Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN


KHUSUSPDGK4407
MODUL 4 PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA
Kegiatan Belajar 2 – Dampak Ketunanetraan terhadap Kehidupan Seorang
Individu

Disusun oleh :
Kelompok 2

Wulandari : 856774451
Yusi Wirayanti : 856776011
Yeni Puspita Sari : 856776383
Umi Daryati : 856776416
Sry Wahyuni : 856777733
Sri Lestari : 856778022
Tri Sarah Rizky : 856779214
Wiwit Putri Utama : 856779371
Syamsiah : 856779522

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UPBJJ
PALEMBANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentangDampak Ketunanetraan terhadap Kehidupan Seseorang.

Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untukmasyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, November 2022

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami perkembangan
normal. Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan,
gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai
perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah
yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat
diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus)
dan akibat-akibat yang terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai
anak yang cacat dikarenakan mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan
perkembangannya mengalami penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental,
emosi, serta sosialnya bila dibandingkandengan nak yang normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan
tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat
perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep
diri, kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya.Adanya perbedaan karakteristik
setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru
dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan
bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek- aspek tersebut meliputi kemampuan
berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut
diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku
kearah pendewasaan.

B. Tujuan
1. Pengertian,klasifikasi, penyebab serta cara pencegahan terjadinya ketunanetraan
2. Menjelaskan dampak ketunanetraan
3. Menjelaskan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak tunanetra
BAB II

PEMBAHASAN

MODUL 4 PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA

Kegiatan Belajar 2
Dampak Ketunanetraan Terhadap Kehidupan Seorang Individu

A. Proses Penginderaan
Organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari luar diproses dalam otak.
Semua informasi yang akan diproses diotak melewati 3 prosesor dalam bentuk:
a. Linguistik
b. Non linguistic
c. Afektif

Untuk mengilustrasikan alur informasi sebagaimana digambarkan diatas, bayangkanlah


seorang individu menonton pergulatan matador dengan banteng untuk pertama kalinya, satu
pengalaman dari dunia luar. Jenis informasi pertama yang diterimanya tentang pengalaman
baru ini akan berupa data penginderaan mentah. Data sensoris ini secara linguistik, yaitu
sebagai informasi tentang pergulatan matador. Dia juga mengkodekan data itu dalam bentuk
nonlinguistik, yaitu sebagai citra mental tentang matador. Akhirnya dia akan mengkodekan
secara afektif yaitu sebagai perasaan emosi yang kuat mengenai pengalaman itu.

B. Latihan Keterampilan Penginderaan


1. Indra Pendengaran
Pengembangan ketrampilan mendengarkan secara bertahab akan membantu
anda sadar pola perilaku tetangga anda dan kegiatan rutin mereka. Jika dilatih anak
tunanetra akan peka bunyi bunyi kecil di dalam rumahnya, seperti tetesan air, kran bocor
dan sebagainya dengan melatih keterampilan pendengaran seperti ini, tanpa menggunakan
indra penglihatan kita akan menyadari apa yang sedang dilakukan oleh orang – orang di
sekitar kita melalui sumber informasi bunyi yang telah ada disana, tetapi kita tidak
menyadarinya karena kita selalu bergantung pada indera penglihatan, salah satu hal yang
harus dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya oleh individu tunanetra karena kondisi yang
memaksanya.
2. Indra Perabaan
Jika kita sudah mengembangkan kesadaran akan fungsi indra perabaan, kita akan
mendapati bahwa banyak informasi tentang lingkungan yang kita dapat berikan oleh ujung –
ujung jari, informasi yang sesungguhnya selalu ada disana, tetapi kita tidak
membutuhkannya karena kita terlalu bergantung pada indra penglihatan.
Bagi individu tunanetra, tongkat merupakan perpanjangan fungsi indra perabaan.
Tongkat tidak hanya mendeteksi hambatan jalan, tetapi juga memberikan informasi tentang
permukaan lantai, seperti jalan aspal dengan tanah atau rumput.

Anak tunanetra perlu dikenalkan indera peraba sehingga ia dapat mengenal berbagai
bentuk benda : kancing baju, uang, karpet, tikar dan sebagainya. Dapat juga dibantu
dengan tongkat untuk mengetahui sekitarnya: tanah becek, rumput, got, trotoar dan
sebagainya.
3. Indra Penciuman
Latihlah anak untuk membedakan barang, makanan, minuman dari baunya agar
dapat diketahuibarang/benda dihadapannya.
4. Sisa Indra Penglihatan
Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai tunanetra masih mempunyai sisa
penglihatan. Tetapi tingkat sisa penglihatan mereka itu sangat bervariasi, begitu pula
kemampuan mereka untuk memanfaatkan sisa penglihatan tersebut. Kondisi fisik secara
kesluruhan, jenis gangguan mata yang dialami, bentuk pengaruh cahaya terhadap mata dan
durasi baiknya penglihatan, kesemuanya ini akan sangat berpengaruh terhadap seberapa
baiknya individu yang low visioni dapat menggunakan sisa penglihatannya.

C. Visualisasi, Ingatan Kinestetik, dan Persepsi Obyek


a. Visualisasi
Cara lain bagi individu tunanetra untuk mendapatkan kenyamanan di dalam
lingkungannya dan membantunya bergerak secara mandiri adalah dengan menggunakan
ingatan visual (visual memoryi) atau visualisasi (juga disebut peta mental). Visualisasi
juga penting bila individu tunanetra bertemu dengan orang lain dan bercakap – cakap
dengannya. Sedapat mungkin, individu tunanetra perlu memaksakan ingatan visualnya
agar tetap waspada juga bila sedang berjalan atau berkendaraan ke suatu tempat. Dia
perlu tahu nama jalan tempat berangkat dan bila belok dia perlu menanyakan
persimpangan jalan yang dilaluinya sehingga dia memiliki gambaran tentang cara
mencapai tempat tujuannya dan tahu cara kembali ke tempat asalnya sesudah itu.
Perlu dilatih dalam ingatan visualisasi agar penyandang tunanetra dapat mengenal :
1. Benda disekelilingnya
2. Mengingat letak benda disekelilingnya
3. Jika masuk ke ruangan perlu disampaikan gambaran tentang ruangan itu.
b. Ingatan Kinestetik
Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran gerak otot yang dihasilkan
oleh interaksi antara indera perabaan (tactile) , propriosepsi dan keseimbangan yang
dikontrol sistem vestibular yang berpusat dibagian atas dari telinga bagian dalam.
Ingatan kinestetik hanya terbentuk sesudah orang melakukan gerakan – gerakan yang
sama di daerah yang sama atau untuk kegiatan yang sama secara berulang – ulang .
Perlu dilatih gerakan mengenai jalan belok lurus dengan tepat tanpa memakai tongkat

c. Persepsi Obyek
Yaitu kemampuan yang memungkinkan individu tunanetra itu menyadari bahwa
suatu benda hadir disampingnya meskipun tidak memiliki penglihatannya.
Kemampuan persepsi objek ini perlu dilatihkan kepada anak – anak tunanetra.
Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang mampu menggunakan persepsi ini
dengan baik dapat melindungi dirinya dari menbarak benda – benda besar, dan
mendapatkan rasa aman bila berjalan di sepanjang pagar tinggi atau dinding
bangunan tanpa menyentuhnya dengan tangan atau tongkatnya.

D. Bagaimana Membantu Seorang Tunanetra


1. Cara menuntun orang tunanetra
- Kontak pertama
- Cara memegang
- Posisi pegangan
- Jalan sempit
- Membuka/menutup pintu
- Melewati tangga
- Melangkahi lubang
- Duduk di kursi
- Naik ke dalam mobil
2. Cara mengorientasikan
Jika anda ingin menunjukkan arah kepada seorang tunanetra, tidak bisa
sekedar sambil mengatakan “kesana” atau “kesini” tetapi harus lebih spesifik, misalnya
10 meter kedepan, 5 langkah kekanan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

I.G.A.K. Wardani, dkk. (2022). Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Banten :
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai