Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PSIKOLOG PENDIDIKAN
KECERDASAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Oleh :
Muhammad Marta Syaputra (21067055)
Nada Afriza (21033168)
Rezeki Genesis Sitompul (21067063)

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Hj. Neviyarni S, M.S.
Soeci Izzati Adlya, S.Pd., M.Pd.

Mata Kuliah Umum Psikologi Pendidikan


Universitas Negeri Padang
2022
Judul .........................................................................................................................
Daftar Isi ..................................................................................................................
Ringkasan Materi ....................................................................................................
a. Pengertian Kecerdasan ...............................................................................
b. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan .....................
c. Klasifikasi Kecerdasan Intelektual ............................................................
d. Jenis-Jenis Kecerdasan (Berdasarkan Teori Multiple Intelligence).......
e. Upaya Pendidik Dalam Mengembangkan Kecerdasan Peserta Didik
Dalam Proses Pembelajaran.......................................................................

Pertanyaan ...............................................................................................................
Daftar Pustaka .........................................................................................................
Ringkasan Materi
Kecerdasan Dalam Proses Pembelajaran
a. Pengertian Kecerdasan
Pengertian kecerdasan adalah termasuk kebolehan untuk memperolehi pengetahuan,
keupayaan untuk berfikir di dalam situasi yang kompleks dan kebolehupayaan untuk
menyelesaikan masalah. Darjah kecerdasan (DK) atau dalam bahasa Inggerisnya Intelligence
Quotient (IQ) dikatakan mempengaruhi keupayaan individu dalam mempelajari sesuatu.
Perbezaan darjah kecerdasan antara dua individu telah dikenalpasti ada kaitannya dengan
perbezaan tahap kemampuan, kebolehan serta keupayaan.Individu yang mempunyai DK
yang tinggi selalunya akan lebih mudah memahami sesuatu pembelajaran daripada individu
yang mempunyai DK yang rendah. Dalam proses kognitif, perkembangan urat saraf dan otak
mempunyai hubungan yang sangat rapat. Oleh itu keupayaan proses kognitif bergantung
kepada darjah kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang individu itu.
Orang yang cerdas otaknya akan menggunakan rangsangan dengan lebih berkesan, dapat
mengurus maklumat yang diterima untuk membina konsep dan seterusnya menyelesaikan
masalah lebih cepat daripada orang yang kurang darjah kecerdasannya.
Kamus Dewan 1991, kecerdasan boleh diertikan sebagai kesempurnaan akan (untuk
berfikir, mengerti dan lain-lain) seperti kepandaian, kepintaran dan kecerdikan. Atan Long
1978, kecerdasan dapat ditafsirkan sebagai kebolehan untuk melakukan pemikiran secara
mujarad, kebolehan untuk membuat penyeluruhan dan cara tindakan terhadap sesuatu situasi
yang bermasalah. Kecerdasan yang umum termasuk kebolehan untuk melakukan fikiran
secara abstrak, dan selalunya tingkah laku menjadi petunjuk darjah kecerdasan seseorang.
Menurut David Wechsler (1975), kecerdasan adalah kebolehan seseorang individu
memahami alam persekitarannya, dirinya dan kepakaran yang ada padanya yang boleh
menolong dia menghadapi cabaran hidup. Kebolehan ini adalah bersifat sejagat ataupun
universal. Binet (1905), memberikan erti kecerdasan sebagai kesanggupan yang
membolehkan seseorang itu menyesuaikan diri dan kebolehan dalam memberikan
pertimbangan yang kritikal terhadap diri sendiri. Faktor utama kecerdasan ialah kebolehan
dan keupayaan untuk membuat pentaakulan, pemahaman dan penilaian terhadap sesuatu
situasi dan keadaan yang dihadapi. Galton (1869), Catell (1890) dan Hall (1884-1924),
bersetuju bahawa kecerdasan adalah diwarisi.
Perkembangan DK manusia pada dasarnya ditentukan dan tidak boleh berubah. Orang
yang bijak View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE
provided by Universiti Teknologi Malaysia Institutional Repository datangnya daripada
keluarga dan keturunan yang bijak juga. Terman (1916), pula menyatakan bahawa kebolehan
untuk menjalankan pemikiran cara abstraks dalam penyelesaian masalah, serta keupayaan
luar biasa dalam penekanan dan penggunaan aspek perbendaharaan kata adalah menunjukkan
bahawa DK dalam penguasaan bahasa. Sementara itu Anastasi (1966), mentakrifkan
kecerdasan sebagai penilaian tahap DK yang akan melihat kepada tahap intelek yang am dan
bukannya yang spesifik.
Kesimpulannya definisi DK mempunyai pelbagai tafsiran. Selalunya tafsiran istilah
adalah jauh berbeza dengan tafsiran ahli psikologi. Ada ahli psikologi yang menyamakan
kecerdasan dengan kebolehan (ability) dan ada pula yang menyamakan kecerdasan dengan
keupayaan (capability). Tidak kurang juga ahli psikologi yang menyatakan bahawa
kecerdasan adalah diwarisi dan dibina oleh suasana pembelajaran.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan
Pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang dipengaruhi faktor internal dan
eksternal.
1. Faktor internal
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak yang dikategorikan sebagai faktor
internal adalah faktor genetik atau keturunan. Sama seperti sifat yang dimiliki
manusia lainnya, kecerdasan setiap anak juga berbeda-beda. Masyarakat banyak yang
memiliki anggapan bahwa kecerdasan anak diwariskan dari orang tua yang juga
cerdas. Pepatah yang populer terkait hal ini adalah buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
Meskipun demikian, sebagian besar penelitian memperkirakan bahwa faktor genetik
berperan hanya sekitar 30 sampai 75 persen dalam menentukan kecerdasan siswa.
Penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan memiliki peran yang sama
pentingnya dalam hal kecerdasan anak. Hasil penelitian menyebutkan, anak-anak
yang dibesarkan di lingkungan yang tidak mendukung perkembangan kecerdasannya.
2. Faktor eksternal
Selain gen penentu kecerdasan anak, faktor yang mempengaruhi perkembangan
intelektual dari luar atau faktor eksternal adalah lingkungan, stimulasi, gaya belajar,
dan nutrisi.
 Lingkungan
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan siswa yang pertama adalah faktor
lingkungan. Yang masuk dalam faktor lingkungan antara lain tempat tinggal, yang
juga berdampak pada kecerdasan anak. Dalam sebuah penelitian menunjukkan
bahwa anak yang tinggal di area yang memiliki fasilitas baik, melakukan aktivitas
fisik lebih dari 5 jam per minggu dan memiliki orang tua yang berpendidikan
tinggi, akan cenderung memiliki IQ yang tinggi. Dalam sebuah penelitian lain
juga disebutkan, jika seorang anak tinggal di kota kecil dengan fasilitas
pendidikan yang terbatas, dapat membuat potensi kecerdasan anak tidak
berkembang semaksimal anak-anak yang tinggal di kota besar dengan fasilitas
belajar yang lebih baik.
 Stimulasi
Faktor yang mempengaruhi IQ siswa berikutnya adalah stimulasi yang
diberikan kepada anak atau siswa. Interaksi Ibu dengan anak di tahun-tahun
pertama kehidupannya akan sangat menentukan perkembangan kognitif anak.
Sangat disarankan bagi orang tua untuk sering-sering mengajak si kecil bermain,
mengobrol, membaca buku, menonton tayangan edukatif, serta berbagai aktivitas
lain yang merangsang imajinasi dan rasa ingin tahunya. Stimulasi seperti ini dapat
meningkatkan kecerdasan anak. Tidak hanya orang tua, Guru Pintar juga dapat
mengambil peran dalam pemberian stimulasi kepada siswa saat belajar di sekolah.
 Kesesuaian Gaya Belajar
Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang
gaya belajarnya visual atau melalui gambar-gambar, ada yang gaya belajarnya
auditori atau mengandalkan pendengaran untuk menerima informasi, dan ada juga
anak yang gaya belajarnya kinestetik atau belajar melalui gerakan tubuh. Gaya
belajar yang sesuai akan membuat siswa lebih mudah menyerap informasi baru
dibandingkan jika ia belajar menggunakan metode lain yang tidak sesuai dengan
gaya belajar mereka. Itulah mengapa sangat penting bagi orang tua dan guru
untuk mengetahui gaya belajar masing-masing siswa.
 Nutrisi
Nutrisi ternyata memiliki peran penting dalam perkembangan otak anak.
Hal itu menyebabkan betapa pentingnya untuk makanan dan minuman yang
mengandung nutrisi kepada anak. Anak-anak atau siswa sangat membutuhkan zat
gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak dan zat gizi mikro yang terdiri
dari berbagai vitamin dan mineral untuk tumbuh kembangnya.
c. Klasifikasi Kecerdasan Intelektual (IQ)
IQ bisa diukur dengan menggunakan angka. Metode yang digunakan pun sudah sering
kita lakukan saat interview kerja atau tes universitas. Salah satu metode yang sering
digunakan untuk mengetahui tingkat IQ seseorang adalah dengan tes Binet Simon. Cara
penghitungannya dilakukan dengan membagi usia mental dengan usia kronologis kemudian
dikali dengan 100.
IQ=100 x Mental age (usia mental)Chronological age (usia sesungguhnya)
Dari tes Binet Simon ini dihasilkan penggolongan tingkat kecerdasan yakni:
 Jenius (>140)
 Gifted (>130)
 Superior (>120)
 Normal (90-110)
 Debil (60-79)
 Imbesil (40-55)
 Idiot (>30)
d. Jenis-Jenis Kecerdasan (Berdasarkan Teori Multiple Intelligence)
1. Kecerdasan Matematika-Logika.
Memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif,
berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka serta
memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan
tipe ini cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat
terjadinya sesuatu
2. Kecerdasan bahasa.
Memuat kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan katakata, baik
secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk
mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang
tinggi, umumnya ditandai dengan kesenangan pada kegiatan yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa, seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-
kata mutiara, dan sebagainya.
3. Kecerdasan Musikal.
Memuat kemampuan untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada
disekelilingnya, termasuk dalam hal nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung
senang sekali mendengarkan nada dan irama baik yang dilagukannya sendiri,
mendengarkan tape recorder, radio, pertunjukkan orchestra atau alatalat music yang
dimainkannya sendiri
4. Kecerdasan Visual-Spasial.
Memuat kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam
hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya untuk
menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan
bentuk-bentuk tiga dimensi, seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat
patung atau arsitek suatu bangunan.
5. Kecerdasan Kinestetik.
Memuat kemampuan untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh
tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Peserta didik jenis
ini unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepak bola, tenis,
renang, dan sebagainya.
6. Kecerdasan Interpersonal.
Menunjukkan kemampuan untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka
cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga mudah bersosialisasi
dengan lingkungan di sekelilingnya.
7. Kecerdasan Intrapersonal.
Menunjukkan kemampuan untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri.
Cenderung mampu mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada
dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan introspeksi diri, mengoreksi
kekurangan maupun kelemahannya. Kemudian mencoba untuk memperbaiki diri.
8. Kecerdasan Naturalis.
Kemampuan untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di
lingkungan alam yang terbuka, seperti pantai, gunung, cagar alam atau hutan. Peserta
didik semacam ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam, seperti aneka macam
bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa,
dan sebagainya.
9. Kecerdasan Eksistensialis.
Menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab pertanyaan
tentang eksistensi dirinya sebagai makhluk manusia. Orang tersebut tidak hanya puas
menerima keberadaannya namun mencoba menyadari dan mencari jawaban yang
terdalam, tentang siapa dia, apa sesungguhnya tujuan hidupnya, apa hubungannya dengan
Sang Pencipta, hubungannya dengan manusia dan masyarakatnya, dengan alam semesta
ini, kemana hidupnya akan bermuara, dan sebagainya. Seorang filosof, terutama filosof
eksistensialisme Implications of the Theory of Multiple Intelligences,(Educational
Researcher, 18(8),1989), h. 4-9 33Hamzah B. Uno, Belajar dengan pendekatan
PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 243 adalah contoh orang dengan kecerdasan
eksistensial tinggi.34 Sembilan jenis kecerdasan tersebut,
e. Upaya Pendidik Dalam Mengembangkan Kecerdasan Peserta Didik Dalam Proses
Pembelajaran
upaya yang dilakukan guru yaitu dapat merangsang kreativitas peserta didik disela
pembelajaran, belajar sambil bermain, menghargai ide-ide yang disampaikan peserta
didik, mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran dan memberikan respon yang baik
terhadap pertanyaan maupun jawaban dari peserta didik. Selain itu Guru selalu memotivasi
dan memberi semangat kepada anak, Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator, Guru
menyiapkan cerita yang menarik untuk diperankan oleh anak.
f. Pertanyaan
A. Objektif
1. Perhatian dan minat mendalam terhadap alam, serta kecermatan menemukan ciri-ciri
spesies dan unsur alam merupakan ....
a. Sistem Neurologis kecerdasan naturalis
b. Definisi kecerdasan naturalis
c. Komponen kecerdasan naturalis
d. Indikator kecerdasan naturalis
Jawaban : c. Komponen kecerdasan naturalis
2. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk proyek bertanam, kecuali ....
a. Siapkan beberapa kotak media tanam ukuran sedang hingga besar yang satu sisinya
berupa kaca
b. Berikan kesempatan pada anak untuk memberikan makan pada ikan-ikan
c. Masukkan tanah gembur sebagai media tanam kira0kira 10 cm, beri air secukupnya
d. Ajak anak-anak mengamati dengan seksama setiap perubahan yang terjadi pada biji
dan tunas dari hari ke hari
Jawaban : b. Berikan kesempatan pada anak untuk memberikan makan pada ikan-ikan
3. Pada kegiatan awal untuk membuat suasana riang Ibu Yuni mengajak anak-anak bermain
dengan membunyikan nada kelompok mawar membunyikan do-re-mi dan kelompok
melati membunyikan mi-re-do secara bergantian guru meminta anak membunyikannya
dan semakin lama semakin cepat sehingga anak-anak salah membunyikan nada mereka
masing-masing kegiatan yang dilakukan ibu Yuni dilakukan untuk mengembangkan
menyimak dalam ....
a. Pembicaraan cerita
b. Simak-ulang-ucap
c. Simak kerjakan
d. Melatih kosakata
Jawaban : a. Pembicaraan cerita
4. Kecerdasan matematis-logis memiliki indikator yaitu mampu berpikir dengan konsep
yang jelas, abstrak, tanpa kata dan gambar yang didasarkan pada ....
a. Kesenangan terhadap kepastian, pemolaan, kejelasan dan ketelitian
b. Kemampuan menangkap celah kesalahan penalaran pada pembicaraan dan
ketidaksinkronan dalam bertindak seseorang
c. Ketertarikan dengan pola dalam geometri dan mudah menemukan pola yang
tersembunyi dari suatu peristiwa
d. Penalaran dan bukti yang benar, disusun secara sistematis dan mampu menemukan
hubungan antar fenomena
Jawaban : d. Penalaran dan bukti yang benar, disusun secara sistematis dan mampu
menemukan hubungan antar fenomena
5. Ibu Nadya membagi anak-anak menjadi dua kelompok kemudian secara bergantian tiap
kelompok anak diminta mencari gambar yang sama sesuai dengan gambar yang
diperlihatkan oleh guru adalah ....
a. Penemuan hubungan logis
b. Mencocokkan pola kontras
c. Memasangkan pola konstruksi
d. Penguatan pengertian bilangan
Jawaban : b. Mencocokkan pola kontras
B. Essay
1. Apakah dalam multiple inteligensi itu harus saling berkaitan satu sama lain dan
apakah apabila salah satu kecerdasan itu tidak ada apakah masih disebut multiple
intelegency?
Jawaban : Iya masih disebut multiple inteligensi. Ditambahkan oleh tiara nesva
laraskana. Kecerdasan itu memang masih berkaitan satu sama lain karna namanya
saja multiple inteligency artinya kecerdadannya itu lebih dari satu kecerdasan jadi
walaupun 5 tidak ada masih ada 2 kecerdasan dan multi itu kan lebih dari satu
kecerdasannya
2. Apakah faktor trauma bisa menyebabkan anak itu menjadi gagap?
Jawaban : Tidak gagap itu bukan hanya faktor trauma saja yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi gagap banyak faktor lainnya yang menyebabkan seseorang itu
menjadi gagap misal anak anak yang berbicaranya lambat pasti ia akan tergagu gagu
dalam menyebutkan kata kata, tetapi bukan karna ada faktor traumatik melainkan
faktor kognitifnya bisa saja bermasalah
3. Berikan contoh bagaimana cara melatih anak-anak yang memiliki kecerdasan
linguistic
Jawaban: anak-anak yang memiliki kecerdasan tersebut akan lebih cerewet dan kritis
dan anak itu senang bercerita terutama pada anak 3-4 tahun akan lebih sering cerewet
karna anak pada umur seperti itu sedang mempelajari kata-kata dan sedang mengenal
pengucapan bunyi yang dia dengar dengan ejaan yang lumayan rumit. Cara yang bisa
kita gunakan dalam melatih kecerdasan lingkungan untuk anak yang memiliki
kecerdasan linguistik pada anak-anak yaitu :
 Ajak anak untuk lebih kreatif dalam lingkungan
 Arahkan dan ajarkan anak dalam menyebut kata-kata
 Biarkan anak bercerita tentang apa yang ia ceritakan
 Sering memberikan motivasi kepada anak agar menjadi anak yang rendah hati
dan takut akan hal-hal disekitarnya
Daftar Pustaka
KECERDASAN, D. PENGERTIAN KECERDASAN.

https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kecerdasan-siswa
Indria, A. (2020). Multiple intelligence. Jurnal Kajian Dan Pengembangan Umat, 3(1).

Anda mungkin juga menyukai