PENDAHULUAN
Apel telah diketahui sebagai buah ajaib yang mampu mencegah dan
menyembuhkan berbagai penyakit. Apel yang dihasilkan dari penerapan pertanian
organik, memiliki khasiat jauh lebih baik dari pada yang non organik. Apel yang
dihasilkan dari proses non organik mengandung berbagai bahan kimia yang bersifat
racun bagi manusia. Apel organik untuk menjaga kesehatan dan apel non organik
dapat membahayakan kesehatan.
Apel Batu sudah lama dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, bahkan
Kota Batu dikenal banyak orang karena Apel yang dihasilkan. Petani apel Kota Batu
pernah mengalami masa jaya yaitu sekitar tahun 1980 hingga menjelang Reformasi
Keadaan ini dapat dicapai karena tanaman apel masih sangat baik kondisinya dan
umumnya berumur 10 tahunan, lingkungan sangat mendukung dan harga sarana
produksi (terutama pupuk dan pestisida) masih rendah.
Seiring perjalanan waktu, cara budidaya yang diterapkan semakin
mengutamakan input luar yang makin tinggi. Demikian pula penggunaan pestisida
terus mengalami peningkatan. Dampak negatif penggunaan pupuk an organik dan
pestisida khususnya yang sistemik sama sekali belum diperhitungkan.
Lingkungan (ekosistem) pendukung mengalami penurunan akibat pembangunan
yang mengabaikan kelestarian lingkungan. Penurunan kualitas sumber daya alam dan
penerapan praktek budidaya yang buruk menyebabkan makin merosotnya kualitas dan
kuantitas hasil dan bahkan banyak tanaman apel yang merana dan kemudian mati atau
dibongkar.
Dalam keadaan demikian, beberapa petani mengalami kebingungan, sehingga
justru tidak mampu mempertahankan tanaman apelnya. Kehadiran kegiatan SLPHT
Apel seolah menjadi sumber pencerahan ditengah kebinmgungan. Penerapan PHT
pada kenyataannya terbukti mampu menumbuhkan kembali semangat berusahatani
apel. Hal ini terbukti dengan masih berlanjutnya pertemuan SLPHT yang saat ini
sudah hampir setahun.
Model sekolah lapang dengan keragaman materi yang tinggi memberi daya tarik
tersendiri bagi petani karena sesuai dengan kebutuhan petani. SLPHT telah mampu
merubah cara pandang petani dari cara budidaya sesuai kehendak petani menjadi
sesuai kebutuhan tanaman, dan dari pupuk an organik sebagai pupuk utama menjadi
pupuk organik sebagai pupuk utama. Pada perkembangan selanjutnya, beberapa
petani mulai lebih mengarah pada sistem pertanian organik.
Disampaikan dalam rangka Temu Pakar Pertanian Organik Buah-buahan di Bukittinggi Sumatera Barat, tanggal 1619 April 2007
2
Petani Apel, Kelompok tani Makmur Abadi Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji Kota Batu Propinsi Jawa Timur.
(alumni SLPHT Apel 2006)
3
Pemandu SLPHT Apel / Petugas POPT Kota Batu, BPTPH Propinsi Jawa Timur
Temu Pakar Pertanian Organik Buah-buahan, Bukittinggi Sumatra Barat, 16-19 April 2007
Temu Pakar Pertanian Organik Buah-buahan, Bukittinggi Sumatra Barat, 16-19 April 2007
Temu Pakar Pertanian Organik Buah-buahan, Bukittinggi Sumatra Barat, 16-19 April 2007
Kegiatan ini ditujukan untuk mengganti cabang-cabang yang sudah tua dan ada
kerusakan jaringan akibat penggunaan pestisida sistemik yang berlebihan maupun
oleh faktor lain. Dengan adanya cabang baru yang sehat, diharapkan akan
menghasilkan buah dan daun yang lebih baik. Pada keadaan tertentu, juga
dilakukan pangkas pohon pokok (pangkas habis) pada tanaman apel yang batang
pokoknya rusak akibat serangan penyakit. Kegiatan ini ternyata mampu
menumbuhkan batang baru yang sehat dan lebih baik. Pada batang pohon yang
mengalami kerusakan parah hingga ke akar tanaman, maka dilakukan
pembongkaran untuk mencegah penularan penyakit dan untuk penjarangan pohon
agar jarak tanamnya lebih baik.
c. Perbaikan kualitas kebun.
Apel membutuhkan ketersediaan air secara terus menerus, tetapi tidak tahan
terhadap genangan air (air jenuh). Dalam kondisi daya serap tanah terhadap air
rendah, sangat diperlukan adanya sistem irigasi yang baik untuk menjamin
ketersediaan air. Saat ini, pada salah satu kebun telah ada rancang bangun sistem
irigasi tetes yang dibuatkan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya Malang.
Penyiangan kebun dilakukan untuk memanen hijauan sumber bahan organik
sehingga tidak perlu dengan pencangkulan yang dalam maupun dengan herbisida.
Sisakan sebagian gulma untuk penutup tanah, tempat hidup beberapa serangga
dan mencegah erosi permukaan tanah. Penyiangan sebaiknya dilakukan dengan
membabat gulma sebelum menghasilkan biji.
Untuk meningkatkan keragaman serangga dan sekaligus untuk melestarikan
musuh alami dalam rangka menjaga keseimbangan agroekosistem perlu dilakukan
penanaman beberapa tanaman non apel, baik sebagai penutup tanah, sumber
bahan organik serta sebagai barier atau tanaman pagar.
d. Pemanfaatan dan pelestarian musuh alami
Salah satu faktor yang menyebabkan usahatani menjadi mahal dan tidak efisien
adalah tidak adanya atau sangat rendahnya populasi musuh alami. Sehingga
sangat banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menggantikan peran musuh
alami dalam menekan populasi hama. Untuk memancing kehadiran seerangga
dewasa musuh alami, perlu penanaman tanaman yang berbunga, namun perlu
diperhitungkan kehadiran hama Thrips yang juga menyukai bunga.
Musuh alami secara umum lebih peka terhadap pestisida, oleh sebab itu dalam
aplikasi pestisida (insektisida) lebih baik menggunakan yang berspektrum sempit
dan jika diperlukan lakukan aplikasi spot-spot. Akan lebih baik jika menggunakan
pestisida nabati dengan memanfaatkan tanaman yang ada. Pengendalian hama
juga dapat dilakukan dengan cendawan entomopatogen yaitu Beauveria bassiana
atau Metarhizium sp (keduanya telah dieksplorasi dari kebun apel). Untuk
pengendalian penyakit digunakan bubur california (BC). Strategi penggunaan BC
adalah dengan aplikasi dini berdasarkan suhu dan kelembaban serta arah angin,
fase pertumbuhan tanaman dan serangan di kebun sekitar (sumber inokulum di
hamparan). Hal ini perlu dilakukan karena keterlambatan aplikasi dapat
mengakibatkan tidak efektifnya penggunaan BC dan belum adanya pengendali
alami akibat penggunaan fungisida yang tinggi pada waktu yang lalu.
Pada tanah dengan kandungan bahan organik rendah, tanaman akan mudah
terserang penyakit perakaran atau tular tanah. Oleh sebab itu, pemberian bahan
organik sebaiknya ditambahkan mikroorganisme yang mampu mengendalikan
serangan penyakit dan berfungsi sebagai perombak atau pengurai yang membantu
ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Mikroorganisme yang telah digunakan
Temu Pakar Pertanian Organik Buah-buahan, Bukittinggi Sumatra Barat, 16-19 April 2007
Temu Pakar Pertanian Organik Buah-buahan, Bukittinggi Sumatra Barat, 16-19 April 2007
dengan tujuan untuk mendapatkan warna kulit buah tetap mulus dan terhindar dari
serangan burung atau kelelawar.
i. Panen, sebaiknya dilakukan pada saat buah matang secara fisiologis. Jika panen
dilakukan saat buah belum siap akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan
tanaman dan pembungaan pada musim berikutnya. Biasanya tanaman akan
menghasilkan tunas vegetatif yang berlebihan dan pembungaan pada musim
berikutnya akan kesulitan (banyak yang tidak jadi buah). Cara panen harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan tanaman dan
kerusakan buah.
j. Perlakuan khusus dilakukan dengan memberikan zat hormonal tertentu disertai
beberapa nutrisi mikro yang hanya dilakukan pada saat berbunga pada musim
hujan dengan tujuan mempertahankan bunga agar menjadi buah. Perlakuan ini
diperlukan jika hujan cukup lebat, berlangsung lama pada siang hari dan tanaman
belum sehat sepenuhnya.
Penerapan pertanian organik pada tanaman apel harus didukung oleh cara
budidaya yang baik. Berikut di bawah ini beberapa perubahan cara budidaya yang
diperlukan.
No Aspek Budidaya
1. Pemupukan
2.
Perompesan
3.
Pemangkasan
4.
5.
6.
7.
Tidak Organik
Untuk
memenuhi
kebutuhan unsur hara
khususnya
makro
(kesuburan kimia)
Pupuk Kimia sebagai
unsur utama
Sesuai rekomendasi umum
Dibakar dengan bahan
kimia tertentu
Diutamakan untuk tunas
dan
bunga
muncul
sebanyak-banyaknya.
Membuang cabang yang
sakit
(tidak
menghasilkkan)
Menuju Organik
Untuk menjaga kesuburan
fisik, biologi dan kimia tanah
Pupuk Organik sebagai unsur
utama
Didasari oleh hasil pengujian
tanah
Secara manual
Temu Pakar Pertanian Organik Buah-buahan, Bukittinggi Sumatra Barat, 16-19 April 2007
8.
Pengendalian
Mengandalkan
Hama
dan kimiawi
Penyakit
9.
Panen
Temu Pakar Pertanian Organik Buah-buahan, Bukittinggi Sumatra Barat, 16-19 April 2007
Perbandingan Alokasi Biaya Produksi dan Hasil Panen pada kebun Apel seluas 1,6
hektar saat berbuah Musim Penghujan
No Uraian
2004
1. Biaya beli pestisida 16.828.500
(Rp.)
2. Aplikasi pestisida *)
27 kali
3. Total Biaya (Rp.)
38.234.000
2005
15.334.500
2006
14.274.000
2007
12.259.000
25 kali
35.397.500
24 kali
31.525.500
21 kali
23.011.000
4.
5.
6.
59,989
80.496.000
1.27
- **)
73.264.000
1.32
39 **)
108.200.000
3.70
54,739
84.297.700
1.20
Dari data di atas nampak bahwa biaya total, biaya dan frekwensi penggunaan
pestisida dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Penurunan biaya tertinggi
terjadi pada tahun 2007, yaitu setelah pelaksanaan PHT. Tahun 2007, biaya pembelian
pestisida lebih murah karena bahan yang digunakan 70 % adalah bubur california dan
pengendalian hama /penyakit dilakukan sesuai dengan prinsip PHT. Biaya total tahun
2007 sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya, karena sudah tidak
menggunakan pupuk kimia NPK (an organik) dan biaya tenaga kerja dapat dihemat
hingga 100 %.
B/C ratio tertinggi diperoleh pada tahun 2007, yaitu setelah penerapan PHT
pada dua musim buah. Hal ini menunjukkan bahwa setelah SLPHT dan penerapan
PHT di lahan usaha, kami mampu melakukan efisiensi biaya usaha yang sangat tinggi,
dan kualitas buah yang dihasilkan jauh lebih baik sehingga harga jualnya juga tinggi.
KEGIATAN PENDUKUNG
1. Kelembagaan Petani
Kegagalan petani dalam pemanfaatan teknologi seringkali terjadi akibat ketidak
seimbangan antara kemampuan menerapkan teknologi dengan kemampuan
menajemen usaha. Akibatnya manfaat teknologi menjadi tidak terasa. Berdasar
pengalaman tersebut, kami merancang adanya kelembagaan usaha yang kuat,
mengelola seluruh hamparan, dikelola secara profesional untuk menghasilkan
buah apel yang jelas kualitas dan jumlahnya, dan mampu menetapkan harga jual
petani. Saat ini, kami telah memiliki unit usaha produksi pupuk organik sebagai
embrio kelompok usaha produksi buah apel. Serta pra koperasi yang membidangi
kegiatan pemasaran. Harapannya, penjualan apel dapat dikontrol melalui koperasi,
dan koperasi mampu membantu pemenuhan kebutuhan hidup petani sehingga
tidak mengganggu proses produksi di lahan usaha.
2. Mitra Kerja
a. Paguyuban Petani Madani, sebagian petani menjadi anggota
b. BIO Indonesia, Malang : kemitraan untuk teknologi dan sarana produksi
pertanian organik dan penjaminan mutu produk.
c. Lembaga Pemberdayaan Pertanian dan Pedesaan (LP3) Malang : kemitraan
untuk bimbingan manajemen usaha ekonomi produktif.
Temu Pakar Pertanian Organik Buah-buahan, Bukittinggi Sumatra Barat, 16-19 April 2007
PENUTUP
SLPHT Apel telah mampu menumbuhkan harapan bagi petani untuk
meningkatkan pendapatannya. Penerapan PHT telah meningkatkan efisiensi dan
efektifitas usahatani apel, memperbaiki kualitas dan menjaga agar tanaman apel terus
berproduksi. Pemahaman terhadap agroekosistem, meyakinkan petani untuk
menerapkan PHT secara berkelanjutan dalam hamparan yang luas, dan menuju
pertanian organik.
Secara bertahap, penggunaan input kimiawi terus berkurang dan penggunaan
bahan organik terus meningkatkan. Beberapa petani telah mulai memperbaiki
(regenerasi) percabangan bahkan melakukan pangkas habis. Tanaman apel yang tidak
sehat juga telah dibuang dari kebun, yang sekaligus untuk memperbaiki jarak tanam.
Sehingga diharapkan muncul cabang atau batang pokok baru yang lebih sehat.
Perbaikan kualitas (kesehatan) tanah, tanaman, dan penerapan cara budidaya
yang baik yang mengutamakan penggunaan bahan organik, agen hayati dan
pelestarian musuh alami telah dilaksanakan pada beberapa lokasi. Jika hal ini terus
dilakukan dan meluas pada seluruh hamparan maka kawasan apel organik akan dapat
dicapai.
Namun, tahapan dan proses menuju pertanian organik harus dilalui dengan baik,
agar memberikan pemahaman yang utuh terhadap bekerjanya suatu sistem kehidupan
di kebun apel yang kemudian hasilnya dipetik. Harus selalu diingat untuk mampu
mengendalikan jumlah yang boleh dijual dan berapa yang harus dikembalikan ke
kebun.
Bantuan berbagai pihak untuk mendukung upaya petani melakukan efisiensi
dalam usahatani hingga menerapkan sistem pertanian organik sangat dibutuhkan.
Proses produksi dalam budidaya tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar,
sehingga dukungan semua pihak (bidang pembangunan) yang sinergis sangat
dibutuhkan. Secara khusus, perlu ada penghargaan dan kebanggaan tersendiri
terhadap produk pertanian organik. Kepedulian seluruh elemen masyarakat dan
pemerintah, khususnya yang berkaitan dengan sektor pertanian merupakan faktor
penting untuk mewujudkan tersedianya pangan yang sehat, cukup jumlahnya dan
murah harganya. Sudah waktunya petani tidak lagi mensubsidi pangan masyarakat,
agar kehidupan petani menjadi sejahtera.
Ucapan terima kasih, secara tulus kami sampaikan, khususnya kepada BPTPH
Jawa Timur, Bpk Ir. Nasikin beserta jajarannya, petugas POPT setempat yang telah
memungkinkan kami beserta kelompok tani kami, kembali memiliki harapan untuk
mempertahankan apel batu dan berharap dapat kembali mewujudkan masa kejayaan
petani apel seperti tahun 1980 an.