Anda di halaman 1dari 4

Alfila Maylani - 858835966

RANCANGAN TUGAS TUTORIAL 2

Nama matakuliah : Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus


Sumber Materi:
Nama Pengembang : Dr. Arbin Janu Setiyowati, S.Pd., M.Pd.
BMP PDGK4407
Masa Tutorial : 2022.2
Modul 4,5, 6
Jumlah Soal 6
Skor Maksimal 31
Jenis Tugas : Penguasaan Konsep
Waktu : 60 menit

Kompetensi Khusus:

1. Menjelaskan dampat ketunanetraan bagi anak dan pendidikannya


2. Menjelaskan dampak ketunarunguan bagi anak dan pendidikannya
3. Menjelaskan dampak ketunagrahitaan bagi anak dan pendidikannya

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Pendidikan anak tunanetra


2. Pendidikan anak tunarungu dan anak dengan gangguan komunikasi
3. Pendidikan khusus anak tunagrahita

Uraian Tugas

1. Sebutkan tiga penyebab terjadinya tunanetra dan bagaimana cara perawatannya


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan visualisasi, ingatan kinestetik dan persepsi obyek agar
invididu tunanetra berfungsi dengan baik di lingkungannya?
3. Jelaskan bagaimana dampak ketunarunguan dan gangguan komunikasi terhadap pencapaian
prestasi akademik anak?
4. Jelaskan perbedaan antara sistem pendidikan integrasi dengan sistem pendidikan inklusif bagi
anak tunarungu!
5. Sebutkan dan jelaskan lima alternatif upaya pencegahan terjadinya tunagrahita
6. Jelaskan dampak tunagrahita terhadap kemampuan akademik, sosial/emosional dan
fisik/kesehatan
Alfila Maylani - 858835966

Nama Mahasiswa : Alfila Maylani


NIM : 858835966
Kelas : PGSD BI 2A

1. Berikut tiga penyebab terjadinya tunanetra dan bagaimana cara perawatannya :


a) Albinisme
Albinisme adalah kondisi yang herediter dimana terdapat kekurangan pigmen pada sebagian
atau seluruh tubuh. Rambut menjadi putih, warna kulit sangat terang, dan iris mata berwarna
putih atau putih kemerahan. Orang yang mengidap albinisme biasanya penglihatannya buruk,
retinanya tidak berkembang secara sempurna, terlalu peka terhadap cahaya (silau), dan
mengalami nystagmus (Gerakan otot yang abnormal yang mengakibatkan terus menerus
berkedip.
Cara perawatannya : Memberikan perawatan khusus pada lensa dapat meningkatkan
pengelihatan dan dapat mengurangi perasaan tidak nyaman dengan mengurangi jumlah
cahaya yang masuk kedalam mata.
b) Cedera (Trauma) dan Radiasi
Pada masa di mana penyembuhan terhadap penyakit senantiasa terus dikembangkan cedera
tetap merupakan penyebab utama kecacatan, dan dan cedera pada mata tidak terkecuali.
Pelindung mata yang memadai (tidak hanya kacamata) seharusnya senantiasa dipakai pada
saat mengelas di pabrik-pabrik dan laboratorium dan dalam situasi-situasi lain di mana
bahaya radiasi panas atau cedera lainnya dapat terjadi. Anak-anak harus diajari untuk tidak
mengarahkan benda-benda tajam dan barang-barang berbahaya lainnya ke wajahnya ke
wajahnya. Petani yang menggunakan amonia atau zat kimia lainnya harus memperhatikan
peringatan tentang keselamatannya karena terkena zat kimia merupakan penyebab utama
cedera mata di daerah pertanian.
Cara perawatannya : jika terkena zat kimia mata harus segera dicuci bersih-bersih dengan
air selama sekurang-kurangnya 15 menit dan kemudian pemberian pengobatan darurat
harus segera dilakukan. Bentuk cedera lainnya pada umumnya lebih baik tidak melakukan
apapun terhadap mata kecuali petugas medis atau jika perlu lakukanlah pengobatan darurat
dan pembalutnya dengan perubahan longgar.
c) Glaukoma
Dalam kondisi glaukoma ini, cairan bening di dalam bagian mata tidak mengalir keluar
sebagaimana mestinya, sehingga tekanan yang berlebihan terjadi di dalam bola mata. Jika
tekanan tersebut tidak dikendalikan, struktur mata yang lunak itu akan semakin rusak, dan
akibatnya penglihatan menjadi kabur, bidang pandang menjadi sempit, dan akhirnya buta
total. Gejala-gejala glaukoma dapat berupa sering salah lihat mual, tidak dapat
menyesuaikan mata dengan ruangan gelap, melihat lingkaran berwarna mengelilingi lampu,
dan penglihatan ke samping berkurang. Ada kasus yang bersifat herediter, ada pula yang
merupakan komplikasi dari gangguan mata lain. Glaukoma bukan penyakit menular biasanya
terjadi setelah usia 35 tahun. Jenis glaukoma yang akut muncul sebagai serangan mendadak,
ditandai dengan rasa sakit yang luar biasa dan perasaan tidak nyaman karena naiknya
tekanan mata secara cepat akibatnya tersumbatnya saluran pembuangan cairan.
Cara perawatannya : Banyak kasus glaukoma dapat disembuhkan dengan pengobatan yang
melemaskan saluran pembuangan dan menghilangkan sumbatannya sehingga cairan mata
dapat keluar, namun kadang-kadang pembedahan juga diperlukan. Dalam banyak kasus
meskipun tidak semuanya perawatan medis modern dapat menyembuhkan penyakit ini
sepenuhnya.

2. Visualisasi, ingatan kinestetik dan persepsi obyek agar invididu tunanetra berfungsi dengan baik
di lingkungannya :
1) Visualisasi
Cara bagi individu tunanetra untuk mendapatkan kenyamanan di dalam lingkungannya dan
membantu bergerak secara mandiri adalah dengan menggunakan ingatan visual (visual
memory) atau visualisasi di mana disebut juga dengan peta mental. Setelah berorientasi
dengan baik dengan memanfaatkan semua Indra dengan sebaik-baiknya, individu tunanetra
dapat menggambarkan lingkungannya dalam pikirannya. Misalnya, di dalam mata pikirannya
dia dapat melihat ke arah pintu terbuka, barang apa yang terdapat di sebelah kiri atau
kanannya, barang apa yang menjorok dan menghambat jalan yang akan dilaluinya, dan di
mana letak jendela. Dia juga harus mengingat dimana letak tombol lampu, meskipun dia
sendiri sesungguhnya tidak memerlukan lampu tetapi dia perlu menyalakan atau
mematikannya pada saat yang tepat agar tetap menjadi bagian dari kehidupan yang normal.
Alfila Maylani - 858835966

Visualisasi juga penting bila individu tunanetra bertemu dengan orang lain dan berjaga-jaga
dengannya. bila berkenalan penting Baginya untuk berjabat tangan karena dengan demikian
dia akan dapat belajar tentang orang itu dari tangannya. Dia dapat mengetahui apakah orang
tersebut tinggi atau pendek, dan bahkan juga tentang besar kecilnya struktur tubuhnya.
2) Ingatan Kinestetik
Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran gerak otot yang dihasilkan oleh interaksi
antara Indra perabaan (tactile), propriosepsi, dan keseimbangan (yang dikontrol oleh sistem
vestibular, yang berpusat pada bagian atas dari telinga bagian dalam. Sistem ini peka
terhadap percepatan posisi dan gerakan kepala. ingatan kinestetik ini dimiliki oleh semua
orang. Contoh ingatan kinestetik : ketika sedang mati lampu dan tidak ada persediaan lilin di
rumah, sehingga kita harus makan tanpa penerangan. Pada saat makan kita tidak akan
menyuapkan sendok ke hidung, karena adanya ingatan kinestetik kita sudah hafal rute
gerakan sendok dari piring ke mulut. Ingatan kinestetik hanya terbentuk sesudah orang
melakukan gerakan yang sama di daerah yang sama atau untuk kegiatan yang sama secara
berulang-ulang.
3) Persepsi Obyek
Banyak orang yang sudah lama menjadi tunanetra dan sudah berpengalaman dalam
bepergian secara mandiri akan mengembangkan suatu kemampuan yang mungkin turut
membentuk anggapan orang bahwa individu tunanetra memiliki indra keenam atau
sekurang-kurangnya memberi kesan bahwa dia mempunyai indra pendengaran yang lebih
tajam. kemampuan ini disebut persepsi objek (object perception), suatu kemampuan yang
memungkinkan individu tunanetra itu menyadari bahwa suatu benda hadir di sampingnya
atau di hadapannya meskipun dia tidak memiliki penglihatan sama sekali dan menyentuh
benda itu. Fenomena ini sebagian dapat dijelaskan bahwa dia mendengar gema langkah
kakinya sendiri atau bunyi lain yang ditimbulkannya yang dipantulkan oleh benda tersebut.
Kehadiran benda itu juga dapat disadari oleh penginderaan yang diantarkan oleh kulitnya.
Kemampuan persepsi objek ini biasanya dikembangkan oleh mereka yang buta total dan
mungkin tidak dapat dimiliki oleh orang yang mengalami gangguan pendengaran.

3. Dampak ketunarunguan dan gangguan komunikasi terhadap pencapaian prestasi akademik anak
:
a. Dampak ketunarunguan terhadap prestasi akademik anak
Pada umumnya anak tunarungu yang tidak disertai dengan kelainan lain mempunyai
inteligensi yang normal, namun sering ditemui prestasi akademik mereka lebih rendah
dibandingkan dengan anak mendengar seusianya. menurut pendapat Lanny Bunawan (1982
: 4) yang menyatakan bahwa "ketunarunguan tidak mengakibatkan kekurangan dalam
potensi kecerdasan mereka akan tetapi siswa tunarungu sering menampakkan prestasi
akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan anak mendengar seusianya". Untuk
memahami hal tersebut, kita harus memahami bahwa pengembangan potensi kecerdasan
dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa, sehingga dampak yang nyata dari tunarungu
adalah terhambatnya kemampuan berbahasa. Perkembangan kecerdasan anak tunarungu
tidak sama secepatnya dengan mereka yang mendengar. Anak yang mendengar belajar
banyak dari apa yang didengarnya misalnya cerita kakak tentang kota, cerita ibu tentang
pasar, dan sebagainya. Anak menyerap dari segala yang didengarnya dan segala sesuatu yang
didengarnya itu merupakan suatu latihan berpikir. Akan tetapi hal tersebut tidak terjadi pada
anak tunarungu. Selain itu bahasa merupakan kunci masuknya berbagai ilmu pengetahuan
sehingga keterbatasan dalam kemampuan berbahasa menghambat anak tunarungu untuk
memahami berbagai pengetahuan lainnya. Anak tunarungu memiliki prestasi akademik yang
rendah tetapi tidak untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran yang bersifat verbal
seperti Bahasa Indonesia IPA, IPS, PPKN, Matematika (soal cerita), dan seni suara mereka
cenderung memiliki prestasi yang rendah dibanding anak yang mendengar. Tetapi pada mata
pelajaran yang bersifat nonverbal, seperti pelajaran Olahraga dan Keterampilan pada
umumnya relatif sama dengan temannya yang mendengar.
b. Dampak gangguan komunikasi terhadap pencapaian prestasi akademik anak
Dalam pengembangan kemampuan akademik kemampuan berbahasa baik secara reseptif
maupun ekspresif memegang peranan penting. Ilmu pengetahuan disampaikan melalui
bahasa sehingga untuk memahami pengetahuan tersebut seseorang harus memahami
bahasa terlebih dahulu. Oleh karena itu gangguan dalam kemampuan berbahasa dapat
menghambat seseorang dalam mengembangkan kemampuan akademiknya.

4. Perbedaan antara sistem pendidikan integrasi dengan sistem pendidikan inklusif bagi anak
tunarungu :
Alfila Maylani - 858835966

Sistem Integrasi Sistem Inklusif


Sistem integrasi atau terpadu memiliki Dalam sistem inklusif, siswa tunarungu
macam-macam bentuk keterpaduan benar-benar terpadu sepenuhnya.
sehingga anak tunarungu dapat Sekolah dituntut untuk menyediakan
mengikuti Salah satu bentuk program pembelajaran yang disesuaikan
keterpaduan yang sesuai dengan dengan kebutuhan khusus anak tunarungu.
kemampuannya. Depdikbud (1986)
mengelompokkan bentuk-bentuk
keterpaduan tersebut menjadi : bentuk
kelas biasa, kelas biasa dengan ruang
bimbingan, khusus atau ruang sumber,
dan kelas khusus.

5. Berikut lima alternatif upaya pencegahan terjadinya tunagrahita :


a. Penyuluhan genetik yaitu suatu usaha mengkomunikasikan berbagai informasi mengenai
masalah genetika. Penyuluhan ini dapat dilakukan melalui media cetak dan elektronik atau
secara langsung melalui posyandu dan klinik.
b. Diagnostik prenatal yaitu usaha pemeriksaan kehamilan sehingga dapat diketahui lebih dini
apakah janin mengalami kelainan.
c. Imunisasi,dilakukan terhadap ibu hamil maupun anak balita. Dengan imunisasi ini dapat
dicegah penyakit yang mengganggu perkembangan bayi atau anak.
d. Tes darah, dilakukan terhadap pasangan yang akan menikah untuk menghindari
kemungkinan menurunkan benih-benih kelainan.
e. Melalui program keluarga berencana, pasangan suami istri dapat mengatur kehamilan dan
menciptakan keluarga yang sejahtera baik fisik maupun psikis.

6. Dampak tunagrahita terhadap kemampuan akademik, sosial/emosional dan fisik/Kesehatan :


a. Dampak Terhadap Kemampuan Akademik
Anak Tunagrahita memiliki kapasitas belajar yang terbatas terutama mengenai hal-hal
abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (role learning), sering melakukan
kesalahan yang sama, cenderung menghindari perhatian, cepat lupa dan sukar membuat
kreasi baru.
b. Sosial/Emosional
Dampak ini berasal dari ketidakmampuannya dalam menerima dan melaksanakan norma
sosial (seperti aturan keluarga, sekolah serta masyarakat) dan pandangan masyarakat yang
mengganggap anak tunagrahita tidak dapat berbuat sesuatu. Dalam pergaulan anak
tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara, dan memimpin diri. Mereka cenderung
bergaul dengan anak yang lebih muda darinya. Meraka tidak mampu menyatakan rasa
bangga dan kagum. Kepribadiannya kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan, dan
tidak berpandangan luas. Namun, sebenarnya mereka menunjukkan ketekunan dan rasa
empati yang baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau perlakukan dan lingkungan yang
kondusif.
c. Fisik/Kesehatan
Kelainan terjadi pada pusat pengolahan di otak, sehingga anak tunagrahita melihat dan
mendengar tetapi tidak memahaminya. Kurangnya kemampuan bina diri, seperti: merawat
diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi, adaptasi sosial, dan okupasi. Sehingga mereka
tidak tampak sehat, tidak segar dan mudah terserang penyakit.

Anda mungkin juga menyukai