Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN KOGNITIF SOSIAL, EMOSI INDIVIDU PADA

BALITA, ANAK, REMAJA, DAN LANSIA

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“PSIKOLOGI UMUM”

OLEH KELOMPOK 2 PAI B

ARTIANI 201220055

ALFU ALFIAN 201220033

ARINA MANASIKANA 201220054

ALFIYATUL FAIZAH 201220032

Dosen Pembimbing

Dwi Ulfa Nurdahlia. M.Si.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO


A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam proses pembelajaran kita pasti melewati tahapan dari
yang tidak tahu menjadi tahu, kemudian memiliki ilmu hingga ahli
dalam bidang yang di pelajari. Perkembangan kognitif merupakan
salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan seseorang
untuk menyikapi perilaku dan sifat pada individu seseorang.
Kognitif tidak bisa dipisahkan dengan kecerdasan seseorang. Kognitif
bisa ditunjukan ketika seseorang sedang belajar, memecahkan sebuah
masalah, dan membangun sebuah ide.
Dalam hal ini kita bisa mengetahui lebih dalam tentang
perkembangan kognitif dan memahami faktor apa sajakah yang bisa
mempengaruhi perkembangan kognitif.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian perkembangan kognitif ?
b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif ?
c. Apa saja isu-isu tentang perkembangan kognitif pada balita, anak,
remaja, dan lansia ?

3. TUJUAN
a. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
c. Mengetahui isu-isu tentang perkembangan kognitif pada balita, anak,
remaja, dan lansia

1
B. PEMBAHASAN
a. Perkembangan kognitif
a) Pengertian
Istilah perkembangan merujuk pada bagaimana orang tumbuh,
menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan hidupnya
melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian,
perkembangan sosioemosi, perkembangan kognisi (pemikiran), dan
perkembangan bahasa. Jadi, perkembangan adalah pertumbuhan,
penyesuaian, dan perubahan yang teratur dan berlangsung lama
sepanjang perjalanan hidup.1
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanya
knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognitive (kognisi)
ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam
perkembangan selanjutnya istilah kognitif menjadi popular sebagai
salah satu domain atau wilayah atau ranah psikologis manusiayang
meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
masalah, kesengajaan, dan keyakinan.2
Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan
individu untuk mengeksplorasi lingkungan karena bertambah
besarnya kordinasi dan pengendalian motorik, maka dunia kognitif
individu berkembang pesat, makin kreatif, bebas, dan imajinatif.
a. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

Perkembangan kognitif pada masa awal dinamakan tahap pra-


oprasional (preoperational stage) yang berlangsung dari usia dua
hingga tujuh tahun. Pada tahap ini konsep yang stabil di bentuk,
penalaran menyal muncul, egosentris mulai kuat dan kemudian mulai
melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis.
Dalam istilah pra-oprasional menujukkan bahwa pada tahap ini teori
piaget difokuskan pada keterbatasan pemikiran individu. Istilah
“oprasional” menunjukkan pada aktifitas mental yang

1
Slavin Robert E, psikologi Pendidikan teori dan praktik, PT indeks Jakarta 2011, hal 40
2
Syahmuhibbin, psikologi belajar, Rajawali press Jakarta 2012, hal 22

2
memungkinkkan individu untuk memikirkan peristiwa pengalaman
yang di alaminya.3

b. Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky


Teori Vygotsky menunjukkan bahwa perkembangan kognitif
terjadi ketika peserta didik dengan dukungan-dukungan oranglain
yang lebih berpengaruh, misal orang tua, teman, memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang unik untuk budaya tertentu
melalui penggunaan sosial interaksi dan Bahasa. Orang dewasa dan
individu lain yang lebih berpengetahuan mengukur kesiapan peserta
didik untuk tugas-tugas baru dan memberikan dukungan yang
diperlukan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
lebih maju secara perkembangan melalui interaksi sosial yang kaya
Bahasa.
b) Pertumbuhan dan perkembangan kofnitif
Pertumbuhan dan perkembangan kognitif kognitif terjadi
melalui tiga proses yang saling berhubungan, yaitu:
1) Organisasi

Organusasi merupakan istilah yang di gunakan piaget


untuk menitegrasikan pengetahuan kedalam sistem-sistem.
Dengan kata lain organisasi adalah system pengetahuan atau cara
berfikir yang di sertai dengan pencitraan realitas yang semakin
akurat. Contoh: anak laki-laki yang berumur 4 tahun mampu
untuk menatap dan menggenggam obyek, setelah itu ia mampu
mengkombinasikan dua kegiatan ini (menatap dan
menggenggam).

2) Adaptif /adaptasi
Adaptasi merupakan cara anak menyesuaikan skema
sebagai tanggapan atas lingkungan. Adaptasi ini di lakukan
dengan dua langkah, yaitu asimilasi dan akomodasi.
a. Asimilasi
Merupakan istilah yang digunakan piaget untuk
merujuk pada memahami pengalaman baru
3
Yudrik Jahja, psikologi perkembangan, prenadamedia group Jakarta 2011, hal 185

3
berdasarkan skema yang sudah ada. Contoh asimilasi
kognitif: memberikan kepada seorang bayi sebuah
obyek yang sudah tidak asing, tidak pernah dilihat
sebelumnya tetapi menyerupai sebuah obyek yang
tidak asing baginya, dia mungkin akan
menggenggamnya, menggigitnya, dan
membantinganya.
b. Akomodasi
Merupakan sebuah istilah yang digunakan piaget untuk
merujuk pada mengubah skema yang telah ada agar
sesuai dengan situasi yang baru.4 Contoh: jika bayi di
berikan telur yang mempunyai skema dengan
membanting abyek kecil, maka yang terjadi telur pasti
akan pecah, bayi mungkin akan mengubah skema tadi
pada masa mendatang, ia akan membantin obyek
dengan kerass atau obyek lain dengan lembut.
3) Ekuilibrasi
Yaitu proses memulihkan keseimbangan anatar
pemahaman sekarang dan pengalaman baru. Ekuilibrasi
diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri
individu agar ia mampu mempertahankan keseimbngan
dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Anak
mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang,
pada akhirnya muncul cara yang baru secara kualitatif
untuk berfikir tentang dunia ini, dan anak melangkah ke
tahap perkembangan baru. Piaget percaya bahwa
pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan sangat
berperan penting agar terjadi perubahan perkembangan.
Namun ia juga percaya bahwa interaksi sosial dengan
teman sebaya, khususnya perdebatan dan diskusi,
membantu memperjelas pemikiran dan pada akhirnya
menjadikannya lebih logis. Contoh: bayi yang biasanya
mendapat air susu dari botol atau ASI dari ibunya,
4
Slavin Robert E, psikologi pendididkan teori dan praktik, PT Indeks Jakarta 2011, hal 43

4
kemudian diberi susu dengan gelas tertutup. Maka bayi
menemukan bahwa menyedot air gelass membutuhkan
gerakan mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa
dilakukannya saat menyusu dari ibunya atau botol. Dengan
demikian maka sang bayi telah melakukan addaptasi
terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi
yang baru yaitu gelas, dengan demikian asimilasi dan
akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan ekuilibrium
dan pertumbuhan.

b. Faktor-faktor perkembangan kognitif


Faktor-faktor perkembangan kognitif ada enam, yaitu :
1. Hereditas atau keturunan
Kemampuan seseorang cenderung merupakan warisan atau
keturunan yang dibawa sejak lahir.
2. Lingkungan
Perkembangan manusia dipengaruhi lingkungan hidupnya
3. Kematangan
fisik dan pesikis seseorang dikatakan matang jika telah mencapai
kesanggupan dalam menjalankan fungsinya masing-masing.
4. Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri yang
mempengaruhi perkembangan inelegensi.
5. Minat dan bakat
Minat mengaarahkan seseorang pada suatu tujuan dan dorongan
bagi perbuatan tertentu.
6. Kebebasan
Kebebasan yaitu kebebasan manusia untuk berfikir bahwa
manusia dapat memilih metode tertentu untuk memecahkan masalah
yang ada.5

1) Isu Perkembangan Kognitif Balita


5
Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd pengembangan kognitif, Universitas terbuka 2004 hal 28

5
Menurut piaget perkembangan balita umur 0-7 tahun di bagi
menjadi dua, yaitu:
1. Sensorik motorik (0-2 tahun)
Pada tahap ini bayi dan balita cenderung mengekspor dunia
dengan menggunakan kemampuan sensorik motoric mereka.
2. Tahap pra-oprasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini anak-anak memiliki kemampuan yang lebih besar
untuk berfikir tentang hal-hal dan memiliki kemampuan untuk
menggunkan simbol untuk secara mental memiliki objek.
Kemampuan Bahasa dan konsep mereka juga berkembang dengan
kecepatan yang luar biasa. Tahap ini ditandai dengan :
a. Tranductive reasoni, yaitu cara berfikir yang bukan induktif atau
dedukatif tetapi tidak logis.
b. Ketidak jelasan hubungan sebab akibat, yaitu anak mengenal sebab
akibat secara tidak logis.
c. Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti
dirinya.
d. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu dilingkingan
itu mempunyai jiwa seperti manusia.
e. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu derdasarkan apa yang
di lihat atau di dengar.
f. Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk
menemukan jawaban dari persoalan yang di adapinya

Hurlock (1999), menyatakan bahwa anak usia 3-5tahun adalah


massa permainan. Bermain dengan benda atau alat permainan dimulai
sejak usia 1 tahun pertama dan akan mencapai puncaknya pada usia
5-6 tahun.

Menurut Pontesori dalam patmonodewo (2000), masa peka anak


yang berada pada usia 3,5 tahun di tandai dengan suatu keadaan
dimana potensi yang menunjukkan kepekaan (sensitive) untuk
berkembang. Maka masa peka ini merupakan masa yang efektif bagi
orang tua atau pendidik dalam memberikan pemahaman atau
pembelajaran kepada anak melalu pemberian contoh-contoh konkret

6
atau berupa peragaan yang mendidik akan lebih efektif di terima oleh
anak.

Menurut Gessel dan Amadruda, mengemukakan bahwa anak usia


3-4 tahun telah mulai mampu berbicara secara jelas dan berarti.
Selanjutnya, pada usia 4-5 tahun yaitu masa belajar matematika.

Menurut Freud rentang usia 3-5 mulai mengamati bentuk


tubuhnya dan juga tubuh orang lain, perkembangan kepribadian juga
semakin kompleks.

Menurut Alfred Binet, potensi kognitif seesorang tercermin


dalam kemampuannya menyeelesaikan tugas-tugas yang menyangkut
pemahaman dan penalaran. Binet juga menyatakan bahwa hakikat
kognitif memiliki 3 sifat, yaitu :

1) Kecerdasan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu.


2) Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai
tujuan tersebut.
3) Kemampuan untuk melakukan autokritik, kemampuan untuk belajar
dari kesalahan yang telah di buatnya.

2) Isu perkembangan kognitif anak


Pada dasarnya pengembangan kognitif di maksudkan agar anak
mampu melakukan eksplorasi dunia sekitar melalui panca indranya,
sehingga dengan pengetahuan yang di dapatkanya tersebut anak akan
dapat melangsungkan hudupnya dan menjadi manusia yang utuh
sesuai kodratnya sebagai mahluk tuhan.
Adapun proses kognisi meliputi beberapa aspek, seperti presepsi,
ingatan, fikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Piaget
berpendapat bahwa pentingnya pengembangan kognitif pada anak
adalah :
a. Agar anak mampu mengembangkan daya presepsinya berdaasarkan
apa yang dilihat, di dengar dan di rasakan.
b. Agar anak mampu melatih ingatanya terhadap semua peritiwa dan
kejadian yang dialaminya.

7
c. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran dalam rangka
menghubungkan satu peristiwa dengan pristiwa lainya.
d. Agar anak mampu memahami simbol yang tersebar di sekitarnya.
e. Agar anak mampu melakukan penalaran baik secara alamiyah
(spontan) maupun ilmiah (percobaan).
f. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup, sehingga anak dapat
menolong dirinya sendiri.
g. Pada rentang usia 5-6 tahun,anak mulai memasuki masa pra sekolah
yang merupakan masa kesiapan untuk memasuki Pendidikan formal
yang sebenarnya di sekolah dasar.
Masa ini di tandai dengan masa peka terhadap segala stimulasi
yang diterimanya melalui pancaindra. Masa peka memiliki arti
penting bagi perkembangan setiap anak. Pieget bependapat
bahwa,anak pada rentang usia ini masuk dalam perkembangan
berpikir pra operasional konkret. Anak mulai memiliki prespektif
yang berbeda dengan orang lain yang berada di sekitarnya.6

3) Isu perkembangan kognitif remaja


Remaja mempunyai tuntutan dalam perkembangan kognitif,
yaitu mampu berfikir secara lebih rasional dan memiliki kemampuan
pertimbangan yang matang dalam menyelesaikan massalah.
Kemampuan kognitif yang dimiliki remaja di antaranya adalah
kemampuan dalam memberikan alasan secara efektif, menyelesaikan
masalah, berfikir secara abstrak dan refelksi serta adanya perencanaan
di masa depan. Fase remaja mengalami tiga tahapan perkembangan
kognitif menuju pencapaian berfikir secara abstrak yang
menunjukkan karakteristik fase dewasa.
 Pada masa remaja awal, kemampuan kognitif masih di dominasi oleh
proses berfikir yang masih konkret, egosentris, dan perilaku yang
impulsive.
 Masa pertengahan remaja kemampuan berfikir secara abstrak mulai
terbentuk.

6
Ahmad Susanto, perkembangan anak usia dini pengantar dalam berbagai aspeknya, kencana prenadamedia
group Jakarta 2011, hal 49

8
 Tahap usia remaja akhir (late adolescence) yang akan memasuki usia
dewasa muda, proses berfikir semakin lebih logis, dan mereka mulai
mampu berfikir secara ilmiah, memahami konsep secara komplek
serta mampu menggunakan metode analisis dalam proses berfikir
tersebut.

Ciri-ciri perkembangan kognitif pada remaja, yaitu :

a. Berfikir secara abstrak yaitu remaja dapat berfikir untuk memecahkan


persaman-persamaan yang abstrak.
b. Berfikir secara idealistis, yaitu kemampuan remaja dalam berfikir
sesuatu yang bersifat mungkin, mereka berfikir tentang ciri ideal
mereka sendiri, orang lain dan dunia.
c. Berfikir secara logis, yaitu berfikir seperti seorang ilmuwan yang
menyusun rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan
mengujinya secara sistematis pemecahan-pemacahan masalah
tersebut.
Menurut Piaget seorang remaja termotivasi untuk memahami
dunia karna perilaku addaptasi secara biologis mereka. Dalam
pandangan piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif
mereka dimana informasi yang mereka dapat tidak langsung di terima
begitu saja di dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu
membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting daripada
ide lainnya, lalu remaja mengembangkan ide-ide ini.
Perkembangan emosi pada remaja menurut Ali dan Ansori, masa
remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi yang berkobar,
sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering
mengalami rasa tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.7

4. Isu perkembangan kognitif lansia


Kemampuan kognitif adalah indikator penting dari kesehatan
mental orang lanjut usia. Kerusakan dan penurunan pada kemampuan
kognitif akan menyebabkan ketidak nyamanan, mempengaruhi

7
Yessy Nur Endah Sary, jurnal pengabdian kepada masyarakat vol 1 No1 2017, hal 10

9
kualitas hidup, dan menyebabkan peningkatan kesulitan perawatan
bagi orang tua.
Tingkat penddidikan lansia terkait erat dengan kemampuan
kognitifnya, dengan peningkatan skor pada lansia yang memiliki
tingkat Pendidikan lebih tinggi. Secara keseluruhan, kemampuan
kognitif perempuan lanjut usia secara signifikan lebih rendah daripada
laki-laki lansia. Salah satu alas an utama untuk ini adalah kenyataan
bahwa perempuan lansia memiliki tingkat Pendidikan yang lebih
rendah dari pada laki-laki diantara orang tua lansia. Di antara mereka
yang buta huruf dan mereka yang bersekolah dasar, sekor kemampuan
kognitif secara signifikan lebih tinggi pada laki-laki lansia daripada
perempuan lansia. Diantara orangtua yang menerima pendidikan
SMP dan SMA, tidak ada perbedaan signifikan dalam kemampuan
kognitif antara laki-laki dan perempuan lansia. Di antara orang tua
yang memiliki sarjana atau kualifikasi yang lebih tinggi, skor
kemampuan kognitif perempuan sedikit lebih tinggi daripada pria.
Masalah yang terjadi pada lansia sebagai berikut :
a. Masalah fisik. Masalah yang dihadapi oleh lansia adalah fisik yang
mulai melemah sering terjadi radang persendian ketika melakukan
aktivitas yang cukup berat, indra penglihatan yang mulai kabur, indra
pendengaran yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang
menurun.
b. Masalah kognitif (intelektual). Masalah yang dihadapi lansia terkait
dengan perkembangan kognitif, adalah melemahnya daya ingat
terhadap sesuatu hal (pikun) dan sulit untuk bersosialisasi dengan
masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional. Masalah yang dihadapi terkait dengan
perkembangan emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan
keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia terhadap
keluarga menjadi sangat besar.
d. Masalah spiritual. Masalah yang dihadapi terkait dengan
permasalahan ini, adalah kesulitan umntuk menghafal kitab suci
karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika
mengetahui anggota keluarganya belum melakukan ibadah, dan

10
merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup yang cukup
serius.
Menurut Tamher (2009) menjelaskan memasuki usia lanjut,
secara kejiwaan individu berpotensi untuk mengalami perubahan
sifat, seperti kaku dalam berbagai hal, kehilangan minat, tiddak
memiliki keinginan tertentu maupun kegemaran yang sebelumnya
pernah ada. Hal ini tentu erat kaitannya dengan kemunduran dari
asspek bio-visiologisnya. Kemunduran-kemunduran itu dapat di
simpulkan dalam bentuk kemunduran fungsi kognitif serta
kemunduran dalam aspek psikososial.
Menurut Desmita (2010) dikutip dari marlina (2012)
perkembangan kognitif pada lansia pada umumnya proses kognitif,
memori dan intelegensi mengalami penurunan bersamaan dengan
terus bertambahnya usia.8

8
Deharnita Syahrum Dahlia, faktor yang berhubungan dengan fungi kogniitif pada lansia, Vol.X jilid 2 No. 73
Desember 2016, hal 180

11
C. KESIMPULAN
1. Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan
individu untuk mengeksplorasi lingkungan karena bertambah
besarnya koordinasi dan pengendalian motorik, maka dunia
kognitif individu berkembang pesat, makin kreatif, bebas, dan
imajinatif.
2. Faktor-faktor perkembangan kognitif ada enam, yaitu : Hereditas
atau keturunan, lingkungan, kematangan, pembentukan, minat
dan bakat, kebebasan.
3. Perkembangan kognitif pada balita, anak, remaja, dan lansia
mengalami perkembangan yang berbeda-beda. Perkembangan
balita umur 0-7 tahun dibagi menjadi dua, yaitu sensorik motoric
dan tahap praoprasional.
perkembangan kognitif pada anak di maksudkan agar anak
mampu melakukan eksplorasi dunia sekitar melalui panca
indranya, sehingga dengan pengetahuan yang di dapatkanya.
kemudian pada fase remaja mengalami tiga tahapan
perkembangan kognitif menuju pencapaian berfikir secara abstrak
yang menunjukkan karakteristik fase dewasa, yaitu pada masa
remaja awal, masa pertengahan remaja, dan tahap usia remaja
akhir.
Pada fase lansia, skor kemampuan kognitif pada perempuan
sedikit lebih tinggi dari pada pria, beberapa masalah yang terjadi
pada lansia adalah masalah fisik, masalah intelektual, masalah
emosional, dan masalah spiritual.

12
DAFTAR PUSTAKA
Jahja Yudrik, psikologi perkembangan, prenadamedia group Jakarta
2011
Nur Yessy Endah Sary, jurnal pengabdian kepada masyarakat vol 1
No1 2017
Nurani Yulianti Sujiono, M.Pd pengembangan kognitif, Universitas
terbuka 2004
Robert Slavin E, psikologi Pendidikan teori dan praktik, PT indeks
Jakarta 2011
Susanto Ahmad, perkembangan anak usia dini pengantar dalam
berbagai aspeknya, kencana prenadamedia group Jakarta 2011
Syahmuhibbin, psikologi belajar, Rajawali press Jakarta 2012
Syahrum Deharnita Dahlia, faktor yang berhubungan dengan fungsi
kognitif pada lansia, Vol.X jilid 2 No. 73 Desember 2016

13

Anda mungkin juga menyukai