Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSELING POST MODREN


“ Konseling Kognitif “
Dosen :
Rinna Y. Kasenda, M.Th. M.Pd
Suehartono Syam, S.Sos. M.Pd

Listra Septiana Silalahi

18102001

PROGRAM STUDY BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Santrock (2003: 31) mengartikan bahwa masa remaja sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosial-emosional. Ditilik dari segi usia, siswa SMP dan SMA termasuk fase atau
masa remaja. Fase remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan siswa.
Semua perubahan yang terjadi di dalam diri pada masa remaja menuntut individu
untuk melakukan penyesuaian diri dalam diri dalam membentuk suatu “Sense of self”
yang baru tentang siapa dirinya. Karena perubahan-perubahan yang terjadi
mempengaruhi remaja pada hampir semua area, konsep diri juga  berada dalam keadaan
terus berubah pada periode ini. Ketidakpastian masa depan membuat formulasi dari
tujuan yang jelas merupakan tugas yang sulit. Namun, dari penyelesaian masalah dan
konflik remaja inilah lahir konsep diri remaja.
William H. Fitts, 1971 (dalam Agustiani, 2009 : 138) mengatakan bahwa konsep
diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan demikian mengetahui
konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku
orang tersebut. Pada umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan gagasan-gagasan
tentang dirinya sendiri. Jika seseorang mempersepsikan dirinya sebagai orang yang
inferior dibandingkan dengan orang lain, walaupun hal ini belum tentu benar, biasanya
tingkah laku yang ia tampilkan akan berhubungan dengan kekurangan yang dipersepsinya
secara subjektif tersebut.
Berbeda dari anak-anak, remaja berusaha untuk memahami siapakah dirinya,
bagaimanakah sifat-sifatnya, apa yang hendak diraih dalam hidupnya. Remaja dituntut
untuk dapat mengeskplorasi diri dan identitas dirinya, yang sering kali merupakan aspek
sentral dari perkembangan kepribadian di masa remaja. Harapan masyarakat Indonesia
kepada remaja saat ini tidak sesuai dengan kenyataan pada diri remaja hal itu disebabkan
akibat konsep diri negatif remaja yang terbentuk.
B. Ruang Lingkup Permasalahan
1. Pengertian konseling kognitif
2. Aspek aspek konseling kognitif
3. Perkembangan konseling kognitif
4. Prinsip prinsif konseling kognitif
5. Factor factor konseling kognitif

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan tentang teknik konseling kognitif ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian, aspek aspek dan perkembangan konseling kognitif dengan baik
dan benar.
2. Memahami metode atau prinsip prinsip yang terdapat dalam pelaksanaan konseling kognitif.
3. Menjelaskan factor faktor dalam proses konseling kognitif.
BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN KONSELING KOGNITIF


Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanannya Knowing,  berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas, Cognition (kognisi) ialah perolehan,  penataan dan
penggunaan pengetahuan  (Neisser, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif 
menjadi popular sebagai suatu domain atau wilayah ranah psikologis manusia  yang meliputi
wilayah psikologis manusia yang meliputi setiap prilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan
keyakinan. Ranah kejiwaan yang berhubungan dengan otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian degan ranah rasa (Chaplin, 1972).
Syah, Muhibbin, ( dalam Jean Piaget, 1896-1980), kognitif adalah salah satu ranah dalam
taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari
tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Syah, Muhibbin, ( dalam Jean Piaget, 1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat
membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua
proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian
(adaptasi).
Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu
yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini,
maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan
mereka tentang dunia.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses
berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan
dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia
peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi
mengenai dunia yang telah ia punyai.
Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau
priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget, setiap individu
akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invariant, selalu tetap, tidak
melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta adanya pengorganisasian struktur berfikir.
Untuk menunjukan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku yang
terorganisir Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua komponen ini berarti
bahwa kognitif merupakan sistem yang selalu diorganisir dan diadaptasi, sehingga
memungkinkan individu beradaptasi dengan lingkungannya.
Skema (struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai
pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sistematis dari tindakan, perilaku,
pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam
menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi. Adaptasi (struktur fungsional) adalah sebuah
istilah yang digunakan oleh Piaget untuk menunjukan pentingnya pola hubungan individu
dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif.
Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu
asimilasi dan akomodasi.
1.      Asimilasi dari sudut biologi adalah integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari
luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif
meliputi objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal.  Proses asimilasi ini
didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu mengasimilasikan
informasi-informasi yang sampai kepadanya, kemudian informasi-informasi tersebut
dikelompokan kedalam istilah-istilah yang sebelumnya telah mereka ketahui.
2.      Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui atau menggabung-
gabungakn istilah lama untuk menghadapin tantangan baru. Akomodasi kognitif
berarti mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan
dengan objek stimulus eksternal. Jadi kalau pada asimilasi terjadi perubahan pada
objeknya, maka pada akomodasi perubahan terjadi pada subjeknya, sehingga ia dapat
menyesuaiakan diri denagn objek yang ada diluar dirinya. Struktur kognitif yang
sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan suapaya sesuai dengan
rangsangan-rangsangan objeknya.
Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin mengadakan penyesuaian
(adaptasi) dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan (ekuilibrium), yaitu antara
aktivitas individu terhadap lingkungan (asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap individu
(akomodasi). Agar terjadi ekuilibrasi antara individu dengan lingkungan, maka peristiwa-
peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan
komplementer.

B.     Aspek-Aspek Konseling Kognitif


Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R. Krathwohl di jurnal Theory into
Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang
yang diurutkan sebagai berikut:
1.  Mengingat (Remembering)
Mengingat merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Untuk
mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat
hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai
suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu
mengenali (recognizing) dan mengingat. Kata operasional mengetahui yaitu mengutip,
menjelaskan, menggambar, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi, memasangkan,
menandai, menamai.
2. Memahami (Understanding).
Pertanyaan pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah
mempunyai pengertian yang memadai untk mengorganisasikan dan menyusun materi-
materi yang telah diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab
pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengingat kembali informasi, namun harus
menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya. Kata operasional memahami
yaitu menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan,
membeberkan.
3.   Menerapkan (Applying).
Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan
masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu, mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk
pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu
menjalankan dan mengimplementasikan. Kata oprasionalnya melaksanakan, menggunakan,
menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan,
mendeteksi.
4.   Menganalisis (Analyzing).
Pertanyaan analisis menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur- unsurnya
dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Kata
oprasionalnya yaitu menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang,
mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan,
membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan.
5.  Mengevaluasi (Evaluating).
Mengevaluasi membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang
ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini adalah memeriksa
dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi,
menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan.
6.  Mencipta (Creating).
Membuat adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.
Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu membuat,
merencanakan, dan memproduksi. Kata oprasionalnya yaitu merancang, membangun,
merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat,
memperindah, menggubah.

C.    Perkembangan Konseling Kognitif


Seorang ahli psikologi dari Swiss, (Sobur, A. 2003). yaitu memandang bahwa banyak
persoalan mengenai perkembangan konseling kognitif termasuk juga bagaimana cara anak-anak
memahami hubungan antara simbol dan objek, bagaimana anak-anak berusaha untuk
memecahkan masalah, pengetahuan anak-anak tentang sebab akibat, dan kemampuan mereka
untuk mengelompokkan objek dan mengikutsertakan pemikiran yang pasti.
Perkembangan konseling kognitif berpusat pada perkembangan cara penerimaan dan
mental anak. Menurut Sobur, anak-anak mencoba berusaha memahami hal-hal baru untuk
mengembangkan pola pikir anak dan jika pemahaman anak tidak tercapai, maka anak akan
berusaha untuk menyesuaikannya dengan cara membatasinya. Adapun pekembangan dalam
konseling kognitif:
1.    Perkembangan Masa Bayi
Dalam pandangan Sobur tahap-tahap perkembanagn pemikiran dibedakan atas
empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensoris-motorik, praoperasional, operasional konkret,
dan operasional formal.
Pemikiran bayi termasuk kedalam pemikiran sensoris motorik, tahap sensoris
motorik berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira berumur 2 tahun. Selama tahap ini
perkembangan mental ditandai dengan perkembangan pesat dengan kemampuan bayi
untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan
tindakan-tindakan fisik. Dalam hal ini bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara
pasif rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat indranya, melainkan juga aktif memberikan
respons terhadap rangsangan tersebut, yakni melaui gerak-gerak refleks. Pada akhir tahap
ini ketika anak berusia sekitar 2 tahun, pola-pola sensorik motoriknya semakin kompleks
dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif. Misalnya: Anak usia dua tahun
dapat membayangkan sebuah mainan dan dan memanipulasinya dengan tangannya
sebelum mainan tersebut benar-benar ada. Anak juga dapat menggunakan kata-kata
sederhana, seperti “mama melompat” untuk menunjukan telah terjadinya sebuah peristiwa
sensoris motorik.
2.    Perkembanagn Masa Anak-Anak Awal
Perkemabnagn kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional
(preoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini konsep
yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentisme mulai kuat dan kemudian
melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis.
Pemikiran praoperasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat pada
pemikiran operasional, sekalipaun label praoperasional menekankan bahwa pada tahap ini
belum berpikir secara operasional. Dalam tahap pra operasional pemikiran masih kacau
dan tidak terorganisir secara baik. Pemikiran praoperasional adalah awal dari kemampuan
untuk merekonstruksi pada level pemikiran apa yang telah ditetapkan dalam tingkah laku.
Pemikiran praoperasional juga mencakaup transisi dari penggunaan simbol-simbol primitif
kepada yang lebih maju.
3.    Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-Anak
Pemikiran anak-anak pada masa ini disebut pemikiran operasional konkrit
(concrete operational thought). Menurut Sobur, operasi adalah hubungan-hubungan logis
diantara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas
mental yang difokuskan pada objek-objek atau peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat
diukur.
Pada masa ini anak sudah mengembangkan pikiran logis, ia mulai mampu
memahami operasi sejumlah konsep. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka
tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indra, karena ia
mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan
kenyataan sesungguhnya, dan antara yang bersifat sementara dengan yang berasifat
menetap.
Anak-anak pada masa konkrit operasional ini telah mampu menyadari konservasi,
yaitu kemampuan anak untuk berhubungan dengan berhubungan dengan sejumlah aspek
yang berbeda secara serempak. Hal ini karena pada masa ini anak telah mengembangkan
tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi yaitu negasi, resiprokasi, dan
identitas.
4.    Perkembangan Masa Remaja
Ditinjau dari perspektif teori kognitif Sobur, maka pemikiran masa remaja telah
mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational thought), yakni suatu
tahap perkembangan kognitif yang dimulai kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut
sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah mulai
berfikir abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang
akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak.

D.    Prinsip-Prinsip Konseling Kognitif


Adapun menurut Sjarkawi, (2006) prinsip – prinsip dalam konseling kognitif sebagai
berikut:
1.    Harus didasarkan pada formulasi yang terus berkembang sehubungan permasalahan
konseli dan konseptualisasi kognitif konseling.
2.    Harus didasarkan pada pemahaman yang sama antara konselor dan konseli terhadap
permasalahan yang dihadapi konseli.
3.    Memerlukan kolaborasi dan partisipasi aktif dari konseli dan konselor.
4.    Berorientasi pada tujuan dan berfokus pada permasalahan.
5.    Berfokus pada kejadian saat ini.
6.    Merupakan edukasi, bertujuan mengajarkan konseli untuk menjadi terapis bagi dirinya
sendiri, dan menekankan pada pencegahan.
7.    Berlangsung pada waktu yang terbatas.
8.    Terstruktur yaitu: bagian awal-menganalisa perasaan dan emasi konseli; bagian tengah-
meninjau pelaksaaan tugas rumah, memabahas permasalahan yang muncul dari setiapsesi
dan kemudian merancang pekerjaan rumah baru yang akan dilakukan; bagian akhir-
melakukan umpan bali terhadap perkembangan dari setiap sesi konseling.
9.    Mengajarkan konseli untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggapi pemikiran
disfungsional dan keyakinan mereka.
10.    Menggunakan berbagai teknik untuk merubah pemikiran, perasaan, dan tingkah laku.

E.  Faktor-Faktor Konseling Kognitif


Adapun menurut Hurlock, faktor yang konseling kognitif, yaitu :
1.   Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi
kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika
intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
2. Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak
memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka
kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara
luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan
tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
3. Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat
memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif
4. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan
jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun
baik.
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu
yang funda mental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini,
maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan
mereka tentang dunia.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses
berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan
dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia
peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi
mengenai dunia yang telah ia punyai.
Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan kognitif
2. Menurut Piaget adaptasi terdiri dari dua proses asimilasi dan akomodasi jelaskan?
3. Tuliskan 6 aspek kognitif?
4. Jelaskan tahap-tahap perkembangan kognitif?
5. Tuliskan prinsip-prinsip kognitif?
6. Tuliskan faktor-faktor konseling kognitif?
7. Jelaskan pengertian operasi dan operasi kongkrit menurut sobur?
8. Apa yang dimaksud dengan skema(struktur kognitif)?
9. Sejak umur berapa dapat dikatakan remaja?
10. Mengapa anak-anak aktif dalam mendapat informasi?

Jawaban :
1. Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan
sesuatu yang funda mental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan
kemampuan kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif
membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.

2. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun


pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun
proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh
pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam
menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia
punyai

3. Aspek aspek kognitif :


 Mengingat ( Remembering )
 Memahami ( understanding )
 Menerapkan ( Applying )
 Menganalisis ( Analyzing )
 Mengevaluasi ( evaluating )
 Mencipta ( creating )

4. Tahap tahap perkembangan konseling kognitif :


 Perkembangan masa bayi
 Perkembangan masa anak anak awal
 Perkembangan masa pertengahan dan akhir anak anak
 Perkembangan masa remaja

5. Prinsip prinsip konseling kognitif


 Harus didasarkan pada formulasi yang terus berkembang sehubungan
permasalahan konseli dan konseptualisasi kognitif konseling.
 Harus didasarkan pada pemahaman yang sama antara konselor dan konseli
terhadap permasalahan yang dihadapi konseli.
 Memerlukan kolaborasi dan partisipasi aktif dari konseli dan konselor.
 Berorientasi pada tujuan dan berfokus pada permasalahan.
 Berfokus pada kejadian saat ini.
 Merupakan edukasi, bertujuan mengajarkan konseli untuk menjadi terapis
bagi dirinya sendiri, dan menekankan pada pencegahan.
 Berlangsung pada waktu yang terbatas.
 Terstruktur yaitu: bagian awal-menganalisa perasaan dan emasi konseli;
bagian tengah-meninjau pelaksaaan tugas rumah, memabahas permasalahan
yang muncul dari setiapsesi dan kemudian merancang pekerjaan rumah baru
yang akan dilakukan; bagian akhir-melakukan umpan bali terhadap
perkembangan dari setiap sesi konseling.
 Mengajarkan konseli untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggapi
pemikiran disfungsional dan keyakinan mereka.
 Menggunakan berbagai teknik untuk merubah pemikiran, perasaan, dan
tingkah laku.

6. Factor factor konseling kognitif


 Fisik
 Kematangan
 Pengaruh social
 Proses pengaturan diri yang disebut ekulibrasi
7. Operasi adalah hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema.
Sedangkan Operasi konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek
atau peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur.

8. Skema (struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons
berbagai pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sistematis dari
tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu
kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi.
9. Umur 11 tahun sudah dapat dikatakan sebagai remaja
10. Karena pada usia anak anak rasa keingintauan nya lebih besar sehinggah mereka lebih
mudah mendapat informasi dan mencarinya sampai dapat.

Anda mungkin juga menyukai