Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN

TUNA NETRA

I. KONSEP TUNA NETRA


A. Pengertian
Tuna netra adalah seseorang yang memiliki indera penglihatan yang
tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-
hari seperti halnya orang normal, sehingga mereka memiliki keterbatasan
melakukan berbagai aktivitas yang membutuhkan bantuan penglihatan
seperti menonton televisi, membaca huruf atau tanda visual, dan hal lainnya
yang berkenaan dengan penglihatan.Untuk mengetahui ketunanetraan dapat
digunakan suatu tes yang dikenal sebagai tes Snellen Card (Delphie,2011).
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang dimaksud
dengan tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam
penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan.
Menurut Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) tunanetra adalah
mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga
mereka yang masih memiliki sisah penglihatan, tetapi tidak mampu
menggunakan penglihatanya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12
point dalam keadaan cahaya normal meski pun dibantu dengan kacamata
(kurang awas).

B. Etiologi
Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain:
1. Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat
hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak
dalam kandungan, antara lain:
a. Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari
hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang
tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara
lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya

Laporan Tuna Netra 1


merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan
mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanya sukar
melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal,
dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.
b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam
kandungan dapat disebabkan oleh:
1) Gangguan waktu ibu hamil.
2) Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah
tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
3) Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella
atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga,
jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang
berkembang.
4) Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor.
Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera
penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
5) Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada
mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.
2. Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi
sejak atau setelah bayi lahir antara lain:
a. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat
benturan alat-alat atau benda keras.
b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga
baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi
lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.
c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan,
misalnya:
1) Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
2) Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon
trachomanis.

Laporan Tuna Netra 2


3) Katarak; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga
lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi
putih.
4) Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam
bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
5) Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang
disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-
pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem
sirkulasi hingga merusak penglihatan.
6) Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik,
dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk.
Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer
akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas
objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.
7) Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini
karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki
potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur
biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan
kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator
terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan
pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan
meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa
ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan
tunanetra total.
d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti
masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya,
kecelakaan dari kendaraan, dll.

C. Klasifikasi Tuna Netra


Berdasarkan Klasifikasi International Classification of Functioning for
Disability and Health (ICF) dalam Marjuki (2011), Penyandang Cacat
Penglihatan diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

Laporan Tuna Netra 3


1. Low vision (Penglihatan Sisa) adalah seseorang yang mengalami
kesulitan/ gangguan jika dalam jarak minimal 30 cm dengan penerangan
yang cukup tidak dapat melihat dengan jelas baik bentuk, ukuran, dan
warna.
2. Light Perception (Persepsi Cahaya) yaitu seseorang hanya dapat
membedakan terang dan gelap namun tidak dapat melihat benda
didepannya.
3. Totally blind (Buta Total) yaitu seseorang tidak memiliki kemampuan
untuk mengetahui/ membedakan adanya sinar kuat yang ada langsung di
depan matanya.
Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, ada
beberapa klasifikasi tunanetra, seperti di bawah ini:
a. Berdasarkan Waktu Terjadinya Ketunanetraan:
1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali
tidak memiliki pengalaman penglihatan.
2. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki
kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah
terlupakan.
3. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah
memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang
mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
4. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan
segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian
diri.
5. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti
latihan-latihan penyesuaian diri.
b. Berdasarkan Kemampuan Daya Penglihatan
1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang
memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih
dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu
melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi
penglihatan.

Laporan Tuna Netra 4


2. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang
kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan
kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu
membaca tulisan yang bercetak tebal.
3. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali
tidak dapat melihat
D. Anatomi Fisiologi

gambar 1.1 anatomi mata

Alat indera penglihat pada manusia adalah mata.Indera penglihat (mata)


disebut juga fotoreseptor karena mata sangat peka terhadap rangsangan
cahaya. Mata memiliki sejumlah reseptor khusus untuk mengenali
perubahan sinar dan warna.
BAGIAN – BAGIAN MATA
1. Bola Mata
Bola mata manusia berdiameter kira-kira 2,5 cm dengan 5/6 bagian nya
terbenam dalam rongga mata dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak
dari luar dengan bagian depan yang bening. Bola mata bagian luar
tersusun atas lapisan jaringan ikat yang berwarna putih dan kuat yang
disebut sklera dan lapisan dalam mempunyai pigmen tipis dan banyak
pembuluh darah yang disebut koroid.
2. Sklera
Dipermukaan sklera terdapat sel-sel epitel yang membentuk membran
mukosa dan berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab.
Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus
Laporan Tuna Netra 5
cahaya) yang disebut kornea, dan berfungsi untuk memfokuskan cahaya
yang masuk kedalam mata. Kornea dilindungi oleh selaput yang disebut
konjungtiva, kornea tidak mengandung pembuluh darah tetapi banyak
mengandung serabut saraf.

3. Koroid
Koroid yaitu lapisan tipis yang dibentuk oleh jaringan ikat yang
mengandung banyak pembuluh darah dan sejumlah sel pigmen.Dengan
adanya pembuluh darah koroid ini berperan sebagai penyuplai makanan
kelapisan retina mata.Koroid terletak sebelah dalam sklera, bagian
belakang lapisan mata ini ditembus oleh saraf optik (saraf otak II).
4. Iris
Iris merupakan selaput yang menggantung diantara lensa dan kornea.Iris
dikenal sebagai selaput pelangi dan berperan mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk ke dalam bola mata.Pengaturan ini berlangsung
diluar kesadaran kita (otonom).Lubang bulat ditengah iris di sebut
pupil.Didalamnya terdapat otot dilator pupil yang berfungsi untuk
memperkecil diameter pupil. Iris banyak mengandung pembuluh darah
dan pigmen, jumlah pigmen akan menentukan warna mata.
5. Retina
Retina merupakan lapisan terdalam dari bola mata. Retina terdiri dari tiga
lapisan neuron yaitu:
a. Lapisan sel batang dan sel kerucut.
b. Lapisan neuron bipolar.
c. Lapisan neuron ganglion.
6. Lensa Mata
Lensa mata terletak dibelakang pupil dan iris, berbentuk cembung,
bersifat transparan, serta dikelilingi oleh jaringan yang mengikatnya
( ligamentum suspensorium). Lensa mata terdiri atas lapisan serat
protein. Apabila lensa mata menjadi keruh maka akan mengganggu
penglihatan, ini disebut katarak. Lensa mata membagi mata menjadi dua
ruangan yaitu ruang antara kornea dengan lensa (ruang muka), dan ruang

Laporan Tuna Netra 6


belakang lensa (ruang belakang).Kedua ruang tersebut berisi cairan
kental dan transparan seperti jeli.Ruang muka berisi aqueous humor,
yang berfungsi menjaga bola mata serta memberi nutrisi untuk kornea
dan lensa. Sedang ruang belakang berisi vitreus humor, yang berfungsi
untuk menyokong struktur lensa dan bola mata.

E. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 (satu)
meter.
2. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampu
melihat suatu benda pada jarak 20 kaki.
3. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 200.
4. Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang
awas.
5. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
6. Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
7. Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan
penglihatan.

F. Dampak Kondisi Tuna Netra


1. Secara kognitif :
a. Pengenalan/pengertian terhadap dunia luar tidak diperoleh secara
lengkap dan utuh, shg perkembangan kognitif cenderung terhambat
dibandingkan orang normal pada umumnya.
b. Hal ini berarti bahwa perkembangan kognitif tidak saja erat kaitannya
dengan kecerdasan atau kemampuan inteligensi, tetapi juga
kemampuan indera penglihatan.
2. Secara Motorik :
a. Fungsi sistem neuromuskularnya tidak bermasalah tetapi fungsi psikis
tidak mendukung shg menjadi hambatan dalam perkembangan
motorik.

Laporan Tuna Netra 7


b. Secara fisik, tuna netra biasanya: berjalan dengan posisi tegak, kaku,
lamban, dan penuh kehati-hatian dimana tangan mereka selalu berada
di depan dan sedikit tersendat pada saat berjalan.
c. Segi intelegensi, anak-anak tunanetra hampir sama dengan anak
normal pada umumnya,dimana ada anak yang cerdas, ada yang rata-
rata dan ada yang rendah. Menurut Kirley (1975), berdasarkan tes
intelegensi dengan menggunakan Hayes-Binet Scale ditemukan bahwa
rentang IQ anak tunanetra berkisar antara 45- 160, dengan
distribusi12,5% memiliki IQ kurang dari 80, kemudian 37,5% dengan
IQ diatas 120 dan 50% dengan IQ antara 80-120.
d. Segi perkembangan emosi, anak tunanetra sedikit mengalami
hambatan dibandingkan dengan anak yang normal.
e. Keterlambatan ini terutama disebabkan oleh keterbatasan kemampuan
dalam proses belajar. Pada awal masa kanak-kanak, akan melakukan
proses belajar untuk mencoba menyatakan emosinya, hal ini tetap
dirasakan tidak efisien karena mereka tidak dapat melakukan
pengamatan terhadap reaksi lingkungan secara tepat. Akibatnya pola
emosi yang ditampilkan mungkin berbeda atau tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh diri sendiri maupun lingkungannya.
f. Segi perkembangan sosial, tunanetra memiliki lebih banyak hambatan.
Hal tersebut muncul sebagai akibat langsung maupun tidak langsung
dari ketunanetraannya. Kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi
lingkungan sosial yang lebih luas atau baru, perasaan-perasaan rendah
diri, malu, sikap-sikap masyarakat yang seringkali tidak
menguntungkan seperti penolakan, penghinaan, sikap tak acuh,
ketidakjelasan tuntutan sosial, serta terbatasnya kesempatan bagi anak
untuk belajar tentang pola-pola tingkah laku yang diterima merupakan
kecenderungan tunanetra yang dapat mengakibatkan perkembangan
sosialnya amenjadi terhambat. Jadi, perkembangan sosial dari
penderita tunanetra sangat tergantung pada bagaimana perlakuan dan
penerimaan lingkungan terutama lingkungan keluarga terhadap
penderita tunanetra itu sendiri.

Laporan Tuna Netra 8


G. Kebutuhan Tuna Netra
Kebutuhan sebagai manusia tidak berbeda dengan kebutuhan manusia
pada umumnya. Pada dasarnya setiap prilaku manusia tertuju pada motif
pemenuhan kebutuhan, yang berarti kebutuhan mempengaruhi prilaku
manusia.
Menurut teori Maslow tentang motivasi atau perilaku yang dipengaruhi
kebutuhan digambarkan seperti piramida yang tersusun dari lima tingkat dan
setiap tingkatnya mengandung satu unsur kebutuhan.

1. Kebutuhan Fisiologis
Kepuasan dari haus, lapar dan sex. Kepuasan Fisiologis ini harus
terpenuhi lebih dulu apabila menginginkan kebutuhan berikutnya
terpenuhi.
2. Kebutuhan akan rasa aman
Bagi tunanetra perasaan aman sulit diperoleh. Kerusakan penglihatan
menyebabkan gangguan di dalam menerima informasi lewat mata,
sedangkan indera lainnya kurang memberikan kejelasan. Akibat
ketidakjelasan ini tunanetra selalu bertanya-tanya apa yang ada
dihadapannya. Akibat ketidakpastian ini juga menyebabkan tunanetra
selalu ada rasa curiga.
3. Kebutuhan akan kasih sayang
a. Rasa memiliki dan rasa kasih sayang itu akan ada pada seseorang
apabila seseorang sudah merasakan kebutuhan fisiologisnya terpenuhi
dan kebutuhan akan rasa amannya juga terpenuhi.
b. Kecenderungan rasa kasih sayang pada seseorang timbul apabila
kehadiran seseorang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
lingkungan.
c. Kehadiran seorang tunanetra di tengah keluarga dan lingkungan pasti
tidak diharapkan. Tidak ada orang tua yang mengharapkan kelahiran
anaknya menderita tunanetra. Karena itu kehadirannya menimbulkan
kekecewaan. Biasanya kekecewaan orang tua dan lingkungan
dimunculkan dalam bentuk sikap tidak menyayangi dan tidak
memiliki.

Laporan Tuna Netra 9


4. Kebutuhan akan penghargaan
a. Setiap manusia membutuhkan penghargaan atau rasa dihargai oleh
lingkungan. Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tapi juga
berbentuk penghargaan psikologis.
b. Seseorang akan dihargai apabila ia dapat berbuat sesuatu baik bagi
dirinya maupun pada lingkungan, begitu juga penderita tuna netra.
5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
a. Ketidaktergantungan pada pertolongan orang lain merupakan
perwujudan dari kemampuan tunanetra dalam mengaktualisasikan
dirinya ditengah-tengah lingkungannya.
b. Seorang tunanetra yang mampu mewujudkan dan merealisasikan
aktualisasi dirinya, berarti ia telah memperoleh kebebasan. Kebebasan
dan kemandirian inilah yang selalu didambakan oleh setiap orang
termasuk tunanetra.

H. Kebutuhan Khusus Tuna Netra


1. Fisiologis
Membutuhkan perawatan dan pemeriksaan medis, pengobatan dan
evaluasi medis secara umum. Sebagai kegiatan diperlukan latihan gerak
dan ekspresi tubuh.
2. Personal
a. Ketunanetraan merupakan pengalaman personal, orang diluar dirinya
tidak akan memahami tanpa ia mengalaminya.
b. Efek psikologis dari personal adalah, banyak tergantung pada waktu
terjadinya ketunanetraan dan kualitas serta karakteristik susunan
kejiwaannya.
c. Akibat ketunanetraan sebagai pengalaman personal, maka timbul
beberapa kebutuhan yang bersifat personal pula. Kebutuhan tersebut
antara lain adalah latihan Orientasi dan Mobilitas, minat untuk
berinteraksi dengan lingkungan terutama dalam hal mengolah dan
menerima informasi dari lingkungan, keterampilan aktivitas
kehidupan sehari-hari seperti menolong diri sendiri. Pendidikan dan

Laporan Tuna Netra 10


bimbingan penyuluhan juga merupakan kebutuhan personal secara
khusus dan banyak lagi kebutuhan yang bersifat individual.
3. Sosial
a. Apabila ketunanetraan terjadi dan muncul dalam suatu keluarga, maka
susunan keluarga akan mengadakan perubahan dan penyesuaian baik
secara total maupun sebagian
b. Baik buruknya pengaruh adanya seorang tunanetra di tengah keluarga
tergantung pada menerima tidaknya semua anggota keluarga terhadap
adanya kenyataan tersebut diatas.
c. Dengan adanya pandangan ketunanetraan sebagai fenomena social,
maka kebutuhan dari segi social adalah adanya hubungan yang baik
antar personal (personal relationship), interaksi yang baik antar
anggota keluarga, interaksi dan hubungan dengan teman-temannya,
dan membutuhkan pula untuk ikut berpartisipasi dengan berbagai
kegiatan dalam lingkungannya.

I. Kebutuhan Pengembangan Motorik Tuna Netra


Tuna Netra memiliki keterbatasan, yaitu:
1. Keterbatasan dalam lingkup keaneka ragaman pengalaman.
2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3. Keterbatasan dalam mobilitas
4. Pengalaman yang diperoleh tuna netra sangat dibutuhkan untuk
melakukan interaksi dengan lingkungan.
5. Interaksi dapat berlangsung bila ada hubungan timbal balik antara
tunanetra dengan lingkungannya.
6. Hubungan timbal balik akan aktif bila tunanetra memiliki sumber
informasi didalam mentalnya yang berbentuk konsep-konsep.
7. Konsep sesuatu akan dikuasai anak menjadi suatu data yang benar sesuai
dengan realitas.

J. Alasan Tuna Netra membutuhkan latihan motorik


1. Dalam perkembangan motorik, tunanetra mengikuti urutan
perkembangan yang sama dengan orang pada umumnya akan tetapi ia

Laporan Tuna Netra 11


mengalami keterlambatan dalam “motor miliestones” termasuk
didalamnya mobilitas.
2. Kehilangan penglihatan membuat stimulasi penglihatan berkurang dan
tidak merangsang untuk bergerak dan bahkan membuat gerakan menjadi
sulit.
3. Banyak tunanetra yang datang dari keluarga yang terlalu melindungi
sehingga tidak ada kesempatan untuk melakukan eksplorasi lingkungan
menyebabkan keterampilan motoknya tidak terlatih.
4. Ketunanetraan tidak memberikan kesempatan untuk membetulkan gerak,
gaya jalan dan sikap tubuh karena ia tak bisa mencontoh orang
sekitarnya. Penyimpangan sikap tubuh (posture) banya terjadi pada
tunanetra.
5. Tunanetra sebagai kelompok memiliki tingkat kesegaran jasmaninya jauh
dibawah orang normal.
6. Mata dengan fungsinya sebagai alat untuk melihat dapat berfungsi
sebagai alat untuk menyeimbangkan tubuh, oleh karena itu tunanetra
memiliki keseimbangan yang kurang baik.
7. Tunanetra harus hidup dihabitatnya seperti orang awas lainnya dan ia
harus bersaing dengan orang awas. Karena itu ia harus memiliki tubuh
yang kuat dan sehat.

Laporan Tuna Netra 12


II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
meliputi nama, usia, alamat, status, pendidikan, agama dll.
2. Riwayat kesehatan
3. Keadaan umum
4. Riwayat sosial
5. Kemampuan mandiri
6. Pada pemeriksaan terfokus pada mata

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan cacat
sejak lahir
2. Defisit kemandirian berhubungan dengan keterbatasan aktifitas fisik
3. Resiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
4. Resiko Cedera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang

Laporan Tuna Netra 13


Laporan Tuna Netra 14
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


DX KEPERAWATAN
1 Gangguan persepsi sensori: NOC : NIC :
penglihatan berhubungan Vision compensation behavior Pencapaian Komunikasi: Defisit Penglihatan
dengan cacat sejak lahir Kriteria hasil: 1. Kaji reaksi pasien terhadap penurunan penglihatan
1. Memakai kaca mata atau 2. Ajak pasien ntuk menentukan tujuan dan belajar melihat
lensa dengan benar dengan cara yang lain
2. Memakai huruf braile 3. Deskripsikan lingkungan disekitar pasien
3. Memakai penyinaran/ cahaya 4. Jangan memindahkan sesuatu di ruangan pasien tanpa
yang sesuai Memberi informasi pada pasien
1. Bacakan surat atau koran atau info lainnya
2. Sediakan huruf braile
3. Informasikan letak benda-benda yang sering diperlukan
pasien
Manajemen Lingkungan
1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2. Pindahkan benda-benda berbahaya dari lingkungan

Laporan Tuna Netra 15


pasien
3. Sediakan tempat tidur yang rendah
4. Tempatkan benda-benda pada tempat yang dapat
dijangkau pasien
2 Defisit perawatan diri NOC : NIC :
berhubungan dengan Self care : Activity of Daily Self Care assistance : ADLs
kelemahan fisik Living (ADLs) 1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang
Kriteria Hasil : mandiri.
1. Klien terbebas dari bau 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
badan kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
2. Menyatakan kenyamanan 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
terhadap kemampuan untuk melakukan self-care.
melakukan ADLs 4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
3. Dapat melakukan ADLS normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
dengan bantuan 5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak
mampu untuk melakukannya.

Laporan Tuna Netra 16


7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
3 Resiko jatuh berhubungan NOC NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan)
dengan keterbatasan Risk Kontrol 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
lapang pandang Kriteria Hasil : 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
1. Klien terbebas dari cedera kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
2. Klien mampu menjelaskan penyakit terdahulu pasien
cara/metode untukmencegah 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
injury/cedera memindahkan perabotan)
3. Klien mampu menjelaskan 4. Memasang side rail tempat tidur
factor resiko dari 5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
lingkungan/perilaku personal 6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
4. Mampumemodifikasi gaya dijangkau pasien.
hidup untukmencegah injury 7. Membatasi pengunjung
5. Menggunakan fasilitas 8. Memberikan penerangan yang cukup
kesehatan yang ada 9. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
6. Mampu mengenali 10. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
perubahan status kesehatan 11. Memindahkan barang-barang yang dapat

Laporan Tuna Netra 17


membahayakan
4 Resiko Cedera berhubungan NOC NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan)
dengan keterbatasan Risk Kontrol 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
lapang pandang Kriteria Hasil : 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
1. Klien terbebas dari cedera kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
2. Klien mampu menjelaskan penyakit terdahulu pasien
cara/metode untukmencegah 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
injury/cedera memindahkan perabotan)
3. Klien mampu menjelaskan 4. Memasang side rail tempat tidur
factor resiko dari 5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
lingkungan/perilaku personal 6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
4. Mampumemodifikasi gaya dijangkau pasien.
hidup untukmencegah injury 7. Membatasi pengunjung
5. Menggunakan fasilitas 8. Memberikan penerangan yang cukup
kesehatan yang ada 9. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
6. Mampu mengenali perubahan 10. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
status kesehatan 11. Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan

Laporan Tuna Netra 18


III. KONSEP TUMBUH KEMBANG
A. Pengertian Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan
masalah perubahan dalam jumlah besar, jumlah, ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ, maupun individu, yang bias diukur. Sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil
dari proses kematangan (Soetjiningsih, 1995).
Whaley dan Wong dalam Supartini (2004), mengemukakan
pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan
perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara
bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi
dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran.
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memeberikan
pelayanan dari mulai manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal,
dalam merawat kasus yang apapun tindakan yang diberikan akan sangat
berbeda karena setiap orang adalah unik, sehingga seorang perawat
dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang. Tumbuh kembang
merupakan hasil dari 2 faktor yang berinteraksi yaitu faktor herediter dan
faktor lingkungan. Manusia dalam tumbuh dan berkembang dipengaruhi
oleh kondisi:
a. Fisik
b. Kognitif
c. Psikologis
d. Moral
e. Spiritual

B. Ciri Proses Tumbuh Kembang


Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa
konsepsi sampai dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu :

Laporan Tuna Netra 19


1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai
maturitas atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan
2. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam
proses tumbuh kembang pada setiap organ tubuh berbeda
3. Pola perkembangan anak adalah sama tapi kecepatannya berbeda
antara anak satu dengan lainnya
4. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh
setiap organ

C. Prinsip Tumbuh Kembang


Prinsip tumbuh kembang menurut Potter dan Perry (2005)
1. Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian
tertentu
2. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus
menerus dalam pola sebagai berikut :
 Cephalocaudal, pertumbuhan berlansung terus menerus dari
kepala ke arah bawah bagian tubuh
 Proximodistal., perkembangan berlangsung terus dari daerah
pusat (proksimal) tubuh ke arah luar tubuh (distal)
 Differentiation, ketika perkembangan berlangsung terus yang
mudah ke arah yang lebih kompleks
3. Perkembangan adalah hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi
dengan pola yang konsisten dan kronologis

D. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


1. Motorik
Lebih mampu menggunakan otot-otot kasar daripada otot –otot halus.
Misalnya loncat tali, badminton, bola volly, pada akhir masa sekolah
motorik halus lebih berkurang, anak laki-laki lebih aktif daripada anak
perempuan.

Laporan Tuna Netra 20


2. Sosial emosional
Mencari lingkungan yang lebih luassehingga cenderung sering pergi
dari rumah hanya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah sanggat
berperan untuk membentuk pribadi anak, disekolah anak harus
berinteraksi dengan orang lain selain keluarga sehingga peran guru
sangatlah besar.
3. Pertumbuhan fisik
BB meningkat 2-3 Kg/tahun dan TB meningkat 6-7 cm/tahun.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tahap Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak
a. Faktor herediter
Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk diubah ataupun
dimodifikasi, ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil
akhir dari proses tumbang anak. Melalui instruksi genetic yang
terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi dapatlah ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam faktor genetic
ini adalah jenis kelamin dan suku bangsa /ras. Misalnya, anak
keturunan bangsa eropa akan lebih tinggi dan lebih besar jika
dibandingkan dengan keturunan asia termasuk indonesia,
pertumbuhan postur tubuh wanita akan berbeda dengan laki-laki.
b. Faktor lingkungan
1) Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada
tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak, hormon
somatotropin merupakan hormon yang mempengaruhi jumlah sel
tulang, merangsang sel otak pada masa
pertumbuhan,berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan
gigantisme. Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan
tulang, kekurangan hormon ini akan menyebabkan kretinesme
dan hor,on gonadotropin yang berfungsi untuk merangsang
perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa,
sedangkan esterogen merangsang perkembangan seks sekunder

Laporan Tuna Netra 21


wanita dan produksi sel telur. Jika kekurangan hormon
gonadotropin ini akan menyebakan terhambatnya perkembangan
seks.
Terciptanya hubungan yang hangat dengan orang lain seperti
ayah, ibu, saudara, teman sebaya, guru dan sebagainya akan
berpengaruh besar terhadap perkembangan emosi, sosial, dan
intelektual anak. Cara seseorang anak dalam berinteraksi dengan
orang tua akan mempengaruhi interaksi anak diluar rumah. Pada
umumnya anak yang perkembangannya baik dan mempunyai
intelegensi yang tinggi dibandingkan dengan anak yang tahap
perkembangannya terhambat.
2) Lingkungan eksternal
Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang
mempengaruhi, diantaranya adalah kebudayaan. Kebudayaan
suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan, adat kebiasaan
dan tingkah laku dalam bagaimana oarang tua mendidik
anaknya.status sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh, orang
tua yang ekonominya menengah ke atas dapat dengan mudah
menyekolahkan anaknya disekolah-sekolah berkualitas. Sehingga
mereka dapat menerima dan mengadopsi cara-cara baru bagimana
cara merawat anak dengan baik. Status nutrisi pengaruhnya juga
sangat besar, orang tua dengan status ekonomi lemah bahkan
tidak mampu memberikan makanan tambahan buat bayinya,
sehingga bayi akan kekurangan asupan nutrisi yang akibat
selanjutnya daya tahan tubuh akan menurun dan akhirnya
bayi/anak akan jatuh sakit.
Olahraga yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah
dalam tubuh, aktifitas fisiologis dan stimulasi terhadap
perkembangan otot-otot, posisi anak dalam keluarga juga
berpengaruh, anak pertama akan menjadi pusat perhatian orang
tua, sehingga semua kebutuhan dipenuhi baik itu kebutuhan fisik,
emosi, maupun sosial.

Laporan Tuna Netra 22


3) Faktor pelayanan kesehatan
Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada disekitar
lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang. Diharapkan
tumbang anak dapat dipantau. Sehingga apabila terdapat sesuatu
hal yang sekiranya meragukan atau terdapat keterlambatan dalam
perkembangannya. Anak dapat segera mendapatkan pelayanan
kesehatan dan diberikan solusi pencegahannya.
c. Teori Tumbuh Kembang
Tahapan perkembangan :
Industry Vs Inferiority (School age, 6 – 11 tahun)
1. Anak senang menyelesaikan ssesuatu dan menerima pujian
2. Anak tidak berhasil menyelesaikan tugasnya akan menjadi inferior
3. Perilaku positif: memiliki perasaan untuk bekerja atau
melaksanakan tugas, mengembangkan kompetisi sosial dan
sekolah, melakukan tugas yang nyata.
Jean Piaget lebih menekankan kepada perkembangan kognitif
atau intelektual. Piaget menyatakan perkembangan kognitif
berkembang dengan proses yang teratur dengan 4 urutan/tahapan
melalui proses ini:
1. Assimilasi, adalah proses pada saat manusia ketemu dan berekasi
dengan situasi baru dengan mengunakan mekanisme yang sudah
ada. Pada tahap ini manusia mendapatkan pengalaman dan
keterampilan baru termasuk cara pandang terhadap dirinya dan
duania disekitarnya
2. Akomodasi, merupakan proses kematangan kognitive untuk
memecahkan masalah yang sebelumnya tidak dapat dipecahkan.
Tahap ini dapat tercapai karena ada pengetahuan baru yang
menyatu.
3. Adaptasi, merupakan kemampuan untuk mengantisipasi
kebutuhan

Laporan Tuna Netra 23


E. KONSEP BERMAIN
1. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat
melakukan atau mempraktikan keterampilan, membmaerikan ekspresi
terhadap pemikiran, menjadi kreatif, memersiapkan diri untuk berperan
dan menjadi dewasa.(Aziz Alimul Hidayat,2008). Bermain merupakan
cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadari.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan ( Foster, 1989 ).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara . (Wong, 2000).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
bermain adalah aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa,
yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan
lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal
dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
Gibon dan Boren mendeskripsikan 3 tipe permainan yang
bermanfaat untuk mengurangi rasa stress anak, yaitu:
1. Bermain rekreasi atau bermain dengan tujuan bersenang-senang
yaitu bermain bemain spontan yang tidak terstruktur.
2. Bermain terapetik yaitu bila orang dewasa menstruktur aktifitas
untuk tujuan tertentu, biasanya sebelum atau sesudah pengobatan
3. Bermain dengan tujuan Terapi yaitu, bermain yang bertujuan
meninterprestasiakan permainan anak dan merekomendasikan
intervensi yang sesuai. Tipe bermain ini bertujuan untuk untuk
memberikan pengalaman pada anak menyelesaiakan konflik

Laporan Tuna Netra 24


internal, dan tipe ini merupakan komponen penting pendekatan
psikososial untuk merawat anak.
Sasaran Usia Sekolah dengan berkebutuhan Khusus
Dalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin
banyak begitupun dengan anak berkebutuhan khusus. Tekanan
sekolah, lingkungan sebaya (peer group), serta tuntutan belajar yang
semakin tinggi membuat anak harus lebih mampu menghadapi
tuntutan sosial masyarakat. Bahkan tidak jarang orang tua menuntut
anak untuk berprestasi tinggi, dan adakalanya harapan orang tua
melebihi kapasitas anak untuk dapat mencapainya. Berbagai kondisi
sosial yang penuh tuntutan baik dari sekolah, teman sebaya maupun
orang tua dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi anak salah
satunya dalam proses belajar anak sulit berkonsentrasi, perstasi anak
menurun bahkan motivasi anak untuk belajar menurun. Berbagai
keluhan tersebut merupakan sebagian kecil keluhan rutin yang kerap
disampaikan oleh para orang tua pada konselor. Tidak jarang bahakan
orang tua justru menekankan keluhan bahwa anak-anak mereka terlalu
senang bermain, sehingga kurang belajar. Padahal justru melalui
bermain, mereka bisa belajar lebih banyak lagi. Usia sekolah dengan
berkebutuhan khusus.
2. Metode Bermain
Permainan untuk anak-anak tidak perlu memakai alat yang
sulit dijangkau tempatnya apalagi harganya. Cukup dengan barang-
barang atau alat-alat di sekitar kita bisa kita gunakan untuk
memperkaya permainan anak. Misal ; bola, lompat tali, kertas
origami, dan lain-lain. Yang terpenting kita bisa meramu dan
menggunakan alat sesuai .dengan keinginan anak.
Pelatihan anak dengan metode bermain, menoton film dan
diskusi dapat membuat anak lebih berani tampil di depan umum,
percaya diri, dapat menghargai orang lain, dan dapat melihat
kekurangan diri.

Laporan Tuna Netra 25


Acara pementasan juga dapat menjadi salah satu pilihan yang
sangat efektif untuk membentuk kerja sama anak, mengekspresikan
diri, dan anak dapat memberikan apresiasi terhadap karya orang lain.
Nilai-nilai yang diajarkan dalam model pendidikan ini dapat
diterapkan oleh anak dalam kegiatan sehari-hari.
3. Tahapan Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permaianan mereka terutama
terdiri atas melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak
untuk menggapai benda yang diasungkan dihadapannya.
Selanjutnya mereka akan mengendalikan tangan sehingga cukup
memungkinkan bagi mereka untuk mengambil, memegang dan
memperlajari benda kecil. Setelah mereka dapat merangkak atau
berjalan, mulai memperhatikan apa saja yang berada dalam jarak
jangkauannya
b. Tahap Permainan
Bermain barang mainan dimulai pada tahun pertama dan
mencapai puncaknya pada usia antar 5 dan 6 tahun lainhalnya
dengan anak yang berkubutuhan khusus. Antara Anak dengan
kebutuhan khusus membayangkan bahwa mainannya mempunyai
sifat hidup, dapat bergerak, berbicara dan merasakan. Dengan
semakin berkembangnya kecerdasan anak, mereka tidak lagi
mengangap benda mati sebagai sesuatu yang hidup dan hal ini
mengurangi minatnya pada barang mainan. Faktor lain yang
mendorong penyusutan minat dengan barang mainan ini adalah
bahwa permaianan itu sifatnya menyendiri sedangkan mereka
menginginkan teman. Setelah masuk sekolah, kebanyakan anak
mengangap bermaian barang sebagai “permaianan bayi
c. Tahap Melamun
Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan minat
pada peramainan yang sebelumnya disenangi dan banyak
menghabiskan waktu dengan melamun. Melamun yang

Laporan Tuna Netra 26


merupakan ciri khas anak remaja adalah saat berkorban, saat
mereka mengangap dirinya tidak diperlakukan dengan baik dan
tidak dimengerti oleh siapapun.
Puzzel berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki
atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana
yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian
tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media
puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang
kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
Ada beberapa jenis puzzle, antara lain:
1) Puzzle konstruksi
Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan
potongan-potongan yang terpisah, yang dapat digabungkan
kembali menjadi beberapa model. Mainan rakitan yang paling
umum adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni.
Mainan rakitan ini sesuai untuk anak yang suka bekerja
dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka
berimajinasi.
2) Puzzle batang (stick)
Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika
sederhana namun memerlukan pemikiran kritis dan penalaran
yang baik untuk menyelesaikannya. Puzzle batang ada yang
dimainkan dengan cara membuat bentuk sesuai yang kita
inginkan ataupun menyusun gambar yang terdapat pada batang
puzzle.
3) Puzzle lantai
Puzzle lantai terbuat dari bahan sponge (karet/busa) sehingga
baik untuk alas bermain anak dibandingkan harus bermain di
atas keramik. Puzzle lantai memiliki desain yang sangat
menarik dan tersedia banyak pilihan warna yang cemerlang.
Juga dapat merangsang kreativitas dan melatih kemampuan

Laporan Tuna Netra 27


berpikir anak. Puzzle lantai sangat mudah dibersihkan dan
tahan lama.
4) Puzzle angka
Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu
anak dapat melatih kemampuan berpikir logisnya dengan
menyusun angka sesuai urutannya. Selain itu, puzzle angka
bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan,
melatih motorik halus serta menstimulasi kerja otak.
5) Puzzle transportasi
Transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang
memiliki gambar berbagai macam kendaraan darat, laut dan
udara. Fungsinya selain untuk melatih motorik anak, juga
untuk stimulasi otak kanan dan otak kiri. Anak akan lebih
mengetahui macam-macam kendaraan.
6) Puzzle logikaPuzzle logika merupakan puzzle gambar yang
dapat mengembangkan keterampilan serta anak akan berlatih
untuk memecahkan masalah. Puzzle ini dimainkan dengan
cara menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu
gambar yang utuh.
7) Puzzle geometri
Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat
mengembangkan keterampilan mengenali bentuk geometri
(segitiga, lingkaran, persegi dan lain-lain), selain itu anak akan
dilatih untuk mencocokkan kepingan puzzle geometri sesuai
dengan papan puzzlenya.
8) Puzzle Penjumlahan dan PenguranganPuzzle penjumlahan dan
pengurangan merupakan puzzle yang dapat mengembangkan
kemampuan logika matematika anak. Dengan puzzle
penjumlahan dan pengurangan anak memasangkan kepingan
puzzle sesuai dengan gambar pasangannya.
Fungsi Puzzle :
Permainan puzzle berfungsi untuk:

Laporan Tuna Netra 28


a. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
b. Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak
belajarmencocokkan keping-keping puzzle dan
menyusunnya menjadi satu gambar.
c. Memperkuat daya ingat
d. Mengenalkan anak pada konsep hubungan
e. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk
berfikir matematis (menggunakan otak kiri).

4. Fungsi Bermain terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan


Anak
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan,
sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi
waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan,
perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan
bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).

5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain pada Anak


a. Status kesehatan, pada anak yang sedang sakit kemampuan
psikomotorik/ kognitif terganggu. Sehingga ada saat-saat anak
sangat ambisius pada permainannya dan ada saat-saatanak sama
sekali tidak punya keinginan untuk bermaian.
b. Jenis kelamin, pada saat usia sekolah biasanya anka laki-laki engan
bermain dengan anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk
komunikasi sendiri, dimana anak wanita bermain sesama wanita
dan anak laki-laki bermain sesama laki-laki. Tipe dan alat
permainanpun akan berbeda, misalnya anak laki-laki suka bermain
bola, pada anak permpuan suka main boneka.
c. Lingkungan, lokasi dimana anak berada sangat mempengaruhi pola
permainan anak. Dikota-kota besar anak jarang sekali yang

Laporan Tuna Netra 29


bermain layang-layangan. Paling mereka bermain game karena
memang tidak ada/jarang ada tanah lapang/lapangan untuk
bermain, berbeda dengan yang masih terdapat tanah-tanah kosong.
d. Alat permainan yang cocok, disesuaikan dengan tahap
perkembangan sehingga anak menjadi senang untuk
menggunakannya.

6. Karakteristik dan Klasifikasi dari Bermain


1) Menurut karakteristik sosial
a) Solitary play
Bermaian sendiri walaupun disekitarnya orang lain. Misalnya
pada bayi dan toddler, dia akan asyik dengan mainnya sendiri
tanpa menghiraukan orang-orang yang ada disekitarnya.
b) Pararel play
Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya, pada
masing-masing anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak
ada interaksi di antara mereka. Mereka tidak ketergantungan
antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, masing-masing anak
punya bola, maka dia akan bermain dengan bolanya sendiri
tanpa menghiraukan bola temannya. Biasanya terjadi pada usia
toddler dan pre school.
c) Associative play
Bermain dalam kelompok , dalam suatu aktivitas yang sama
tetapi masih belum terorganisir, tidak ada pembagian tugas,
mereka bermain sesuai keinginannya. Misalnya, anak bermain
hujan-hujanan di teras rumah, berlari-lari dan sebagainya. Hal
ini banyak dialami pada anak pre school.
d) Cooperative play
Anak bermain secara bersama-sama, permaianan sudah
terorganisir dan terencana, didalamnya sudah ada aturan main.
Misalnya, anak bermain kartu, petak umpet, terjadi pada usia
sekolad dan adolescent.

Laporan Tuna Netra 30


2) Menurut isi
a) Sosial afektive play
Anak mulai belajar memberikan respon melalui orang dewasa
dengan cara merajuk/berbicara sehingga anak menjadi senang
dan tertawa.
b) Sense of pleasure play
Anak mendapatkan kesenagan dari suatu objek disekelilingnya.
Misalnya, anak bermain pasir atau air sehingga anak tertawa
bahagia.
c) Skill play
Memperoleh keterampilan sehingga anak akan
melaksanakannya secara berulang-ulang. Misalnya, anak
bermain sepeda-sepedaan dan sedikit mulai merasa bisa, maka
dia akan berusaha untuk mencobanya lagi
d) Dramatic play
Melakukan peran sesuai keinginannya atau dengan apa yang dia
lihat dan dia dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari
permaianan itu. Misalnya, anak pernah berkunjung kerumah
sakit waktu salah satu tetangganya sakit, dia melihat perawat
dan dokter, sesampainya dirumah dia berusaha untuk
memerankan dirinya sebagai seorang perawat maupun dokter,
sesuai dengan apa yang dia lihat dan diterima tentang peran
tersebut.

7. Pedoman untuk Keamanan Bermain


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan
maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.

Laporan Tuna Netra 31


b. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman,
bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
f. Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak
dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan
dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan
anak menjadi lebih akrab.
Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif
(APE). APE merupakan alat permainan yang dapat memberikan
fungsi permainan secara optimal dan perkembangan anak,dimana
melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan
kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi
sosialnya.
Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal,maka
alat permainan ini harus aman, ukurannya sesuai dengan usia anak,
modelnya jelas, menarik, sederhana, dan tidak mudah rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak
dijumpai pada masyarakat kurang memahami jenis permainan karena
banyak orang tua membeli permainan tanpa memperdulikan jenis
kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga

Laporan Tuna Netra 32


terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe
permainannya sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif, ada beberapa
contoh jenis permainan yang dapat mengembangkan secara edukatif
seperti : permainan sepeda roda tiga atau dua, bola, mainan yang
ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam
pertumbuhan fisik atau motorik kasar,kemudian alat permainan
gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam
mengembangkan motorik halus, alat permainan buku bergambar,
buku cerita, puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini
dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau
kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita,
majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam
mengembangkan kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas
plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan
dalam mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri dan alat
permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara
bersama dapat dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku social.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada
peran orang tua atau pembimbing dalam bermain yang memiliki
kemampuan tentang jenis alat permainan dan kegunaannya, sabar
dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan
bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai,
memberikan kesempatan untuk mandiri.

8. Terapi Bermain pada Anak


Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap
membutuhkan aktivitas bermain. Bermain dapat memberikan
kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan
secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan,
kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi
(Mott, 1999).

Laporan Tuna Netra 33


Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan
emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab
bermain membantu anak menanggulangi pengalaman yang tidak
menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian
diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif,
regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam
menjalani perawatan di rumah sakit.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila
bermain dilaksanakan di suatu rumah sakit, antara lain:
a) Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
b) Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan control
c) Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
d) Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian
tubuh :
1) Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan
dan tujuan peralatan dan prosedur medis
2) Memberi peralihan dan relaksasi
3) Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang
asing
4) Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk
mengekspresikan perasaan
5) Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-
sikap yang positif terhadap orang lain
6) Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
7) Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).
Prinsip Bermain di Sekolah
1) Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.
2) Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
3) Kelompok umur yang sama.
4) Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan
5) Semua alat permainan dapat dicuci
6) Melibatkan orang tua.

Laporan Tuna Netra 34


Dukungan dari orang tuapun merupakan faktor penting yang
harus diberikan untuk memotivasi anak. Hal-hal yang perlu diberikan
sebagai orang tua antara lain:
1) Memberikan dukungan
Dukungan positif dapat berupa menjaga anak saat dirawat di rumah
sakit, mendampingi anak saat diperiksa petugas medis, atau
memberikan beberapa treatment pengobatan. Yang tak kalah
penting, memberi sentuhann lembut, seperti pelukan atau mengelus
saat anak mengalami kesakitan.
2) Bersikap optimis dan tidak menampakkan kecemasan didepan anak
Orang tua yang menampakkan wajah ceria, meski beban yang
ditanggungnya cukup berat, akan membuat anak bersikap tabah dan
ceria dalam menghadapi kondisi sakitnya.
3) Menanamkan pengertian bahwa proses pengobatan dan perawatan
dirumah sakit adalah proses menuju kesembuhan.
Perlu diingat, beri pengertian kepada anak bahwa dokter atau
petugas medis lainnya adalah orang-orang yang menolongnya
untuk sembuh

Laporan Tuna Netra 35


Daftar Pustaka

Delphie, Bandi. 2011. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung :


PT Refika Aditama.

Departemen Pendidikan Nasional. (2010). Direktorat Pembinaan Sekolah


Luar Biasa (Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus). Jakarta:
Departemen Pendidikan nasional.

Kartadinata, Sunaryo. 2010. Psikologi Anak Luar Biasa. Surabaya : Dikti.

Ramawati, D (2011). Faktor- faktor yang berhubungan dengan kemampuan


perawatan diri anak tuna netra di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Nurarif dan Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis dan nanda Nic Noc. Yogyakarta : Media Action

Laporan Tuna Netra 36


Lampiran

PROPOSAL
KEGIATAN DI KELAS TUNA NETRA
SLB MANDARA B-F KENDARI

Laporan Tuna Netra 37


PROPOSAL KEPERAWATAN ANAK
DI SLB MANDARA BF KENDARI “MENGENAL BENTUK BUAH”

Topik : Permainan Mengenal Bentuk Buah


Sasaran : Seluruh Siswa-siswi di kelas Tuna Netra
Waktu : 15 Menit (Pukul 09.00 – 09.15 WITA)
Hari/tanggal : Jum’at, 20 Juli 2018

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan dan gambaran terkait dengan bentuk buah-buahan
b. Tujuan Khusus :
1) Mengasah tingakat kepekaan panca indera anak
2) Mengasah kemampuan anak dalam mengenal bentuk buah-buahan
3) Mengasah kemampuan anak dalam membedakan segala bentuk buah
2. Sasaran
Seluruh siswa-siswi dikelas Tuna Netra

3. Materi
a. Penjelasan terkait dengan bentuk buah-buahan
b. Mengenal buah-buahan dari bentuknya
4. Metode
Menggunakan indera perabaan
5. Media
a. Menggunakan buah-buahan plastik
b. Menggunakan buah-buahan asli
6. Penanggung Jawab
a. Leader : Supriadi
b. Co-Leader : Sutriyati
c. Fasilitator : Hesmiati
d. Anggota : Made Susanti, Agata Bongga, Sri Nurpatri, ketut Dedi
e. Observer : Wali Kelas

Laporan Tuna Netra 38


7. Proses Penyuluhan
PENANGGUNG
NO TAHAP WAKTU
JAWAB

1 Pra Interaksi:

 Menentukan Kasus & Topik kamis, 19 Juli Wali Kelas


 Menentukan Tim 2018
Mahasiswa
 Informed Consent (09.00 – 09.`15
 Membuat Pra Planning wita)
 Diskusi
 Mencari sumber literatur

2 Interaksi:

 Pejelasan Materi Jumat, 20 Juli Wali Kelas


 Tanya Jawab 2018
Mahasiswa
 Pemberian contoh buah- (09.00 – 09.15
buahan asli dan buah plastik wita)

3 Post interaksi:

Evaluasi Pelaksanaan penyuluhan Jumat, 20 juli Wali Kelas


2018
Mahasiswa

8. Kriteria Evaluasi
 Mengevaluasi pengetahuan siswa-siswi kelas Tuna Netra terkait dengan
mengenal bentuk buah-buahan
 Mengevaluasi tingkat kepekaan siswa-siswi kelas Tuna Netra terkait dengan
mengenal bentuk buah-buahan
 Mengkaji tercapainya tujuan mengenal buah-buahan.

Laporan Tuna Netra 39


PROPOSAL KEPERAWATAN ANAK
DI SLB MANDARA BF KENDARI “MENGENAL HURUF
ALFHABET”

Topik : Permainan Mengenal Huruf Alfhabet


Sasaran : Seluruh Siswa-siswi di kelas Tuna Netra
Waktu : 15 Menit (Pukul 09.00 – 09.15 WITA)
Hari/tanggal : Sabtu, 21 Juli 2018

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan dan gambaran terkait dengan bentuk huruf
Alfhabet
b. Tujuan Khusus :
1) Mengasah tingakat kepekaan panca indera anak
2) Mengasah kemampuan anak dalam mengenal bentuk huruf alfhabet
3) Mengasah kemampuan anak dalam membedakan segala bentuk huruf
alfhabet
2. Sasaran
Seluruh siswa-siswi dikelas Tuna Netra

3. Materi
a. Penjelasan terkait dengan bentuk huruf alfhabet
b. Mengenal huruf alfhabet dengan bentuknya
c. Menyusun kata dari huruf alfhabet
4. Metode
Menggunakan indera perabaan
5. Media
Menggunakan huruf alfhabet plastik
6. Penanggung Jawab
a. Leader : Sutriyati
b. Co-Leader : Supriadi
c. Fasilitator : Hesmiati

Laporan Tuna Netra 40


d. Anggota : Made Susanti, Agata Bongga, Sri Nurpatri, ketut Dedi
e. Observer : Wali Kelas
7. Proses Penyuluhan
PENANGGUNG
NO TAHAP WAKTU
JAWAB

1 Pra Interaksi:

 Menentukan Kasus & Topik Jumat , 20 Juli Wali Kelas


 Menentukan Tim 2018
Mahasiswa
 Informed Consent (09.00 – 09.`15
 Membuat Pra Planning wita)
 Diskusi
 Mencari sumber literatur

2 Interaksi:

 Pejelasan Materi Sabtu, 21 Juli Wali Kelas


 Tanya Jawab 2018
Mahasiswa
 Pemberian contoh buah- (09.00 – 09.15
buahan asli dan buah plastik wita)

3 Post interaksi:

Evaluasi Pelaksanaan penyuluhan Sabtu, 21 juli Wali Kelas


2018
Mahasiswa

8. Kriteria Evaluasi
 Mengevaluasi pengetahuan siswa-siswi kelas Tuna Netra terkait dengan
mengenal bentuk buah-buahan
 Mengevaluasi tingkat kepekaan siswa-siswi kelas Tuna Netra terkait dengan
mengenal bentuk buah-buahan
 Mengkaji tercapainya tujuan mengenal buah-buahan.

Laporan Tuna Netra 41


PROPOSAL KEPERAWATAN ANAK
DI SLB MANDARA BF KENDARI “MENGENAL BENTUK ANGKA”

Topik : Permainan Mengenal Angka


Sasaran : Seluruh Siswa-siswi di kelas Tuna Netra
Waktu : 15 Menit (Pukul 09.00 – 09.15 WITA)
Hari/tanggal : Sabtu, 21 Juli 2018

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan dan gambaran terkait dengan bentuk Angka
b. Tujuan Khusus :
1) Mengasah tingakat kepekaan panca indera anak
2) Mengasah kemampuan anak dalam mengenal bentuk angka
3) Mengasah kemampuan anak dalam membedakan segala bentuk angka
2. Sasaran
Seluruh siswa-siswi dikelas Tuna Netra

3. Materi
a. Penjelasan terkait dengan bentuk angka
b. Mengenal angka dengan bentuknya
c. Menyusun kalimat matematika dengan angka
4. Metode
Menggunakan indera perabaan
5. Media
Menggunakan angka plastik
6. Penanggung Jawab
a. Leader : Hesmiati
b. Co-Leader : Supriadi
c. Fasilitator : Sutriyati
d. Anggota : Made Susanti, Agata Bongga, Sri Nurpatri, ketut Dedi
e. Observer : Wali Kelas

Laporan Tuna Netra 42


7. Proses Penyuluhan
PENANGGUNG
NO TAHAP WAKTU
JAWAB

1 Pra Interaksi:

 Menentukan Kasus & Topik Jumat, 20 Juli Wali Kelas


 Menentukan Tim 2018
Mahasiswa
 Informed Consent (09.00 – 09.`15
 Membuat Pra Planning wita)
 Diskusi
 Mencari sumber literatur

2 Interaksi:

 Pejelasan Materi Sabtu, 21 Juli Wali Kelas


 Tanya Jawab 2018
Mahasiswa
 Pemberian contoh angka (09.00 – 09.15
plastik wita)

3 Post interaksi:

Evaluasi Pelaksanaan penyuluhan Jumat, 20 juli Wali Kelas


2018
Mahasiswa

8. Kriteria Evaluasi
 Mengevaluasi pengetahuan siswa-siswi kelas Tuna Netra terkait dengan
mengenal bentuk angka
 Mengevaluasi tingkat kepekaan siswa-siswi kelas Tuna Netra terkait dengan
mengenal bentuk angka
 Mengkaji tercapainya tujuan mengenal bentuk angka

Laporan Tuna Netra 43


PROPOSAL KEPERAWATAN ANAK
DI SLB MANDARA BF KENDARI “MENYUSUN PUZZLE”

 Leader : Supriadi
 Co-Leader : Sutriyati
 Fasilitator : Hesmiati
 Observer : Wali Kelas

1. Jenis permainan : Menyusun Puzzle


2. Jenis kelamin : Laki-laki & Perempuan
3. Waktu permainan : ± 15 menit
4. Tempat permainan : Ruang Kelas
5. Alat yang digunakan : Puzzle
6. Tujuan :
a. Meningkatkan Kepekaan anak
b. Memberikan gambaran terkait dengan bentuk buah-buahan
c. Melatih perkembangan motorik kasar pada anak.
7. Strategi permainan :
KEGIATAN BERMAIN
Penanggung
No Tahapan Waktu
Jawab
1. Fase Pra-Interaksi
a. Mempersiapkan diri Sabtu, 21 Juli 2018 Wali Kelas
b. Mempersiapkan media &
(09.00 – 09.`15 Mahasiswa
alat yang akan digunakan wita)
c. Mempersiapkan tempat
untuk bermain
d. Mempersiapkan anak
2. Fase interaksi
a. Mengucapkan salam senin, 23 Juli 2018 Wali Kelas
b. Memperkenalkan diri

Laporan Tuna Netra 44


c. Kontrak waktu (09.00 – 09.15 Mahasiswa
d. Menyampaikan tujuan wita)

bermain
e. Meyampaikan permainan
yang akan dilakukan
Mengajak anak bermain
menyusun puzzle.
f. Fasilitator mendampingi
anak dan memberikan
motivasi kepada anak.
g. Menanyakan kepada anak
apakah sudah selesai
dalam menyusun puzzle.
h. Memberitahu anak bahwa
waktu yang diberikan
telah selesai.
i. Memberikan pujian
terhadap anak yang
mampu menyusun sampai
selesai
3. Fase post interaksi
a. Melakukan review senin, Wali Kelas
pengalaman bermain
23 juli 2018 Mahasiswa
menyusun puzzle
b. Mengidentifiasi kejadian
yang berkesan selama
bermain
c. Menganalisis kesan yang
didapat oleh anak
d. Menyimpulkan kegiatan
acara

Laporan Tuna Netra 45


8. Evaluasi
1) Kaji respon anak secara verbal maupun non verbal dalam kemampuan
anak mengikuti permainan selama permainan berlangsung
2) Pantau keadaan anak selama bermain
3) Kaji tercapainya tujuan bermain

Laporan Tuna Netra 46


DOKUMENTASI MENYUSUN PUZZLE

DOKUMENTASI MENYUSUN ANGKA

Laporan Tuna Netra 47


DOKUMENTASI MENGENAL HURUF ALFHABET

Laporan Tuna Netra 48


DOKUMENTASI MENGENAL ANGKA

Laporan Tuna Netra 49

Anda mungkin juga menyukai