18102001
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Santrock (2003: 31) mengartikan bahwa masa remaja sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosial-emosional. Ditilik dari segi usia, siswa SMP dan SMA termasuk fase atau
masa remaja. Fase remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan siswa.
Semua perubahan yang terjadi di dalam diri pada masa remaja menuntut individu
untuk melakukan penyesuaian diri dalam diri dalam membentuk suatu “Sense of self”
yang baru tentang siapa dirinya. Karena perubahan-perubahan yang terjadi
mempengaruhi remaja pada hampir semua area, konsep diri juga berada dalam keadaan
terus berubah pada periode ini. Ketidakpastian masa depan membuat formulasi dari
tujuan yang jelas merupakan tugas yang sulit. Namun, dari penyelesaian masalah dan
konflik remaja inilah lahir konsep diri remaja.
William H. Fitts, 1971 (dalam Agustiani, 2009 : 138) mengatakan bahwa konsep
diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan demikian mengetahui
konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku
orang tersebut. Pada umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan gagasan-gagasan
tentang dirinya sendiri. Jika seseorang mempersepsikan dirinya sebagai orang yang
inferior dibandingkan dengan orang lain, walaupun hal ini belum tentu benar, biasanya
tingkah laku yang ia tampilkan akan berhubungan dengan kekurangan yang dipersepsinya
secara subjektif tersebut.
Berbeda dari anak-anak, remaja berusaha untuk memahami siapakah dirinya,
bagaimanakah sifat-sifatnya, apa yang hendak diraih dalam hidupnya. Remaja dituntut
untuk dapat mengeskplorasi diri dan identitas dirinya, yang sering kali merupakan aspek
sentral dari perkembangan kepribadian di masa remaja. Harapan masyarakat Indonesia
kepada remaja saat ini tidak sesuai dengan kenyataan pada diri remaja hal itu disebabkan
akibat konsep diri negatif remaja yang terbentuk.
B. Ruang Lingkup Permasalahan
1. Pengertian konseling kognitif
2. Aspek aspek konseling kognitif
3. Perkembangan konseling kognitif
4. Prinsip prinsif konseling kognitif
5. Factor factor konseling kognitif
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan tentang teknik konseling kognitif ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian, aspek aspek dan perkembangan konseling kognitif dengan baik
dan benar.
2. Memahami metode atau prinsip prinsip yang terdapat dalam pelaksanaan konseling kognitif.
3. Menjelaskan factor faktor dalam proses konseling kognitif.
BAB II
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu
yang funda mental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini,
maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan
mereka tentang dunia.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses
berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan
dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia
peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi
mengenai dunia yang telah ia punyai.
Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan kognitif
2. Menurut Piaget adaptasi terdiri dari dua proses asimilasi dan akomodasi jelaskan?
3. Tuliskan 6 aspek kognitif?
4. Jelaskan tahap-tahap perkembangan kognitif?
5. Tuliskan prinsip-prinsip kognitif?
6. Tuliskan faktor-faktor konseling kognitif?
7. Jelaskan pengertian operasi dan operasi kongkrit menurut sobur?
8. Apa yang dimaksud dengan skema(struktur kognitif)?
9. Sejak umur berapa dapat dikatakan remaja?
10. Mengapa anak-anak aktif dalam mendapat informasi?
Jawaban :
1. Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan
sesuatu yang funda mental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan
kemampuan kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif
membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.
8. Skema (struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons
berbagai pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sistematis dari
tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu
kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi.
9. Umur 11 tahun sudah dapat dikatakan sebagai remaja
10. Karena pada usia anak anak rasa keingintauan nya lebih besar sehinggah mereka lebih
mudah mendapat informasi dan mencarinya sampai dapat.