Anda di halaman 1dari 11

REVOLUSI HIJAU

N I K O L A U S M A R V I N L I A Y A S A
PENDAHULUAN
REVOLUSI HIJAU

Revolusi Hijau merupakan sebuah usaha dalam


mengembangkan teknologi pertanian yang bertujuan
untuk meningkatkan produksi pangan yang dimulai
pertama kali di Meksiko pada tahun 1940-an. Revolusi
ini dengan kata lain mengubah pertanian yang
sebelumnya menggunakan teknologi tradisional,
menjadi pertanian dengan teknologi modern

1
LATAR BELAKANG
Perang Dunia II yang juga menyebabkan hancurnya lahan-lahan
pertanian. Membuat beberapa negara memikirkan upaya untuk
meningkatan produksi pangan pertanian.

Konferensi Hot Spring


Dilaksanakan pada tahun 1943 juga membahas isu tentang
masalah pertanian dan kemiskinan dalam skala global. Pada
konferensi ini diperoleh kesepakatan tentang perlunya upaya
peningkatan produksi pangan, perbaikan distribusi, peningkatan
kesejahteraan konsumen dan produsen, serta pasokan
kebutuhan pangan yang cukup untuk seluruh dunia.
LATAR BELAKANG
Revolusi Hijau
Revolusi Hijau dilatarbelakangi pemikiran Thomas Robert
Malthus, yang berpemikiran kemiskinan merupakan hal yang
tidak dapat dihindari karena semakin meningkatnya
pertumbuhan penduduk, yang tidak dibarengi dengan
peningkatan produksi pangan.

Pemikiran Robert ini kemudian mendorong lembaga bernama


Ford Foundation and Rockefeller Foundation untuk melakukan
penelitian di negara Meksiko dan Filipina.

Di Meksiko, kedua lembaga tadi mengembangkan penelitian


mengenai varietas gandum baru yang dianggap lebih produktif Thomas Robert
dan lebih tahan terhadap serangan hama. Penelitian varietas Malthus
gandum yang digabungkan dengan teknologi pertanian modern
akhirnya membuat Meksiko berhasil menjadi negara pengimpor
gandum pada tahun 1960-an.

Pada tahun 1962, kedua lembaga itu mendirikan sebuah badan


penelitian tanaman di Los Banos, Filipina, yang dinamakan
International Rice Research Institute (IRRI). IRRI ini kemudian
berhasil mengembangkan varietas bibit padi baru yang
Norman Borlaug
produktif, yang kemudian disebut padi ajaib atau padi IR-8 Ilmuwan AS, yang telah menciptakan varietas gandum baru di
Meksiko kemudian disebut sebagai bapak dari Revolusi Hijau

REVOLUSI HIJAU DI INDONESIA


Di awal pemerintahan Orde Baru, Soeharto memfokuskan pemerintahannya dalam kebijakan
ekonomi dan pembangunan. Rehabilitas dan stabilitas ekonomi menjadi kebijakan awal
pemerintahan Orde Baru dalam memulihkan kondisi tersebut. Rehabilitas maksudnya perbaikan
fisik terhadap prasarana-prasarana dan alat produksi. Dan stabilitas dimaksudkan pengendalian
inflasi supaya harga tidak melonjak terus menerus.

Masalah inflasi dan utang luar negeri Rehabilitasi dilakukan dengan cara
diselesaikan dengan menyusun APBN yang pembangunan dengan berdasar pada Trilogi
berimbang. Pemerintah Orde Baru juga Pembangunan.
melakukan pinjaman luar negeri untuk mengatasi
melonjaknya harga kebutuhan pokok.
Sementara itu, stabilitas nasional dicapai dengan
membentuk delapan jalur pemerataan
pembangunan
REPELITA
AGAR DELAPAN JALUR PEMERATAAN PEMBANGUNAN
TERCAPAI, SOEHARTO MEMBUAT KEBIJAKAN EKONOMI DAN
PEMBANGUNAN YANG DISEBUT RENCANA PEMBANGUNAN
LIMA TAHUN ATAU REPELITA.

Repelita 1 (1969–1974)

Repelita 2 (1974–1979)

Repelita 3 (1979–1984)

Repelita 4 (1984–1989)

Repelita 5 (1989–1994)
REVOLUSI HIJAU DI
INDONESIA
Demonstrasi Massal atau Demas

Bimbingan Massal atau Bimas.

Inmas atau Intensifikasi Massal

Intensifikasi Khusus atau Insus

Demas merupakan usaha untuk memaksimalkan


hasil pertanian, agar bisa mendapatkan keuntungan
yang tinggi dengan cara menerapkan prinsip-prinsip
bertani yang modern di sekelompok petani
tradisional
KETERCAPAIAN
PANGAN
Setelah ketercapaian pangan terjadi, ASEAN membentuk kerjasama
dengan membentuk IRRI (International Rice Research Institute) di
Filipina untuk melakukan penelitian agar negara-negara ASEAN
memiliki ketahanan pangan. Pada tahun 2009-2020, ASEAN juga
merumuskan dan mengimplementasikan Kerangka Kerja Ketahanan
Pangan Terpadu ASEAN (AIFS).

Konferensi Regional FAO untuk wilayah Asia Pasifik

Konferensi Regional Penguatan Ketahanan Pangan, Gizi, dan


Kesejahteraan Petani Asia Tenggara
DAMPAK REVOLUSI
HIJAU
Revolusi Hijau berdampak pada peningkatan hasil pertanian,
khususnya padi. Hal inilah yang membuat Indonesia mampu
melakukan swasembada beras pada tahun 1979 dan 1985. Pada
dua tahun tersebut Indonesia berhasil meningkatkan produksi
pangan sampai 49%. Tetapi tidak terjadi lagi di tahun-tahun
selanjutnya.

Revolusi Hijau juga berpengaruh pada sistem perekonomian. Hasil


pertanian sebagian diperjualbelikan untuk mendapatkan uang.
Uang tersebut mengalir ke pedesaan sehingga menghidupkan
ekonomi di tingkat lokal, terutama di beberapa desa yang pada saat
itu masih belum mengenal sistem uang menjadi mengenai sistem
uang

Dampak negatif Revolusi Hijau ini paling dirasakan para petani di


tingkat lokal. Para petani lokal yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan perkembangan teknologi tersebut jadi kehilangan
pendapatan sebagai buruh tani. Hal ini terjadi karena pekerjaan
mereka mulai tergantikan oleh mesin-mesin tersebut. Selain itu,
karena ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi
hama, biaya produksi menjadi tinggi dan harus ditanggung para
petani.
KESIMPULAN
Revolusi hijau telah mengubah pertanian yang awalnya
menggunakan alat sederhana menjadi alat yang lebih modern.
Revolusi hijau juga telah berhasil mencegah kesenjangan pangan.
Untuk kedepannya, Indonesia harus mencontoh dari sistem
pertanian di Jepang. Pertanian Jepang memiliki banyak
keunggulan yang dapat membuat pertanian di Indonesia semakin
berkembang, dianataranya yaitu;

Teknologi pertanian yang canggih


Perhatian pemerintah yang tinggi terhadap pertanian
Harga yang terkontrol
Lahan luas yang dimiliki petani
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai