dilakukan sebelum menikah: menghindari pernikahan sedarah,
melakukan tes darah, melakukan konseling genetika.
2) Upaya pada waktu hamil:
 menjaga kesehatan dan memeriksaan kehamilan secara rutin.
 Mengkonsumsi gizi yang baik.
 Tidak mengkonsumsi obat sembarangan.
 Melakukan imunisasi anti titanus.
3) Upaya saat meahirkan: diupayakan tidak menggunakan alat penyedot bayi,
apabila ibu mengalami virus herpes simplek pada vaginanya maka harus
melahirkan secara operasi caesar.
4) Upaya pada masa setelah lahir: melakukan imunisasi dasar dan imunisasi
rubela, anak dengan sakit influenza harus segera diobati gar virus tidak masuk
pada rongga telinga tengah melalui saluran eustaschius, dan menjaga telinga
dari kebisingan, seperti menggunakn pelindung telinga bagi para pekerja di
pabrik.

d. Dampak Tunarungu dan Gangguan Komunikasi bagi Perkenbangan Anak


1) Dampak Tunarungu bagi anak.
 Dampak Tunarungu Terhadap Perkembangan Bicara dan Bahasa
 Dampak Tunarungu Terhadap Kemampuan Akademis
 Dampak Tunarungu Terhadap Aspek Sosial-Emosional
 Dampak Tunarungu Terhadap Aspek Fisik dan Kesehatan

2) Dampak gangguan komunikasi bagi anak.


 Hambatan dalam Berinteraksi Sosial: (Anak mengalami hambatan atau
gangguan dalam kemampuan berkomunikasi dengan orang lain ).
 Hambatan dalam Pengembangan Kemampuan Akademik: (Kemampuan
berbahasa baik secara reseptif maupun ekspresif memegang peranan
penting).
e. Pendidikan Bagi Siswa Tuna Rungu.
1) Sistem Pendidikan bagi Anak Tunarungu
a) Sistem pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang terpisah dari
sistem pendidikan anak normal. Tempat pendidikannya sistem pendidikan
segregasi meliputi Sekolah Khusus, Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),
Kelas Jauh atau Kelas Kunjung.
b) Sistem Integrasi.
Sistem pendidikan yang memberi kesempatan kepada siswa tunarungu untuk
belajar bersama dengan siswa normal disekolah biasa atau reguler.
c) Sistem Pendidikan Inklusif .
Pendidikan yang memberikan kesempatan pada asiswa tunarungu untuk
belajar bersama dengan siswa yang normal pada sekolah reguler.

2) Metode Komunikasi
a) Metode oral-aural : metode berkomunikasi dengan cara yang lazim
digunakan oleh orang mendengar, yaitu melalui bahasa lisan.
b) Metode manual (isyarat) : metode komunikasi dengan menggunakan
bahasa isyarat dan ejaan jari, meliputi :
 Abjad Jari : bentuk isyarat yang dibentuk oleh jari-jari tangan untuk
menggambarka abjad atau untuk mengeja huruf dan angka.
 Ungkapan Badaniah atau Bahasa Tubuh → meliputi keseluruhan
ekspresi tubuh seperti sikap tubuh, ekspresi muka (mimik),
pantomimik dan gesti atau gerakan yang dilakukan seseorang secara
wajar dan alami.
 Bahasa Isyarat asli → suatu ungkapan manual dalam bentuk isyarat
konvensional yang berfungsi sebagai pengganti kata, yang disepakati
bersama oleh kelompok atau daerah tertentu. Bahasa insyarat asli
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
 Bahasa isyarat formal → bahasa nasional dalam isyarat yang biasanya
menggunakan kosakata isyarat dengan strutur bahasa yang sama persis
dengan bahasa lisan.

c) Komunikasi Total
- Komunikasi total merupakan suatu falsafah yang memungkinkan
terciptanya iklim komunikasi yang harmonis, dengan menerapkan berbagai
metode dan media komunikasi seperti system isyarat, ejaan jari, bicara,
membaca ujaran, amplifikasi (pengerasan suara dengan menggunakan alat
bantu dengar), gesti pantomimik, menggambarm, menulis serta
pemanfaatan sisa pendengaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
tunarungu secara perorangan .

3) Prinsip – Prinsip Pembelajaran Siswa Tunarungu


a) Posisi guru saat memeberikan penjelasan kepada siswa, hendaknya posisi
guru berhadapan dengan siswa (face to face)
b) Dalam penempatan siswa di kelas regular, siswa tunarungu hendaknya
ditempatkan dibagian depan untuk mempermudah siswa membaca ujaran
(ucapan) guru
c) Kegiatan anak tunarungu dalam membaca ujaran, tidak secepat anak
normal menangkap penjelasan Anda sebagai guru
d) Penggunaan alat peraga yang bersifat visual harus diupayakan untuk
mempermudah siswa tunarungu memahami materi yang diajarkan
e) Menghindari pemakaian metode ceramah , akan tetapi menggunakan
metode seperti demonstrasi, bermain peran
f) Memodifikasi dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami siswa,
seperti pada materi verbal IPS dan PPKN
g) Anak tunarungu dikenal dengan anak yang miskin kosakata. Oleh karena
itu Anda harus sering memberikan tambahan kosa kata

4) Strategi pembelajaran.
Strategi Individualisasi, Strategi kooperatif, Strateg Modifikasi Perilaku

5) Media pembelajaran.
1. Media visual: Gambar, Grafis, Realita, Model, Slide
2. Media Audio: Program kaset suara
3. Audio-Visual: Program Video atau televise intruksional, Alat bantu dengar
(hearing aid)

6) Fasilitas pendukung.
Untuk keefektifan penyelenggaraan pendidikan khusus bagi siswa
tunarungu disekolah regular, perlu adanya fasilitas pendukung, antara lain
adanya ruang sumber yang dilengkapindengan berbagai media-untuk
memfasilitasi pemberian layanan kekhususan, seperti layanan untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi oral

7) Penilaian
Prinsip yang harus diperhatikan yaitu: berkesinambungan,menyeluruh,objektif
dan adaptif,pedagogis.

4. Jelaskan definisi, penyebab, cara pencegahan terjadinya tuna grahita


Jawaban:
a. Pengertian Tunagrahita.
Mental retardation refers to significantly subaverage general intellectual
functioning existing concurrently with deficit in adaptive behavior and manifested
during the developmental period (Grossman 1983)
Artinya ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara
nyata (signifikan) berada dibawah rata-rata (normal) bersamaan dengan
kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian dan berlangsung (termanifestasi)pada
masa perkembangannya.
Klasifikasi anak tunagrahita
Mild mental retardation (tunagrahita ringan) IQ 70-55
Moderate mental retardation (tunagrahita sedang) IQ 55-40
Severe mental retardation (tunagrahita berat) IQ 40-25
Profound mental retardation (tunagrahita sangat berat) IQ <25

Klasifikasi berdasarkan kelainan jasmani (tipe klinis):


- Down syndrome (mongoloid)
mempunyai raut muka menyerupai orang mongol dengan mata sipit dan
miring, lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar, susunan
gigi kurang baik
- Kretin (cebol)
badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering
tebal dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir tebal, kelopak mata kecil,
telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terhambat
- Hydrocephalus
kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna,
mata kadang-kadang juling
- Microcephalus
memiliki ukuran kepala kecil
- Macrocephalus
memiliki ukuran kepala lebih besar dari ukuran normal

b. Penyeban Tunagrahita.
1) Penyebab Genetik dan kromosom: Trisomi pada kromosom nomor 21
2) Penyebab Prakelahiran: Penyakit rubella, syphilis, alkohol, obat-obatan ilegal
3) Penyebab Saat kelahiran: Kelahiran prematur, kelahiran dengan vakum,
kekurangan oksigen saat proses kelahiran
4) Penyebab Selama masa perkembangan anak-anak dan remaja: meningitis,
encephalitis, kecelakaan
c. Pencegahan Tunagrahita.
1) Penyuluhan genetik: usaha mengomunikasikan berbagai informasi menegani
masalah genetik.
2) Diagnostik prenatal: usaha pemeriksaan kehamilan sehingga dapat diketahui
lebih dini apakah janin mengalami kelainan.
3) Imunisasi: dengan imunisaasi dapat mencegah kelainan pada bayi, imunisasi
dilakukan pada ibu hamil maupun balita.
4) Tes darah: dilakukan pada pasangan yang akan menikah untuk mengetahui
kemungkinan menurunkan benih-benih kelainan.
5) Program KB: dapat mengatur kelahirang sehingga menciptakan keluarga
sejahtera baik fisik maupun psikis.:
6) Tindakan operasi: dibutuhkan apabila ada kelahhiran dengan resiko tinggi,
misalnya kekurangan oksigen atua adanya trauma pada masa perinatal.
7) Sanitasi lingkungan: mengupayakan terciptanya lingkungan yang baik sehingga
tidak menghambat perkembangan bayi.
8) Pemeliharaan kesehatan: terutama untuk ibu hamil,yang menyangkut
pemeriksaan kesehatan selama hamil.
9) Intervensi dini: dibutuhkan orangtua agarvdapat membantu perkembangan
anaknya secara dini.
10) Diet sesuai petunjuk ahli kesehatan.

5. Jelaskan kebutuhan khusus dan profile pendidikan bagi anak tuna grahita !
Jawaban:
Anak tunagrahita memiliki kebutuhan khusus seperti kebutuhan pendidikan,
kebutuhan sosial emosional, dan kebutuhan fisik dan kesehatan. Kebutuhan tersebut
berkaitan erat dengan berat dan ringanya ketunagrahitaan. Seperti kebutuhan
fisikndan kesehatan tidak dibutuhkan oleh anak tunagrahita ringan tetapi sebaliknya
anak tunagrahita sedang dan berat sangat membutuhkannya karena mereka
mengalami gangguan keseimbangan dan ketidakmampuan dalam memelihara diri
sehingga mereka cenderung mengalami sakit.

Profil Pendidikan Anak Tunagrahita.


a. Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita
Tujuan pendidikan anak tunagrahita perlu disesuaikan dengan tingkatan
kemampuan mereka dan dirumuskan lebih terperinci.
1) Tempat pendidikan anak tunagrahita .
 Sekolah khusus
 Kelas jauh
 Guru kunjung
 Lembaga perawatan (institusi khusus)
2) Di sekolah umum dengan sistem integrasi (terpadu).
Sistem terpadu bervariasi memberikan kesempatan kepada anak tunagrahita
belajar, bermain, atau bekerja sama dengan anak normal.
3) Di sekolah biasa dengan sistem inklusif.
Pada sistem inklusi, anak tunagrahita berada di sekolah bersama anak biasa
selama mengikuti pendidikan dan memndapat program yang sesuai dengan
kemampuannya.
b. Ciri Khas Pelayanan
Ciri khusus pelayanan anak tunagrahita yaitu:
1) Bahasa yang digunakan bahasa sederhana,jelas,tidak berbelit, menggunakan
kata-kata yang sering didengar anak.
2) Anak tuna grahita ditempatkan didepan dengan anak yang hampir sama
kemampuannya.
3) Prgram kusus untuk anak tunagrahita yang mengalami kesulitan.
Adapun prinsip khususnya antara lain:
1) Prinsip skala perkembangan mental, prinsip ini menekankan pada pemahaman
guru mengenai usia kecerdasan anak tunagrahita.
2) Prinsip kecepatan motorik, dapat melatih anak pada gerakan yang belum
dikuasai.
3) Prinsip keperagaan, digunkan dalam mengajar untuk mengingat keterbatasan
anak tunagrahita dalam berfikir abstrak.
4) Prinsip pengulangan, dilakukan karena anak tuna grahita mudah lupa dengan
apa yang dipelajari sehingga butuh pengulangan.
5) Prinsip individualisme, yaitu menekankan padaperbedaan individual anak,
belajar sesuai iramanya sendiri.
c. Materi
Materi yang diberikan lebih mengutamakan materi yang mengandung kecepatan
motorik / unsur praktik.
d. Strategi Pembelajaran
Dalam menetukan strategi pembelajaran, harus memperhatikan tujuan
pembelajaran, karakteristik murid dan ketersediaan sumber (fasilitas).
 Tujuan pembelajaran yang di individualisasikan.
Ini berbeda dengan pengajaran individual, pengajaran didindividualisasikan
yaitu diberikan kepada tiap anak meskipun mereka belajar bersama dengan
bidang studi yang sama, tetapi kedalaman dan keluasan materi disesuaikan
dengan kemampuan dan kebutuhan anak.
 Strategi kooperatif.
Ini merupakan stategi yang paling efektif digunakan kepada kelompok murid
yang mempunyai kemampuan heterogen, misalnya dalam pendidikan yang
mengintegrasikan anak tunagrahitabelajar bersama dengan anak normal.
 Strategi modifikasi tingkah laku.
Ini digunakan untuk anaka tunagrahita sedang kebawah atau anak tunagrahita
dengan gangguan lain, tujuannya mengubah, menghilangkan atau mengurangi
tingkah laku yang tidak baik ketingkah laku yang baik.
e. Media
Diperlukan media khusus seperti: media untuk latihan motorik, latihan
keseimbangan, dan latihan konsentrasi dengan ketentuan: (1) bahan tidak
berbahaya, (2) warna tidak mencolok, (3) ukuran harus sesuai.
f. Sarana
Sarana sama dengan anak normal, hanya ukuran, bentuk, dan warna perlu
dimodufikasi sesuai keadaan anak tunagrahita.
g. Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung seperti: alat terapi wicara, alat permaianan, miniatur yang
berkaitan dengan pelajaran
h. Evaluasi
Evaluasi sama dengan anak biasa, dengan ketentuan khusus, diantaranya:
i. Waktu mengadakan evaluasi: dilakukan selama proses belajar. Dilihat juga
bagaimana reaksi anak, sikap anak, kecepatan atau kelambatan setiap anak.
j. Alat evaluasi: alat yang digunakan untuk menilai hasil belajar anak tunagrahita
sama dengan anak normal, hanya berbeda pada urutan dan penggunaan.
k. Kriteria keberhasilan : keberhasilan belajar dibandingkan dengan kemajuan anak
itu sendiri dari waktu ke waktu.
l. Pencatatan hasil evaluasi: berbentuk kuantitatif dan kualitatif

Anda mungkin juga menyukai