Oleh:
Kelompok 5
2019
Dampak Ketunaan Anak dengan Hambatan Penglihatan terhadap
Perkembangan Kognitif dan Intelegensi
Abstrak
Anak dengan hambatan penglihatan mengalami hambatan dari segi penglihatan
sehingga berdampak pada kognitif dan intelegensinya. Untuk memahami dampak
yang dihadapi anak dengan hambatan penglihatan sehingga perlu dikaji dari
definisi kognisi, faktor-faktor yang menentukan perkembangan kognisi,
perkembangan kognisi melaui indra selain mata, persepsi objek pada individu
dengan hambatan penglihatan serta hambatan penglihatan dan perkembangan
intelegensi.
Kata Kunci: Hambatan Penglihatan, Kognisi, Intelegensi
Pendahuluan
Mata merupakan bagian tepenting dari tubuh seseorang, manusia
dapat memperoleh dan menangkap informasi sekitar 80% dari
mata/penglihatan. Seseorang dengan hambatan penglihatan dikenal
dengan istilah tunanetra. Anak dengan hambatan penglihatan diartikan
sebagai seseorang yang mengalami kerusakan pada salah satu mata atau
indra penglihatannya. Anak dengan hambatan penglihatan mengalami
masalah pada penglihatannya sehingga mereka mengalami keterbatasan
dalam proses pembelajaran dan berdampak pada perkembangan kognitif
serta intelegensinya.
1. Pengertian Kognisi
Istilah “congnitive” berasal dari kata kognition yang padanannya
knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti luas Neisser menjelaskan
bahwa, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan. Senada dengan pendapat tersebut, Susanto menjelaskan
bahwa kognisi adalah suatu pola berpikir, yaitu kemampuan individu
untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu
kejadian atau peristiwa.
Menurut para ahli pengertian kognisi sebagai berikut:
a. Drever dalam bukunya “dictionary of psychology” dikutip oleh
kuper (2000) menyebutkan bahwa kognisi adalah istilah umum
yang mencakup segenap proses pemahaman yaitu persepsi,
imajinasi, penangkapan makna, penilaian , dan penalaran.
b. Margareth w. Matlin (1994) menyebutkan bahwa kognisi atau
aktivitas mental melibatkan kegiatan memperoleh, menyimpan,
dan mencari, dan menggunakan ilmu pengetahuan alam.
c. Myers (1996) menyebutkan bahwa kognisi mengacu pada semua
aktivitas mental yang berkaitan dengan berpikir, memahami dan
mengingat.
c. Pengalaman-pengalaman Sosial
Meniru, yaitu agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap
dan perilaku seseorang yang sangat ia kagumi.
1) Persaingan, yaitu keinginan untuk mengungguli dan
mengalahkan orang lain. Persaingan ini biasanya sudah tampak
pada usia empat tahun. Anak bersaing dengan teman untuk
meraih prestasi seperti berlomba-lomba dalam memperoleh
juara dalam suatu permainan.
2) Kerja sama, Mulai usia tahun ketiga akhir, anak mulai bermain
secara bersama kooperatif, serta kegiatan kelompok mulai
berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi maupun lama
nya berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan
untuk bermain dengan anak lain.
d. Ekuilibrasi (penyeimbangan)
Terjadi ketika seseorang secara terus-menerus harus
memproses informasi baru yang didapatnya lalu mengeceknya
dengan informasi atau pengetahuan yang telah dimilikinya
sebelumnya. Ketika suatu informasi baru berbeda dengan informasi
lama, maka orang tersebut harus menyeimbangkannya untuk
menentukan manakah informasi yang tepat Dengan demikian
Rosdakarya.
Sholeh, Ahmad. 2015. Islam dan Penyandang Disabillitas: Telaah Hak Akseskbilitas
Susanto Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai