Anda di halaman 1dari 27

KEPANITERAAN KLINIK NERS

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KOMUNITAS

LaporanPendahuluan
12- September -2020

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS TENTANG MASALAH KENAKALAN
REMAJA DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMAJA

DI SUSUN OLEH:

NAMA : ARMAN
NIM : N. 201901214

PROGRAM STUDI NERS


STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI 2020
BAB I TINJAUAN TEORI
REMAJA DAN KENAKALAN REMAJA

A. Definisi Remaja
Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara fase anak dan
dewasa yag ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif dan emosi. Untuk
mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu memang berubah sesuai perkembangan
zaman. Ditinjau dari segi pubertas, 100 tahun terakhir usia remaja putri mendapatkan haid
pertama semakin berkurang dari 17,5 tahun menjadi 12 tahun, demikina pula remaja pria.
Kebanyakan orang menggolongkan remaja dari usia 12 tahun – 24 tahun dan beberapa
literature yang menyebutkan 15 -24 tahun. Hal yang terpenting adalah seseorang
mengalami perubahan pesat dalam hidupnya di berbagai aspek [CITATION Eff09 \l 1033 ]
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari
satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat,
pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock,1998). Oleh
karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni
masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial
(TP-KJM,2002).

B. Karakteristik Masa Remaja


Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki
karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode- periode perkembangan
lainnya. Menurut Aulia (2006) rinciannya adalah sebagai berikut:
a. Masa remaja adalah periode yang penting
Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan
dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini
pun memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis
individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting.
Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental
dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minta yang baru.
b. Masa remaja adalah masa peralihan
Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat- sifat kekanak-
kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk
menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan
dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengani
peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan
perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan
usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku
seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa
untuk usianya.
c. Masa remaja adalah periode perubahan
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat,
perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan
perilaku yang juga cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam
periode ini yaitu, (1) peningkatan emosionalitas, (2) perubahan cepat yang
menyertai kematangan seksual, (3) perubahan tubuh, minat dan peran yang
dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru, (4) karena perubahan
minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, dan (5) kebanyakan
remaja merasa ambivalent terhadap perubahan yang terjadi.
d. Masa remaja adalah usia bermasalah
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara hukum,
mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan menciptakan impresi bahwa
mereka mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku
seperti orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk
memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa
seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan hubungan
seksual.

C. Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Remaja


1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik dan psikologis remaja oleh adanya perubahan hormonal.Hormone
yang dihasilkan oleh kelnjar endokrin yang dikontrol oleh sususnan saraf pusat,
khususnya hipotalamus. Beberapa jenis hormone yang berperan dalam pertumbuhan
dan perkembangan adalah hormon pertumbuhan (Growth hormone), hormone
gonadotropik, esterogen , progesterone serta testosterone. Menurut [ CITATION Tim10 \l
1033 ], Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masa remaja antara lain:
a. Percepatan berat badan dan tinggi badan
Selama 1 tahun pertumbuhan tinggi badan laki-laki dan perempuan rata-rata
meningkat 3,5- 4,1 inchi. Berat badan juga meningkat karena ada perubahan otot
pada laki-laki dan penambahan lemak pada perempuan.
b. Perkembangan karakteristik seks sekunder
Karakteristik sekunder pada perempuan meliputi pertumbuhan bulu rambut
pada pubis, pertumbuhan rambut di ketiak, serta menarche atau menstruasi
pertama.
Sedangkan pada laki-laki terjadi pertumbuhan penis, pembesaran skrotum,
perubahan suara, pertumbuhan kumis dan jenggot, meningkatnya timbunan
lemak, dan meningkatnya aktivitas kelenjar sehingga menimbulkan jerawat.
c. Perubahan bentuk tubuh
Pada laki-laki terjadi perubahan bentuk tubuh seperti bentuk dada yang
membesar dan membidang, serta jakun lebih menonjol. Sedangkan pada
perempuan, pinggul dan payudara membesar, serta keadaan putting susu yang
lebih menonjol.
d. Perkembangan otak
Pada masa remaja awal sampai akhir, otak nelum sepenuhnya berkembang
secara sempurna, sehingga pada masa ini kemampuan pengendalian emosi dan
mental masih belum stabil.

2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang
ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam
tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini,
idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir
para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat
atau hasilnya.Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.
3. Perkembang Psikososial
Masa remaja merupakan masa transisi emosional, yang ditandai dengan
perubahan dalam cara melihat diriny sendiri. Sebagai remaja dewasa, intelektual dan
kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan merasa alebih dari yang lain,
cenderung bekerja secara lebih kompleks dan abstrak, serta lebih tertarik untuk
memahami kepribadian mereka sendiri dan berprilaku menurut cara mereka.
Transisional social yang dialami oleh remaja ditunjukkan dengan adanya
perubahan hubungan social.Salah satu hal yang pernting dalan perubahan social
pada remaja adalah meningkatnya waktu untuk berhubungan dengan rekan-rekan
mereka, serta lebih intens dan akrab dengan lawan jenis.

D. Penyimpangan Perilakupada Remaja


1. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah perilaku yang melampaui batas toleransi orang lain
dan lingkungannya. Tindakan ini dapat merupakan perbuatan yang melanggar hak
azasi manusia sampai melanggar hukum.[ CITATION Tim10 \l 1033 ]

Berdasarkan bentuknya,Sartono (1985)membagi kenakalan remaja ke dalam


tingkatan sebagai berikut:
a. Kenakalan biasa, seperti berkelahi, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa
pamit dan berkelahi dengan teman.
b. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti: mengendarai
mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin, mencuri dan kebut-
kebutan.
c. Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan obat, hubungan seks di luar nikah,
pemerkosaan, kasus pembunuhan dan menggugurkan kandungan.

2. Penyimpangan Perilaku Seksual


Menurut Depkes (2010), mengartikan perilaku seksual sebagai tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama
jenis.Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan
tertarik, berkencan, bercumbu dan bersenggama.Objek seksualnya dapat berupa
orang( baik sejenis maupun lawan jenis), orang dalam khayalan atau diri sendiri.
Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga dengan
abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran seksual (sexual
perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment).Penyimpangan seksual
(deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan dan kepuasan seksual yang
ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak wajar. 
MenurutJunaedi (2010), penyimpangan seksual kadang disertai dengan
ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada
pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual, dengan
jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan
dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima
secara umum.
Kalau menurut Abdullah (2008),Penyimpangan seksual adalah aktivitas
seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan
tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah
menggunakan obyek seks yang tidak wajar.
Sedangkan menurut Farhan (2002) yang dimaksud penyimpangan seksual
adalah pemenuhan nafsu biologis dengan cara dan bentuk yang menyimpang dari
syariat, fitrah dan akal sehat.
Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual atau fantasi-
fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di luar
hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan
partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku
seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.
Faktor-faktor penyebab penyimpangan seksual ini antara lain:
a. Meningkatnya libido seksualitas
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido
seksualitas) remaja.Peningkatan hasyrat seksual ini membutuhkan penyaluran
dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
b. Penundaan usia perkawinan
Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan
usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang
perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk
wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin lama
makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan,
pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
c. Tabu-larangan
Tabu-tabu ini jadinya mempersulit komunikasi. Sulitnya komunikasi,
khususnya dengan orang tua, pada akhirnya akan menyebabkan perilaku seksual
yang tidak diharapkan.
d. Kurangnya informasi tentang seks
Pada umumnya mereka ini memasuki usia remaja tanpa pengetahuan
yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung
pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah
dengan informasi-informasi yang salah. Hal yang terakhir ini disebabkan orang
tua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua-anak
sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak
akurat, khususnya teman.
e. Pergaulan yang makin bebas
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan
mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota
besar. Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan
yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akhibat
berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin
sejajar dengan pria [ CITATION Sar02 \l 1033 ].
Adapun macam-macam penyimpangan seksual, diantaranya:
a. Gangguan-gangguan pada tingkah laku seksual yang berlaku umum (tidak
khusus remaja), menurut Sarwono (2002)terdiri dari 4 kelompok besar yang
masing-masing terdiri dari beberapa subkelompok yaitu sebagai berikut:
1) Gangguan identitas jenis
Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian antara alat
kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang.Jadi
seorang yang beralat kelamin laki-laki merasa dirinya wanita, ataupun
sebaliknya. Identitas jenis yang menyimpang ini dinyatakan dalam
perbuatan (cara berpakaian, mainan kegemarannya), ucapan maupun objek
seksualnya:
a) Transeksualisme
Pada orang dewasa, gangguan identitas jenis ini dinamakan
transeksualisme.Minat seksual kaum transeksual ini biasanya adalah
yang sejenis kelamin (homoseksual, walaupun mereka tidak mau
disebut sebagai homoseks), tetapi juga yang melaporkan pernah
mengalami hubungan heteroseksual dan beberapa di antara mereka
dilaporkan aseksual (tidak berminat pada seks).
b) Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak
Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak masa
kanak-kanak, akan tetapi ada gangguan jenis yang hanya terjadi pada
masa kanak-kanak saja.
c) Gangguan identitas jenis tidak khas
Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda
transeksualisme, akan tetapi ada perasaan-perasaan tertentu yang
menolak struktur anatomi dirinya seperti merasa tidak mempunyai
vagina atau vagina yang akan tumbuh menjadi penis (pada wanita),
atau merasa tidak punya penis atau jijik pada penisnya sendiri (pada
pria).
2) Parafilia
Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali
menghayalkan perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga khayalan
tersebut menjadi kekuatan yang mendorong penderita untuk mencoba dan
melakukan aktivitas yang dikhayalkannya.
Dapat dilihat dari tiga kategori :
a) Dari cara penyaluran dorongan seksualnya:
 Masochisme : Mendapatkan kegairahan seksual melalui cara
dihina, dipukul atau penderitaan lainnya
 Sadisme : Mencapai kepuasan seksual dengan cara menimbulkan
penderitaan psikologik atau fisik (bisa berakhibat cidera ringan
sampai kematian) pada pasangan seksnya.
 Eksibitionisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan
memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain.
 Scoptophilia : Mendapatkan kepuasan seks dari melihat aktivitas
seksual.
 Voyeurisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat orang
telanjang.
 Transvestisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memakai
pakaian dari lawan jenisnya.
 Sodomi : Mendapatkan kepuasan seks dengan melakukan
hubungan seksual melalui anus
 Seksualoralisme : Mendapatkan kepuasan seks dari aplikasi mulut
pada genitilia partnernya
b) Dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang
 Pedophilia : Seseorang dewasa mendapat kepuasan seks dari
hubungan dengan anak-anak.
 Bestiality : Mendapatkan kepuasan seks dari hubungan dengan
binatang
 Zoophilia : Mendapatkan kepuasan dengan melihat aktivitas
seksual dari binatang
 Necriphilia : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat mayat,
coitus dengan mayat.
 Pornography : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat gambar
porno lebih terpenuhi dibandingkan dengan hubungan seksual
yang normal.
 Fetishisme : Pemenuhan dorongan seksual melalui pakaian dalam
lawan jenis.
 Frottage : Mendapatkan kepuasan seks dengan meraba orang yang
disenangi dan biasanya orang tersebut tidak mengetahuinya.
 Incest : Hubungan seksual yang dilakukan antara dua orang yang
masih satu darah.
 Mysophilia, coprophilia dan Urophilia : Senang pada kotoran,
faeces dan urine.
 Masturbasi : Mendapatkan kepuasan seks dengan merangsang
genitalnya sendiri.
c) Dilihat dari tingkat penyimpangan, keinginan, dan kekuatan dorongan
seksual :
 Nymphomania : Seorang wanita yang mempunyai keinginan seks
yang luar biasa atau yang harus terpenuhi tanpa melihat akibatnya.
 Satriasis : Keinginan seksual yang luar biasa dari seorang lelaki.
 Promiscuity dan prostitusi : Mengadakan hubungan seksual dengan
banyak orang.
 Perkosaan : Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara paksa.

3) Disfungsi Psikoseksual
a) Gambaran utama dari Disfungsi Psikoseksual adalah terdapat hambatan
pada perubahan psikofisiologik yang biasanya terjadi pada orang yang
sedang bergairah seksual.
 Hambatan selera seksual
Sukar atau tidak bis timbul minat seksual sama sekali
secara menetap dan meresap.
 Hambatan gairah seksual
Pada laki-laki: gagal sebagian atau seluruhnya untuk
mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir aktivitas
seksual (impotensia).
Pada wanita: gagal sebagai atau seluruhnya untuk mencapai
atau mempertahankan pelumasan dan pembengkakan vagina (yang
merupakan respons gairah seksual wanita) sehingga akhir dari
aktivitas seksual (frigiditas).
 Hambatan orgasme wanita
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi orgasme pada
wanita setelah terjadi gairah seksual yang lazim selama aktivitas
seksual.
 Hambatan orgasme pria
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi ejakulasi atau
terlambat berejakulasi setelah terjadi fase gairah seksual yang
lazim selama aktivitas seksual.
 Ejakulasi prematur
Secara berulang-ulang dan menetap terjadi ejakulasi
sebelum dikehendaki karena tidak adanya pengendalian yang wajar
terhadap ejakulasi selama aktivitas seksual.
 Dispareunia fungsional
Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat kelamin
sewaktu senggama, baik pada pria maupun wanita.
 Vagina fungsional
Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali sehingga
mengalami senggama.

4) Ganguan seksual pada remaja


Seringkali dijumpai gangguan seksual pada masa remaja seperti
ejakulasi dini atau impotensi, bisa juga dijumpai adanya hambatan selera
seksual dan hambatan gairah seksual.Libido seksual yang rendah dan
kecemasan yang berkaitan dengan seks seperti vaginismus. 
Namun sebagian dari gangguan tersebut belum bersifat permanen
melainkan bersifat situasional dan belum bisa dikategorikan sebagai
kelainan.Hal ini disebabkan kecemasan dan perasaan bersalah yang begitu
kuat, sehingga bisa menghambat dorongan seksual karena status yang
belum membolehkan untuk melakukan hubungan seksual.
Adapun akibat dari perilaku seksual menyimpang:
1. Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak diimbangi
dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan remaja atau pranikah
sehingga banyak remaja yang melakukan tindakan aborsi (pengguguran
kandungan) dengan cara meminum ramuan atau jamu, memijat peranakannya
atau mencoba mengeluarkan janin dengan cara bantuan dukun atau meminum
obat-obatan yang diberikan dokter atau bidan. Cara tersebut bisa mengakhibatkan
perdarahan, infeksi sehingga kematian si calon ibu. Sedangkan pada janin
mengalami kecacatan mental maupun fisikdalam masa pertumbuhannya
(Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, 2001).
2. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat adalah
penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini disebut juga venereal, berasal dari
kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya
terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-
ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang
yang sebelumyan telah terjangkit salah satu penyakit ini. Penyakit seksual ini
sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda, beberapa
diantaranya tidak dapat disembuhkan [ CITATION Dia06 \l 1033 ].
3. Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah munculnya
berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau penyakit akibat hubungan
seksual (sexually transmitted diseases, STD). Berbagai penyakit kelamin yang
kini dikenal di dunia kedokteran adalah: sifilis, gonore, herpes simplex,
limprogranuloma akuminata venerium, granuloma inguinale, trikomonas,
kondiloma akuminata, dan AIDS.

3. Remaja dan NAPZA


Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/ bahan berbahaya.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan [CITATION
Rep97 \l 1033 ].
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus, bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah
dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku
psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi
karena kebutuhan biologic terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat
untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan
tanda ketergantungan fisik[ CITATION Stu981 \l 1033 ].
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak pada para
pengguna NAPZA, dilihat dari :

a. Ciri-ciri Umum
1) Terjadi perubahan perilaku yang signifikan
2) Sulit diajak bicara
3) Mulai sulit untuk diajak terlibat dalam kegiatan keluarga
4) Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan
5) Mudah tersinggung
6) Mulai berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari
b. Perubahan Fisik dan Lingkungan
1) Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk
2) Mata merah dan berair
3) Hidung berair atau seperti pilek
4) Pola tidur berubah, bangun di malam hari dan bangun di siang hari
5) Kamar tidak mau diperiksa atau selalu terkunci
6) Sering menerima telpon atau tamu yang tidak dikenal
7) Ditemukan obat-obatan, kertas timah, jarum suntik, dan korek api di kamar
atau di dalam tas
8) Terdapat tanda-tanda bekas suntikan atau sayatan di bagian tubuh
9) Sering kehilangan uang atau barang di rumah
10) Mengabaikan kebersihan diri
c. Perubahan Perilaku Sosial
1) Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang lain
2) Berbohong atau memanipulasi keadaan
3) Kurang disiplin
4) Bengong atau linglung
5) Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor
6) Mengabaikan kegiatan ibadah
7) Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga
8) Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau tempat-
tempat tertutup
d. Perubahan Psikologis
1) Mudah tersinggung
2) Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
3) Malas melakukan aktivitas sehari-hari
4) Sulit berkonsentrasi
5) Tidak memiliki tanggung jawab
6) Emosi tidak terkendali
7) Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada
8) Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan
9) Cenderung melakukan tindak pidana kekerasan

UPAYA PENANGGULANGAN
Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Upaya preventif dapat dilakukan diberbagai lingkungan seperti lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyaakt dan pemerintah. Upaya
tersebut dapat dilakukan melalui :
1) Perlu penanaman nilai-nilai agama pada diri remaja.
2) Orang tua harus menciptakan kehidupan beragama dalam rumah tangga
dengan suasana yang harmonis yang penuh dengan rasa kasih sayang antara
ayah, ibu dan anak.
3) Bapak dan ibu guru harus menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan
kondusif bagi anak didiknya dengan menerapkan tata tertib sekolah,
pengawasan dan koordinasi dengan orang tua/wali dan masyarakat sekitar.
4) Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pengusaha menciptakan lingkungan
sosial yang sehat bagi perkembangan anak/ remaja melalui pengawasan
lingkungan yang berkelanjutan.
5) Perlu adanya peran pemerintah yang super aktif dalam upaya menciptakan
bangsa ini menjadi bangsa yang bebas dari NAPZA. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara mendirikan lembaga infra dan suprastruktur yang
memiliki fungsi pengawasan, melakukan sosialisasi secara terprogram,
memberikan contoh keteladan yang baik kepada masyarakat, menciptakan
aturan hukum sebagai pedoman bagi masyarakat dan aparat dalam
berperilaku dan nelakukan hubungan kerjasama baik bilateral mapun
multilateral dalam hal upaya penanggulangan peredaran NAPZA.
b. Tindakkan Hukum
Dukungan semua pihak dalam pemberlakuan Undang-Undang dan
peraturan disertai tindakkan nyata demi keselamatan generasi muda penerus
dan pewaris bangsa. Sayangnya KUHP belum mengatur tentang
penyalahgunaan narkoba, kecuali UU No :5/1997 tentang Psikotropika dan
UU no: 22/1997 tentang Narkotika.

UPAYA PEMULIHAN

Upaya pemulihan yang sesungguhnya adalah dengan merubah gaya


hidup dan sikap pada seorang pecandu secara mendasar, yaitu pola pikir dan
perilaku adiktif yang menyebabkannya kecanduan narkoba [CITATION Mar06 \l
1033 ]
a. Pengobatan
Terapi pengobatanyang dilakukan untuk pasien NAPZA misal dengan
detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau
menghentikan gejala putus zat dengan dua cara:
1) Detoksifikasi tanpa substitusi
Klien hanya dibiatkan saja sampai gejala putus zat tersebut
berhenti sendiri.Klien yang ketergantungan tidak diberikan obat untuk
menghilangkan gejala putus obat tersebut.
2) Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat
misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon.Substitusi bagi pengguna
sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya
diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian
substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat
tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat
tersebut.
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh
dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi
agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat
mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.Tujuannya
pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual.Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga
kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2001).
Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalani
program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu)
minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pascadetoksifikasi)
selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke
program berikutnya yaitu rehabilitasi [ CITATION Dad03 \l 1033 ]
Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami perawatan
selama 1 minggu menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan
pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien tersebut akan
dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit
lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi
berdasarkan parameter sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1
tahun, mungkin saja bisa sampai 2 tahun.
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai
menjalani detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan
menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA
yang selalu terjadi (Depkes, 2001).

E. Konsep Remaja Sehat


Candles pada tahun 1972 mengemukakan bahwa ramaja yang memiliki penilaian diri
sendiri, menapakkan hidup bahagia karena dapat menerima keberadaan dirinya sendiri
sebagaimana adanya. Mereka dapat menyadari bahwa mereka bukanlah individu yang
sempurna, dan dapat menerima kegagalan dan memahami kegagalan tersebut sebagai
jalan untuk sukses, bukan sebagi kebodohan.
Mc Candles mengemukakan konsep diri remaja sebagai berikut :
1. Tepat dan sama.
Konsep Diri remaja tepat dan sama dengan kenyataan pada diri remaja tersebut,
contohnya adalah remaja merasa dirinya mampu berprestasi di sekolah, kenyataannya
memang dia berpretasi di sekolah, atau seorang remaja laki-laki mampu memerankan
diri dengan baik dalam penampilan dan tugas serta tanggung jawabnya sebagai
seorang lelaki.
2. Fleksibel.
Konsep Diri remaja yang sehat ditandai oleh fleksibel atau keluwesan remaja dalam
menjalankan peran dalam masyarakat. Contohnya sebagai siswa di sekolah tugasnya
adalah belajar, sedangkan dirumah tugasnya sebagai seorang kakak mengasuh adik
dan membantu keluarga. Remaja ini mudah berubah pendapat, sulit dipercaya dan
tidak tegas dalam menentukan jalan hidupnya.
3. Kontrol diri.
Konsep diri remaja yang sehat mampu mengatur hidupnya sendiri sesuai standar
tingkah laku dirinya sendiri, bukan di atur oleh orang lain. Remaja ini mudah
menyesuaikan diri dengan standar tingkah laku yang dituntut lingkungan, mudah
memotivasi diri untuk mencapai tujuan hidup.
Rini (2004) konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa
pertumbuhan seorang manusia sejak kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman
dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep
diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dari lingkungan akan menjadi bahan
informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Perkembangan konsep diri adalah
proses sepanjang hidup.
Tanda-tanda remaja yang memiliki konsep diri yang positif adalah:
1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa
percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang
dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya.
2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela
atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta
perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap
perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun
kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian
tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi
dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk
mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.

F. Program Pemerintah Untuk Remaja


Salah satu upaya pemerintah dalam menangani permasalahan remaja adalah dengan
pembentukan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Program ini dapat
dilaksanakan di Puskesmas,Rumah Sakit atau sentra-sentra dimanaremaja berkumpul
seperti mall(Depkes,2005).
Dalam pelaksanaan PKPR di Puskesmas, remaja diberikan pelayanan khusus melalui
perlakuan khusus yang disesuaikan dengan keinginan, selera dan kebutuhan remaja.
Secara khusus, tujuan dari program PKPR adalah meningkatkan penyediaan pelayanan
kesehatan remaja yang berkualitas, meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
remaja dalam pencegahan masalah kesehatan dan meningkatkan keterlibatan remaja
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja. Salah satu
bentuk perhatian pemerintah terhadap kesehatan remaja terlihat dari dicanangkannya
pembentukan PKPR di tingkat Puskesmas pada tahun 2003 yang diadopsi dari WHO
(World HealthOrganization).
Program kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu remaja
sagar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan reproduksi sehat
dan bertanggungjawab, melalui advokasi, ppromosi, KIE, konseling dan pelayanan pada
remaja yang memiliki masalah khusus serta dukungan pada kegiatan remaja yang bersifat
positif.

Sasaran program kesehatan reproduksi remaja adalah supaya seluruh remaja dan
keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kesehatan reproduksi
sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga berkualitas pada tahun 2015.

Pokok-pokok program

1. Prorgam promosi kesehatan reproduksi remaja


Program tersebut bertujuan agar remaja mendapatkan dukungan secara legal dalam
hal peningkatan derajat kesehatan reproduksinya. Pokok yang akan dilakukan adalah:
a. Pengkajian undang-undang yang tidak sejalan dengan upaya peningkatan derajat
kesehatan reproduksi remaja.
b. Pengkajian kebijakan-kebijakan yang menghambat peningkatan derajat kesehatan
reproduksi remaja.
c. Pengembangan peraturan perundang-undangan yang mendukung peningkatan
derajat kesehatan reproduksi remaja.
2. Program advokasi kesehatan reproduksi remaja
Bertujuan untuk memperoleh dukungan dalam kegiatan sosialisasi dan
operasionalisasi kesehatan reproduksi remaja dari pihak pemerintah, LSM/LSOM,
swasta, dan tokoh-tokoh politik serta tokoh masyarakat. Pokok yang dilakukan
adalah:
a. Advokasi terhadap sektor pemerintahan terkait.
b. Advokasi terhadap LSM/LSOM.
c. Advokasi terhadap swasta/perusahaan tempat bekerja.
d. Advokasi terhadap para tokoh politik,tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
3. Program KIE kesehatan reproduksi remaja
Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja dan orang tua
agar peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga.Disamping itu juga
bertujuan untuk memotivasi remaja agar akses terhadap tempat-tempat pelayanan
kesehatan reproduksi remaja yang tersedia. Pokok yang akan dilakukan adalah:
a. Pengembangan pedoman pelaksanaan KKR.
b. Pengembangan materi dan media KIE KKR.
c. Penyebarluasan materi KIE KKR.
d. Pelatihan dan orientasi bagi fasilitator KKR.
e. Penyuluhan dan orientasi KKR bagi remaja dan orang tua melalui sekolah,
kelompok yang ada padamasyarakat serta di tempat kerja.
f. Penyuluhan KKR bagi calon pengantin.
g. KIE KKR melalui media massa.
h. Pembinaan bagi pengelola KIE KKR.
4. Program konseling KKR
Bertujuan untuk membantu remaja dalam pemecahan berbagai masalah yang
dihadapi, khususnya yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi.Pusat
konseling disesuaikan dengan kondisi daerahmasing-masing. Upaya pokok yang akan
dilakukan adalah:
a. Pengembangan (prosedur kerja).
b. Pengembangan model pelayanan konseling.
c. Pengembangan pedoman pelaksanaan.
d. Pengembangan materi dan media konseling.
e. Penyebarluasan materi konseling.
f. Pelatihan metode konseling KRR bagi konselor.
g. Pelatihan metode (KIP/K) KRR bagi mereka yang dinilai mampu, misal bidan di
desa atau petugas lapangan KB.
h. Pengembangan pusat konseling remaja.
i. Pengembangan sistem rujukan konseling.
j. Pembinaan bagi pengelola pusat konseling remaja.
5. Program dukunagn pelayanan bagi remaja yang memiliki masalah khusus.
Dengan sasaran khusus yaitu remaja yang memiliki masalah-masalah kesehatan
reproduksi dan sudah tidak bbisa ditangani lagi melalui pelayanan KIE dan
konseling.Sebagai contoh, remaja yang sudahaktif secara seksual, remaja yang
mengalami kehamian yang takj diinginkan, dan remaja yang kecanduan narkoba.Pada
remaja-remaja tersebut diperlukan dukungan srana pelayanan khusus yang sesuai
dengan masalah yang dihadapi. Upaya yang akan dilakukan adalah:
a. Pengembangan pedoman bagi para pengelola tentang penanganan remaja dengan
masalah khusus.
b. Peningkatan dukungan bagi LSOM dan swasta yang memiliki program bagi
remaja yang memiliki maslaah khusus.
c. Pengembangan jaringan kerja dalam membantu remaja yang memiliki masalah
khusus.
6. Program dukungan bagi kegiatan remaja yang positif
7. Diarahkan untuk memfasilitasi berbaai kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi remaja. Adapun upaya yang akan dilakukan adlah:
a. Dukungan materi KKR, baik berupa buku, poster, kaset dan video yang berisi
tentang informasi kesehatan reproduksi remaja.
b. Dukungan penyelenggaraan kegiatan remaja baik di sekolah, masyarakat maupun
di tempat kerja.
Asuhan Keperawatan Komunitas
Pada Kelompok Remaja

A. Pengkajian
1. Data Inti
a) Sejarah
Mengkaji tentang berapa lama remaja tinggal di wilayah tersebut, dan sejak
kapan remaja tinggal.Apakah remaja merupakan penduduk asli, musiman, atau
pendatang.Juga menjelaskan dengan siapa remaja tinggal dan menetap.
b) Demografi
Mengkaji karakteristik remaja seperti apa yang banyak ditemukan, rentang
usia remaja terbanyak, perbandingan jumlah antara remaja perempuan dan
laki-laki. Juga mengkaji tentang piramida penduduk di wilayah tersebut.
c) Vital statistic
Mengkaji tentang banyaknya mortalitas dan morbiditas pada remaja serta
penyebabnya, jenis penyakit yang sering diderita oleh para remaja.
d) Etnis
Mengkaji tentang berbagai macam suku dan etnis remaja yang
dijumpai.Bagaimana sikap remaja dengan adanya perbedaan etnis di
kalangannya?
e) Nilai dan keyakinan
Pada masa remaja, seseorang sering kali meyakini bahwa diri mereka unik dan
tidak dipengaruhi oleh hukum alam, keyakinan ini disebut “personal fable”.
Remaja juga bersifat ambivalen yaitu mereka menginginkan kebebasan tapi
takut untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Remaja juga
meyakini bahwa teman-teman sebayanya dapat menjadi sumber informasi
dalam segala hal. Dalam masa ini mulai terjadi perubahan nilai, dimana apa
yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting
karena sudah mendekati dewasa.

2. Data Subsistem
a) Lingkungan fisik
Mengkaji keadaan lingkungan atau kondisi geografis, batas wilayah, peta,
iklim, dan kondisi perumahan
b) Pelayanan kesehatan dan sosial
Mengkaji pelayanan kesehatan yang terdapat pada wilayah tersebut.Mengkaji
tentang pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi remaja ketika sakit
ataupun bermasalah dengan kesehatannya.
c) Ekonomi
Mengkaji tentang keadaan perekonomian keluarga remaja.Mengkaji apakah
remaja masih bergantung pada orang tua atau sudah mandiri dalam hal
perekonomian.
d) Keamanan dan transportasi
Mengkaji tentang jenis transportasi yang biasanya digunakan oleh remaja
(pribadi/umum), keamanan remaja dalam berkendara, jenis kejahatan yang
sering terjadi pada remaja di wilayah tersebut.
e) Pemerintahan dan politik
Mengkaji tentang keaktifan remaja dalam organisasi wilayah setempat,
misalnya: karang taruna, remas, dll. Juga mengkaji tentang kebijakan
pemerintah/ program pemerintah untuk remaja di wilayah tersebut.
f) Komunikasi
Mengkaji tentang cara memberikan informasi oleh remaja terhadap orang lain,
baik teman sebaya, keluarga, atau masyarakat lain. Alat yang digunakan oleh
remaja dalam penyampaian informasi.
g) Pendidikan
Mengkaji tentang berbagai jenis institusi pendidikan yang ada untuk remaja,
serta ketersediaan program UKS. Juga mengkaji tentang pendidikan remaja di
wilayah tersebut.
h) Rekreasi
Mengkaji tentang dimana remaja bermain?Apa bentuk umum dari rekreasi?
Siapa yang berperan serta?Apa fasilitas rekreasi yang ditemukan?
3. Persepsi
a) Persepsi penduduk
Mengkaji tentang pendapat penduduk setempat mengenai remaja yang ada di
wilayah tersebut.
b) Persepsi perawat
Mengkaji tentang pendapat perawat mengenai remaja yang ada di wilayah
tersebut.

B. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Tujuan analisa data;
a) Menetapkan kebutuhan komunitas
b) Menetapkan kekuatan
c) Mengidentifikasi pola respon komunitas
d) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

C. Prioritas Masalah
Masalah Perhatian Poin Tingkat Kemungkinan
Masyarakat Prevalensi Bahaya untuk dikelola

Skor 1 : rendah 1 : rendah 1 : rendah 1 : rendah


2 : sedang 2 : sedang 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi 3 : tinggi 3 : tinggi
4 : sangat 4 : sangat 4 : sangat 4 : sangat tinggi
tinggi tinggi tinggi
TOTAL: perhatian masyarakat x poin prevalensi x tingkat bahaya x
kemungkinan untuk dikelola

D. Diagnosa Keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan
diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
a) Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.
b) Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, lingkungan
fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan
lingkungan.
c) Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian
petunjuk timbulnya masalah.
Diagnosa keperawatan NANDA untuk meningkatkan kesehatan yang bisa ditegakkan
pada adolesens, yaitu :
1) Risiko cedera yang berhubungan dengan:
a. Pilihan gaya hidup
b. Penggunaan alcohol, rokok dan obat
c. Partisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas rekreasi
d. Aktivitas seksual
2) Risiko infeksi yang berhubungan dengan:
a. Aktivitas seksual
b. Malnutrisi
c. Kerusakan imunitas
3) Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan:
a. Kurangnya nutrisi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan
b. Melewati waktu makan; ikut mode makanan
c. Makan makanan siap saji, menggunakan makanan yang mudah atau mesin
penjual makanan
d. Kemiskinan
e. Efek penggunaan alcohol atau obat
4) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan:
a. Tidak berpengalaman dengan peralatan rekreasional yang tidak dikenal
b. Kurang informasi tentang kurikulum sekolah
5) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan:
a. Perasaan negative tentang tubuh
b. Perubahan maturasional yang berkaitan dengan laju pertumbuhan adolesens

E. Intervensi (Perencanaan) Keperawatan


Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi: perumusan tujuan,
rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil untuk
mencapai tujuan.
Masalah kesehatan adolesens Intervensi promosi kesehatan
1.      Cedera tidak disengaja -          Anjurkan adolesens untuk
mengikuti program pendidikan
mengemudi dan menggunakan sabuk
keselamatan
-          Informasikan adolesens tentang
risiko yang berkaitan dengan minum dan
berkendaraan; penggunaan obat
-          Tingkatkan penggunaan helm oleh
adolesens yang menggunakan kendaraan
bermotor
-          Yakinkan adolesens mendapatkan
orientasi yang tepat untuk penggunaan
semua alat olahraga
2.      Penggunaan zat -          Periksa penggunaan zat, seperti
alcohol, rokok dan obat-obatan serta
informasikan risiko penggunaannya
3.      Bunuh diri -          Berikan informasi tentang bunuh
diri
-          Ajarkan metode untuk bertemu
dengan sebaya yang mencoba bunuh diri
4.      Penyakit menular seksual -          Berikan adolesens informasi
mengenai penyakit, bentuk penularan, dan
gejala yang berhubungan
-          Dorong pantangan terhadap
aktivitas seksual; atau bila aktif seksual,
tentang penggunaan kondom
-          Berikan informasi akurat tentang
konsekuensi aktivitas seksual
F. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik (lyer dkk, 1996).Tahap implementasi dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk membantu
komunitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Oleh karena itu, rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan komunitas.
Tujuan dari implementasi adalah membantu komunitas dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan
keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika komunitas mempunyai
keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi tindakan keperawatan. Selama
tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data memilih tindakan
keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan komunitas.
Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu :
a) Berdasarkan respon masyarakat.
b) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
c) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta
lingkungannya.
d) Bekerja sama dengan profesi lain.
e) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan pencegahan
penyakit.
f) Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g) Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan.

G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (t.thn.). Diambil kembali dari http://dr-


suparyanto.blogspot.co.id/2010/09/penyimpangan-seksual-sexual-deviation.html
Depkes, T. P. (2010). Kesehatan Remaja : Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.

Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai