Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

DAMPAK KETUNAAN ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN


TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN INTELEGENSI

Dosen Pengampu: Arisul Mahdi, S.Pd, M.Pd

Oleh:

Kelompok 5

Cesa Almaidah Benzani 18003092

Gusua Reza 18003097

Mifta Hutda 18003143

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
Dampak Ketunaan Anak dengan Hambatan Penglihatan terhadap
Perkembangan Kognitif dan Intelegensi

Cesa Almaidah Benzani, Gusua Reza, Mifta Hutda


Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang

Abstrak
Anak dengan hambatan penglihatan mengalami hambatan dari segi penglihatan
sehingga berdampak pada kognitif dan intelegensinya. Untuk memahami dampak
yang dihadapi anak dengan hambatan penglihatan sehingga perlu dikaji dari
definisi kognisi, faktor-faktor yang menentukan perkembangan kognisi,
perkembangan kognisi melaui indra selain mata, persepsi objek pada individu
dengan hambatan penglihatan serta hambatan penglihatan dan perkembangan
intelegensi.
Kata Kunci: Hambatan Penglihatan, Kognisi, Intelegensi

Pendahuluan
Mata merupakan bagian tepenting dari tubuh seseorang, manusia
dapat memperoleh dan menangkap informasi sekitar 80% dari
mata/penglihatan. Seseorang dengan hambatan penglihatan dikenal
dengan istilah tunanetra. Anak dengan hambatan penglihatan diartikan
sebagai seseorang yang mengalami kerusakan pada salah satu mata atau
indra penglihatannya. Anak dengan hambatan penglihatan mengalami
masalah pada penglihatannya sehingga mereka mengalami keterbatasan
dalam proses pembelajaran dan berdampak pada perkembangan kognitif
serta intelegensinya.

Jurusan Pendidikan Luar Biasa


Pembahasan
Anak dengan hambatan penglihatan mengalami keterbatasan dalam
proses pembelajarannya sehingga berdampak pada perkembangan kognitif
dan intelegensinya.

1. Pengertian Kognisi
Istilah “congnitive” berasal dari kata kognition yang padanannya
knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti luas Neisser menjelaskan
bahwa, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan. Senada dengan pendapat tersebut, Susanto menjelaskan
bahwa kognisi adalah suatu pola berpikir, yaitu kemampuan individu
untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu
kejadian atau peristiwa.
Menurut para ahli pengertian kognisi sebagai berikut:
a. Drever dalam bukunya “dictionary of psychology” dikutip oleh
kuper (2000) menyebutkan bahwa kognisi adalah istilah umum
yang mencakup segenap proses pemahaman yaitu persepsi,
imajinasi, penangkapan makna, penilaian , dan penalaran.
b. Margareth w. Matlin (1994) menyebutkan bahwa kognisi atau
aktivitas mental melibatkan kegiatan memperoleh, menyimpan,
dan mencari, dan menggunakan ilmu pengetahuan alam.
c. Myers (1996) menyebutkan bahwa kognisi mengacu pada semua
aktivitas mental yang berkaitan dengan berpikir, memahami dan
mengingat.

2. Faktor-Faktor yang Menentukan Perkembangan Kognisi


Menurut jean piaget terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognisi yaitu:
a. Kematangan biologis 
Salah satu faktor yang terpenting dalam perkembangan
kognitif. Kematangan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang

Jurusan Pendidikan Luar Biasa


memahami dunia di sekitarnya. Proses pematangan biologis ini
dikendalikan oleh gen. Setiap gen akan menunjukkan aksinya
secara perlahan-lahan dan tampak sebagai sesuatu yang telah
terprogram secara genetis. Ini diwarisi dari orang tua anak yang
bersangkutan. Apa yang dilakukan oleh guru dan orang tua
mempunyai hanya sedikit dampak  pada aspek pematangan
biologis ini. Hal yang dapat dilakukan untuk membantu proses
pematangan biologis berjalan sebagaimana seharusnya adalah
dengan memberikan nutrisi yang cukup sehingga anak-anak dapat
tumbuh dengan sehat dan selanjutnya perkembangan kognitif dari
faktor pematangan biologis ini juga akan berlangsung dengan
normal.
b. Aktivitas fisik 
Berperan penting pada perkembangan kognitif anak-anak.
Ketika anak-anak melakukan beragam gerakan fisik dan
beraktivitas secara bervariasi, secara tidak langsung mereka akan
meningkatkan koordinasi tubuhnya. Saat itu pula mereka akan
belajar memahami dan menemukan prinsip-prinsip keseimbangan.
Hal ini dilakukan dengan bereksperimen (secara sederhana
tentunya) sambil mereka bermain-main dengan aktivitas fisiknya
tersebut. Ketika anak-anak melakukan aktivitas fisik dan sekaligus
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, mereka akan
bereksplorasi, mereka akan mengujicoba, mereka akan mengamati,
dan selanjutnya akan mengorganisasikan informasi yang mereka
peroleh itu. Hal ini akan membuat proses-proses berpikir mereka
berjalan. Perkembangan kognitif, dengan demikian menurut Piaget
juga sangat dipengaruhi oleh faktor aktivitas fisik tubuh ini.
Kemudian, ketika seseorang berinteraksi dengan orang-
orang yang berada di lingkungan sekitarnya, menurut Piaget,
kemampuan kognitif orang itu akan meningkat bersamaan dengan
terjadinya transmisi sosial, atau secara lebih gamblang dapat

Jurusan Pendidikan Luar Biasa


disebut sebagai “belajar dari orang lain”. Tanpa adanya transmisi
sosial, maka setiap orang harus menemukan kembali atau
menciptakan kembali semua pengetahuan. Dan ini tentu sangat
tidak efektif. Oleh karena itu peranan faktor pengalaman-
pengalaman sosial saat berinteraksi dengan orang-orang lain sangat
penting bagi perkembangan kognitif. Kita belajar dengan banyak
dan cepat dari pengetahuan yang disediakan oleh budaya dan
masyarakat kita. Setiap orang dalam suatu komunitas dapat saling
belajar satu sama lain berdasarkan tingkat perkembangan
kognitifnya.

c. Pengalaman-pengalaman Sosial
Meniru, yaitu agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap
dan perilaku seseorang yang sangat ia kagumi.
1) Persaingan, yaitu keinginan untuk mengungguli dan
mengalahkan orang lain. Persaingan ini biasanya sudah tampak
pada usia empat tahun. Anak bersaing dengan teman untuk
meraih prestasi seperti berlomba-lomba dalam memperoleh
juara dalam suatu permainan.
2) Kerja sama, Mulai usia tahun ketiga akhir, anak mulai bermain
secara bersama kooperatif, serta kegiatan kelompok mulai
berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi maupun lama
nya berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan
untuk bermain dengan anak lain.
d. Ekuilibrasi (penyeimbangan)
Terjadi ketika seseorang secara terus-menerus harus
memproses informasi baru yang didapatnya lalu mengeceknya
dengan informasi atau pengetahuan yang telah dimilikinya
sebelumnya. Ketika suatu informasi baru berbeda dengan informasi
lama, maka orang tersebut harus menyeimbangkannya untuk
menentukan manakah informasi yang tepat Dengan demikian

Jurusan Pendidikan Luar Biasa


struktur pengetahuan (kognitif) seseorang terus-menerus dapat
diubah dan disesuaikan dengan informasi baru yang diperolehnya.

3. Perkembangan Kognisi pada Indra selain Mata


a. Melalui Indra Pendengaran
Anak tunanetra menggantikan indera penglihatan dengan
indera pendengaran sebagai saluran utama untuk menerima
informasi dari luar, yang mengakibatkan pembentukan pengertian
atau konsep hanya berdasarkan pada suara atau bahasa lisan
( somantri, 2006:69). Berdasarkan suara, tunanetra akan mampu
mendeteksi dan menggambarkan tentang arah, sumber, jarak suatu
objek dan kualitas ruangan.
b. Melalui Indra Perabaan
Memberikan gambaran yang mengenai bentuk, ukuran, dan
perbedaan permukaan melalui perabaan.
c. Melalui Indra Penciuman
Melaui indra penciuman memberikan gambaran tentang
perbedaan jenis-jenis benda satu dengan lainnya.
Kemampuan mengidentifikasi dengan pendengaran, perabaan,
dan penciuman merupakan kunci bagi tunanetra dalam
mengidentifikasi lingkungan sekitar.

4. Persepsi Objek pada Individu dengan Hambatan Penglihatan


Persepsi visual yaitu kemampuan untuk mengenali dan
membedakan antara rangsangan visual dan menafsirkan rangsangan ini
melalui asosiasi dengan pengalaman sebelumnya, misalnya
memisahkan angka dan latar belakang untuk mensintesis isi gambar
dan menafsirkan ketetapan suatu benda yang dilihat dari arah yang
berbeda.
Semua anak tunanetra sering mempunyai persepsi tidak lengkap
terhadap suatu objek, variasi pengalaman yang diperoleh anak

Jurusan Pendidikan Luar Biasa


tunanetra menjadi tidak selengkap anak awas. Masing-masing anak
tunanetra mempunyai varisai pengalam sendiri-sendiri. Tunanetra
sering melakukan “verbalism”, yaitu kepercayaan tunanetra terhadap
suatu kata atau kelompok kata yang tidak didukung dengan pengalam
penginderaan. Tunanetra akan mengenal bentuk, posisi, ukuran dan
perbedaan permukaan hanya melalui perabaan.

5. Hambatan Penglihatan dan Perkembangan Intelegensi


Menurut Soemantri (2006: 75) menjelaskan bahwa masalah
intelegensi masih mengundang perdebatan di kalangan peneliti. Pada
umumnya, mereka menunjukan bahwa mereka mengalami
kelatarbelakangan dalam pemahaman tugas-tugas konseptual. Letak
hambatan ini ada pada stimulasi sensori, komunikasi dan
perkembangan kognitif. Seseorang dengan hambatan penglihatan tidak
secara otomatis menyebabkan rendahnya intelegensi. IQ anak yang
mengalami hambatan pada penglihatan pada umumnya normal atau
sesuai dengan keadaan umurnya. Penelitian Heyes menegaskan bahwa
tidak terdapat bukti tentang kondisi tunanetra akan menghasilkan IQ
yang rendah.
Penutup
Kognisi adalah suatu pola berpikir, yaitu kemampuan individu
untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu
kejadian atau peristiwa. Faktor-faktor yang menentukan perkembangan
kognisi yaitu kematangan biologis, aktivitas fisik, pengalaman-
pengalaman sosial serta ekuilibrasi. Perkembangan kognisi selain
menggunakan indra penglihatan yaitu melalui indra pendengaran,
perabaan dan penciuman. Semua anak tunanetra sering mempunyai
persepsi tidak lengkap terhadap suatu objek. Seseorang dengan
hambatan penglihatan tidak secara otomatis menyebabkan rendahnya
intelegensi.

Jurusan Pendidikan Luar Biasa


Referensi

Muhibbinsyah. 2013. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sholeh, Ahmad. 2015. Islam dan Penyandang Disabillitas: Telaah Hak Akseskbilitas

Penyandang Disabilitas dalam Sistem Pendidikan di Indonesia. Jurnal

PALASTREN. 8(2): 305.

Susanto Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai

Aspeknya. Jakarta: Prenada Media.

Jurusan Pendidikan Luar Biasa

Anda mungkin juga menyukai