Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK REVOLUSI HIJAU BAGI INDONESIA

Murni Park

Program Studi Pascasarjana, Magister Agribisnis, Universitas Medan Area

Pendahuluan

Dunia akan mengalami krisis pangan, jika produksi pangan tidak mampu

mengimbangi pesatnya pertambahan penduduk. Ketersediaan lahan pertanian

yang tidak bertambah, kebutuhan yang meningkat akibat pertambahan penduduk

dapat menjadi awal timbulnya krisis pangan yang merupakan ancaman bagi

semua negara. Meroketnya harga komoditas pangan bisa menjadi sumber

ketidakstabilan, tidak hanya di sektor ekonomi, namun juga politik (Dewi &

Ginting, 2012).

Setiap negara harus bisa mengontrol kesediaan pangan yang dimiliki agar

negaranya terhindar dari ancaman kelaparan. Selain itu, untuk memperoleh hasil

pangan yang diinginkan juga harus memperhatikan kondisi tanah, sedangkan

beberapa hasil penelitian mengatakan bahwa lahan yang ada mengalami degradasi

lahan sehingga menurunkan produktifitas pangan. Hal ini secara perlahan akan

mengancam bidang sosial, ekonomi, dan politik.

Ketika pangan menjadi langka pastilah berefek kepada kenaikan harga. Jika

harga dipasar meningkat drastis tentunya akan sangat terasa bagi masyarakat

terutama konsumen kalangan bawah. Aksi dan gerakan-gerakan akan timbul

1|Dampak Revolusi Hijau Bagi Indonesia- Murni Park


menuntut pemerintah agar mampu menyelesaikan persoalan ini. Bahkan tidak

menutup kemungkinan aksi berjalan secara anarkis dan brutal apabila kesenjangan

terasa semakin jauh. Beberapa hal yang menjadi penyebab ketidak stabilan harga

pangan dimasyarakat, antara lain:

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang terus bertambah menyebabkan luas lahan yang

semakin berkurang, yang berarti lahan untuk produksi pangan pun akan semakin

berkurang.

2. Pengalihan Fungsi Lahan

Akibat semakin majunya suatu negara, lahan yang ada akan beralih fungsi

menjadi perumahan, kawasan industri, dan jalan.

3. Stabilitas Harga

Jumlah penduduk yang lebih besar dibanding ketersediaan barang dipasar

akan membuat harga barang naik, begitu pula sebaliknya.

4. Bencana

Berubahnya suhu permukaan bumi dan lautan sehingga menjadi bencana besar

dimuka bumi dengan cuaca ekstrem yang tidak menentu (Mudrieq, 2014).

Keterbatasan dan hal-hal yang menyebabkan ketidak stabilan harga pangan

diatas memunculkan ilmuan-ilmuan dan pakar dalam bidang pertanian, yang

memiliki satu tujuan yaitu memaksimalkan potensi dan sumber daya yang ada dan

dipadu dengan teknologi yang lebih modern sehingga dapat menghasilkan barang

2|Dampak Revolusi Hijau Bagi Indonesia- Murni Park


yang cukup bahkan berlimpah sehingga dapat menjadi sumber pemasukan bagi

negara. Perubahan inilah yang disebut dengan Revolusi Hijau.

Norman Borlaug, 1940, seorang pakar agronomi atau yang lebih dikenal

sebagai bapak dari Revolusi Hijau, berhasil menciptakan varietas baru benih

gandum yang kemudian dibudidayakan di Meksiko. Beliau juga menyarankan

penggunaan pupuk kimia dan sistem irigasi modern. Penelitian yang digabung

dengan teknologi akhirnya menjadikan meksiko menjadi negara pengimpor

gandum pada tahun 1960-an.

Awal Mula Revolusi Hijau di Indonesia

Kekacauan yang terjadi di Indonesia sebelum Orde Baru, menimbulkan

kebangkrutan ekonomi serta ketidakstabilan politik yang memaksa pemerintah

untuk membuat strategi dengan minimal biaya. Upaya-upaya pemulihan

dilakukan dengan bantuan pihak asing agar pemerintah mampu mencukupi

kebutuhan dasar yaitu sandang dan pangan (Abisono, 2002).

Pada awal tahun 1968/1969-an, Indonesia mencanangkan program

revolusi hijau yang diwujudkan dalam program Bimas (Bimbingan Massal).

Pemerintah berharap produksi pertanian meningkat oleh karena itu pemerintah

memfasilitasi petani Indonesia dengan penyuluhan pertanian, informasi, dan

penggunaan alat pertanian dengan teknologi modern. Benih yang digunakan pun

diubah dengan benih yang lebih unggul dan berkualitas. Penggunaan pupuk dan

pestisida baru dikenal petani setelah adanya program Bimas (Muamaroh, 2017).

3|Dampak Revolusi Hijau Bagi Indonesia- Murni Park


Dalam pelaksanaan program Bimas, pemerintah dibantu UGM

(Universitas Gajah Mada) khususnya Mahasiswa Fakultas Pertanian, yang mana

pada masa itu memberikan penyuluhan tentang berbagai teknologi kepada petani

selama 6 bulan (Jokow, 2020).

Bagi pemilik lahan dan modal, program ini menimbulkan suatu

kekaguman karena dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih, dapat

meningkatkan penghasilan mereka, tetapi disisi lain, para pekerja yang biasanya

digunakan jadi tersisihkan karena tenaga mereka tidak dibutuhkan lagi (Yulia,

2019). Ditambah lagi penggunaan bibit yang lebih unggul, yang didapat melalui

proses rekayasa jaringan. Hasil yang diperoleh atas penggunaan bibit ini tentu

lebih menggembirakan, karena lebih banyak dan memuaskan, tetapi modal yang

dikeluarkan untuk bibit ini pun lebih besar karena para petani tidak dapat

membudidayakan bibit ini secara mandiri sehingga harus membeli bibit yang baru

setiap musimnya (Novitri, 2021).

Revolusi hijau telah berhasil membawa Indonesia meningkatkan hasil

produksi padi hampir 3 kali lipat selama 30 tahun (Las, 2009) dan menjadikan

Indonesia sebagai negara swasembada pangan di tahun 1980-an (Rahmah,2022).

Hal ini didukung juga karena letak Indonesia yang stategis, sehingga memiliki

iklim yang sesuai.

Sisi Positif Revolusi Hijau

Bibit unggul sangat memberikan perubahan dalam pertanian, tetapi perubahan

didalam pertanian tidak cukup dengan adanya bibit unggul saja (Folger. 2013).

4|Dampak Revolusi Hijau Bagi Indonesia- Murni Park


Diperlukan faktor lain sehingga revolusi hijau dapat berjalan dengan baik.

Pemerintah dan juga masyarakat harus sama-sama bekerja sama agar gerakan ini

berhasil seperti yang diharapkan. Kepedulian pemerintah akan masyarakat kecil

salah satu sisi positif yang timbul dari gerakan ini, disamping itu ada beberapa sisi

positif lain, yaitu:

1. Swasembada Beras

Meningkatnya produksi padi selama periode 1970-1985, berhasil membawa

Indonesia ke masa swasembada beras. Kenaikan produksi ini merupakan hasil

dari intensifikasi pertanian.

2. Kredit pemerintah

Untuk mendukung program revolusi hijau, pemerintah memberikan kredit

mudah dan murah kepada para petani agar para petani dapat segera

menerapkannya.

3. Pengelolaan Lahan lebih cepat

Dengan adanya teknologi, lahan yang luas akan dapat diolah lebih cepat.

Seperti penggunaan traktor, dimana pada masa lalu digunakan tenaga kerbau

atau sapi.

4. Pembangunan ekonomi lebih memperhatikan alam

Munculnya kesadaran untuk mengelolah alam, seperti Kebijakan Revolusi

Hijau Paman Birin (Muharram. 2020), yang dilaksanakan agar pembangunan

ekonomi dapat berjalan tanpa merusak alam.

Sisi Negatif Revolusi Hijau

5|Dampak Revolusi Hijau Bagi Indonesia- Murni Park


Secara umum, petani di Indonesia tidak memiliki modal besar, maka dari

itu untuk dapat melaksanakan revolusi hijau dalam bidang pertanian ini

diperlukan bantuan kredit (Rinardi, et.all., 2019). Dana ini diperlukan untuk

modal membeli alat dengan teknologi modern, bibit yang unggul, anti hama

(pestisida), dan pupuk buatan. Seiring berkembangnya zaman, terjadi perubahan-

perubahan petani dalam mengelolah tanah dan lambat laun hal ini juga merubah

pola kehidupan masyarakat. Sistem pertanian yang telah berubah menjadi lebih

modern, menyebabkan beberapa perubahan baik dalam sisi lingkungan hidup

ataupun masyarakat.

1. Modal yang lebih besar

Tidak bisa dipungkiri dengan semua aspek pertanian yang meningkat, pastilah

membutuhkan modal usaha yang lebih besar. Terlebih lagi jika aspek tersebut

berasal dari luar negeri.

2. Kapitalisasi pertanian

Dibutuhkannya modal yang lebih besar, maka hanya petani yang memiliki

modal besar lah yang sanggup untuk memulai usaha. Begitu juga dengan

kredit yang diberikan pemerintah, hanya akan diberikan bagi petani yang

memiliki jaminan.

3. Buruh Tani

Bagi petani yang tidak memiliki lahan dan modal sendiri, pada umumnya

mengandal tenaga mereka tetapi dengan digunakannya teknologi yang

canggih, maka penggunaan tenaga mereka akan jauh berkurang bahkan tidak

diperlukan lagi. Akibatnya upah yang mereka terima turun jauh berbeda dari

6|Dampak Revolusi Hijau Bagi Indonesia- Murni Park


yang biasanya. Begitu juga dengan tenaga kerja wanita, Peran perempuan

yang tergeser dari pertanian tradisional, menjadikan perempuan mencari

strategi hidup baru mempertahankan ekonomi rumah tangga (Tahir, et.all.,

2019).

4. Ketergantungan akan pupuk dan pestisida

Petani bawang di Brebes telah menggunakan pupuk buatan dan pestisida

selama beberapa generasi. Penggunaan kedua aspek ini menjadi kewajiban

agar tanaman subur dan bebas hama (Rinardi, et.all., 2019).

5. Kredit gagal bayar

Penggunaan dana kredit yang tidak sesuai dengan pengajuannya, sering kali

membuat petani tidak mampu untuk membayar kembali kredit yang telah

diberikan. begitu juga dengan adanya gagal panen, bagi petani kecil hal ini

juga akan mengakibatkan ketidakmampuan untuk membayar kredit seperti

kasus hawa wereng di Jawa tahun 1975-1976.

6. Hama semakin kebal terhadap pestisida

Penggunaan pestisida secara terus menerus, mengakibatkan evolusi terhadap

hama. Hama-hama yang sebelumnya ampuh menggunakan pestisida tertentu,

kini tidak berpengaruh lagi sehingga para petani secara tidak sadar melakukan

beberapa uji coba dengan mencampur obat-obatan dengan harapan hama akan

mati, yang tidak mereka sadari bahwa hal ini membuat hama semakin kebal

terhadap pestisida.

7. Unsur hara yang tidak seimbang

7|Dampak Revolusi Hijau Bagi Indonesia- Murni Park


Penggunaan pupuk dan pestisida yang semakin banyak dan tidak berimbang,

mengakibatkan unsur hara yang terkandung didalam tanah berubah.

8. Air tanah tercemar

Penggunaan pupuk, nitrogren, dan pestisida secara berlebihan akan mencemari

air karena tidak semuanya dapat larut dan diserap tanaman (Notohadiprawiro.

2006).

9. Perubahan sosial di masyarakat tani

Didalam komunitas petani, kebiasaan gotong royong dan aktifitas lain yang

mengundang banyak orang tapi bersifat sosial sangat erat dan terjalin dengan

baik. Dengan adanya perubahan-perubahan terutama dari sisi teknologi,

memudarkan kebiasaan-kebiasaan ini (Mukramin & Sudarsono. 2019).

Kesimpulan

Revolusi hijau, sebuah terobosan yang sangat luar biasa dalam bidang pertanian.

Disebalik begitu banyaknya hal positif terdapat hal negatif yang tidak dapat

ditutupi. Perubahan harus ada demi kemajuan zaman dan kehidupan yang lebih

baik. Sebagai manusia diharapkan kita semua dapat dengan bijak menggunakan

segala sumber yang ada sehingga dapat meminimalisir efek negatif yang timbul.

Sumber daya manusia harus ditingkatkan agar kita tidak tersisihkan ketika

teknologi berkembang.

8|Dampak Revolusi Hijau Bagi Indonesia- Murni Park


DAFTAR PUSTAKA

Abisono, F.G. (2002). Dinamika Kebijakan Pangan Orde Baru: Otonomi Negara
Vs. Pasar Global. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 5(3), 271-294.

Dewi, G.P., & Ginting, A.M. (2012). Antisipasi Krisis Pangan Melalui Kebijakan
Diversifikasi Pangan. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 3(1), 65-78.

Las, I. (2009). Revolusi Hijau Lestari Untuk Ketahanan Pangan Ke Depan.

Mudrieq, H.S. (2014). Problematika Krisis Pangan Dunia Dan Dampaknya Bagi
Indonesia. Jurnal Academia Fisip Untad, 6(2), 1287-1302.

Muamaroh, L. (2017). Pelaksanaan Program Bimbingan Massal (Bimas) Padi Di


Kabupaten Tulungagung Tahun 1984-1998. Avatara, E-Journal Pendidikan
Sejarah, 5(2), 402-416.

Muharram, S. (2020). Kebijakan “Revolusi Hijau” Paman Birin Dalam Menjaga


Kerusakan Lingkungan Di Provinsi Kalimantan Selatan. JAKPP, 6(1), 49-
64.

Mukramin, S. & Sudarsono. (2019). Revolusi Hijau Pada Perubahan Sosial


Komunitas Tani. Walasuji, 10(1), 47-56.

Notohadiprawiro. T. (2006). Revolusi Hijau Dan Konservasi Tanah. Repro: Ilmu


Tanah Universitas Gadjah Mada. 1-12.

Rinardi, et.all. (2019). Dampak Revolusi Hijau Dan Modernisasi Teknologi


Pertanian: Studi Kasus Pada Budi Daya Pertanian Bawang Meraj Di
Kabupaten Brebes. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 4(2), 125-136.

Tahir, et.all. (2019). Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Petani kecil Dan
Perempuan Di Sulawesi Selatan. Agrokompleks, 19(2), 35-44.

9|Dampak Revolusi Hijau Bagi Indonesia- Murni Park


Yulia, D. (2019). Revolusi Hijau Kebijakan Ekonomi Pemerintahan Bidang
Pertanian Di Kanagarian Selayo Tahun 1974-1998. Jurnal Program Studi
Pendidikan Sejarah, 4(2), 78-89.

Folger. 2013. The Next Green Revolution.


(https://www.nationalgeographic.com/foodfeatures/green-revolution/,
Diakses 02 Oktober 2022)

Jokow. 2020. Bimas, Perwujudan Panca Usaha Pertanian.


(https://pengabdian.ugm.ac.id/2020/03/27/bimas/, diakses 12 Oktober
2022)

Novitri, Siti Aisyah. 2021. Sejarah Revolusi Hijau dan Dampaknya Hingga Saat
Ini. (https://greeneration.org/publication/green-info/sejarah-revolusi-hijau-
dan-dampaknya-hingga-saat-ini/, diakses 12 Oktober 2022)

Rahmah, Afifah. 2022. Revolusi Hijau: Awal Mula Hingga Dampaknya Pada
Pertanian Di Indonesia. (https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5998317/revolusi-hijau-awal-mula-hingga-dampaknya-pada-pertanian-di-
indonesia, Diakses 12 Oktober 2022).

10 | D a m p a k R e v o l u s i H i j a u B a g i I n d o n e s i a - M u r n i P a r k

Anda mungkin juga menyukai