Anda di halaman 1dari 12

RESUME KEPERAWATAN PADA AN.

R DENGAN GANGGUAN
RETRADASI MENTAL ( TUNAGRAHITA )
DI KELAS 8 SLB MANDARA B-F
KOTA KENDARI

CI Lahan CI Institusi

OLEH :

HARTOYO

NIM. 20191113

PROGRAM STUDI NESR

STIKES MANDALA WALUYA KENDARI

TAHUN 2020
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita.
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally
Retardid. Anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau
keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial,
dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus (Sumarno, 2008)
Keterbelakangan Mental atau Retardasi Mental (RM) adalah suatu keadaan
yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata
disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berpelilaku
adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun. Orang-orang yang secara
mental mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan kecerdasan
(intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar
serta adaptasi sosial, sejumlah 3% dari seluruh penduduk Indonesia mengalami
keterbelakangan mental (Kaplan dan Saddock, 1994 ).

B. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus
yang memiliki penyebab yang spesifik. Secara kasar, penyebab RM dibagi
menjadi beberapa kelompok (Medicastore, 2009):
1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
- Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir
- Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
- Cedera kepala yang berat
2. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
- Rubella kongenitalis
- Meningitis
- Infeksi sitomegalovirus bawaan
- Ensefalitis
- Toksoplasmosis kongenitalis
- Listeriosis
- Infeksi HIV
3. Kelainan kromosom
- Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindroma Down)
- Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman,
sindroma Prader-Willi)
- Translokasi kromosom dan sindroma cri du chat
4. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
- Galaktosemia
- Penyakit Tay-Sachs
- Fenilketonuria
- Sindroma Hunter
- Sindroma Hurler
- Sindroma Sanfilippo
- Leukodistrofi metakromatik
- Adrenoleukodistrofi
- Sindroma Lesch-Nyhan
- Sindroma Rett
- Sklerosis tuberosa
5. Metabolik
- Sindroma Reye
- Dehidrasi hipernatremik
- Hipotiroid kongenital
- Hipoglikemia (diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik)
6. Keracunan
- Pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
- Keracunan metilmerkuri
- Keracunan timah hitam
7. Gizi
- Kwashiorkor
- Marasmus
- Malnutrisi
8. Lingkungan
- Kemiskinan
- Status ekonomi rendah
- Sindroma deprivasi.
C. TANDA DAN GEJALA
Beberapa Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan retardasi mental menurut
Sumarno (2008):
1. sutura sagitalis yang terpisah
2. “plantar crease” jari kaki I dan II
3. hyperfleksibilitas
4. peningkatan jaringan sekitar leher
5. bentuk palatum yang abnormal
6. hidung hipoplastik
7. kelemahan otot dan hipotonia
8. bercak brushfield pada mata, mata sipit.
9. mulut terbuka dan lidah terjulur
10. lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut mata
sebelah dalam
11. single palmar crease pada tangan kiri dan kanan
12. jarak pupil yang lebar
13. tangan dan kaki yang pendek serta lebar
14. bentuk / struktur telinga yang abnormal, telinga letak rendah
15. kelainan mata, tangan, kaki, mulut, sindaktili
Gejala-Gejala Lain :
1. Anak-anak yang menderita retardasi mental ini umumnya lebih pendek dari
anak yang umurnya sebaya.
2. Kepandaiannya lebih rendah dari normal.
3. Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana
lidah kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek.

D. PATOFISIOLOGI
Terdapat beberapa faktor penybab yang dinyatakan sebagai dasar terjadinya
retardasi mental, misalnya faktor cedera yang terjadi di dalam rahim, saat bayi
tersebut masih berbentuk janin. Selain itu dapat pula terjadi sedera pada saat
kelahiran (persalinan). Ada teori lain yang menyebutkan adanya variasi somatik
yang dikarenakan perubahan fusngsi kelenjar internal dari ibu selama kehamilan,
dan hal ini belum diketahui mekanismenya. Demikian pula dengan faktor
prenatal yang dialami oleh ibu-ibu yang hamil, misalnya ibu terkena penyakit
campak (Rubella) sering anak yang dikandungnya akan mengalami retardasi
mental.
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh ganngguan
metabolisme (misalnya metabolisme karbohodrat, protein dan lemak), sindrome
reye, dehidrasi hipernatrenik, hipotiroid kongenital, hipoglikemia dan malnutrisi
dapat mengakibatkan retardasi mental.
Penyakit otak yang nyata juga dapat menyebabkan retardasi mental,
misalnya akibat neoplasma otak akan mengakibatkan reaksi sel otak yang
bersifat degenaratif, inflamatif, proliferatif ataupun sklerotik yang menyebabkan
disfungsi otak.
Retardasi mental juga dapat disebabkan oleh kesalahan jumlah kromosom
(sindroma down), defek pada kromosom dan translokasi kromosom. Kelainan
genetik dan kelaianan metabolik yang diturunkan juga dapat menyebabkan
retardasi mental seperti galaktosemia dan fenilketonuria.
Prematuritas dan kehamilan wanita diatas 40 tahun juga dapat menjadi
penyebab kasus retardasi mental. Hal ini berhubungan dengan keadaan bayi
waktu lahir yaitu dengan berat badan rendah kurang dari 2500 gram, imaturitas
antenatal Penyebab langsung
karena persalinan prematur dan ketidakseimbangan
intranatal hormon ibu hamil yang tua
(diatas 40 tahun) (Salmiah, 2010).
Kehamilan tua > 40 tahun Infiltrasi sel kanker
Cidera saat lahir Konsusmsi obat yang meracuni
ke otak
janin
Keracunan timbal
Infeksi ibu saat hamil (CMV).
Cidera kepala

Translokasi kromosom
Kerusakan jaringan Kelaianan metabolisme protein,
otak lemak dan karbohidrat
fenilketonuria

E. PATHWAY

Defek pada otak

Retardasi mental

Gangguan fungsi kognitif Ggn fungsi sosial Ggn perkembangan fisik

Sulit mempelajari hal-hal Bergaul dengan anak yang Hampir sama dengan anak
akademik. lebih muda. normal
Kematangan motorik
Anak tunagrahita ringan, Suka menyendiri lambat
kemampuan belajarnya paling Koordinasi gerak kurang
tinggi setaraf anak normal usia 12 Mudah dipengaruhi
tahun dengan IQ antara 50 – 70,
Tunagrahita sedang setaraf anak Kurang dinamis
normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30
– 50, tunagrahita berat kemampuan
belajarnya setaraf anak normal usia Kurang
3 – 4 tahun, dengan IQ 30 ke pertimbangan/kontrol diri
Kurang konsentrasi

Mudah dipengaruhi

Tidak dapat memimpin


dirinya maupun orang lain.

(Salmiah, 2010)

F. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit pada tunagrahita yang seringkali menyertai adalah:
1. Penyakit Alzheimer’s (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
2. Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa
terkendalikan).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Seorang anak RM menunjukkan perkembangan yang secara signifikan lebih
lambat dibandingkan dengan anak lain yang sebaya. Tingkat kecerdasan yang
berada dibawah rata-rata bisa dikenali dan diukur melalui tes kecerdasan
standar (tes IQ), yang menunjukkan hasil kurang dari 2 SD (standar deviasi)
dibawah rata-rata (biasanya dengan angka kurang dari 70, dari rata-rata 100).
2. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan “brachyaphalic” sutura dan frontale
yang terlambat menutup. Tulang ileum dan sayapnya melebar disertai sudut
asetabular yang lebar.
3. Pemeriksaan kariotiping untuk mencari adanya translokasi kromosom.
4. Diagnosis antenatal dengan pemeriksaan cairan amnion atau vili karionik,
dapat dilakukan secepatnya pada kehamilan 3 bulan atau pada ibu yang
sebelumnya pernah melahirkan anak dengan syndrom down yang nantinya
akan menjadi retardasi mental. Bila didapatkan janin yang dikandung
menderita syndrom down dapat ditawarkan terminasi kehamilan kepada
orang tua.
5. Pada anak dengan Sindrom Down mempunyai jumlah kromosom 21 yang
berlebih (3 kromosom) di dalam tubuhnya yang kemudian disebut trisomi 21.
Adanya kelebihan kromosom menyebabkan perubahan dalam proses normal
yang mengatur embriogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut terletak
pada bagian lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi
gen lainnya menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan
terjadinya penyimpangan perkembangan fisik (kelainan tulang), SSP
(penglihatan, pendengaran) dan kecerdasan yang terbatas (Salmiah, 2010).
H. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Secara Medis
a. Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak retardasi mental terdapat gangguan
pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.
b. Penyakit jantung bawaan
c. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
d. Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.
e. Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha /
ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai
menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam
posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk
memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis.
2. Pendidikan
a. Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi
lingkungan yang memeadai bagi anak dengan retardasi mental, bertujuan
untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu
berbahasa. Selain itu agar anak mampu mandiri seperti berpakaian, makan,
belajar, BAB/BAK, mandi.
b. Taman Bermain
Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui
bermain dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial
dengan temannya.
c. Pendidikan Khusus (SLB-C)
Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan
kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan
kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan baik.
3. Penyuluhan Pada Orang Tua

I. PENGKAJIAN
Data-data yang perlu dikaji meliputi (Doenges, 1999) :
1. Selama Masa Neonatal Yang Perlu Dikaji :
a. Keadaan suhu tubuh terutama masa neonatal
b. Kebutuhan nutrisi / makan
c. Keadaan indera pendengaran dan penglihatan
d. Pengkajian tentang kemampuan kognitif dan perkembangan mental
anak
e. Kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi
f. Kemampuan motorik
g. Kemampuan keluarga dalam merawat anak denga syndrom down
terutama tentang kemajuan perkembangan mental anak
2. Pengkajian terhadap kemampuan motorik kasar dan halus
3. Pengkajian kemampuan kognitif dan perkembangan mental
4. Pengkajian terhadap kemampuan anak untuk berkomunikasi
5. Tes pendengaran, penglihatan dan adanya kelainan tulang
6. Bagaimana penyesuaian keluarga terhadap diagnosis dan kemajuan
perkembangan mental anak.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola makan bayi b.d. abnormalitas anatomik.
2. Defisit perawatan diri: Mandi, berpakaian, makan dan eliminasi b.d.
gangguan kognitif.
3. Kurang pengetahuan (pada keluarga tentang penyakit) b.d. kurang pajanan
informasi.
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan  Kaji kelaianan struktur
mulut
pola makan bayi keperawatan pola makan bayi
R: menentukan intervensi
b.d. abnormalitas dengan retardasi mental yang akan diberikan terkait
dengan gangguan anatomis
anatomik. efektif dengan kreiteria hasil:
mulut pada bayi dan
Indikator: keluarga.
1. posisi menyusu benar  Berikan pengetahuan
2. perlekatan mulut bayi kepada orangtua tentang
dengan puting benar kelaianan anatomik mulut
bayi.
R: agar orang tua
memahami kebutuhan
khusus pada anak.
 Kaji kemampuan menelan
bayi
R: menentukan cara
pemberian nutrisi yang
tepat
 Ajarkan ibu cara menyusui
yang benar atau
memberikan nutrisi dengan
benar pada bayi dengan
kelaianan struktur mulut.
R: agar teknik menyusui
atau pemberian nutrisi
lainnya efektif.
Defisit Setelah dilakukan tindakan  Monitor kemampuan
keperawatan, pasien tidak anak untuk perawatan diri
perawatan diri:
mengalami defisit perawatan yang mandiri.
Mandi, diri dengan kriteria hasil:  Monitor kebutuhan
Indikator: anak untuk alat-alat bantu
berpakaian,
1. kebersihan diri adekuat untuk kebersihan diri,
makan dan 2. mampu melakukan ADL berpakaian, berhias,
dibantu ataupun mandiri toileting dan makan.
eliminasi b.d.
 Sediakan bantuan
gangguan sampai anak mampu secara
kognitif. utuh untuk melakukan self-
care.
 Dorong anak untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
 Dorong untuk
melakukan secara mandiri,
tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
 Ajarkan anak/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika anak tidak mampu
untuk melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
 Pertimbangkan fungsi
mental anak jika
mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

Kurang Setelah dilakukan tindakan  Kaji tingkat pengetahuan


keperawatan pengetahuan keluarga tentang retardasi
pengetahuan
keluarga tentang retardasi mental
(pada keluarga mental meningkat, dengan  Jelaskan patofisiologi dari
kriteria hasil: penyakit dan bagaimana hal
tentang penyakit)
ini berhubungan dengan
b.d. kurang Indikator: anatomi dan fisiologi,
1. mengetahui etiologi dengan cara yang tepat.
pajanan
penyakit  Gambarkan tanda dan
informasi 2. mengetahui prognosis gejala yang biasa muncul
penyakit pada penyakit, dengan cara
3. mengetahui tindakan yang tepat
medis/non medis untuk  Gambarkan proses
mengatasi kekurangan penyakit, dengan cara yang
tepat
 Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
 Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
 Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
anak dengan cara yang
tepat
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Daftar Pustaka

McCloskey dan Bulechek 2000. “Nursing interventions classification (NIC)”. United


States of America: Mosby.

Meidean, JM. 2000. “Nursing Outcomes Classification (NOC)”. United States of


America: Mosby.

NANDA Internasional. 2010. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta: EGC.

Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC.

Salmiah, S. 2010. Retardasi Mental. Departemen Kedokteran Gigi Anak Fakultas


Kedokteran Gigi: Universitas Sumatera Utara.

Sumarno, A. 2008. Karakteristik Anak Tunagrahita. Didapat dari URL: www.


Elearning.unesa.ac.id. diakses tanggal 20 Februari 2012.

Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin, J., and Greb, J.A. 1994. Sinopsis Psikiatri :
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai