Anda di halaman 1dari 30

HOME ABOUT US CONTENT CONTACT

Kajian
Psikologis
MENTAL HEALTH
Terhadap
L A N D I N G P A G E

Realitas
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod
tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat.

Perkembangan
LEARN MORE

Peserta didik
Ratri Isharyadi (2211392) | Hermanto (2211146)
psi.ko.lo.gi
n ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan
pengaruhnya pada perilaku; ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.

Peserta didik
Peserta didik adalah
anggota masyarakat yang
berusaha
mengembangkan potensi
diri melalui proses
pembelajaran yang
tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.
Perkembangan
Sosial
Perkembangan Perkembangan
Emosi Moral

Perkembangan Perkembangan
Kognitif Religi

Psikologi
Perkembangan
Peserta didik
Perkembangan
Kognitif

Kognitif merupakan kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan yang


mengacu pada proses mental seperti belajar atau persepsi yang membantu kita
mengetahui tentang hal-hal baru melalui pengalaman sendiri.
Psikologi perkembangan kognitif menyelidiki bagaimana proses dan representasi
mental anak-anak berkembang untuk mengembangkan pemikirannya.

Jean Piaget Lev Vygotsky


Perkembangan Kognitif
Jean Piaget

Piaget menyimpulkan bahwa perkembangan kognitif


terjadi melalui interaksi antara kemampuan alami dan
situasi lingkungan.
Anak-anak melewati empat tahap perkembangan
kognitif, terlepas dari budaya dan jenis kelamin.
Urutan keempat tahap dalam urutan yang sama untuk
Teori semua anak tetapi mungkin tidak pada tingkat yang sama,
Perkembangan
karena beberapa anak mungkin membutuhkan waktu
Piaget
lebih lama untuk mencapai suatu tahap.
Perkembangan Kognitif
Jean Piaget
Equiblirium
Keadaan yang mengacu pada keseimbangan antara
informasi lama dan baru (asimilasi dan akomodasi).
Keseimbangan membantu dalam kemajuan antara tahap
perkembangan kognitif.

Proses Adaptasi
Adalah bagaimana pembelajaran dan perkembangan
kognitif terjadi

Skema Asimilasi Akomodasi


Organisasi informasi di Mengacu pada Ketika skema yang ada
dalam pikiran. Skema penggunaan skema diubah sesuai dengan
setiap manusia adalah yang ada untuk situasi baru. Contohnya
unik, dibentuk oleh memahami situasi anak akhirnya
berbagai pengalaman dan baru. Contohnya adalah menemukan bahwa
sejarah hidupnya. anak yang menyebut paus sebagai
paus sebagai “ikan” “mamalia.”
Perkembangan Kognitif
Jean Piaget

Sensorimotor Pra Operasional Operasional Konkret Operasional Formal


(0-2 Tahun) (2-7 Tahun) (7-11 Tahun) (11+ Tahun)

Anak berkembang melalui Anak belajar berbicara dan Mulai berpikir logis dan Menggunakan logika dan
indera dan gerak. memahami bahwa kata- memecahkan masalah peristiwa operasi ilmiah untuk masalah
Skema-skema yang kata, gambar, dan gerakan konkret (yang terlihat). abstrak (masa depan, politik)
terbentuk merupakan adalah simbol untuk Konsep konservasi bahwa Memiliki argumen yang lebih
hasil interaksi fisik. sesuatu yang lain. sesuatu kuantitasnya sama panjang. Perbedaan antara
Pada akhir tahap ini, anak- Animisme berpikir bahwa walau tampilan berubah. operasi konkret dan formal
anak mulai memahami benda-benda non-animasi Konsep inklusi kelas yaitu adalah bahwa operasi konkret
objek permanen. juga berbicara dan memiliki kemampuan untuk dilakukan pada hal-hal yang
perasaan seperti kita. mengklasifikasikan menyortir hanya dapat dilihat dengan
Pemikiran pada tahap ini objek dalam urutan tertentu. mata, sedangkan operasi formal
masih cukup egosentris. Egosentris mulai berkurang. dilakukan pada gagasan
Perkembangan Kognitif
Lev Vygotsky

Vygotsky mengusulkan bahwa kemampuan kognitif


seperti belajar dan pemecahan masalah dikembangkan
melalui interaksi sosial dengan orang lain selama masa
kanak-kanak.
Menurut Vygotsky, budaya dan lingkungan memainkan
peran besar dalam perkembangan kognitif. Dia percaya
Teori interaksi sosial (berbicara/ memahami bahasa) dengan
Perkembangan orang lain membantu anak untuk belajar dan
Vygotsky
berkembang
Perkembangan Kognitif
Lev Vygotsky

Zona perkembangan proksimal:


zona dimana anak-anak dapat mempelajari
informasi yang kompleks dengan bantuan orang
dewasa.

Internalisasi/ Inner speech.


Adalah konsep bahwa pikiran
itu berkembang sebagai
hasil percakapan batin.
Ini adalah kekuatan penting Scaffolding:
dalam perkembangan kognitif, adalah kegiatan yang diberikan oleh orang
karena jika digunakan secara dewasa atau guru untuk membantu
teratur dapat membantu seorang anak menguasai tugas di zona
memecahkan masalah. perkembangan proksimal.
Scaffolding terjadi ketika guru
mengkhususkan dan menyesuaikan
pengajaran mereka agar sesuai dengan
kebutuhan pelajar.
Perkembangan Kognitif
Lev Vygotsky

Zona dimana seseorang dapat mempelajari


atau menyelesaikan masalah secara mandiri.
Scaffolding
Zona Perkembangan Proksimal/
Zone of Proximal Development (ZPD) adalah
zona dimana seseorang dapat mempelajari
dengan bantuan. Bantuan dapat dari orang
tua, guru, atau tokoh lain yang lebih tua yang
tahu dan bisa menjelaskan lebih banyak
informasi. Scaffolding terdapat pada zona ini

Zona diluar kemampuan seseorang untuk


menyelesaikan persoalan.
ZPD
Implikasi Perkembangan Kognitif
Terhadap Pendidikan

Pendidikan harus berpusat pada anak dan sesuai dengan pengetahuan, kemampuan
kognitif, dan konteks budaya anak saat ini.
Pendidikan harus menilai kesiapan anak untuk mempelajari informasi baru, misalnya
melalui penilaian formatif.
Tahap-tahap perkembangan kognitif piaget menjadi acuan dalam menginterpretasikan
tingkah laku siswa dan mengembangkan rencana pelajaran.
Tahap-tahap perkembangan kognitif juga memberikan petunjuk bagi guru dalam
memilih strategi pembelajaran yang lebih efektif pada tingkat kelas yang berbeda.
Konsep ZPD pada pembelajaran berbasis penemuan terbimbing, dapat diberikan kepada
siswa setelah guru mengetahui kemampuan siswa.
Konsep interaksi sosial, ZPD dan Scaffolding pada pembelajaran kolaboratif atau
kooperatif, dimana siswa berasal dari kelompok yang heterogen, diharapkan siswa yang
lebih mampu dapat membantu siswa yang kurang mampu.
Pembelajaran terdiferensiasi dengan memperhatikan bantuan khusus guru yang
diberikan kepada siswa.
Perkembangan
Emosi

Emosi
Perasaan psikologis internal yang sangat
kompleks yang secara langsung mengubah
suasana hati kita, tetapi juga dapat
memengaruhi pikiran, perilaku, dan
tingkah laku kita. Beberapa emosi yang
umum adalah kesedihan, kemarahan,
kebahagiaan, atau kepuasan.
Teori-teori Tentang
Terjadinya Proses Emosi

James Lange
Gejala Fisik Emosi

Peristiwa Penafsiran

Meriam Bard
Gejala Fisik

Peristiwa

Emosi
Teori-teori Tentang
Terjadinya Proses Emosi

Schacter-Singer
Gejala Fisik Emosi

Peristiwa Alasan

Lazarus
Emosi

Peristiwa Pikiran Gejala Fisik


Fase-Fase Perkembangan Emosi
Peserta Didik

Perkembangan emosi peserta didik usia pra sekolah. Perkembangan emosi pada masa kanak-
kanak awal ditandai dengan munculnya emosi evaluatif yang disadari rasa bangga, malu, dan rasa
bersalah, dimana kemunculan emosi ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai memahami dan
menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka.
Perkembangan emosi peserta didik usia sekolah dasar. Karakteristik utama perkembangan emosi
siswa sekolah dasar ditandai dengan siswa sudah memahami kaidah dan aturan yang berada
dilingkungan. Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi siswa sekolah dasar
yaitu keadaan siswa, faktor belajar, konflik perkembangan dan lingkungan keluarga.
Perkembangan emosi peserta didik usia remaja. Remaja identik dengan emosi yang mudah
meledak-ledak dan kurang bisa terkendali. Meningginya emosi pada masa remaja disebabkan
oleh perubahan fisik dan kelenjar, dan juga faktor sosial yaitu dari keadaan sosial yang
mengelilingi remaja sehingga remaja berada di bawah tekanan sosial dan dihadapkan pada
kondisi baru.
Implikasi Perkembangan Emosi
Terhadap Pendidikan

Adanya kegiatan memotivasi anak sebelum memulai pembelajaran, nantinya akan


membuat anak memiliki kepercayaan diri dan suasana hati yang baik.

Memberikan reward/ pujian atas pencapaian anak dalam pembelajaran.

Model pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran yang menyenangkan, seperti


PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dan pembelajaran
sejenis.

Pembelajaran yang didalamnya melibatkan humor, gerakan-gerakan bersama, kuis,


maupun permainan.
Perkembangan
Sosial

Perkembangan sosial adalah sub bidang psikologi


perkembangan yang menyangkut deskripsi perkembangan
anak-anak tentang hubungan dengan orang lain.
Menurut Erikson, kepribadian dikembangkan melalui
urutan delapan tahap perkembangan psikososial. Erikson
percaya bahwa pengalaman sosial, interaksi dan hubungan
memainkan peran penting dalam pengembangan
Erik Erikson
kepribadian dan pertumbuhan individu. Identitas
dikembangkan melalui krisis dan situasi sosial
Perkembangan Sosial
Erik Erikson

Trust vs Mistrust (0-18 bulan) Autonomy vs Shame and Doubt (18 bulan-3 tahun)
( Kepercayaan vs Ketidakpercayaan) (Kemandirian vs Malu dan Ragu–ragu)
Anak belajar mempercayai orang lain. Jika anak diberi kepercayaan untuk
Jika kebutuhan anak cukup dipenuhi, anak mengeksplor diri, anak akan menjadi
akan merasakan keamanan dan kepercayaan. mandiri dan percaya diri.
Akan tetapi, jika tidak dapat merespon Jika terlalu membatasi dan keras, dapat
kebutuhan anak, maka anak bisa menjadi membentuk anak menjadi pemalu, kurang
seorang yang selalu merasa tidak aman dan percaya diri, dan kurang mandiri.
tidak bisa mempercayai orang lain. Kedua orang tua memiliki peran penting
Kunci perkembangan adalah pada ibu. pada tahap ini.
Perkembangan Sosial
Erik Erikson

Initiative vs Guilt (3-6 tahun) Industry vs Inferiority (6-12 tahun)


(Inisiatif vs Rasa Bersalah) (Tekun vs Rendah Diri)
Anak mulai memiliki inisiatif. Anak menemukan minat dan merasa dapat
Jika inisiatif diberikan dorongan dan dukungan, melakukan hal yang benar.
maka anak akan menemukan minatnya, namun Jika anak mendapat umpan balik yang positif
tidak dengan berlebihan. berupa pengakuan, anak menjadi rajin dan
Jika inisiatif anak dibatasi atau malah diberi termotivasi.
hukuman, maka akan membentuk Jika anak mendapat umpan balik yang negative,
rasa bersalah anak. anak menjadi rendah diri dan tidak termotivasi.
Pada tahap ini anak belajar dari keluarga Lingkungan dan sekolah sangat berpengaruh.
Perkembangan Sosial
Erik Erikson

Identity vs Role Confusion (12-18 tahun) Intimacy vs Isolation (18-35 tahun)


(Identitas vs Kebingungan Peran) (Keintiman vs Isolasi)
Mulai remaja dan memiliki banyak peran sosial. Mulai menjadi dewasa muda, mulai memiliki
Jika diizinkan orang tua untuk menjelajah, jatidiri, dan merasa siap untuk membangun
anak dapat menemukan identitas. hubungan dengan orang lain.
Jika didorong untuk menyesuaikan diri dengan Jika dapat membuat komitmen jangka panjang,
pandangan mereka, anak menghadapi maka akan timbul percaya diri dan bahagia.
kebingungan peran dan merasa tersesat. Jika tidak dapat membentuk hubungan intim,
Kunci untuk pembelajaran adalah maka akan merasa terisolasi dan kesepian.
teman sebaya dan idolanya. Teman dan mitra menjadi pembelajaran.
Perkembangan Sosial
Erik Erikson

Generativity vs Stagnation (35-64 tahun) Integrity vs Despair (65 tahun ke atas)


(Bangkit vs Stagnan) (Integritas vs Keputusasaan)
Memasuki dewasa tahap dua, normalnya sudah Mulai masuk usia senja, dan mulai bertanya:
mapan dalam kehidupan, karir dan rumah tangga. apa yang telah saya lakukan?
Jika kita berpikir bahwa kita mampu membawa Jika kita berpikir kita melakukannya dengan
kearah yang lebih baik, muncul rasa bahagia. baik, kita mengembangkan perasaan puas
Jika kita tidak nyaman terhadap alur kehidupan, dan integritas.
muncul penyesalan, pesimistis dan Jika tidak, kita bisa mengalami
mengalami stagnasi. Lingkungan rumah dan keputusasaan.
tempat kerja berpengaruh.
Implikasi Perkembangan Sosial
Terhadap Pendidikan

Aktivitas bermain peran dalam pembelajaran dapat meningkatkan kesadaran dan


penghayatan pengalaman sosial peserta didik.
Pembelajaran berdasarkan minat dalam kurikulum perguruan tinggi yang
berorientasi pada MBKM.
Pembelajaran berbasis proyek atau magang yang menekankan pada interaksi sosial
peserta didik.
Aktivitas-aktivitas pendidikan yang memberikan banyak kesempatan kepada
peserta didik untuk berdialog dengan sesamanya
Perkembangan
Moral

Perkembangan moral berkaitan dengan cara kita mengidentifikasi


benar dan salah saat kita tumbuh dewasa dan melewati masa
dewasa. Ini mencakup nilai nilai agama dan etika kita, dan itu
mempengaruhi perilaku dan rasa tanggung jawab sosial kita.
Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg
menunjukkan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau
Lawrence pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang
Kohlberg
berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahap-tahap
perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan pada anak-anak.
Perkembangan Moral
Kohlberg

Penalaran Penalaran Penalaran


Prakonvensional Konvensional Pascakonvensional
Orientasi Hak-hak masyarakat
Norma-norma
hukuman dan versus hak-hak
interpersonal
ketaatan. individual
Moralitas Sistem
Individualisme Prinsip-prinsip etis
dan tujuan. Sosial
universal

Berfokus pada diri sendiri Berfokus pada bagaimana Berfokus pada tingkat
dan kepentingan diri kita dipersepsikan oleh penalaran yang lebih
sendiri. orang lain. tinggi dan melihat situasi
dari berbagai perspektif.
Implikasi Perkembangan Moral
Terhadap Pendidikan

Dengan menggunakan teori perkembangan moral Kohlberg, pendidik lebih


memahami penalaran moral siswanya
Adanya Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan antikorupsi, dan Profil pelajar
Pancasila sebagai penguatan terhadap moral peserta didik.
Adanya apresiasi kepada peserta didik terhadap tingkah laku positif yang ditunjukkan.
Guru sebagai suri teladan (role model) dan menjadi penunjuk tingkah laku yang baik.
Guru harus mendidik murid agar menghormati pandangan orang lain bagi
mengelakkan masalah atau konflik.
Guru hendaknya bersama-sama menciptakan aturan dan kejujuran, secara konsisten
mengupayakan disiplin yang tegas dan dapat dipahami. Namun demikian, pada kelas-
kelas rendah, para guru diharapkan mempertimbangkan orientasi kepatuhan dan
hukuman pada diri siswa.
Perkembangan
Religius

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang di anut,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dalam pemeluk agama lain.
Secara umum istilah religius sering diartikan atau identik dengan urusan agama, sehingga menjadi
fokus utama dalam pendidikan agama.
Dalam Permenag RI 16/2010 pasal 6 ayat 1 dijelaskan bahwa standar isi pendidikan agama meliputi:
1. Memperdalam dan memperluas pengetahuan dan wawasan keberagaman peserta didik.
James 2. Mendorong peserta didik agar taat menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari.
Fowler
3. Menjadikan agama sebagai landasan akhlak mulai dalam kehidupan pribadi, berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Perkembangan Religius
James Fowler

Intuitive-Protective Faith Mythic-literal faith Synthetic-conventional faith


(1,5 - 7 Tahun) (7 - 12 Tahun) (12 - 20 Tahun)

‘Iman’ anak banyak Anak sudah lebih logis dan Mulai membentuk ideologi
diperoleh dari apa yang mulai mengembangkan (sistem kepercayaan) dan
diceritakan orang dewasa pandangan akan alam komitmen terhadap ideal-
Gambaran Tuhan yang semesta yang lebih tertata ideal tertentu.
perkasa, surga yang Mereka cenderung Mulai mencari identitas diri
imajinatif, dan neraka yang mempercayai cerita dan dan menjalin hubungan
mengerikan. Gambaran ini simbol religius secara literal. pribadi dengan Tuhan.
umumnya bersifat irasional. Mereka percaya bahwa Namun, identitas mereka
Berkisar pada kepatuhan Tuhan itu adil dalam belum benar-benar
(obedience) dan hukuman memberi ganjaran yang terbentuk, sehingga mereka
(punishment) sepantasnya bagi manusia. juga masih melihat orang
lain (biasanya teman sebaya)
untuk panduan moral.
Perkembangan Religius
James Fowler

Individuative-reflective faith Conjunctive faith Universalizing faith


(20 - 27 Tahun) (27 - 50 Tahun) (50 Tahun +)

Mereka yang bisa Pada usia paruh baya, orang Tahap yang jarang dapat dicapai,
mencapai tahap ini mulai jadi semakin menyadari terdapat para pemimpin moral
memeriksa iman mereka batas-batas akalnya. dan spiritual yang visi dan
dengan kritis dan Mereka memahami adanya komitmennya terhadap
memikirkan ulang paradoks dan kontradiksi kemanusiaan menyentuh begitu
kepercayaan mereka, dalam hidup. banyak orang.
terlepas dari otoritas Ketika mulai mengantisipasi Mereka digerakkan oleh
eksternal dan norma kematian, mereka dapat keinginan untuk “berpartisipasi
kelompok. mencapai pemahaman dan dalam sebuah kekuatan yang
penerimaan lebih dalam. menyatukan dan mengubah
dunia”, namun tetap rendah hati,
sederhana, dan manusiawi.
Implikasi Perkembangan Religius
Terhadap Pendidikan

Internalisasi nilai-nilai religius murid dimulai dari hal-hal yang


mendasar yaitu dengan melalui kegiatan keagamaan. Dengan adanya
kegiatan tersebut berimplikasi dalam meningkatkan karakter religius
murid yaitu akhlak, ketakwaan, kesopanan, tanggung jawab, kejujuran,
kedisiplinan, sikap saling menyayangi dan menghormati.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai