Anda di halaman 1dari 3

Teori Belajar Kognitif Vygotsky

Menurut Lev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog berkebangsaan Rusia, perolehan


pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang sejalan dengan teori sosiogenesis. Artinya,
pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial di luar
dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya,
tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi
pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan
kokonstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh
individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial secara aktif pula.

Konsep-konsep Teori Konstruktivisme Sosial Vygotsky


ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT
Vygotsky mengemukakan konsepnya tentang zona perkembangan proksimal (Zone Of
Proximal Development. Menurutnya, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan
ke dalam dua tingkat yaitu, tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial.
Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-
tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Sedangkan tingkat perkembangan
potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan
memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi
dengan teman sebayanya yang lebih berkompeten. Jarak antara keduanya, yaitu tingkat
perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan
proksimal atau yang kita kenal dengan Zone of Proximal Development (ZPD). Konsep
Vygotsky mengenai ZPD dikemukakan oleh Yustiana (2002, Saomah, 2011).

KONSEP SCAFFOLDING
Teori Scaffolding pertama kali diperkenalkan di akhir 1950-an oleh Jerome Bruner,
seorang psikolog kognitif. Dia menggunakan istilah untuk menggambarkan anak-anak muda
dalam akuisisi bahasa. Anak-anak pertama kali mulai belajar berbicara melalui bantuan orang
tua mereka, secara naluriah anak-anak telah memiliki struktur untuk belajar
barbahasa. Scaffolding merupakan interaksi antara orang-orang dewasa dan anak-anak yang
memungkinkan anak-anak untuk melaksanakan sesuatu di luar usaha mandiri-nya. Cazden
menyatakan bahwa “scaffolding sebagai kerangka kerja sementara untuk aktivitas dalam
penyelesaian” (Budiningsih, 2008).
Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah:
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar.
c. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah.
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan
lancar.
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g. mencari dan menilai pendapat siswa.
h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya
semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan
didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar
yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan
dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri
untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya
dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.
Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme
Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:
a. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam
dunia sebenarnya.
b. Menggalakkan soalan/idea yang dimulakan oleh murid dan menggunakannya sebagai
panduan merancang pengajaran.
c. Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan murid.
d. Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide.
e. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.
f. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
g. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil
pembelajaran.
h. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Vygotsky


a. Kelebihan
1) Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
2) Pembelajaran perlu lebih di kaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya
daripada tingkat perkembangan aktualnya.
3) Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya.
4) Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif
yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan procedural yang dapat digunakan untuk
melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah.
b. Kekurangan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.

KESIMPULAN
Teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan kokonstruktivisme.
Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri
secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang aktif pula. Ada 2 konsep penting dari teori
Vygotsky yaitu, Zone Of Proximal Development dan konsep Scaffolding.

Anda mungkin juga menyukai