Anda di halaman 1dari 116

1

MODUL BAHAN AJAR

Judul Matakuliah
Pengantar Teknik Nuklir
(TKN2176)

Disusun oleh:
Ir. Mondjo, M.Si

PROGRAM STUDI TEKNIK NUKLIR


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
November 2014
2

MODU BAHAN AJAR PENGANTAR TENNIK NUKLIR


MINGGU KE 1. PENDAHULUAN

Tujuan Instruksional khusus


Mahasiswa dapat
a. Mengerti lingkup bidang teknologi nuklir
b. Mengerti lingkup materi dan metode pembelajaran mata kuliah.
3

PENDAHULUAN

Mata kulian Pengantar Tenik Nuklir disenggalakan untuk Program studi Teknik Nuklir
yang mempunyai 3 minat yaitu Teknologi Reaktor, Teknologi Proses dan Fisika Medik. Kuliah
dilaksanakan pada semester 3, yang pada semester ini mahasiswa belum menentukan minat
yang akan diambil.
Mata kuliah Pengantar Teknologi nuklir diselenggarakan memberikan pengetahuan
untuk ketiga minat tersebut mengenahi lingkup teknologi nuklir serta pengetahuan yang
mendasarinya, oleh karenanya kompetensi yang disasar lebih cenderung ke pemahaman.
Kompetensi yang lebih tinggi terkait pengetahuan ini akan diperdalam pada mata kuliah lain
yang sesuai.
1. Bidang Teknologi nuklir
Teknologi adalah terapan praktis untuk kepentingankesejahteraan manusia dalam
bidang tertentu. Untuk ini bidang terapan teknologi nuklir dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
untuk pembangkitan energi dan non pembangkitan energi
a. Pembangkitan energi
Terapan praktis teknologi nuklir yang paling popular adalah untuk pembangkitan energi,
yaitu untuk pembangkitan tenaga listrik yang sering disebut dengan Pusat Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN). Pltn yang secara komersial beroperasi pada saat ini dibangkitkan dari reaksi fisi
berantai uranium-235, yang kelimpahannya di alam 0,7%. System pembangkitan energi listrrik
mirip dengan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya saja jika PLTU pada umumnya sisa hasil
pembaran bahanbakar di keluarkan dari system, untuk PLTN sisa hasil fisi tetap terkungkung
dalam perangkat bahan bakar.
Untuk ini mahasiswa perlu mendapatkan pengetahuan bagaimana reaksi fisi berantai
tersebut dapat berlangsung dan dapat dikendalikan.
b. Non pembangkitan
Bidang non pembangkitan memanfaatkan keunikan radiasi nuklir dan zat radioakfif.
Keunikan zat radioaktif antara lain memancarkan jenis dan energi radiasi tertentu tanpa
perpengaruh oleh kondisi eksternal, serta mempunyai sigat kimia yang sama dengan isotopnya.
Oleh karenanya zat radioaktif tersebut punya kemampuan mengikuti gerakan isotopnya, serta
dapat diukur kuantitasnya didasarkan pada radiasi yang dipancarkannya. Terapan praktis terkait
hal ini adalah untuk perunut dalam berbagai riset, diagnose suatu system, termasuk diagnose
4

dalam bidang kedokteran, yang sering disebut kedokteran nuklir. Terkait dengan hal ini
mahasiswa perlu pengetahuan tentang zat radioaktif, serta radiasi nuklir.
Keunikan radiasi adalah dalam hal interaksi dengan materi, yang mana respon yang
ditimbulkan untuk jenis radiasi tertentu dapat dihubungkan dengan karakteristik materi target.
Terapan praktis terkait keunikan interaksi dengan materi antara lain untuk uji tanpa merusak,
antara lain uji radiografi sarana industry, membuat radiograf di bidang kedokteran.
Pada saat interaksi energi radiasi akan diserap oleh materi yang dilewatinya, sehingga
bentuk terapan praktisnya antara lain sintesa kimia, perbaikan kualitas materi, pengawetan,
sterilisasi, serta terapi radiasi yang sudah banyak dilakukan banyak rumah sakit.
Untuk ini mahasiswa perlu mendapatkan pengetahan terkit dengan interaksi radiasi
dengan materi.
2. Lingkup materi kuliah
Berdasarkan lingkup bidang terapan praktis teknolog nuklir tersebut, pengetahuan yang
diperlukan adalah
a. Sifat radioaktivitas
b. Interaksi radiasi dengan materi
c. Reaksi fisi berantai
d. Keselamatan radiasi

3. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi
4. Metode evaluasi
Metode eveluasi dengan dengan pertayaan lesan , quis, tugas kelompok dan tugas
perorangan
5

MODUL BAHAN AJAR MAKAT KULIAH PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 2: FISIKA INTI DAN ATOM

Tujuan instruksional khusus


Mahasiswa dapat
a. Menjelaskan struktur inti atom
b. Membedakan nuklida stabil dan nuklida radioaktif
c. Menjelaskan mekanisme mekanisme peluruhan nuklida radioaktif
d. Menggunakan data massa atom untuk menghitung energi reaksi inti
6

FISIKA INTI DAN ATOM

Pengetahuan tentang fisika atom dan nuklir merupakan dasar dari teknologi
nuklir, yang meliputi karakteristik inti dan atom , penyusunnya serta besaran-besaran
yang terkait.
1. Partikel fundamental
Secara fisik materi yang ada merupakan kombinasi berbagai subatom atau
partikel fundamental. Untuk memahami bidang teknologi nuklir, ada beberapa partikel
dasar yang penting. Partikel tersebut adalah sebagai berikut:
a. Elektron. Elektron mempunyaimassa diam 9,10954 × 10−31 𝑘𝑔 kg dan
membawa muatan 1,60219 × 10−19 𝑐𝑜𝑢𝑙𝑜𝑚𝑏. Ada dua jenis elektron yaitu
positron yang bermuatan positip dan negatron bermuatan negatif yang biasa
disebut elektron. Positron jarang dijumpai, karena jika ada akan berinteraksi dengan
negatron melakukan proses anihilasi radiasi membentuk sepasang gelombang
elektromagnetik.
b. Proton. Proton mempunyai massa diam 1,67265 × 10−27 𝑘𝑔 membawa
muatan positip yang besarnya sama dengan muatan elektron.
c. Neutron. Neutron mempunyai massa diam 1,67495 × 10−27 𝑘𝑔 dan tidak
bermuatan. Dalam keadaan bebas, neutron merupakan partikel yang tidak stabil,
tetapi jika terikat dalam atom merupakan partikel stabil. Neutron meluruh
menghasilkan proton, elektron negatif atau disebut dengan radiasi 𝛽 −, serta anti
neutrino, yang mempunyai umur paro 12 menit.
d. Foton. Partikel di alam kadang-kadang mempunyai watak seperti partikel,
dan kadang-kadang seprti gelombang. Gelombang elektromagnetik termasuk dalam
katagori ini, yang mana partikel terkait dengan gelombang elektromagnetik disebut
dengan foton. Foton tidak bermuatan dan kecepatan dalam ruang hampa
2,9979 × 108 𝑚 𝑠
e. Neutrino. Neutrino adalah partikel yang tidak bermassa dan tidak punya
muatan listrik, yang dapat terjadi pada peluruhan inti tertentu. Sebenarnya paling
7

sedikit ada 6 jenis neutrino, tetapi hanya ada 2 jenis yang penting terkait proses
dengan atom, yaitu electron neutrino dan electron anti neutrino, atau sering disebut
neutrino dan antineutrino.

2. Struktur inti atom


Atom terdiri atas inti atom yang berukuran kecil dan massif yang dikelilingi oleh
elektron sebanyak jumlah muatan positip pada inti atom. Inti atom tersusun oleh
neutron pan proton. Jumlah proton disebut dengan nomor atom dengan simbol Z.
untuk atom netral inti atom dikelilingi oleh Z elektron. Elektron dalam atom
menentukan sifat kimianya.
Jumlah neutron sering disimbolkan dengan N. Proton dan neutron dalam inti
atom disebut dengan nukleon, dan jumlah nukleon adalah Z+N sama disebut nomor
nukleon atau nomor massa yang disimbolkan dengan A.
Atom-atom yang disusun oleh sejumlah proton dan neutron tertentu disebut
dengan nuklida, yang jika simbol kimianya X, maka simbol nuklida 𝐴𝑍𝑋. Untuk nomor
atom tertentu maka simbol kimia tertentu, sehingga simbol nuklida sering ditulis 𝐴
𝑋
Untuk atom-atom disusun oleh sejumlah proton yang sama tetapi jumlah
neutron berbeda beda disebut dengan isotop, misalnya 𝑍1𝐻 , 𝑍2𝐻 , 𝑍3𝐻 . Keberadaan
anggota isotop di alam disebut dengan kelimpahan yang dinyatakan dengan persen
atom, yang sebenarnya nilai di satu tempat dan tempat lain bisa berbeda.
3. Berat atom
Berat atom adalah massa atom netral relative terhadap massa atom netral 12
𝐶.
Massa atom 12
𝐶 ditetapkan 12, maka
𝑚 𝐴𝑍
𝑀 𝐴
𝑍 = 12 × (1)
𝑚 𝐴𝐶

Jika unsur tersebut mempunyai beberapa isotop, yang persentase atom masing-
masing anggota isotop 𝛾𝑖 , berat atom dapat dihitung
𝑀= 𝑖=1 𝛾𝑖 𝑀𝑖 100 (2)
Berat molekul ditentukan dengan menjumlahkan berat atom masing masing
atom penyusunnya. Berat atom dan berat molekul tidak mempunyai satuan, yang
8

maknanya massa dalam gram yang setara dengan 1 gram atom atau 1 gram molekul
atau disebut dengan 1 mole. Sehingga massa 1 mole 12
𝐶 adalah 12 g dan masa 1
mole 𝑂2 adalah 215,99938=31,99876 g
Jumlah atom atau molekul dalam 1 mole adalah 6,02251023 . Bilangan ini
disebut dengan bilangan Avogadro (𝑁𝐴 , 𝐴𝑜 ).
Soal:
Hitung jumlah molekul air alam dalam 1 gram
Hitung kerapatan molekul air jika berat jenis air 1 g cm-1.
Hitung kerapatan atom H dalam air
Hitung kerapatan atom nuklida 21𝐻 dalam air

4. Massa dan energi


Teori Einstein tentang kesetaraan massa dan energi bahwa massa dan energi
setara dan konversibel bentuk yang satu ke bentuk lainnya. Contoh kasus adalah proses
anihilasi, yaitu massa positron dan negatron dikonversikan menjadi energi foton,
demikian juga untuk proses pembentukkan pasangan, foton yang melewati medan
muatan inti membentuk pasangan partikel negatron positron.
Formulasi Einstein menyatakan hubungan massa dan energi
𝐸𝑑𝑖𝑎𝑚 = 𝐸0 = 𝑚0 𝑐 2 (3)
Dalam hal ini c adalah kecepatan dalam ruang hampa. Sebagai contoh energi
yang setara dengan 1 gram adalah
𝐸0 = 1𝑔 2,9979 × 1010 𝑐𝑚 𝑠 2
= 8,9874 × 1020 𝑒𝑟𝑔 = 8,9874 × 1013 𝐽
Ketika benda bergerak maka massa benda relatif lebih berat dibanding massa
diamnya, yang hubungannya
𝑚0
𝑚= (4)
1−𝑣 2 𝑐 2

Energi kinetik benda tersebut setara dengan beda massanya


𝑇 = 𝑚𝑐 2 − 𝑚0 𝑐 2
1
𝑇 = 𝑚0 𝑐 2 −1
1 − 𝑣2 𝑐2
9

1 𝑣2 3 𝑣4
𝑇 = 𝑚0 𝑐 2 1 + 2 𝑐 2 + 8 + ⋯⋯⋯− 1 (5)
4

Persaman di atas dapat disederhanakan untuk kecepatan rendah menjadi


1
𝑇 = 2 𝑚0 𝑣 2 𝑇 ≤ 𝐸0 (6)

Persamman relativitas tersebut di atas hanya berlaku untuk partikel yang


mempunyai massa, untuk yang tidak mempunyai massa, misalnya foton. Untuk foton
berlaku
𝐸 = 𝑕𝜐 (7)
Dalam hal ini h adalah konstanta Planck= 4,136 × 10−15 𝑒𝑉 ∙ 𝑠 , dan 𝜐 adalah
frekuensi gelombang elektromagnetik terkait dengan foton tersebut.

Soal
Hitung kecepatan electron yang mempunyai energy kinetic 0,3 MeV. Hitungjuga
untuk energy kineti 2 MeV
Hitung frekuensi foton dengan energy 1 MeV

5. Radioaktivitas
Komposisi nukleon dalam inti akan mempengaruhi kestabilan nuklida tersebut.
Pada Gambar 1, ada kecenderungan bahwa nuklida stabil untuk nomor atom
kecil tersusun dengan komposi jumlah proton sama dengan jumlah neutron, tetapi
untuk nuklida yang lebih besar cenderung jumlah neutron sedikit lebih banyak.
Nuklida yang tidak stabil mempunyai sifat radioaktif yaitu akan cenderung
menuju kekeadaan yang lebih stabil. Proses tersebut disebut peluruhan yang sifat
prosesnya acak. Nuklida radioaktif sering disebut dengan radionuklida.
10

Gambar 1. Sebaran nuklida didasarkan jumlah nomor atom dan nomor neutron

Peluruhan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:


a. Ketidak stabilan yang diakibatkan nuklida kelebihan proton. Nuklida yang
kelebihan proton, mengurangi proton menjadi neutron dan melepaskan radiasi 𝛽 +
dan neutrino.
15
8𝑂 → 15
7𝑁 + 01𝛽 + 𝜈 (8)
energi yang dilepaskan oleh radionuklida yang meluruh adalah
tertentu, tetapi energi yang dilepaskan akan dibagi dua secara acak dengan
neutrino maka spektrum energi radiasi 𝛽 + kontinyu. Pengurangan kelebihan
proton juga dapat dilakukan dengan menangkap electron orbital kulit
terdalam, yang disebut dengan tangkapan electron 11𝑝 + −10𝑒 → 10𝑛 sehingga
akan mengurangi nomor atomnya.
b. Ketidakstabilan yang diakibatkan nuklida kelebihan neutron. Nuklida yang
kelebihan neutron akan mengurangi neutron menjadi proton dan radiasi 𝛽 − serta
antineutrino.
19
8𝑂 → 19
9𝐹 + −10𝛽 + 𝜈 (9)
11

Energi peluruhan yang dilepaaskan reaksi peluruhan dibagi dengan


anti neutrino sehingga spectrum energi radiasi 𝛽 − kontinyu
c. Ketidakstabilan yang disebabkan kelebihan nukleon. Dengan model tetes
air, maka jika kelebihan nukleon untuk menuju keadaan yang lebih stabil dengan
mengurangi nukleon. Ada dua cara yang mungkin dilakukan yaitu membelah atau
melepaskan radiasi alfa atau inti atom helium.
236 105
92𝑈 → 43 𝑇𝑐 + 128 1
49𝐼𝑛 + 3 0𝑛
238
92𝑈 → 234
90𝑇𝑕 + 42𝐻𝑒 (10)
Pada dasarnya proses peluruhan radionuklida menuju kekeadaan yang lebih
stabil yang dapat digambarkan dengan skema peluruhan. Skema peluruhan adalah
skema yang menunjukkan hubungan aras energi nuklida dengan nomor atom.

Gambar 2. Skema peluruhan 60


27 𝐶𝑜

Skema peluruhan 60
27 𝐶𝑜 digambarkan pada Gambar 2, yang mana mekanisme
peluruhan 60
27 𝐶𝑜 ada tiga kemungkinan sesuai arah anak panah, Arah serong ke kanan
menunjukkan bahwa nomor atom bertambah, jenis radiasi yang dilepaskan adalah 𝛽 −
dengan energi maksimum selisih aras energi yang dituju dengan aras energi mu-mula.
Arah panah ke bawah menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan nomor atom,
sehingga radiasi yang dilepaskan adalah foton , dengan energi beda aras mula-mula ke
aras energi yang dituju. Spektrum energi foton gamma diskrit.
12

6. Reaksi inti
Reaksi inti adalah proses perubahan dalam inti atom. Reaksi inti dapat terjadi
tumbukan dua inti atom, partikel subatom dengan atom, antar partikel subatom
membentuk inti atom baru, atau sub atom baru, yang reaksinya dapat digambarkan
secara skematik sebagai berikut:
𝑎+𝑏 →𝑐+𝑑
Reaksi berlaku keseimbangan massa dan energi, keseimbangan nukleon, dan
keseimbangan muatan. Dengan neraca massa dan energi maka
𝑚𝑎 + 𝑚𝑏 = 𝑚𝑐 + 𝑚𝑑 + 𝑄
Dalam hal ini Q adalah energi yang dilepaskan dari reaksi inti tersebut maka
𝑄 = 𝑚𝑎 + 𝑚𝑏 − 𝑚𝑐 + 𝑚𝑑
𝑄 = 𝑚𝑎 + 𝑚𝑏 − 𝑚𝑐 + 𝑚𝑑 (11)
Dengan data massa nuklida reaktan dan produk maka dapat dihitung energi
yang dihasilkan dari reaksi fisi tersebut.
Telah didifinisikan besaran defek massa (mass defect), yaitu massa atom
nuklida dikurangi dengan nomor massanya , m-A maka
𝑚𝑎 − 𝐴𝑎 + 𝑚𝑏 − 𝐴𝑏 − 𝑚𝑐 − 𝐴𝑐 + 𝑚𝑑 − 𝐴𝑑 = 𝑚𝑎 + 𝑚𝑏 − 𝑚𝑐 + 𝑚𝑑
Sehingga
𝑄= 𝑚𝑎 − 𝐴𝑎 + 𝑚𝑏 − 𝐴𝑏 − 𝑚𝑐 − 𝐴𝑐 + 𝑚𝑑 − 𝐴𝑑 (12)

Contoh soal 1
Hitung energi yang dihasilkan dari reaksi 10
𝐵 𝑛, 𝛼
Penyelesaian:
Reaksi inti tersebut adalah 10
5𝐵 𝑛, 𝛼 73𝐿𝑖
Baca data defek massa Lampiran 3 Connolly.T.J,1978, Foundation of Nuclear
Engineering
13

Nuklida 𝑚 − 𝐴 , 𝑀𝑒𝑉
reaktan Produk
10
5𝐵 12,052
n 8,0714
4
2𝐻𝑒 2,4248
7
3𝐿𝑖 14,907
20,052 17,332

Energi setiap reaksi inti = 20,052-17,332=2,791MeV

Reaksi inti dapat juga merupakan reaksi pembentukan atom, yang dapat
dituliskan persamaan reaksinya
𝑍𝑝 + 𝑁𝑛 → 𝑍+𝑁
𝑍𝑋 (13)
Maka 𝑄 =𝑍 𝑚−𝐴 𝑝 +𝑁 𝑚−𝐴 𝑛 − 𝑚−𝐴 𝑋 (14)
Dalam hal ini Q adalah energi pengikat (binding energi) nuklida tersebut,
disimbolkan 𝐵𝐸 , maka
𝑚−𝐴 𝑋 =𝑍 𝑚−𝐴 𝑝 +𝑁 𝑚−𝐴 𝑛 − 𝐵𝐸 𝑋

Sehingga reaksi untuk menghitung energi reaksi inti


𝑄 = 𝐵𝐸 𝑐 + 𝐵𝐸 𝑑 − 𝐵𝐸 𝑎 − 𝐵𝐸 𝑏 (15)
14

Gambar 1. Energi pengikat inti pernukleon

Contoh soal 2
Dengan membaca data hubungan energi pengikat pernukleon, energi pengikat
per nucleon rerata nuklida hasil belah dikurang enrgi pengikah 235
𝑈 adalah 0,9 MeV.
Berapa energi yang dihasilkan reaksi fisi 235
𝑈
Penyelesaian:
Untuk energi reaksi fisi pernukleon
𝐵𝐸 𝐵𝐸
𝑄= − = 0,9𝑀𝑒𝑉
𝐴 𝑕𝑎𝑠𝑖𝑙𝑏𝑒𝑙𝑎 𝑕 𝐴 𝑈235

Jumlah nucleon 235+1


Energi reaksi fisi = 236 × 0,9𝑀𝑒𝑉 = 212,4 𝑀𝑒𝑉 𝑓𝑖𝑠𝑖

Berdasarkan nilai energy pengikat inti pada gambar 1, maka untuk memproduksi
energy didasarkan pada reaksi inti dapat dilakukan dengan mengubah energy pengikat
inti menjadi lebih besarnilainya, yaitu membelah inti dengan nomor massa besar
menjadi nomor massa menengah, yang disebut dengan reaksi pembelahan (reaksi fisi)
15

atau dengan menggabungkan nuklida dengan nomor atom kecil menjadi nomor massa
menengah, yang disebut dengan reaksi fusi.
Reaktor nuklir untuk pembangkit listrik dalam PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir)
yang beroperasi komersial saat ini adalah reaksi fusi dengan bahanbakar 235
92𝑈 yang ada
dalam uranium alam dengan kelimpahan 0,711%. Nuklida lain dalam uranium alam
adalah 238
92𝑈 yang dengan teknologi saat ini ada, memungkinkan digunakan untuk
memproduksi bahan bakar nuklir baru yang memiliki sifat yang hampir sama dengan
235
92𝑈 yaitu 239
92𝑃𝑢 melalui reaksi inti absorbsi neutron.

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
Foster A. R., Wright R. L., 1983, Basic Nuclear Engineering, 4th, Allyn and Bacon,Inc,
Boston.
Lamarsh J.R.,Baratta A.J., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall,
New Jersey.
16

MODUL BAHAN AJAR MATA KULIAH PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 3. KINETIKA PELURUHAN RADIONUKLIDA

Tujuan instruksional khusus


Mahasiswa dapat
a. Menjelaskan proses peluruhan zat radioaktif
b. Menghubungkan konstanta peluruhan dengan data umur paro
c. Mendifinisikan pengertian besaran aktivitas zat radioaktif
d. Menggunakan data konstanta peluruhan atau umur paro untuk
menghitung aktivitas zat radioaktif untuk waktu tertentu.
.
17

KINETIKA PELURUHAN RADIONUKLIDA

Proses peluruhan radionuklida adalah suatu proes reaksi inti radionuklida


menuju ke keadaan nuklida yang lebih stabil dengan melepaskan radiasi. Proses
peluruhan tersebut merupakan proses random. Oleh karenanya inti yang meluruh
berbanding lurus dengan jumlah inti radionuklida tersebut.
1. Konstanta peluruhan

Jika junlah atom radioaktif sebanyak N, atom yang meluruh -N maka
-N N (1)
−∆𝑁
Untuk interval waktu selama t, maka ∝𝑁 maka untuk t yang
∆𝑡

sangat pendek, mendekati nol, maka laju peluruhan dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut:
−∆𝑁 𝑑𝑁
Lim∆𝑡→0 = − 𝑑𝑡 ∝ 𝑁 (2)
∆𝑡
𝑑𝑁
− 𝑑𝑡 = 𝑁 (3)

Dengan  adalah konstanta peluruhan, yang mempunyai makna kebolehjadian


peluruhan per satuan waktu Untuk radionuklida tertentu mempunyai konstanta
peluruhan yang tertentu pula, yang khas untuk radionulida tersebut.
Persamaan 3 dapat disusun kembali menjadi persamaan berikut:
𝑑𝑁
𝑁
= −𝑑𝑡 (4)

Yang dapat diintegralkan dengan syarat batas untuk waktu waktu sama dengan
0 maka jumlah atom adalah N0, sedangkan untuk waktu sama dengan t maka jumlah
atom radionuklida adalah Nt.
𝑁𝑡 𝑡
𝑑𝑁
= − 𝑑𝑡
𝑁
𝑁0 0

ln 𝑁 − 𝑙𝑛𝑁0 = −𝜆 𝑡 − 0
𝑁𝑡
ln = −𝜆𝑡
𝑁0
𝑁𝑡 = 𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡 (5)
18

Hubungan jumlah atom radionuklida dengan waktu merupakan suatu persamaan


eksponensial, sehingga jika dilukiskan dalam bentuk grafik semilog, dengan ordinat
jumlah atom radionuklida dan aksis waktu, akan merupakan garis lurus dengan tangen
arah adalah minus konstanta peluruhan, dan titik potong dengan sumbu ordinat adalah
jumlah atom radionuklida mula-mula.

=0,1155 /jam
1200

1000
Jumlah atom

800

600

400

200

0
0 10 20 30 40 50 60

Waktu, jam

a. Linier

=0,1155/jam
8
7
6
5
Ln(N)

4
3
2
1 y = -0.115x + 6.907
0
0 10 20 30 40 50 60

t, jam

b. Ln(aktivitas) vs waktu dalam skala linier


19

=0,1155 /jam
1000

100

Jumlah atom
10

1
0 10 20 30 40 50 60

Waktu, jam

c. semilog
Gambar 1. Hubungan jumlah atom radionuklida terhadap waktu dengan
konstanta peluruhan 0,1155 jam-1
2. Aktivitas

𝑑𝑁
Nilai − 𝑑𝑡 adalah laju peluruhan atau disebut dengan aktivitas yang berbanding

lurus terhadap jumlah atom, yang hubungannya dapat dinyatakan dengan persamaan:
𝛼 = 𝜆𝑁 (6)
Dengan 𝛼 adalah aktivitas atau laju pelurruhan, yang merupakan hasil kali
konstanta peluruhan dengan jumlah atom radionuklida. Nilai aktivitas merupakan
gradient kurva hubungan cacah atom dengan waktu, yang berbanding lurus dengan
cacah atomnya.
Jika persamaan 5 dikalikan dengan konstanta peluruhan, dan hasil kali konstanta
peluruhan merupakan besaran aktivitas, sehingga dapat dituliskan menjadi persamaan
berikut:
𝛼𝑡 = 𝛼0 𝑒 −𝜆𝑡 (7)
Sehubungan aktivitas merupakan hasil kali konstanta peluruhan dengan jumlah
atom, maka sering digunakan sebagai besaran yang menyatakan kuantitas
radionuklida. Satuan besaran aktivitas yang dapat digunakan curie (Ci) yang setara
dengan aktivitas 1 gram radium, atau setara dengan 3,7×1010 disintegrasi per sekon
(dps) . Satuan aktivitas sesuai SI adalah bequerel (Bq) setara dengan 1 dps sehingga 1
Ci= 3,7×1010 Bq. Satuan becquerel sangat kecil sedangkan curie cukup besar sehingga
20

kedua satuan tersebut digunakan dengan awalan satuan. Makna awalan satuan
tersebut sebagai berikut:
exa
E 1018 milli
m 10−3
peta
P 1015 micro
 10−6
tera
T 1012 nano
n 10−9
giga
G 109 pico
p 10−12
mega
M 106 femto
f 10−15
kilo
k 103 atto
a 10−18

Contoh soal 1
32 32
Pada saat ini P yang memunyai aktivitas 100 MBq. Konstanta peluruhan P=
5.65×10-7 s-1. Hitung aktivitas pada hari berikutnya pada jam yang sama.
Penyelesaian:
𝑡 = 24 𝑗𝑎𝑚
𝛼𝑡 = 𝛼0 𝑒 −𝜆𝑡
−7 ×24×3600
𝛼24𝑗𝑎𝑚 = 100𝑀𝐵𝑞 × 𝑒 −5,65×10 = 95.236𝑀𝐵𝑞
32
Aktivitas radionuklida P =95.236 MBq

Hubungan bobot radionuklida dengan aktivitas dapat di jabarkandari persamaan


6 sebagai berikut:
𝐺
𝛼 = 𝜆𝑁 = 𝜆 𝑀 𝑁𝐴 (8)

Untuk satuan aktivitas Bq, maka satuan umur paro detik, satuan bobot
radionuklida gram maka 𝑁𝐴 =6,023×1023gmole-1.

Contoh soal 2
32 32
Hitung bobot P yang memunyai aktivitas 1000 Bq. Konstanta peluruhan P=
5.65×10-7 s-1.
Penyelesaian:
𝑀 32
𝐺 = 𝛼 = 1000 × 5.65 × 10−7 = 2,257 × 10−12 𝑔
𝑁𝐴 6,023 × 1023
32
Aktivitas P sebesar 1000 Bq setara dengan 2,257 × 10−12 𝑔
21

Radionuklida dengan bobot 2,257 𝑝𝑔 tidak mungkin diukur dengan neraca


analitis yang ada, tetapi aktivitas 1000 Bq dengan mudah diukur dengan mencacah
radiasi yang dipancarkan dari proses peluruhan, sehingga pengukuran kuantitas
radionuklida dilakukan dengan besaran aktivitas. Oleh karenanya radionuklida yang
digunakan selalu keberadaannya dengan pengemban, yaitu nuklida stabil isotop
radionuklida tersebut. Sehubungan sifat kimia suatu zat tergantung pada sifat molekul
senyawanya maka radionuklida tersebut dalam senyawa tertentu dan nuklida juga
dalam senyawa yang sama sehingga senyawa ini disebut dengan senyawa pengemban.
Penggunaan senyawa pengemban ini sebagai dasar analisis radiokimia.
3. Umur paro

Proses peluruhan merupakan proses random, sehingga karakteristik proses


peluruhan dapat dinyatakan dengan nilai umur paro. Yang dimaksud dengan umur paro
adalah waktu yang diperlukan radionuklida agar jumlah atomnya menjadi separonya.
Berdasarkan difinisi tersebut di atas maka hubungan jumlah atom radionuklida dengan
waktu dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑡
𝑡1
𝑁𝑡 = 𝑁0 1
2
2 (9)
Dengan 𝑡1 adalah umur paro, yang juga sering disebut dengan waktu paro.
2

1000

750
Jumlah atom

500

250

0
0 1 2 3 4 5 6

waktu/umur paro

Gambar 2. Hubungan jumlah atom radionuklida dengan waktu relative terhadap


umur paro
22

Dengan cara yang sama, kuantitas radionuklida dinyatakan dengan besaran


aktivitas sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑡
𝑡1
𝛼𝑡 = 𝛼0 1
2
2 (10)

Contoh soal 3
32 32
Pada saat P yang memunyai aktivitas 100 MBq. Umur paro P = 14,2 hari.
Hitung aktivitas pada hari berikutnya pada jam yang sama.
Penyelesaian:
𝑡 = 24 𝑗𝑎𝑚
𝑡 24
1 𝑡1 1 14 ,2
𝛼𝑡 = 𝛼0 2 2 = 100𝑀𝐵𝑞 2
= 31 𝑀𝐵𝑞
−7 ×24×86400
𝛼𝑡 = 𝛼0 𝑒 −𝜆𝑡 𝛼24𝑗𝑎𝑚 = 100𝑀𝐵𝑞 × 𝑒 −5,65×10 = 31𝑀𝐵𝑞
32
Aktivitas radionuklida P =31 MBq

Umur paro dan konstanta peluruhan merupakan konstanta yang khas untuk
radionuklida, yang mempunyai hubungan sebagai berikut:
𝑡
1 𝑡1
𝑁0 2
2 = 𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡
𝑙𝑛 2 0,693
𝑡1 = 𝜆
= 𝜆
(11)
2

Contoh soal:
131 32
Radionuklida I memunyai umur paro P = 8 hari. Hitung konstanta
peluruhannya
Penyelesaian:
𝑙𝑛2 0,693 1 𝑕𝑎𝑟𝑖
𝜆= = = 0,0867𝑕𝑎𝑟𝑖 −1 × = 1 × 10−6 𝑠 −1
𝑡1 8 86400 𝑠
2
131
Konstanta peluruhan I =1 × 10−6 𝑠 −1
23

4. Umur persepuluh

Sering dijumpai besaran yang disebut dengan umur per sepuluh, yaitu waktu
yang diperlukan radionuklida berkurang menjadi sepersepuluhnya, sehingga hubungan
aktivitas radionuklida dengan waktu dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑡
𝑡1
𝛼𝑡 = 𝛼0 1
10
10 (12)
Dengan 𝑡 1 adalah umur per sepuluh
10

5. Umur rerata

Umur rerata 𝜏 adalah umur rerata radionuklida, yang dapat dihitung dengan
menjumlahkan hasil kali jumlah radionuklida dibagi dengan jumlah radionuklida
∞ ∞
0
𝑡𝑁𝑡 𝑑𝑡 0
𝑡𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡 𝑑𝑡
𝜏= ∞ = ∞
0
𝑁𝑡 𝑑𝑡 0
𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡 𝑑𝑡
𝑡=∞ 𝑡=∞
𝑡=0
𝑡𝑑𝑒 −𝜆𝑡
𝜏= 𝑡=∞ = 𝑑𝑡𝑒 −𝜆𝑡 − 𝑒 −𝜆𝑡 𝑑𝑡
𝑡=0
𝑑𝑒 −𝜆𝑡 𝑡=0
1
𝜏=𝜆 (13)

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
Lamarsh J.R.,Baratta A.J., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall,
New Jersey.
24

MODUL BAHAN AJAR MATA KULIAH PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 4 : REAKSI PELURUHAN BERANTAI

Tujuan instruksional khusus


Mahasiswa dapat
a. Mahasiswa dapat Menjelaskan mekanisme reaksi peluruhan berantai
b. Menghitung aktivitas radionuklida yang meluruh serta nuklida hasil
peluruhan berantai
c. Menjelaskan keseimbangan yang terjadi pada reaksi peluruhan berantai
d. Mengidentifikasi terapan praktis keseimbangan reaksi peluruhan
berantai.
25

REAKSI PELURUHAN BERANTAI

Reaksi peluruhan tidak selalu menghasilkan nuklida tidak radioaktif. Oleh


karenanya jika peluruhan tersebut menghasilkan nuklida radioaktif maka akan
dilanjutkan dengan proses peluruhan berikutnya, yang disebut peluruhan berantai.
Proses peluruhan alami yang merupakan peluruhan berantai antara lain deret uranium,
deret thorium dan deret neptunium, yang produk akhir deret tersebut menghasilkan
nuklida timbal yang stabil.
Secara skematis proses peluruhan tersebut dapat digambarkan sebai berikut:
𝜆1 𝜆2 𝜆3
𝐴→𝐵→𝐶→ (1)
Dalam skema reaksi tersebut di atas radionuklida A disebut dengan radionuklida
induk 𝑁1 , radionuklida B sebagai radionuklida anak, dan seterusnya.
1. Kinetika peluruhan

Jumlah atom radionuklida induk akan berkurang akibat proses peluruhannya,


sehingga laju prubahannya dapat dituliskan sebagai berikut
𝑑𝑁1
= −𝜆1 𝑁1 (2)
𝑑𝑡

Untuk radionuklida anak, jumlah atom radionuklida anak 𝑁2 akan bertambah


akibat peluruhan radionuklida induk, dan berkurang akibat peluruhannya, maka dapat
dituliskan persamaannya sebagai berikut:
𝑑𝑁2
= 𝜆1 𝑁1 −𝜆2 𝑁2 (3)
𝑑𝑡

Jika pada awalnya jumlah atom radionuklida induk adalah 𝑁1,0 , maka jumlah
radionuklida induk saat waktu = t dapat dinyatakan dengan jumlah radionuklida induk
pada awalnya, sehingga laju peubahan jumlah atom radionuklida anak dapat dituliskan
sebagai berikut:
𝑑𝑁2
= 𝜆1 𝑁1,0 𝑒 −𝜆 1 𝑡 −𝜆2 𝑁2 (4)
𝑑𝑡

Persamaan (4) dapat dituliskan menjdi


𝑑𝑁2 = 𝜆1 𝑁1,0 𝑒 −𝜆 1 𝑡 𝑑𝑡 − 𝜆2 𝑁2 𝑑𝑡 (5)
Jika dikalikan dengan 𝑒 𝜆 2 𝑡 maka
26

𝑒 𝜆 2 𝑡 𝑑𝑁2 = 𝜆1 𝑁1,0 𝑒 −𝜆 1 𝑡 𝑒 𝜆 2 𝑡 𝑑𝑡 − 𝜆2 𝑁2 𝑒 𝜆 2 𝑡 𝑑𝑡
𝑒 𝜆 2 𝑡 𝑑𝑁2 = 𝜆1 𝑁1,0 𝑒 𝜆 2 −𝜆 1 𝑡
𝑑𝑡−𝑁2 𝑑𝑒 𝜆 2 𝑡
𝑒 𝜆 2 𝑡 𝑑𝑁2 +𝑁2 𝑑𝑒 𝜆 2 𝑡 = 𝜆1 𝑁1,0 𝑒 𝜆 2 −𝜆 1 𝑡
𝑑𝑡
𝑑 𝑁2 𝑒 𝜆 2 𝑡 = 𝜆1 𝑁1,0 𝑒 𝜆 2 −𝜆 1 𝑡
𝑑𝑡 (6)

Untuk mendapatkan penyelesaian persamaan 6, dengan syarat batas keadaan


pada saat awal hanya ada radionuklida induk saja, sebanyak 𝑁1,0 , maka persamaan 6
dapat diselesaikan sebagai berikut
𝑁2 =𝑁2,𝑡 𝑡=𝑡

𝑑 𝑁2 𝑒 𝜆 2 𝑡 = 𝜆1 𝑁1,0 𝑒 𝜆 2 −𝜆 1 𝑡
𝑑𝑡
𝑁2 =0 𝑡=0

𝜆1 𝑁1,0
𝑁2,𝑡 𝑒 𝜆 2 𝑡 = 𝑒 𝜆 2 −𝜆 1 𝑡
−1
𝜆2 − 𝜆1
𝜆 1 𝑁1,0
𝑁2,𝑡 = 𝑒 −𝜆 1 𝑡 − 𝑒 −𝜆 2 𝑡 (7)
𝜆 2 −𝜆 1

Jika pada saat awal ada atom radionuklida anak sebanyak 𝑁2,0 maka jumlah
atom anak pada waktu t adalah
𝜆 1 𝑁1,0
𝑁2,𝑡 = 𝑒 −𝜆 1 𝑡 − 𝑒 −𝜆 2 𝑡 + 𝑁2,0 𝑒 −𝜆 2 𝑡 (8)
𝜆 2 −𝜆 1

Jika kuantitas atom dinyatakan dengan aktivitas, yang mana aktivitas sama
dengan hasil kali konstanta peluruhan dengan jumlah inti maka
𝜆 2 𝛼 1,0
𝛼2,𝑡 = 𝑒 −𝜆 1 𝑡 − 𝑒 −𝜆 2 𝑡 + 𝛼2,0 𝑒 −𝜆 2 𝑡 (9)
𝜆 2 −𝜆 1

Contoh soal
Radionuklida 𝑀𝑜 mempunyai umur paro 67 jam diproduksi dengan aktivitas 10
99

GBq. Radionuklida tersebut meluruh menjadi 99


𝑇𝑐 yang mempunyai umur paro 6 jam.
Hitung aktivitas 𝑀𝑜 dan
99 99
𝑇𝑐 20 jam setelah diproduksi.
Penyelesaian
99 𝜆1 𝜆2
𝑀𝑜 → 99𝑇𝑐 →
27

0,693
𝜆1 = = 0,01034𝑗𝑎𝑚−1
67 𝑗𝑎𝑚
0,693
𝜆2 = = 0,1155𝑗𝑎𝑚−1
6 𝑗𝑎𝑚
𝜆2 𝛼1,0
𝛼2,𝑡 = 𝑒 −𝜆 1 𝑡 − 𝑒 −𝜆 2 𝑡
𝜆2 − 𝜆1
0,1155 × 10𝐺𝐵𝑞
𝛼2,20𝑗𝑎𝑚 = 𝑒 −0,01034 ×20 − 𝑒 −0,1155 ×20 = 7,84𝐺𝐵𝑞
0,1155 − 0,0103
𝛼1,20𝑗𝑎𝑚 = 𝛼0,20𝑗𝑎𝑚 𝑒 −0,01034 ×20 =10𝐺𝐵𝑞 𝑒 −0,01034 ×20 = 8,13𝐺𝐵𝑞
Untuk waktu 20 jam aktivitas 99
𝑀𝑜 adalah 8,13𝐺𝐵𝑞 dan aktivitas 99
𝑇𝑐 7,84𝐺𝐵𝑞

2. Waktu maksimum aktivitas anak.

Berdasarkan persamaan 7, jumlah atom radionuklida anak akan bertambah yang


akhirnya akan mencapai jumlah atom radionuklida anak maksimum, yang selanjutnya
akan berkurang sesuai dengan karakteristik peluruhannya. Untuk menentukan waktu
yang mana jumlah radionuklida anak maksimum dapat dilakukan dengan syarat
𝑑𝑁2,𝑡
= 0, maka
𝑑𝑡

𝑑 𝑒 −𝜆 1 𝑡 − 𝑒 −𝜆 2 𝑡
=0
𝑑𝑡
𝑑 𝑒 −𝜆 1 𝑡 𝑑 𝑒 −𝜆 2 𝑡
=
𝑑𝑡 𝑑𝑡
−𝜆1 𝑒 −𝜆 1 𝑡 = −𝜆2 𝑒 −𝜆 2 𝑡
𝑒 −𝜆 1 𝑡 𝜆2
=
𝑒 −𝜆 2 𝑡 𝜆1
𝜆1
𝑙𝑛
(10)
𝜆2
𝑡𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝜆 1 −𝜆 2

Contoh soal 2
Radionuklida 99
𝑀𝑜 mempunyai umur paro 67 jam diproduksi dengan aktivitas 10
GBq. Radionuklida tersebut meluruh menjadi 99
𝑇𝑐 yang mempunyai umur paro 6 jam.
Hitung waktu aktivitas 𝑇𝑐 maksimum, dan hitung aktivitasnya..
99
28

Penyelesaian
Dari contoh soal 1, telah dihitung 𝜆1 = 0,01034𝑗𝑎𝑚−1 dan 𝜆2 = 0,1155𝑗𝑎𝑚−1
𝜆1 0,01034
𝑙𝑛 𝑙𝑛
𝜆2 0,1155
𝑡𝑚𝑎𝑘𝑠 = = = 22,95𝑗𝑎𝑚
𝜆1 − 𝜆2 0,01034 − 0,1155
𝜆2 𝛼1,0
𝛼2,𝑡 = 𝑒 −𝜆 1 𝑡 − 𝑒 −𝜆 2 𝑡
𝜆2 − 𝜆1
0,1155 × 10𝐺𝐵𝑞
𝛼2,22,95𝑗𝑎𝑚 = 𝑒 −0,01034 ×22,95 − 𝑒 −0,1155 ×22,95 = 7,89𝐺𝐵𝑞
0,1155 − 0,0103
Waktu maksimum 22,95 jam, dengan aktivitas 99
𝑇𝑐 7,89𝐺𝐵𝑞

Untuk radionuklida induk yang umur paronya lebih pendek dibandingkan dengan
umur paro radinuklida anak, maka setelah tercapai waktu pada jumlah atom
radionuklida anak maksimum, radionuklida anak akan berkurang cenderung mengikuti
pola peluruhan radionuklida anak, sedangkan untuk radionuklida induk berkurang
mengikuti pola peluruhan radionuklida induk, dan pada akhirnya tinggal radionuklida
anak saja.

Gambar 1. Hubungan aktivitas dengan waktuuntuk umur paro radionuklida induk


lebih pendek dari pada anaknya
29

3. Keseimbangan radiokimia

Untuk radionuklida induk yang umur paronya lebih panjang dibandingkan dengan
umur paro radinuklida anak, maka setelah tercapai waktu pada jumlah atom
radionuklida anak maksimum, radionuklida anak akan berkurang cenderung mengikuti
pola peluruhan radionuklida induk, sehingga walaupun radionuklida anak umurnya
pendek tetap akan masih ada selama radionuklida induk masih ada. Hal yang demikian
disebut dengan ketetimbangan radiokimia.

Gambar 2. Hubungan aktivitas dengan waktuuntuk umur paro radionuklida induk


lebih panjang dari pada anaknya

Salah satu penerapan adanya kesetimbangan radiokimia adalah jika diperlukan


radionuklida umur pendek dapat dilakukan dengan memproduksi radionuklida induknya
yang berumur panjang, selanjutnya radionuklida tersebut dipisahkan dari induknya jika
akan digunakannya. Alat yang digunakan untuk maksud ini disebut dengan generator
30

99
nuklida. Sebagai contoh generator Tc yang berumur paro 6 jam, dengan memproduksi
99
radionuklida Mo yang berumur paro 67 jam.
Secara uum hubungan jumlah atom anggota deret peluruhan berantai panjang
dapat dihitung dengan persaaan 11
𝑒𝑥𝑝 −𝜆 𝑗 𝑡
𝑁𝑖,𝑡 = 𝑁1,0 𝑖−1
𝑗 =1 𝜆𝑗
𝑖
𝑗 =1 𝑖 + 𝑁𝑖,0 𝑒𝑥𝑝 −𝜆𝑖 𝑡 (11)
𝑘 =1 𝜆 𝑘 −𝜆 𝑗
𝑘 ≠𝑗

Jika dinyatakan dengan aktivitas dapat ditulis sebagai berikut


𝑖 𝑖
𝑒𝑥𝑝 −𝜆𝑗 𝑡
𝛼𝑖,𝑡 = 𝛼1,0 𝜆𝑗 𝑖
+ 𝛼𝑖,0 𝑒𝑥𝑝 −𝜆𝑖 𝑡
𝑘=1 𝜆𝑘 − 𝜆𝑗
𝑗 =2 𝑗 =1
𝑘≠𝑗

Contoh peluruhan berantai alami adalah deret uranium yang akan berakhir
setelah terbentuk timbale yang stabil.

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
Foster A. R., Wright R. L., 1983, Basic Nuclear Engineering, 4th, Allyn and Bacon,Inc,
Boston.
Lamarsh J.R.,Baratta A.J., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall,
New Jersey.
31

MODUL BAHAN AJAR MATA KULIAH PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 5. INTERAKSI RADIASI NEUTRON DENGAN MATERI

Tujuan instruksional khusus


Mahasiswa dapat
a. Menjelaskan mekanisme interaksi neutron dengan materi
b. Memaknai dan menghubungkan nilai tampang lintang mikroskopik
makroskopik
c. Menghitung atenuasi neutron akibat interaksi neutron dengan materi
d. Menghitung kuantitas reaksi nukklir yang terjadi akibat interaksi neutron
dengan materi
32

INTERAKSI RADIASI NEUTRON DENGAN MATERI

Yang dimaksud dengan radiasi adalah pancaran energi. Radiasi meliputi partikel
subatom, inti atom yang bergerak yaitu proton, neutron, electron, beta min dan beta
plus, alfa atau inti helium-4, gamma atau foton. Radiasi dapat dihasilkan dari peluruhan
zat radioaktif, alat yang di dalamnya berlangsung interaksi radiasi dengan materi.
Berdasarkan kemampuan mengionkan materi yang dilewatinya, radiasi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu radiasi pengion dan radiasi nonpengion. Radiasi pengion
meliputi partikel subatom dan foton dengan energi lebih besar dari 12 eV. Untuk radiasi
non pengion meliputi foton dengan energi kurang dari 12 eV.
Berdasarkan muatannya, radiasi dapat dibedakan menjadi radiasi bermuatan dan
tidak bermuatan. Contoh radiasi bermuatan antara lain proton, beta min, beta plus,
dan alfa. Untuk radiasi yang tidak bermuatan antara lain neutron, sinar-x dan radiasi
gama.
Mekanisme interaksi radiasi dengan materi meliputi interaksi muatan dan
tumbukan. Mekanisme interaksi secara tumbukan dibedakan menjadi 2 yaitu hamburan
dan serapan. Sifat proses interaksi adalah acak.
1. Mekanisme interaksi neutron dengan materi
Neutron adalah partikel sub atom yang massanya sekitar satu satuan berat
atom, sehingga interaksinya dengan materi lebih dominan interaksi dengan inti atom
materi tersebut. Dengan teori tumbukan, jenis interaksi dibedakan menjadi dua yaitu
interaksi hamburan dan serapan atau absorpsi.
Interaksi neutron secara hamburan tidak mengakibatkan reaksi inti, hanya terjadi
perpindahan energi dan perubahan arah neutron. Untuk interaksi serapan dapat
mengakibatkan reaksi inti yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu reaksi tangkapan
dan reaksi fisi.
Mekanisme reaksi tangkapan, setelah terjadi serapan neutron oleh inti atom akan
terbentuk inti senyawa yang tidak stabil yang selanjutnya akan cenderung menuju
keadaan yang lebih stabil dengan melepaskan partikel radiasi, misalnya gamma, proton,
33

beta, alfa, neutron dan sebagainya. Reaksi tangkapan tersebut dapat dituliskan reaksi
(n,), (n,p), (n,),(n,),(n,2n).
Untuk mekanisme interaksi fisi, setelah terjadi serapan neutron oleh inti atom
akan membentuk inti senyawa yang tidak stabil, yang selanjutnya menuju keadaan
yang lebih stabil dengan membelah menjadi dua nuklida baru dan beberapa neutron.
Reaksi ini disebut dengan reaksi fisi. Nuklida yang dapat membelah denga neutron
disebut dengan nuklida dapat belah. Contoh nuklida dapat belah adalah
235 233 238
92𝑈, 92𝑈, 92𝑈, 𝑑𝑎𝑛 239
94𝑃𝑢

2. Tampang lintang mikroskopik.


Tampang lintang mikroskopik, disimbolkan dengan , adalah suatu besaran
yang menyatakan probabilitas terjadinya interaksi neutron dengan inti suatu nuklida
yang dinyatakan dengan luas penampangnya. Sehubungan orde dimensi inti adalah 10-
12
cm maka luas penampangnya ordenya 10-24 cm2, maka didifinisikan satuan luas barn
yang disingkat b, yang setara dengan 10-24 cm2.
Jenis interaksi dibedakan menjadi 2 yaitu hamburan dan serapan, maka tampang
mikroskopik total sama dengan penjumlahan tampang mikroskopik hamburan dan
serapan, yang dapat dituliskan
𝜍𝑡 = 𝜍𝑠 + 𝜍𝑎 (1)
Untuk interaksi radiasi hamburan dibedakan menjadi hamburan inelastic dan
elastic, dengan cara yang sama dituliskan
𝜍𝑠 = 𝜍𝑒 + 𝜍𝑖 (2)

Untuk interaksi radiasi serapan dibeakan menjadi tangkapan dan fisi, dengan
cara yang sama dituliskan
𝜍𝑎 = 𝜍𝑐 + 𝜍𝑓 (3)
Ada berapa reaksi tangkapan yang terjadi sehingga tampang lintang untuk reaksi
tangkapan adalah
𝜍𝑐 = 𝜍 𝑛,𝛾 + 𝜍 𝑛 ,𝑝 + 𝜍 𝑛 ,2𝑛 + ⋯ … …. (4)
34

Data tampang lintang mikroskopik dapat dibaca pada lampiran buku Foundations
of Nuclear Engineering, yang ditulis oleh Thomas J.Connolly.
Contoh soal 1
Berdasarkan data hidrogen diperoleh lampang lintang mikroskopik interaksi
neutron dengan neutron termal secara hamburan adalah 20,4 barn dan untuk
tangkapan 0,33 barn Berapa tampang lintang mikroskopik hidrogen dinyatakan dengan
cm2 untuk interaksi total, hamburan, serapan dan tangkapan.
Penyelesaian
𝜍𝑠 = 20,4𝑏 = 20,4 × 10−24 𝑐𝑚2 = 2,04 × 10−23 𝑐𝑚2
𝜍𝑐 = 0,33𝑏 = 0,33 × 10−24 𝑐𝑚2 = 3,3 × 10−25 𝑐𝑚2
𝜍𝑎 = 𝜍𝑐 + 𝜍𝑓 = 3,3 × 10−23 + 0 = 3,3 × 10−23 𝑐𝑚2
𝜍𝑡 = 𝜍𝑠 + 𝜍𝑎 = 2,04 × 10−23 + 3,3 × 10−25 = 2,073 × 10−23 𝑐𝑚2

3. Tampang lintang makroskopik


Tampang lintang makroskopik adalah besaran yang menyatakan probabilitas
terjadi interaksi antara neutron dengan materi persatuan panjang lintasan neutron,
dengan satuan interaksi persatuan panjang.
Jika neutron menembus materi yang homogen maka probabilitas interaksi hanya
dipengaruhi oleh panjang lintasan netron dalam medium materi tersebut, sehingga
probabilitas dapat dituliskan dengan persamaan polynomial sebagai berikut:
𝑃𝑅 = 𝛼 + 𝛽 ∙ 𝑠 + 𝛾𝑠 2 + 𝛿𝑠 3 + ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (5)
Jika netron tidak bergerak maka tidak terjadi interaksi sehingga probabilitas
interaksi menjadi 0, sehingga =0, maka
𝑃𝑅 = 𝛽 ∙ 𝑠 + 𝛾𝑠 2 + 𝛿𝑠 3 + ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (7)
Untuk panjang lintasan yang sangat pendek (s), maka semakin besar nilai
pangkat pada pajanglintasan tersebut akan semakin kecil, sehingga suku ke dua , ke
tiga dan seterusnya dapat diabaikan terhadap suku yang pertama,
𝑃𝑅 = 𝛽 ∙ 𝑠
35

𝑃𝑅
=𝛽
𝑠
Dengan demikian konstanta  adalah probabilitas terjadi interaksi persatuan
panjang lintasan yang sangat pendek tersebut adalah nilai dari tampang lintang
makroskopik, yang disimbolkan dengan , sehingga dapat dituliskan

𝑃𝑅 = 𝑠 (8)
Maka probabilitas tidak berinteraksi untuk panjang lintasan yang sangat pendek
adalah
𝑃𝑁𝑅 = 1 − 𝑃𝑅 = 1 − 𝑠 (9)
Jika neutron menembus materi maka probalilitas tidak berinteraksi pada panjang
lintasan s+s adalah hasil kali probabilitas tidak berinteraksi pada panjang lintasan s
dikali dengan probabilitas untuk lintasan neutron sepanjang s, yang dapat dituliskan
dalam persamaan berikut:
𝑃𝑁𝑅,𝑠+∆𝑠 = 𝑃𝑁𝑅,𝑠 ∙ 𝑃𝑁𝑅,∆𝑠
𝑃𝑁𝑅,𝑠+∆𝑠 = 𝑃𝑁𝑅,𝑠 1 − 𝑠
𝑃𝑁𝑅,𝑠+∆𝑠 − 𝑃𝑁𝑅,𝑠 = −𝑃𝑁𝑅,𝑠 𝑠
Jika diambil nliali limitnya untuk smenuju 0 maka
𝑃𝑁𝑅,𝑠+∆𝑠 − 𝑃𝑁𝑅,𝑠
lim = −𝑃𝑁𝑅,𝑠 
∆𝑠→0 𝑠
𝑑𝑃𝑁𝑅
= −𝑃𝑁𝑅 
𝑑𝑠

Disusun kembali maka


𝑑𝑃𝑁𝑅
= −𝑑𝑠
𝑃𝑁𝑅
Persamaan diferensial di atas diselesaikan, dengan syarat batas untuk s=0 maka
PNR=1 dan untuk s=s maka PNR= PNR maka
𝑙𝑛 𝑃𝑁𝑅 = −Σ ⋅ 𝑠
𝑃𝑁𝑅,𝑠 = 𝑒 −𝑠 (10)
Maka probabilitas interaksi untuk panjang lintasan s
36

𝑃𝑅,𝑠 = 1 − 𝑒 −𝑠 (11)

Contoh soal 2
Sebanyak 1010 neutron menembus materi tebal 20 cm. jika tampang
makroskopik interaksi neutron dengan matri tersebut 0,1 cm-1, dan yang dapat lolos
adalah neutron yang tidak berinteraksi berapa neutron yang dapat lolos dari materi
tersebut
Penyelesaian
Neutron yang lolos dari amteri adalah neutron yang tidak berinteraksi, yang
merupakan hasil kali jumlah neutron dengan probabilitas tidak berinteraksi
𝑛20𝑐𝑚 = 𝑛0 ∙ 𝑃𝑁𝑅,20𝑐𝑚 = 𝑛0 ∙ 𝑒 −𝑠
𝑛20𝑐𝑚 = 1010 ∙ 𝑒 −0,1×20 = 1,35 × 109
Neutron yang lolos sebanyak 1,35×109

4. Hubungan tapang lintang mikroskopik dan tampang lintang makroskopik


Jika neutron menembus lempengan tipis tebal s yang terbuat dari materi yang
homogen maka probabilitas terjadi interaksi neutron dengan materi tersebut adalah
hasil kali tampang makroskopik dengan tebal lempengan tipis materi tersebut.
𝑃𝑅,𝑠 = 𝑠
Jika materi tersebut mempunyai kerapatan atom N atom cm-3, dengan luas
lempengan A, maka jumlah atom dalam lempengan dengan luasan A adalah NAs
Dimensi atom kira-kira 100 kali dimensi inti atom, maka dapat diasumsikan
banyak ruang kosong dalam materi tersebut sehingga inti atom materi tidak saling
menutupi, maka dengan nilai tampang lintang mikroskopik, dapat dihitung probabilitas
neutron berinteraksi dengan persamaan berikut:

𝑁 ⋅ 𝐴 ⋅△ 𝑠 ⋅ 𝜍
𝑃𝑅,𝑠 = = 𝑁 ⋅△ 𝑠 ⋅ 𝜍
𝐴
Berdasarkan persamaan tersebut di atas maka
37

𝑃𝑅,𝑠 = 𝑁 ⋅△ 𝑠 ⋅ 𝜍 = 𝑠
Σ=𝑁⋅𝜍

Persamaan di atas menunjukkan bahwa tampang makroskopik interaksi neutron


dengan materi adalah hasil kali kerapatan atom materi dengan tampang lintang
mikroskopiknya.
Dalam pustaka jarang yang menyajikan nilai kerapatan atom. Data yang dapat
digunakan untuk menghitung kerapatan atom yang sering dijumpai adalah berat jenis.
Untuk senyawa yang disusun oleh jenis atom yang sama maka hubungan kerapatan
atom dengan berat jenis adalah:
𝜌 𝜌 𝑎𝑡𝑜𝑚
𝑁 = 𝑀 𝑁𝐴 = 𝑀 6,023 × 1023 (12)
𝑐𝑚 3

Dalam hal ini M adalah berat atom dan NA adalah bilangan Avogadro, sehingga
hubungan tampang makroskopik dengan tampang mikroskopik untuk senyawa yang
tersusun oleh atom tungga adalah
𝜌
Σ = 6,023 × 1023 ⋅ 𝜍 × 10−24
𝑀
𝜌
Σ = 0,6023 𝜍 (13)
𝑀

Dalam hal ini satuan tampang lintang mikroskopik adalah barn

Contoh soal 3
Aluminium (27 𝐴𝑙 ) mempunyai berat jenis 2,7 g cm-3, berat atom 26,9815 dan
tampang mikroskopik untuk tangkapan n, adalah 0,23 barn. Hitung nilai tampang
makroskopiknya.
Penyelesaian
Σ=𝑁⋅𝜍
𝜌 2,7
Σ = 0,6023 𝜍 = 0,6023 0,23 = 0,014𝑐𝑚−1
𝑀 26,9815
Tampang lintang makroskopik untuk tangkapan reaksi n, adalah 0,014 cm-1

5. Atenuasi neutron
38

Setiap interaksi neutron akan mengurang jumlah neutron atau mengubah arah
sehingga akan mengurangi nengatenuasi jumlah neutron pada arah berkas neutron.
Oleh karenanya maka neutron yang dapat menembus suatu materi adalah jumlah
neutron mula-mula dikali dengan probabilitas neutron tidak berinteraksi dengan materi
tersebut.
𝑛 𝑥 = 𝑛 0 ∙ 𝑃𝑁𝑅
𝑛 𝑥 = 𝑛 0 ∙ 𝑒 −Σ⋅𝑥 (14)

Contoh soal 4
Aluminium (27 𝐴𝑙 ) mempunyai berat jenis 2,7 g cm-3, berat atom 26,9815 dan
tampang mikroskopik untuk hamburan dan tangkapan n, adalah 1,49 dan 0,23 barn.
Jika 1010 neutron menembus 5 cm aluminium tersebut, hitung jumlah neutron yang
lolos setelah menembus aluminium tersebut.
Penyelesaian
Dengan asumsi bahwa setiap interaksi akan mengatenuasi jumlah neutron, maka
perlu dihitung tampang makroskopik total
Σ=𝑁⋅𝜍
𝜌 2,7
Σ = 0,6023 𝜍 = 0,6023 1,49 + 0,23 = 0,1037𝑐𝑚−1
𝑀 26,9815
𝑛 𝑥 = 𝑛 0 ∙ 𝑒 −Σ⋅𝑥
−1 ×5𝑐𝑚
𝑛 5𝑐𝑚 = 1010 × 𝑒 −0,1037 𝑐𝑚 = 5,955 × 109
jumlah neutron yang lolos setelah menembus aluminium tebal 5 cm = 5,955 ×
109

6. Jumlah reaksi inti


Interaksi serapan neutron oleh nuklida atau materi dapat mengawali reaksi inti,
yang pada umumnya menhasilkan nuklida tidak stabil sehingga untu menuju keadaan
yang stabil akan melepaskan energi. Sebagai contoh, jika reaksi serapan tersebut
mengakibatkan reaksi fisi maka akan dilepaskan energi kira-kira 200 MeV setiap fisi.
39

Untuk reaksi tangkapan, pada umumnya akan menghasilkan nuklida yang radioaktif
yang akan meluruh dengan melepaskan energi yang tergantung pada radionuklidanya.
Jumlah reaksi inti yang terjadi adalah jumlah neutron dikali probabilitas terjadi
reaksi inti yang dimaksud.
𝑃 𝑥 = 𝑛 0 ∙ 𝑃𝑅
𝑃 𝑥 = 𝑛 0 1 − 𝑒 −Σ⋅𝑥 (15)

Contoh soal 5
Aluminium (27 𝐴𝑙 ) mempunyai berat jenis 2,7 g cm-3, berat atom 26,9815 dan
tampang mikroskopik untuk hamburan dan tangkapan n, adalah 1,49 dan 0,23 barn.
Jika 1010 neutron menembus 5 cm aluminium tersebut, hitung energi yang dibangkitan
akibat serapan neutron tersebut. Energi yang dilepaskan peluruhan 28
𝐴𝑙 sebesar 4,635
MeV
Penyelesaian
Reaksi tangkapan neutron yang terjadi adalah 27
𝐴𝑙 𝑛, 𝛾 28
𝐴𝑙
Σ=𝑁⋅𝜍
𝜌 2,7
Σc = 0,6023 𝜍 = 0,6023 0,23 = 0,014𝑐𝑚−1
𝑀 26,9815
𝑃 𝑥 = 𝑛 0 1 − 𝑒 −Σ⋅𝑥
−1 ×5𝑐𝑚
𝑃 5𝑐𝑚 == 1010 1 − 𝑒 −0,014𝑐𝑚 = 6,76 × 108
Setiap reaksi terbentuknya 28
𝐴𝑙 dapat melepaskan energi 4,635 MeV dari
peluruhannya
𝐸 5𝑐𝑚 = 𝑃 5𝑐𝑚 × 𝑄 = 6,76 × 108 × 4,635𝑀𝑒𝑉 = 3,13 × 109 𝑀𝑒𝑉
𝐽
𝐸 5𝑐𝑚 = 3,13 × 109 𝑀𝑒𝑉 × 1,6 × 10−13 −4
𝑀𝑒𝑉 = 5,01 × 10 𝐽

Energi yang dibangkitkan sebesar 5,01 × 10−4 𝐽

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
40

Foster A. R., Wright R. L., 1983, Basic Nuclear Engineering, 4th, Allyn and Bacon,Inc,
Boston.
Lamarsh J.R.,Baratta A.J., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall,
New Jersey.
41

MODUL BAHAN AJAR MATA KULIAH PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 6 INTERAKSI FOTON GAMMA DENGAN MATERI

Tujunan instruksional khusus


a. Mahasiswa dapat menjelaskan proses interaksi foton gamma dengan
metreri
b. Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan jenis interaksi foton
gamma dengan meteri
c. Mahasiswa dapat membedakan koefisien atenuasi dan koefisien serapan
energi dalam analisis medan radiasi foton gamma
42

INTERAKSI FOTON GAMMA DENGAN MATERI

Foton gamma adalah radiasi yang berupa gelombang elektromagnetik yang


berasal dari proses tranformasi inti, yang mempunyai spektrum energi diskrit. Radiasi
sejenis dengan foton gamma adalah sinar-x, yang membedakannya, sinar-x berasal dari
luar inti.
Foton gamma tidak bermuatan, sehingga karateristik interaksinya mirip dengan
interaksi neutron dengan materi, hanya saja interaksi foton dengan materi adalah
interaksi dengan elektron orbital sedangakan untuk neutron interaksinya dengan inti
atom. Interaksi foton gamma dengan materi dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu
fotolistrik, hamburan Compton dan produksi pasangan.
1. Fotolistrik
Interaksi foton gamma dengan atom materi dapat mengakibatkan
terpelantingnya elektron orbital atom dan menghilangnya foton gamma tersebut.
Proses tersebut disebut dengan efek foto listrik.
Elektron terpelanting dapat mengakibatkan elektron lepas dari ikatan atom, atau
berpindah aras orbit elektron yang lebih luar. Jika elektron lepas dari ikatan atom, maka
terjadi proses pembentukan ion atau disebut dengan ionisasi, sedangkan jika elektron
terpelanting berpindah aras orbit elektron yang lebih luar maka disebut dengan proses
eksitasi.
Aras orbit elektron yang ditinggalan elektron akan mengakibatkan kekosongan,
yang dapat diisi oleh elektron yang lebih luar aras orbitnya, dengan memancarkan
sinar-x karakteristik yang mempunyai energi sama dengan selisih energi potensial aras
elektron tersebut.
Dengan analisis neraca energi maka energi foton gamma sama dengan energi
ikat elektron ditambah energi kinetik elektron terpelanting, yang dapat dituliskan
𝑇𝑒 = 𝐸𝛾,0 + 𝐸𝑏,𝑒 (1)
Dalamhal ini 𝑇𝑒 adalah energi kinetik elektron terpelanting, 𝐸𝛾,0 adalah energi
foton gamma, dan 𝐸𝑏,𝑒 adalah energi ikat elektron.
43

Untuk keperluan praktis, karena energi ikat elektron jauh lebih kecil dari energi
foton gamma maka energi ikat elektron diabaikan terhadap energi foton gama sehingga
energi kinetik elektron terpelanting sama dengan energi foton gamma.
2. Hamburan Compton
Interaksi foton gamma dengan atom materi dapat mengakibatkan
terpelantingnya elektron orbital atom dan terbentuknya foton terhambur yang
energinya lebih kecil dibanding foton gamma tersebut. Proses tersebut disebut dengan
hamburan Compton, yang secara skematis dapat digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1 : Skema hamburan Compton foton gamma


Berdasarkan skema pada Gambar 1, dapat disusun neraca energi sebagai berikut
𝑚0𝑐2
𝐸𝛾,0 = 𝐸𝛾,1 + 2
− 𝑚0 𝑐 2 (2)
1−𝑣
𝑐2

Dalam hal ini 𝑚0 𝑐 2 adalah energi setara dengan massa elektron diam.
Selanjutnya disusun neraca momentum arah searah foton gamma, dengan
memproyeksikan momentum ke garis searah foton gamma.
𝐸𝛾 ,0 𝐸𝛾 ,1 𝑚0𝑣
= 𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑐𝑜𝑠𝜑 (3)
𝑐 𝑐 2
1−𝑣
𝑐2

Disusun neraca momentum arah searah foton gamma, dengan memproyeksikan


momentum ke garis tega lurus arah foton gamma.
𝐸𝛾 ,1 𝑚0𝑣
0= 𝑐
𝑠𝑖𝑛𝜃 − 2
𝑠𝑖𝑛𝜑 (4)
1−𝑣
𝑐2
44

Maka, dengan persamaan 2,3, dan 4, diperoleh fraksi energi foton terhambur
𝐸𝛾 ,1 1
= 𝐸 𝛾 ,0 (5)
𝐸𝛾 ,0 1+ 1−𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑚 0𝑐2

𝑇 𝐸
= 1 − 𝐸𝛾 ,1 (6)
𝐸𝛾 ,0 𝛾 ,0

Arah elektron terpelanting


𝐸
𝑐𝑜𝑡𝜑 = − 1 + 𝑚 𝛾 𝑐,02 𝑡𝑎𝑛𝜃2 (7)
0

Contoh soal 1
Foton gama mempunyai energi 0,662 MeV berinteraksi dengan materi. Hitung
energi foton terhambur untuk arah hamburan 45, serta energi elektron terpelanting
serta arahnya.
Penyelesaian:
𝐸𝛾 ,1 1 1
= 𝐸 𝛾 ,0 = 0,662 𝑀𝑒𝑉 = 0,725
𝐸𝛾 ,0 1+ 1−𝑐𝑜𝑠𝜃 1+ 1−𝑐𝑜𝑠 45°
𝑚 0 𝑐2 0,511 𝑀𝑒𝑉

𝐸𝛾,1 = 0,725𝐸𝛾,0 = 0,7250,662 𝑀𝑒𝑉 = 0,48 𝑀𝑒𝑉


Energi gama terhambur pada sudut hambur 45 adalah 0,48 MeV, sehingga
energi kinetik elektron terpelanting 0,662-0,48=0,182 MeV
Arah elektron terpelanting
𝐸𝛾,0 𝜃
𝜑 = 𝑎𝑟𝑐𝑐𝑜𝑡 − 1 + 2
𝑡𝑎𝑛 2
𝑚0 𝑐
0,662 45°
𝜑 = 𝑎𝑟𝑐𝑐𝑜𝑡 − 1 + 𝑡𝑎𝑛 2 = −46,444
0,511
Arah elektron terpelanting 46,444

Energi foton terhambur ditentukan oleh energi foton gamma mula-mula dan
sudut hambur, maka jika jumlah foton banyak sehingga sudut hambur bervariasi, maka
rerata perbandingan energi foton terhambur dengan energi foton awal adalah
45

𝜋 𝐸𝛾 ,1
0 𝐸𝛾 ,0 𝑑𝜃
𝐸𝛾 ,1
= 𝜋 (8)
𝐸𝛾 ,0 0
𝑑𝜃

Untuk menghitung rerata fraksi energy gama terhambur dengan memperhitung-


kan nilai fungsi distribusi arah hamburan gama, yang hasilnya dirinci pada Tabel 1

Tabel 1. fraksi energy foton terhambur untuk berbagai energy gama.


𝐸𝛾,0 , MeV 𝐸𝛾,1 𝐸𝛾,0 𝐸𝛾,0 , MeV 𝐸𝛾,1 𝐸𝛾,0
0,10 0,861 1,0 0,560
0,15 0,817 1,5 0,505
0,20 0,782 2,0 0,469
0,30 0,729 3,0 0,432
0,40 0,690 4,0 0,394
0,50 0,659 5,0 0,373
0,60 0,632 6,0 0,357
0,80 0,592 8,0 0,333
Sumber:Conolly T.J, 1978

Contoh soal 2
Foton gama mempunyai energi 1,25 MeV berinteraksi dengan materi. Hitung
energi rerate foton terhambur , dan energi kinetik rerata elektron terpelanting
Penyelesaian
Berdasarkan Tabel di atas untuk enegi gama 1,25 MeV dapat dibaca untuk
energy 1 MeV dan 1,5 MeV selanjutnya dilakukan interpolasi
0,505 − 0,56
𝐸𝛾,1 𝐸𝛾,0 = 0,56 + 1,25 − 1 = 0,5325
1,5 − 1,0
𝐸𝛾,1 = 0,5325 × 𝐸𝛾,0 = 0,5325 × 1,25 𝑀𝑒𝑉 = 0,667𝑀𝑒𝑉
𝑇 = 1,25 𝑀𝑒𝑉 − 0,667𝑀𝑒𝑉 = 0,583 𝑀𝑒𝑉
46

3. Produkasi pasangan
Interaksi foton gamma dengan materi dapat dengan mekanisme interaksi
dengan muatan atom, baik muatan inti maupun muatan elektron sehingga foton
gamma hilang dan muncul pasangan positron dan negatron. Proses ini disebut dengan
pembentukan pasangan. Negatron adalah elektron, sedangkan positron mempunyai
massa sama dengan elektron tetapi muatannya positip. Proses ini hanya dapat terjadi
jika energi foton gamma lebih besar dari massa positron dan negatron atau energi
foton gamma lebih besar dari 2 massa elektron atau 1,02 MeV.
Positron yang terbentuk tersebut akan berinteraksi dengan elektron dalam materi
membentuk foton, yang disebut dengan proses anihilasi.
Dalam proses interaksi foton gamma dengan materi, interaksi radiasi
berlangsung secara acak sehingga ketiga jenis interaksi tersebut dapat terjadi.

4. Koefisien atenuasi
Foton merupakn radiasi yang tidak bermuatan sehingga karakteristik interaksinya
mirip dengan neutron sehingga dapat digunakan rumus yang mirip dengan interaksi
neutron dengan materi untuk probabilitas berinteraksi

𝑃𝑁𝑅 = 𝑒 −𝜇 ∙𝑥 (9)
𝑃𝑅 = 1 − 𝑒 −𝜇 ∙𝑥 (10)

Dalam hal ini 𝑃𝑁𝑅 adalah probabilitas tidak interaksi, 𝑃𝑅 adalah robabilitas
berinteraksi dan  adalah koefisien atenuasi untuk interaksi tersebut, yang maknanya
probabilitas interaksi foton dengan materi untuk panjang lintasan foton yang sangat
pendek, yang merupakan nilai gradient kurva hubungan intensitas terhadap tebal
materi yang ditembus.
Koefisien atenuasi total adalah penjumlahan koefisien atenuasi untuk fotolistrik
(𝜇𝑝𝑒 ), hamburan Compton (𝜇𝐶 ) dan produksi pasangan (𝜇𝑝𝑝 )
𝜇 = 𝜇𝑝𝑒 + 𝜇𝐶 + 𝜇𝑝𝑝 (11)
47

Satuan koefisien atenuasi dapat dinyatakan sebagai kooefisien atenuasi linier


dengan persatuan panjang, misalnya 𝑐𝑚−1 atau koefisien atenuasi massa, dengan
𝜇
membagi koefisien atenuasi linier dengan berat jenisnya , sehingga menjadi per
𝜌

ketebalan massa contohnya 𝑐𝑚2 𝑔−1


Jika materi berupa campuran maka
𝜇 𝜇
= 𝑛
𝑖=1 𝑤𝑖 (12)
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝 𝜌 𝑖

Gambar 2 Koefisien atenuasi unsur

5. Atenuasi foton gamma


Jika foton gamma menembus materi, maka akan terjadi atenuasi akibat interaksi
foton gamma dengan materi, yang berakibat menurunnya kuatitas foton gamma
tersebut.
Jika fluks foton (𝜙0 ) menembus materi tebal x, maka
𝜙𝑥 = 𝜙0 𝑃𝑁𝑅 = 𝜙0 𝑒 −𝜇 ∙𝑥 (13)
48

Dengan asumsi bahwa setiap interaksi akan mengakibatkan penurunan atau


atenuasi fluks foton, maka koefisien atenuasi total yang merupakan penjumlahan untuk
fotolistrik, hamburan Compton dan produksi pasangan.

Contoh soal 3
Berkas foton gama dengan fluks foton 1010 foton cm-2 s-1 menembus beton tebal
10 cm. jika koefisien atenuasi beton 0,11 cm-1, hitung fluks foton setelah menembus
beton tersebut.
Penyelesaian:
𝜙𝑥 = 𝜙0 𝑃𝑁𝑅 = 𝜙0 𝑒 −𝜇 ∙𝑥
𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛 −0,11𝑐𝑚 −1 ∙10𝑐𝑚 𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛
𝜙10𝑐𝑚 = 1010 2
𝑒 = 3,33 × 109
𝑐𝑚 𝑠 𝑐𝑚2 𝑠

Berdasarkan kemampuan foton gamma menembus materi, didifinisikan besaran


yang disebut tebal paro 𝑥1/2 atau lapisan separo nilai (half value layers, HVL) yang
maknanya tebal materi yang diperlukan agar kuantitas foton menjadi separonya.
Hubungan koefisien atenuasi dengan tebal paro adalah
𝑙𝑛 2 0,693
𝑥1/2 = = (14)
𝜇 𝜇

𝑙𝑛 2 0,693
𝜇= = (15)
𝑥 1/2 𝑥 1/2
𝑥
𝑙𝑛 2

𝑥 1/2
∙𝑥 1 𝑥 1/2
𝑃𝑁𝑅 = 𝑒 −𝜇 ∙𝑥 = 𝑒 =
2
𝑥
1 𝑥 1/2
𝜙𝑥 = 𝜙0 𝑃𝑁𝑅 = 𝜙0 (16)
2

Contoh soal 4
Berkas foton gama dengan fluks foton 1010 foton cm-2 s-1 menembus beton tebal
20 cm. jika tebal paro beton 6,2 cm, hitung fluks foton setelah menembus beton
tersebut.
49

Penyelesaian:
𝑥
1 𝑥 1/2
𝜙𝑥 = 𝜙0 𝑃𝑁𝑅 = 𝜙0
2
20 𝑐𝑚
𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛 1 6,2 𝑐𝑚 𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛
𝜙20𝑐𝑚 = 1010 = 1,07 × 109
𝑐𝑚2 𝑠 2 𝑐𝑚2 𝑠

Dengan cara yang sama, kemampuan foton gamma menembus materi


didifinisikan besaran yang disebut tebal persepuluh 𝑥1/10 atau lapisan sepersepuluh nilai
(tenth value layers,TVL) yang maknanya tebal materi yang diperlukan agar kuantitas
foton menjadi sepersepuluhnya, sehingga dapat dituliskan
𝑙𝑛 10 2,303
𝑥1/10 = = (17)
𝜇 𝜇

𝑙𝑛 10 2,303
𝜇= =
𝑥1/10 𝑥1/10
𝑥
1
(18)
−𝜇 ∙𝑥 𝑥 1/10
𝑃𝑁𝑅 = 𝑒 = 10
𝑥
1 𝑥 1/10
𝜙𝑥 = 𝜙0 𝑃𝑁𝑅 = 𝜙0
10
Contoh soal 5
Beton mempunyai berat jenis 2,35 g cm-3 dan tebal paro beton 6,2 cm, hitung
tebal persepuluh beton tersebut.
Penyelesaian:
𝑙𝑛 10 𝑙𝑛 2
𝜇= =
𝑥1/10 𝑥1/2

𝑙𝑛 10 𝑙𝑛 10
𝑥1/10 = 𝑥1/2 = 6,2 𝑐𝑚 = 20,56𝑐𝑚
𝑙𝑛 2 𝑙𝑛 2
𝑔 𝑔
𝑥1/10 = 20,56𝑐𝑚 × 𝜌 = 20,56𝑐𝑚 × 2,35 3 = 48,4 2
𝑐𝑚 𝑐𝑚
50

6. Serapan energi
Jika foton menembus materi maka akan terjadi serapan energi radiasi oleh
materi yang ditembusnya, yang probabilitas terjadinya serapan energi ini adalah
penjumlahan probabilitas serapan energi untuk masing-masing jenis interaksi. Serapan
energi foton dikonversikan menjadi energi kinetik elektron terpelanting, maka
𝑇
𝜇𝑎 = 𝜇𝑝𝑒 + 𝐸 𝑒 𝜇𝐶 + 𝜇𝑝𝑝 (19)
𝛾 ,0

𝑇𝑒 𝐸
= 1 − 𝐸𝛾 ,1 (20)
𝐸𝛾 ,0 𝛾 ,0

Untuk mendapatkan data koefisien atenuasi untuk masing jenis interaksi dapat
digunakan perangkat lunak XCOM, yang vontoh keluarannya sebagai berikut

Contoh soal 6
Berkas foton gamaenergi 1 MeV dengan fluks foton 1010 foton cm-2 s-1
menembus air tebal 10 cm. Hitung energi yang terserap oleh air tersebut.
Untuk energi foton 1 MeV, koefisien atenuasi fotolistrik, hamburan Compton, dan
𝑐𝑚 2 𝑐𝑚 2 𝑐𝑚 2
produksi pasangan adalah 3,681 × 10−6 ; 7,066 × 10−2 dan 0
𝑔 𝑔 𝑔

Penyelesaian:
Energi yang terserap 𝐸𝑎 ,
𝐸𝑎 = 𝜙0 𝑃𝑅 𝐸𝛾 = 𝜙0 𝐸𝛾 1 − 𝑒 −𝜇 𝑎 ∙𝑥
51

Untuk menghitung energi kinetik rerata elektron terpelanting di gunakan cara


seperti contoh soal 2 dengan membaca Tabel 1 .
𝐸𝛾,1
== 0,56
𝐸𝛾,0
𝑇𝑒
= 1 − 0.56 = 0,44
𝐸𝛾,0
Energi foton kurang dari 1,02 MeV maka tidak terjadi produksi pasangan
𝑇𝑒 𝑐𝑚2 𝑐𝑚2
𝜇𝑎 = 𝜇𝑝𝑒 + 𝜇𝐶 + 𝜇𝑝𝑝 = 3,681 × 10−6 + 0,447,066 × 10−2
𝐸𝛾,0 𝑔 𝑔
𝑐𝑚2
𝜇𝑎 = 3.11 × 10−2
𝑔
𝑐𝑚2 𝑐𝑚2 𝑔
𝜇𝑎 = 3.11 × 10 −2
 = 3.11 × 10 −2
1 2 = 3.11 × 10−2 𝑐𝑚−1
𝑔 𝑔 𝑐𝑚
𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛 −2 −1
𝐸𝑎 = 𝜙0 𝐸𝛾 1 − 𝑒 −𝜇 𝑎 ∙𝑥 = 1010
2
× 1𝑀𝑒𝑉 × 1 − 𝑒 −3.11×10 𝑐𝑚 ×10𝑐𝑚
𝑐𝑚 𝑠
𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛 −2 −1 𝑀𝑒𝑉
𝐸𝑎 = 1010 2
× 1𝑀𝑒𝑉 × 1 − 𝑒 −3.11×10 𝑐𝑚 ×10𝑐𝑚 = 2,67109
𝑐𝑚 𝑠 𝑐𝑚2 𝑠
Jika energi dinyatakan dengan joule
𝑀𝑒𝑉 𝐽 𝑊
𝐸𝑎 = 2,67109 2
× 1,6 × 10−13 = 4,28 × 10−4
𝑐𝑚 𝑠 𝑀𝑒𝑉 𝑐𝑚2

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
Lamarsh J.R., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall, New Jersey.
52

MODUL BAHAN AJAR MATA KULIAH PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 7. INTERAKSI PARTIKEL BERMUATAN DENGAN MATERI

Tujuan instruksional khusus


Mahasiswa dapat
1. Menjelaskan mekanisme interaksi radiasi partikel bermuatan dengan
materi
2. Menjelaskan terbentuknya sinar abar.
3. Menjelaskan besaran daya henti dan jangkau partikel bermuatan
4. Menghitung besaran jangkau partikel bermuatan dalam materi tertentu
53

INTERAKSI PARTIKEL BERMUATAN DENGAN MATERI

Partikel bermuatan yang banyak dijumpai dalam bidang teknologi nuklir adalah
partikel alfa (), partikel beta (+, -), proton, dan nuklida hasil fisi. Jika partikel
bermuatan menembus materi, yang mana atom merupakan penyusun materi tersebut
maka akan terjadi interaksi muatan baik dengan muatan elektron orbital maupun
muatan inti atom. Perbandingan dimensi atom dengan dimensi inti atom lebib dari 102
maka perbandingan luas penampang atom disbanding dengan luas penampang inti
atom lebih dari 104, sehingga interaksi muatan dengan elektron orbital lebih dominan
dibandingkan dengan interaksi dengan inti atom
1. Interaksi Coulomb dengan elektron orbital
Untuk partikel bermuatan ze pada jarak r terhadap elektron, maka gaya Coulomb
yang ditimbulkan berbanding lurus dengan 𝑧𝑒 2 𝑟 2 sehingga dengan gaya Coulomb ini
akan memungkinkan transfer energi dari partikel yang bergerak ke elektron orbital yang
mengakibatkan elektron orbital lepas dari atom atau berpindah pada aras orbit elektron
yang lebih luar.
Lepasnya elektron dari atom tersebut disebut dengan proses ionisasi, sedangkan
jika elektron orbital pindah ke aras yang lebih luar disebut dengan eksitasi. Aras
elektron yang ditinggalkannya akan menjadi lowong, yang selanjutnya akan dapat diisi
elektron yang berada pada aras elektron yang lebih luar dengan memancarkan sinar-x.
Sinar-x ini disebut dengan sinar-x karakteristik yang mempunyai energi selisih dari
kedua aras elektron tersebut.
2. Pembentukan sinar abar
Sinar abar atau sinar bremsstrachlung adalah sinar-x yang terjadi karena
perlambatan partikel bermuatan yang melewati medan inti akibat gaya Coulomb. Sinar
abar merupakan gelombang elektromagnetik yang mempunyai spectrum energi
kontinyu dengan energi maksimum sama dengan energi partikel bermuatan tersebut.
Gaya Coulomb antara partikel bermuatan ze dengan inti atom Ze yang jaraknya r
adalah berbanding lurus dengan 𝑧𝑍𝑒 2 𝑟 2 . Jika massa atom adalah M, maka
54

percepatan partikel bermuatan sama dengan 𝐹 𝑀 maka intensitas sinar abar


berbanding lurus dengan kuadrat percepatan sehingga

2
𝑧𝑍𝑒 2 𝑧 2𝑍2
𝐼 ∝ 𝑎2 ~ ~ (1)
𝑀 𝑀2

Persamaan (1) tersebut menunjukkan bahwa :


a. Untuk 2 partikel melewati medium yang sama maka partkel yang ringan
akan menghasikan jumlah foton sinar-x yang lebih banyak.
b. Untuk partikel yang sama melewati 2 medium yang nomor atomnya
berbeda maka partikel yang melewati medium yang nomor
atomnya lebih besar akan menghasilkan sinar-x yang lebih banyak.

Pada proses interaksi dengan materi terjadi perpindahan energi dari radiasi ke
medium, sehinga akhirnya radiasi tersebut akan berhenti. Besaran-besaran penting
antara lain daya henti atau laju perpindahan energi partikel bermuatan ke medium
persatuan panjang lintasan, dan jangkau partikel yaitu panjang lintasan maksimum
partikel bermuatan, yang tegantung pada sifat partikel serta energi partkel bermuatan
tersebut.
3. Daya henti
Daya henti (S) adalah berkurangnya energi kinetik partikel bermuatan persatuan
panjang lintasan dalam suatu medium. Berkurangnya energi tersebut terjadi dengan
dua cara, yaitu perpindahan energi kinetik partikel bermuatan untuk proses ionisasi,
eksitasi dan pembentukan sinar abar.
𝑑𝐸
𝑆=− (2)
𝑑𝑥
𝑑𝐸 𝑑𝐸 𝑑𝐸
= + (3)
𝑑𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑥 𝑖0𝑛 𝑑𝑥 𝑟𝑎𝑑

Untuk partkel bermuatan adalah elektron, maka


𝑑𝐸 𝑍𝑇 𝑀𝑒𝑉 𝑑𝐸
= (4)
𝑑𝑥 𝑟𝑎𝑑 750 𝑑𝑥 𝑖0𝑛

Contoh soal 1
55

Hitung berapa fraksi energi partikel beta 1,5 MeV yang dikonversikan menjadi
sinar-x jika aluminium digunakan sebagai bahan perisai radiasi.
Penyelesaian:
Untuk menghentikan partikel beta dengan perisai radiasi, energi partikel beta
dikonversikan menjadi ion dan sinar-x maka perbandingan i energi yang dikonversikan
menjadi sinar-x dengan yang menjadi ion adalah
𝑑𝐸
𝑑𝑥 𝑟𝑎𝑑 𝑍𝑇 𝑀𝑒𝑉 13 × 1,5
= = = 0,026
𝑑𝐸 750 750
𝑑𝑥 𝑖0𝑛
0.026
Maka fraksi energi yang dikonversikan =1+0,026 = 0,02534 = 2,534%

Penurunan energi kinetik partikel bermuatan pada akhirnya energi kinetiknya


menjadi nol atau partikel bermuuatan berhenti. Jarak sampai partikel bermuatan
berhenti disebut dengan jangkau ( R), sehingga dapat dituliskan persamaan
𝐸=0 𝑑𝐸
𝑅= 𝐸=𝐸0
𝑑𝑥 (5)
𝑑𝑥

Jangkau dapat dinyatakan dengan satuan panjang atau ketebalan massa


𝑔
contohnya 𝑐𝑚2 . Besaran jangkau menyatakan jarak maksimum yang ditempuh
partikel bermuatan dalam medium tertentu.

4. Jangkau partikel berat bermuatan


Partikel berat bermuatan yang banyak dijumpai dalam bidang teknologi nuklir
adalah partikel alfa, proton, dan deuteron.
Jangkau partikel alfa dalam udara tekanan dan temperature normal dapat
dihitung dengan persamaan empiris sbb
𝑅 𝑚𝑚 = 𝑒𝑥𝑝 1,61 𝑇(𝑀𝑒𝑉 1<T4 MeV
𝑅 𝑚𝑚 = 0,05𝑇 + 2,85 𝑇 3/2 4<T15 MeV (6)
Dengan dasar hukum Bragg-Kleman, untuk materi yang lain, maka jangkau
dapat dihitung dengan persamaan
56

𝑅1 𝜌 𝐴1
= 𝜌2 (7)
𝑅2 1 𝐴2

Untuk campuran, nilai nomor massa dengan nomor massa efektif 𝐴𝑒𝑓
−1
𝑤𝑖
𝐴𝑒𝑓 = 𝑛
𝑖=1 𝐴 (8)
𝑖

Dalam hal ini 𝑤𝑖 adalah fraksi berat, dan 𝐴𝑖 adalah nomor massa komponen
penyusunnya.

Contoh soal 2
Hitung jangkau partikel alfa yang mempunyai energi 4 MeV dalam air. Berat
jenis air dan udara 1 dan 0,00129 𝑔 𝑐𝑚3 .
Penyelesaian
Langkah pertama menhitung jangkagkau partikel alfa dalam udara selajutnya
dihitung untuk medium air. Jangkau partikel alfa 4 MeV dalam udara
𝑅 𝑚𝑚 = 𝑒𝑥𝑝 1,61 𝑇(𝑀𝑒𝑉 = 𝑒𝑥𝑝 1,61 4 𝑀𝑒𝑉 = 25,03𝑚𝑚
Udara terdiri atas 20% oksigen dan 80% mol nitrogen, maka untuk udara
0,2 × 𝑀𝑂 0,2 × 16
𝑤𝑂 = = = 0,222
0,2 × 𝑀𝑂 + 0,8 × 𝑀𝑁 0,2 × 16 + 0,8 × 14
𝑤𝑁 = 1 − 0,222 = 0,778
−1 −1
𝑤𝑂 𝑤𝑁 0,222 0,778
𝐴𝑒𝑓 = + = + = 3,796
𝐴𝑂 𝐴𝑁 16 14
𝐴𝑒𝑓 ,𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 3,7962 = 14,41
Untuk air dengan rumus kimai H2O
2 × 𝑀𝐻 2×1
𝑤𝐻 = = = 0,111
2 × 𝑀𝐻 + 1 × 𝑀𝑂 2 × 1 + 1 × 16
𝑤𝑂 = 1 − 0,111 = 0,889
−1 −1
𝑤𝐻 𝑤𝑂 0,111 0,889
𝐴𝑒𝑓 = + = + = 3,00
𝐴𝐻 𝐴𝑂 1 16
𝐴𝑒𝑓 ,𝑎𝑖𝑟 = 3,002 = 9,00
Dengan dasar hukum Bragg-Kleman
57

𝑅𝑎𝑖𝑟 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝐴𝑎𝑖𝑟 0,00129 9


= = = 0,001
𝑅𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝐴𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 1 14,41

𝑅𝑎𝑖𝑟 = 0,001𝑅𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 0,001 × 25,03𝑚𝑚 = 25,03𝜇𝑚


Jangkau partikel alfa 4 MeV dalam air adalah 25,03𝜇𝑚

Jangkau untuk proton dan deuteron dapat dihitung didasarkan nilai jangkau alfa
dalam udara
𝑀(𝑝,𝑑)
𝑅 𝑝, 𝑑 = 4 𝑅𝛼 − 2(𝑚𝑚, 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎) (9)
𝑀𝛼

Untuk menghitung jangkau partikel proton dan deuteron dalam materi yang lain
dapat digunakan hokum Bragg-Kleman pada persamaan 7.

Contoh soal 3
Hitung jangkau proton yang mempunyai energi 10 MeV dalam udara. Berat
atom hidrogen dan helium adalah 1,0079 dan 4,0026
Penyelesaian
Langkah pertama menhitung jangkagkau partikel alfa dalam udara selajutnya
dihitung jangkau proton.
Jangkau partikel alfa 10 MeV dalam udara
𝑅 𝑚𝑚 = 0,05𝑇 + 2,85 𝑇 3/2 = 0,05 × 10 + 2,85 103/2 = 105,9𝑚𝑚
Dengan menggunakan persamaan 9, maka
𝑀(𝑝) 1,0079
𝑅 𝑝 =4 𝑅𝛼 − 2 𝑚𝑚, 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 4 4,0026 105,9 − 2 = 104,71𝑚𝑚
𝑀𝛼

Jangkau proton 10 MeV dalam air adalah 104,7𝑚𝑚 = 10,47𝑐𝑚

5. Jangkau partikel ringan bermuatan


Partikel ringan bermuatan meliputi elektron, radiasi , positron dan radiasi 
positif. Elektron dan radiasi  yang membedakan hanya asalnya yaitu untuk radiasi 
58

berasal dari transformasi inti. Sehubungan yang sering dijumpai dalam bidang teknologi
nuklir adalah elektron dan radiasi  maka yang akan dibicarakan elektron dan radiasi 
Jangkau elektron dapat ditentukan dengan persamaan semi empiris
dikembangkan Tabata, Ito, dan Okabe berikut
𝑘𝑔 𝑙𝑛 1+𝑎 2 𝛾−1 𝑎 𝛾−1
𝑅 = 𝑎1 − 1+𝑎3 (10)
𝑚2 𝑎2 4 𝛾−1 𝑎 5

Dalam hal ini


𝑇 𝑇(𝑀𝑒𝑉)
𝛾−1 = 2
=
𝑚0 𝑐 0,511
2,335𝐴
𝑎1 =
𝑍1,209
𝑎3 = 0,9891 − 3,01 × 10−4 𝑍
𝑎2 = 1,78 × 10−4 𝑍
𝑎4 = 1,468 − 1,180 × 10−2 𝑍

1,232
𝑎5 =
𝑍 0,109
Jika materi merupakan campuran nuklida, maka nomor atom dan nomor massa
dengan menggunakan nomor atom dan nomor massa efektif yang dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
𝑍𝑒𝑓 = 𝐿
𝑖=1 𝑤𝑖 𝑍𝑖 (11)
𝑍𝑖 −1
𝐴𝑒𝑓 = 𝑍𝑒𝑓 𝐿
𝑖=1 𝑤𝑖 𝐴 (12)
𝑖

Contoh soal 4
Hitung jangkau elektron yang mempunyai energi 1,5 MeV dalam air. Berat jenis
air 1 𝑔 𝑐𝑚3
Penyelesaian
Rumus kimia air H2O, maka.
2 × 𝑀𝐻 2×1
𝑤𝐻 = = = 0,111
2 × 𝑀𝐻 + 1 × 𝑀𝑂 2 × 1 + 1 × 16
𝑤𝑂 = 1 − 0,111 = 0,889
59

𝑍𝑒𝑓 ,𝑎𝑖𝑟 = 𝑤𝑖 𝑍𝑖 = 0,111 × 1 + 0,889 × 8 = 7,223


𝑖=1
𝐿 −1
−1
𝑍𝑖 1 8
𝐴𝑒𝑓 ,𝑎𝑖𝑟 = 𝑍𝑒𝑓 𝑤𝑖 = 𝑍𝑒𝑓 ,𝑎𝑖𝑟 0,111 + 0,889 = 13
𝐴𝑖 1 16
𝑖=1
𝑇 1,5
𝛾−1 = = = 2,935
𝑚0 𝑐 2 0,511
2,335𝐴 2,335 × 13
𝑎1 = = = 2,78
𝑍1,209 7,2231,209
𝑎3 = 0,9891 − 3,01 × 10−4 × 7,223 = 0,987
𝑎2 = 1,78 × 10−4 𝑍 = 1,78 × 10−4 × 7,223 = 0,00129
𝑎4 = 1,468 − 1,180 × 10−2 𝑍 = 1,468 − 1,180 × 10−2 × 7,223 = 1,383
1,232 1,232
𝑎5 = = = 0,993
𝑍 0,109 7,2230,109
𝑘𝑔 𝑙𝑛 1 + 𝑎2 𝛾 − 1 𝑎3 𝛾 − 1
𝑅 2
= 𝑎1 − 𝑎5
𝑚 𝑎2 1 + 𝑎4 𝛾 − 1
𝑘𝑔 𝑙𝑛 1 + 0,00129 × 2,935 0,987 × 2,935
𝑅 = 2,78 − = 6,54 𝑘𝑔 𝑚2
𝑚2 0,00129 1 + 1,383 × 2,9350,993
𝑅 = 6,54 𝑘𝑔 𝑚2 = 0,654 𝑔 𝑐𝑚2
Jangkau elektron 1,5 MeV dalam air 0,654 𝑔 𝑐𝑚2 , karena berat jenis air 1
𝑔 𝑐𝑚3 maka jangkau elektron tersebut 0,654 cm.

6. Tranmisi partikel beta


Partikel beta merupakan partikel ringan yang hubungan intensitas dengan jarak
menembus materi mempunyai kemiripan dengan foton gama, yaitu hubungan
intensitas radiasi terhadap jarak merupakan fungsi eksponensial, yang dapat dituliskan
dengan persamaan
(−𝜇𝑥)
𝐼 𝑥 = 𝐼 0 exp⁡
Dalam hal ini  adalah koefisien atenuasi massa, yang dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:
𝜇 𝑐𝑚2 17
( ) = 1,14
𝜌 𝑔 𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠
60

Persamaan atenuasi radiasi , merupakan partikel bermuatan, yang mempunyai


daya tembus tertentu yang dinyatakan dengan besaran jangkau. Jangkau radiasi 
dapat dihitung dengan persamaan empiris berikut:
1,265−0,0954 𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑅𝑚𝑎𝑘𝑠  = 0,412𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠 𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠 < 2,5 𝑀𝑒𝑉
𝑅𝑚𝑎𝑘𝑠  = 0,530 𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠 − 0,106 𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠 > 2,5 𝑀𝑒𝑉

Contoh soal 5
Radiasi  energi maksimum 1,5 MeV menembus aluminium foil tebal 0,1 mm.
Hitung fraksi intensitas radiasi  yang lolos dari foil aluminium tersebut. Berat jenis
aluminium 2,7 𝑔 𝑐𝑚3 . Hitung juga jangkau nya dalam aluminium
Penyelesaian
𝜇 17 17 𝑐𝑚2
= 1,14 = = 10,71
𝜌 𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠 1,51,14 𝑔
𝑐𝑚 2 𝑐𝑚 2 𝑔
𝜇 = 10,71 𝜌 = 10,71 2,7 𝑐𝑚 3 = 28,9𝑐𝑚−1 =2,89𝑚𝑚−1
𝑔 𝑔

𝐼 𝑥
= exp −𝜇𝑥 = exp 2,89𝑚𝑚−1 × 0,1𝑚𝑚 = 0,749
𝐼 0
fraksi intensitas radiasi  yang lolos dari foil aluminium 0,749 atau 74,9%
1,265−0,0954 𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑅𝑚𝑎𝑘𝑠  = 0,412𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,412 × 1,51,265−0,0954×1,5 = 0,649 𝑔 𝑐𝑚2
𝑅𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,649 𝑔 𝑐𝑚2 / 𝜌 = 0,649 𝑔 𝑐𝑚2 /2,7 𝑔 𝑐𝑚3 = 0,24 𝑐𝑚

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
Lamarsh J.R.,Baratta A.J., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall,
New Jersey.
Tsoulfanidis. N, 1983, Measurement and Detection of Radiation, Hammerbacherstr,
Erlangen
61

MODUL BAHAN AJAR PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 9 TAMPANG LINTANG MAKROSKOPIK INTERAKSI
NEUTRON DENGAN MATERI

Tujuan instruksional khusus


Mahasiswa dapat
1. Menhitung tampang lintang makroskopik senyawa tersusun multi unsur
dengan data tampang lintang mikroskopik
2. Menhitung tampang lintang makroskopik campuran yang dinyatakan
dengan fraksi mol dengan data tampang lintang mikroskopik
3. Menhitung tampang lintang makroskopik campuran yang dinyatakan
dengan fraksi berat dengan data tampang lintang mikroskopik
4. Menhitung tampang lintang makroskopik campuran heterogen
62

TAMPANG LINTANG MAKROSKOPIK INTERAKSI NEUTRON DENGAN MATERI

Materi yang ada tidak selalu tersusun oleh nuklida tunggal, tetapi berupa
campuran baik dalam bentuk senyawa atau campuran dengan komposisi tetentu, yang
dapat dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya fraksi berat, nisbah, fraksi mol dan
lain sebagainya.
Materi yang merupakan senyawa yang sering dijumpai tersusun dari beberapa
unsur, maka tampang mikroskopik interaksi neutron adalah penjumlahan nilai tampang
lintang mikroskopik atom penyusunnya.
𝜍𝐴𝑥 𝐵𝑦 𝐶𝑧 = 𝑥𝜍𝐴 + 𝑦𝜍𝐵 + 𝑧𝜍𝐶 (1)

Misalnya untuk senyawa UO2 maka nilai tampang lintang mikroskopiknya adalah
𝜍𝑈𝑂2 = 𝜍𝑈 + 2𝜍𝑂

Contoh soal 1
Aluminium oksida (Al2O3) mempunyai berat jenis 2,7 g cm-3, berat atom Al
26,9815 dan untuk O adalah 16. Tampang mikroskopik untuk hamburan aluminium dan
oksigen adalah 1,49 dan 3,76 barn. Hitung nilai tampang makroskopik senyawa
tersebut.
Penyelesaian
𝜍𝐴𝑙 2 𝑂3 = 2𝜍𝐴𝑙 + 3𝜍𝑂 = 2 × 1,49 + 3 × 3,76 = 14,26𝑏
Σ=𝑁⋅𝜍
𝜌 2,7
Σ = 0,6023 𝜍 = 0,6023 14,26 = 0,2274𝑐𝑚−1
𝑀 2 × 26,9815 + 3 × 16
Tampang lintang makroskopik untuk hamburan adalah 0,2274 cm-1

Campuran dapat juga dinyatakan dengan nisbah atau rasio mol, misalnya untuk
campuran nuklida X dan Y dengan perbandingan 1 : n. Campuran tersebut dapat
disamakan dengan senyawa yang tersusun oleh satu komponen X dan n komponen Y
63

sehingga tampang makroskopik interaksi dengan neutron dapat dihitung dengan


persamaan berikut
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝
Σ = 0,6023 𝑀 𝜍𝑥 + 𝑛𝜍𝑦 (2)
𝑥 +𝑛𝑀𝑦

Contoh soal 2
Campuran uranium dan karbon dengan perbandingan mol 1: 25 mempunyai
berat jenis 9 g cm-3 Tampang mikroskopik untuk hamburan uranium dan karbon adalah
8,9 dan 4,75 barn. Berat atom uranium dan karbon adalah 238 dan 12. Hitung nilai
tampang makroskopik senyawa tersebut.
Penyelesaian
𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝
Σ = 0,6023 𝜍 + 25𝜍𝐶
𝑀𝑈 + 25𝑀𝐶 𝑈
9
Σ = 0,6023 8,9 + 25 × 4,75 = 1.286𝑐𝑚−1
238 + 25 × 12

Tampang lintang makroskopik hamburan capuran tersebut adalah 1,286 cm-1

Campuran yang dinyatakan dengan fraksi mol (ai), kerapatan atom komponen
ke i dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝑎 𝑖 ⋅𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝
𝑁𝑖 = 𝑁𝐴 (3)
𝑀𝑅

𝑀𝑅 = 𝑛
𝑖=1 𝑎𝑖 𝑀𝑖 (4)
Dengan mersamaan di atas dapat ditulias persamaan untuk menghitungtampang
makroskopiknya

𝑛
𝑎𝑖 ⋅ 𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝 𝜍𝑖
Σ = 0,6023
𝑀𝑅
𝑖=1
𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝
Σ = 0,6023 𝑛
𝑖=1 𝑎𝑖 𝜍𝑖 (5)
𝑀𝑅
64

Contoh campuran yang dinyatakan dengan fraksi atom adalah kelimpahan


nuklida stabil, misalnya untuk kelimpahan uranium 235 0,71% dan untuk uranium 238
adalah 99,29%

Contoh soal 3
235
Uranium alam yang terdiri atas uranium 235 dan uranium 238. Kelimpahan U
adalah 0,7% mol. Berat jenis uranium alam 19 g cm-3. Berat atom 235
U dan 2385
U
235
adalah 235,04 dan 238,05. Tampang lintang mikroskopik uantuk serapan atom U
2385
dan U adalah 680,8 dan 2,7 barn. Hitung nilai tampang makroskopik uranium alam
tersebut.
Penyelesaian
𝑛

𝑀𝑅 = 𝑎𝑖 𝑀𝑖 = 0,007𝑀𝑈235 + 0,993𝑀𝑈238
𝑖=1

𝑀𝑈𝑎𝑙𝑎𝑚 = 0,007 × 235,04 + 0,993 × 238,05 = 238,03

𝑛
𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝 0,6023 × 19
Σ = 0,6023 𝑎𝑖 𝜍𝑖 = 0,007 × 680,8 + 0,993 × 2,7
𝑀𝑅 238,03
𝑖=1

Σ𝑎 = 0,358𝑐𝑚−1
Tampang lintang makroskopik serapan uranium alam 0,358 cm-1

Campuran dapat dinyatakan dengan konsentrasi, yaitu jumlah mol persatuan


volume, biasanya mol per liter ( C) maka kerapat atom komponen yang ke I adalah
1𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑁𝑖 = 𝐶𝑖 ⋅ 𝑁𝐴 = 10−3 𝐶𝑖 ⋅ 𝑁𝐴 (6)
1000𝑐𝑚 3

Dalam hal ini konsentrasi dinyatakan dalam 𝑚𝑜𝑙 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟


Untuk menghitung kerapatan atom pelarut, maka berat pelarut

𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝 −0,001 𝑚
𝑖=1 𝐶𝑖 𝑀 𝑖
𝑁𝑝𝑙 = 𝑀𝑝𝑙
𝑁𝐴 (7)
65

Contoh soal 4
Hitung kerapat atom Na, Cl, H, dan O, larutan garam dapur daam air jika
konsentrasi NaCl 0,5 gmol per liter, dan berat jenis larutan 1,02 g cm-3.
Penyelesaian:
Bearat atom Na, Cl, H, dan O adalah 23, 35,5, 1 dan 16.
𝑁𝑁𝑎 = 𝑁𝐶𝑙 = 𝑁𝑁𝑎𝐶𝑙
𝑁𝑁𝑎 = 𝑁𝐶𝑙 = 𝐶𝑁𝑎𝐶𝑙 ⋅ 𝑁𝐴 =0,5 × 10−3 × 6,023 × 1023 = 3,011 × 1020 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑐𝑚3
𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝 − 0,001𝐶𝑁𝑎𝐶𝑙 × 𝑀𝑁𝑎𝐶𝑙
𝑁𝐻2𝑂 = 𝑁𝐴
𝑀𝐻2𝑂
1.02 − 0,001 × 0,5 × 58,5
𝑁𝐻2𝑂 = 6,023 × 1023 = 3,31 × 1023 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑐𝑚3
18
𝑁𝐻 = 2𝑁𝐻2𝑂 = 23,31 × 1023 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑐𝑚3 = 6,62 × 1023 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑐𝑚3

𝑁𝑂 = 𝑁𝐻2𝑂 = 3,31 × 1023 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑐𝑚3

Campuran dapat juga dinyatakan dengan fraksi berat (wi), maka kerapat atom
komponen yang ke I adalah
𝑤𝑖 ⋅ 𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝
𝑁𝑖 =
𝑀𝑖
Tampang lintang makroskopik untuk campuran data dhitung denngan
menjumlahkan tampang lintang makroskopik komponennya, maka tampang
makroskopiknya dapat dihitung dengan persamaan berikut
𝑛 𝑛
𝑤𝑖 ⋅ 𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝
Σ= 𝑁𝑖 𝜍𝑖 = 𝑁𝐴 𝜍𝑖
𝑀𝑖
𝑖=1 𝑖=1

𝑛
𝑤𝑖
Σ = 0,6023𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝 𝜍
𝑀𝑖 𝑖
𝑖=1
66

Contoh soal 5
Campuran berupa larutan garam dapur (NaCl) dalam air dibuat dengan
mencampurkan 10 g garam dapur dalam 1 kg air. . Berat jenis larutan garam dapur
1,04 g cm-3. Berat atom H,O,Na dan Cl adalah 1,008; 16; 22,99; dan 35,453. Tampang
lintang mikroskopik untuk serapan atom H,O,Na dan Cl 0,332; 0,00027; 0,53; dan 33,2
barn. Hitung nilai tampang makroskopik larutan garam tersebut.
Penyelesaian
𝜊𝑎,𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝜊𝑁𝑎 + 𝜊𝐶𝑙 = 0,53 + 33,2 = 33,73𝑏𝑎𝑟𝑛
𝜊𝑎,𝐻2𝑂𝑙 = 2𝜊𝐻 + 𝜊𝑂 = 2 × 0,332 + 0,00027 = 0,664𝑏𝑎𝑟𝑛
𝑀𝑁𝑎𝐶𝑙 = 22,95 + 35,453 = 58,403
𝑀𝐻2𝑂 = 2 × 1,008 + 16 = 18,016
10 𝑔
𝑤𝑁𝑎𝐶𝑙 = = 0,0099
10 + 1000 𝑔
1000 𝑔
𝑤𝐻2𝑂 = = 0,9901
10 + 1000 𝑔

𝑛
𝑤𝑖 0,0099 0,9901
Σ = 0,6023𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝 𝜍𝑖 = 0,6023 × 1,04 33,73 + 0,664
𝑀𝑖 58,403 18,016
𝑖=1

Σ𝑎 = 0,0264𝑐𝑚−1
Tampang lintang makroskopik serapan larutan garam dapur 0,0264 cm-1

Campuran heterogen
Campuran heterogen sering dijumpai antar lain dalam bahan bakar nuklir dengan
kelongsong dan pendingin. Biasanya campuran heterogen tersebut dinyatakan dengan
fraksi volume (Vi). Nilai tampang makroskopik campuran sama dengan penjumlahan
tampang makroskopik pada masing-masing komponen, sehingga dapat dituliskan dalam
persamaan berikut:
𝑛

Σ= 𝑉𝑖 Σ𝑖
𝑖=1
67

𝑛
𝜌𝑖
Σ= 𝑉𝑖 𝑁𝜍
𝑀𝑖 𝐴 𝑖
𝑖=1
𝑛
𝜌𝑖
Σ = 0,6023 𝑉𝑖 𝜍
𝑀𝑖 𝑖
𝑖=1

Dalam hal ini satuan tampang lintang mikroskopik adalah barn.

Contoh soal 6
Bahan bakar nuklir 𝑈𝑂2 alam berbentuk selinder panjang dengandiameter 7
mm, yang bagian luar dilapisi baja tahan karat tebal 0,5 mm. berat jenis 𝑈𝑂2
10 𝑔 𝑐𝑚3 , baja tahan karat dianggap beri dengan berat jenis 7,8 𝑔 𝑐𝑚3 . Hitung
tampang lintang makroskopik serapan untuk neutron termal
Penyelesaian
Data yang diperluakan data tampang lintang mikroskopik serapan
Nuklida kelimpahan 𝜍𝑐 , 𝑏 𝜍𝑓 , 𝑏 𝜍𝑎 , 𝑏 𝑀
U-235 0,0071 98,6 582,2 680,2 235,4
U-238 0,9929 2,7 2,7 238,05
Fe 2,55 2,55 55,847
O 0,00027 0,00027 15,999
Menghitung tampang mikroskopik untuk senyawa 𝑈𝑂2 alam
𝜍𝑎,𝑈𝑂2 = 0,0071 × 680,2 + 0,9929 × 2,7 + 2 × 0,00027 = 7,511𝑏
𝑀𝑈𝑂2 = 0,0071 × 235,04 + 0,9929 × 238,05 + 2 × 15,999 = 270,473

Menghitung fraksi volume


0.72
𝜋∙ 4
𝑉𝑈𝑂2 = 2 = 0,7656
0.7 + 0.1
𝜋∙ 4
𝑉𝐹𝑒 = 1 − 0,7656 = 0,2344
68

𝑛
𝜌𝑖
Σ = 0.6023 𝑉𝑖 𝜍
𝑀𝑖 𝑖
𝑖=1
10 7,8
Σa = 0,6023 0,7656 7,511 + 0,2344 2,55 = 0,178𝑐𝑚−1
270,473 55,847
Tampang makroskopik serapan bahanbakar nuklir tersebut 0,178𝑐𝑚−1

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
Lamarsh J.R.,Baratta A.J., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall,
New Jersey.
69

MODUL BAHAN AJAR PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 10. KINETIKA REAKSI SERAPAN NEUTRON

Tujuan instruksional khusus


Mahasiswa dapat :
1. Membedakan dan menjelaskan reaksi tangkapan dan reaksi fisi akibat
serapan neutron oleh materi
2. Menghitung laju reaksi produksi radionuklida dengan reaksi serapan
neutron
3. Menghubungkan aktivitas radionuklida hasil reaksi inti dengan komposisi
nuklida penyusun materi
4. Menghitung enrgi reaksi inti neutron dengan materi.
70

KINETIKA REAKSI SERAPAN NEUTRON

Interaksi neutron dengan materi secara serapan akan mengakibatkan reaksi inti.
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi tangkapan dan reaksi fisi. Reaksi tangkapan
yang mungkin terjadi adalah (n,), (n,p), (n,2n), (n,), dan lain sebagainya tergantung
pada materinya.
Dalam medan neutron, kecepatan neutron bervariasi mengikuti disdtribusi
kecepatan neutron tertentu. Jika kecepatan rerata 𝑣 dan kerapan neutron n
neutron/cm3, hasil kali kecepatan rerata dengan kerapatan neutron adalah panjang
lintasan neutron persatuan volume adalah panjang lintasan neutron per volume atau
juga disebut dengan fluks neutron ()
𝜙 = 𝑛 ∙ 𝑣. (1)
Satuan fluks neutron adalah neutron cm-2 s-1, sehingga dapat dimaknai neutron
yang menembus satu satuan luas persatuan waktu.
1. Laju reaksi inti
Dengan mempertimbangkan besaran tampang lintang makroskopik yang artinya
probabilitas interaksi persatuan panjang lintasan, maka laju reaksi per satuan volume
adalah hasil kali tampang lintang makroskopik dengan panjang lintasan neutron
pervolume, yang dapat dituliskan sebagi berikut
𝑅 = 𝑃𝑅 ∙ 𝜙 = Σ ∙ 𝜙 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑐𝑚3 𝑠) (2)

Contoh soal 1
Lempengan aluminium 27
13 𝐴𝑙 dengan volume 0,5 cm3 dalam medan neutron
termal dengan fluks n 1012 neutron cm-2 s-1. Tampang litang mikroskopik 27
13 𝐴𝑙 untuk
hamburan dan reaksi tangkapan n, adalah 1,49 dan 0,23 barn. Berat jenis aluminium
2,7 g cm-3. Hitung laju pembentukan nuklida 28
13 𝐴𝑙

Penyelesaian
Nuklida 28
13 𝐴𝑙 merupakan hasil reaksi tangkapan 27
13 𝐴𝑙 𝑛, 𝛾 13 𝐴𝑙 ,
28
sehingga laju
pembentukan nuklida 28
13 𝐴𝑙 sama dengan laju reaksi tangkapan tersebut
71

𝑅 =Σ∙𝜙∙𝑉
𝜌 2,7
Σ = 0,6023 𝜍 = 0,6023 0,23 = 0,0139𝑐𝑚−1
𝑀 27
𝑅 = 0,0139 × 1012 × 0,5 = 6,93 × 109 atom s
6,93 × 109 atom s g g
𝑅= 23 atom 28 mol = 3,22 × 10−13 s
6,023 × 10 mol
g g
𝑅 = 3,22 × 10−13 s × 3600 s jam = 1,16 × 10−9 jam

ng
𝑅 = 1,16 jam
Laju pembentukan nuklida 28
13 𝐴𝑙 1,16 ng/jam

2. Produksi radionuklida
Pada umumnya produk reaksi tangkapan neutron adalah nuklida radioaktif maka
selama proses pembentukan radionuklida tersebut juga terjadi peluruhan yang dapat
digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut
𝑃 𝜆∙𝑁
→𝐴
Maka perubahan jumlah radionuklida produk reaksi tangkapan
𝑃 =Σ∙𝜙∙𝑉 (3)
Neraca jumlah atom radionuklida
𝑑𝑁
=𝑃−𝜆∙𝑁 (4)
𝑑𝑡

𝑑𝑁
= 𝑑𝑡
𝑃−𝜆∙𝑁
𝑑 −𝜆 ∙ 𝑁
= −𝜆𝑑𝑡
𝑃−𝜆∙𝑁
Persamaan ini diselesaikan dengan syarat batas
𝑡=0→𝑁=0
𝑡 = 𝑡 → 𝑁 = 𝑁𝑡
72

𝑁𝑡 𝑡
𝑑 −𝜆 ∙ 𝑁
= −𝜆 𝑑𝑡
0 𝑃−𝜆∙𝑁 0

𝑃 − 𝜆 ∙ 𝑁𝑡
𝑙𝑛 = −𝜆 ∙ 𝑡
𝑃
𝜆 ∙ 𝑁𝑡 = 𝑃 1 − 𝑒 −𝜆∙𝑡
Aktivitas (α) adalah hasil kali jumlah atom dengan konstanta peluruhannya maka
𝛼𝑡 = 𝑃 1 − 𝑒 −𝜆∙𝑡 (5)
Jika penyinaran dilakukan selama 𝑡𝑖 maka setelah 𝑡𝑖 sudah tidak ada reaksi
pembentukan radionuklda sehingga aktivitas radionuklida
𝛼𝑡 = 𝑃 1 − 𝑒 −𝜆∙𝑡𝑖 𝑒 −𝜆∙ 𝑡−∙𝑡𝑖 (6)

Gambar 1 Hubungan aktivitas dengan waktu

Persamaan 6 di muka menunjukkan bahwa jika radionuklida mempunyai


konstanta peluruhan yang lebih besar atau umur paro yang lebih pendek, laju
peningkatan aktivitas radionuklida akan lebih besar, setelah reaksi produksi radionuklida
penurunan aktivitas radionuklida akan lebih cepat. Oleh karena itu pengaturan waktu
dapat digunakan untuk meminimalkan radionuklida yang tidak diinginkan.
Kasus ini terjadi pada proses produksi radionuklida serta analisis pengaktifan
neutron, yang mana nuklida penyusun sampel dianalisis berdasarkan komposisi
radionuklida setelah diaktifkan dengan neutron.
73

Contoh soal 2
Lempengan molibdenum 98
42 𝑀𝑜 berat atom 97,9 g/cm3 dengan volume 10 cm3
dalam medan neutron epitermal dengan fluks n 1012 neutron cm-2 s-1 selama 12 jam.
Tampang litang mikroskopik 98
42 𝑀𝑜 untuk reaksi tangkapan n, adalah 6,2 barn. Berat
jenis molibdenum 10 g cm-3. Umur paro 99
42 𝑀𝑜 adalah 67 jam. Hitung aktivitas 99
42 𝑀𝑜

pada akhir prnyinaran dan 6 jam setelah penyinaran.


Penyelesaian
Nuklida 99
42 𝑀𝑜 merupakan hasil reaksi tangkapan 98
42 𝑀𝑜 𝑛, 𝛾 42 𝑀𝑜,
99
sehingga laju
pembentukan nuklida 99
42 𝑀𝑜 sama dengan laju reaksi tangkapan tersebut
0,6023𝜌 0,6023 × 10
Σ= 𝜍= 6,2 = 0,3814𝑐𝑚−1
𝑀 97,9
𝑃 =Σ∙𝜙∙𝑉
𝑃 = 0,3814 × 1012 × 10 = 3,814 × 1012 atom s
𝑙𝑛 2 0,693
𝜆= = = 0,01035𝑗𝑎𝑚−1
𝑡1/2 67 𝑗𝑎𝑚
Aktivitas 99
42 𝑀𝑜 pada akhir penyinaran
𝛼𝑡 = 𝑃 1 − 𝑒 −𝜆∙𝑡𝑖 = 3,814 × 1012 1 − 𝑒 −0,01035 ×12 = 3,369 × 1012 Bq = 3,369 TBq
Aktivitas 99
42 𝑀𝑜 6 jam setelah penyinaran
𝛼𝑡 = 𝑃 1 − 𝑒 −𝜆∙𝑡𝑖 𝑒 −𝜆∙ 𝑡−∙𝑡𝑖
𝛼𝑡 = 3,369 TBq𝑒 −0,01035 ×6 = 939,8𝐺𝐵𝑞

3. Analisis pengaktifan neutron


Prinsip analisis pengaktifan neutron adalah menganalisis aktivitas sampel setelah
dilakukan penyinaran dengan neutron selam waktu tertentu. Mengingat banyak besaran
yang tidak dapat ditentukan secara tepat atu pengukuran sulit dilakukan, maka
dilakukan analisis dengan cara relative, yaitu dengan membandingkan dengan sampel
standar yang diperlakukan sama.

𝛼 𝑠𝑝 N∙σ∙𝜙∙𝑉 1−𝑒 −𝜆 ∙𝑡 𝑖 𝑒 −𝜆 ∙ 𝑡−∙𝑡 𝑖


(7)
sp
=
𝛼 𝑠𝑡 N∙σ∙𝜙∙𝑉 1−𝑒 −𝜆 ∙𝑡 𝑖 𝑒 −𝜆 ∙ 𝑡−∙𝑡 𝑖
st
74

Sehubungan komponen penyusun sampel dan sampel satndar sama, maka


tampang mikroskopik, fluks neutron, dan koreksi waktu adalah sama, maka untuk
komponen yang ke-i

𝛼𝑖,𝑠𝑝 Ni ∙ 𝑉 sp
=
𝛼𝑖,𝑠𝑡 Ni ∙ 𝑉 st

Jika kerapatan atom dinyatakan dengan fraksi berat maka


𝑤𝑖 × 0,6023 × 
𝑁𝑖 =
𝑀𝑖
𝛼 𝑖,𝑠𝑝 N i ∙𝑉 sp w i ∙𝑚 sp
= = (8)
𝛼 𝑖,𝑠𝑡 N i ∙𝑉 st w i ∙𝑚 st

Perbandingan aktivitas komponen campuran yang dianalisis sama dengan


perbandingan hasil kali bobot dan fraksi beratnya.
4. Pembangkitan energi
Pemahaman kinetika reaksi absorbsi neutron dapat digunakan untuk melakukan
analisis yang terkait dengan reaksi inti yang terjadi, misalnya produksi energy, dosis
radiasi, perubahan populasi neutron.
Terkait dengan produksi energy, dapat digunakan untuk memperkirakan laju
produksi energy suatu bahan bakar nuklir.
𝐸 =𝑅∙𝑉∙𝑄 =Σ∙ϕ∙𝑉∙𝑄

Contoh soal 3
Uranium oksida( UO2) dalam medan neutron termal dengan fluks 1012 neutron
cm-2 s-1 . Berat jenis uranium oksida 18 g cm-3. Energi yang dilepasakan setiap fisi
200MeV. Hitung laju produksi energy (W/kg) jika (a) uranium alam, (b) uranium
diperkaya 3%.
Penyelesaian
Untuk menyelesaikan soal ini diperlukan
75

Data kelimpahan uranium : 0,71% 235


𝑈 dan 99,29% 238
𝑈
Tampang lintang mikroskopik fisi 𝜍𝑓,235 = 580,8𝑏𝑎𝑟𝑛 𝜍𝑓,238 = 0
Berat atom 𝑀235 = 235,04 𝑀238 = 238,05

(a) Uranium alam


𝑛

𝑀𝑅 = 𝑎𝑖 𝑀𝑖 = 0,007𝑀𝑈235 + 0,993𝑀𝑈238
𝑖=1

𝑀𝑈𝑎𝑙𝑎𝑚 = 0,007 × 235,04 + 0,993 × 238,05 = 238,03


𝑀𝑈𝑂2 = 238,03 + 2 × 16 = 270,03
𝑛
𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝 0,6023 × 18
Σ = 0,6023 𝑎𝑖 𝜍𝑖 = 0,007 × 580,8 + 0,993 × 0
𝑀𝑅 270,03
𝑖=1

Σ𝑓 = 0,1638𝑐𝑚−1
Asumsi massa 1 gram
1
𝑃 = Σ ∙ 𝜙 ∙ 𝑉 ∙ 𝐸𝑓 = Σ ∙ 𝜙 ∙ 𝜌 ∙ 𝐸𝑓
𝑔
1000𝑘𝑔
𝑃 = 0,1638𝑐𝑚 −1 12
× 10 𝑛 ∙ 𝑐𝑚 𝑠 −2 −1
× × 200𝑀𝑒𝑉 = 1,82 × 1015 𝑀𝑒𝑉 𝑠 ∙ 𝑘𝑔
18𝑐𝑚𝑔 3
1,6 × 10−13 𝐽
𝑃 = 1,82 × 1015 𝑀𝑒𝑉 𝑠 ∙ 𝑘𝑔 × = 291,2 𝑊/𝑘𝑔
𝑀𝑒𝑉
(b) Uranium diperkaya 3%
𝑛

𝑀𝑈 = 𝑎𝑖 𝑀𝑖 = 0,03𝑀𝑈235 + 0,97𝑀𝑈238
𝑖=1

𝑀𝑈,3% = 0,03 × 235,04 + 0,97 × 238,05 = 237,96


𝑀𝑈𝑂2 = 237,97 + 2 × 16 = 269,96
𝑛
𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝 0,6023 × 18
Σ = 0,6023 𝑎𝑖 𝜍𝑖 = 0,03 × 580,8 + 0,993 × 0
𝑀𝑅 269,96
𝑖=1

Σ𝑓 = 0,70𝑐𝑚−1
Asumsi massa 1 gram

1
𝑃 = Σ ∙ 𝜙 ∙ 𝑉 ∙ 𝐸𝑓 = Σ ∙ 𝜙 ∙ 𝜌 ∙ 𝐸𝑓
76

1000
𝑃 = 0,70 × 1012 × × 200𝑀𝑒𝑉 = 7,778 × 1015 𝑀𝑒𝑉 𝑠 ∙ 𝑘𝑔
18
1,6 × 10−13 𝐽
𝑃 = 7,778 × 1015 𝑀𝑒𝑉 𝑠 ∙ 𝑘𝑔 × = 1244 𝑊/𝑘𝑔
𝑀𝑒𝑉

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
Lamarsh J.R.,Baratta A.J., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall,
New Jersey.
77

MODUL BAHAN AJAR PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 11 FISI BERANTAI

Tujuan instruksional khusus


Mahasiswa dapat
a. Menghubungkan factor multipliksi dengan kondisi kekritisan
b. Membedakan dan menjelaskan kondisi kekritisan bahan dapat belah yang
mungkinterjadi
c. Menghubungkan kondisi kekritisan dengan komposisi nuklida dalam
campuran
78

FISI BERANTAI.

Reaksi fisi terjadi akibat serapan neutron oleh bahan dapat belah yang
menghasilkan dua nuklida yang hamper sama massanya dan beberapa neutron. Jumlah
neutron yang sampai dihasilkan setiap fisi yang reratanya antara 2 dan 3. Reaksi fisi
dapat dituliskan sebagai berikut:
1
0𝑛 + 235
92𝑈 →
𝐴1
𝑧1𝑋 + 𝐴2 1
𝑧2𝑌 + 𝑣 0𝑛 + 𝑄

Dalam hal ini υ adalah jumlah neutron yang dihasilkan setiap fisi
Sehubungan reaksi fisi menghasilkan neutron, maka neutron yang dihasilkan
tersebut dapat melangsungkan reaksi fisi berikutnya sehingga dapat dikondisikan reksi
fisi akan berlanjut yang disebut dengan fisi berantai.
Proses serapan neutron akan mengakibatkan penurunan populasi neutron,
sedangkan untuk reaksi fisi akan menambah populasi neutron. Pengurangan jumlah
neutron persatuan volume adalah Σa ∙ 𝜙 sedangkan penambahan jumlah neutron
persatuan volume adalah υΣf ∙ 𝜙.
Didifinisikan factor multiplikasi (k), yang menyatakan perbandingan jumlah
neutron perserapan neutron, atau perbandingan jumlah neutron yang dihasilkan
dengan jumlah neutron yang diserap.
υΣf ∙𝜙 υΣf
𝑘= = (1)
Σa ∙𝜙 Σa

Neutron hasil fisi adalah neutron cepat, maka untuk menggunakan persamaan
(1) tersebut dengan menggunakan data untuk neutron cepat

Tabel 1. Tampang mikroskopik untuk neutron cepat (Lamarsh,2001}


Nuklida 𝜍𝑛,𝛾 , 𝑏 𝜍𝑓 , 𝑏 𝑣
Na 0,0008 0 -
Al 0,002 0 -
Fe 0,006 0 -
U-235 0,25 1,4 2,6
U-238 0,16 0,0095 2,6
Pu-239 0,26 1,85 2,98
79

Jika k sama dengan satu maka populasi neutron tidak berubah, kondisi ini
disebut dengan kondisi kritis. Jika k<1 maka populasi neutron akan cenderung
menurun, kondisi yang demikian disebut dengan kondisi subkritis. Jika k>0 maka
populasi neutron akan cenderung meningkat, kondisi yang demikian disebut kondisi
superkritis.

Contoh soal 1
Tentukan kondisi kekritisan untuk uranium alam dan uranium diperkaya 3,5%,
jika jumlah neutron yang dihasilkan setiap fisi 2,6.
Penyelesaian
Untuk menyelesaikan soal ini diperlukan
Data kelimpahan uranium : 0,71% 235
𝑈 dan 99,29% 238
𝑈
Tampang lintang mikroskopik fisi 𝜍𝑓,235 = 1,4 𝑏𝑎𝑟𝑛 𝜍𝑓,238 = 0,095
Tampang lintang mikroskopik serapan 𝜍𝑎,235 = 1,65𝑏𝑎𝑟𝑛 𝜍𝑎,238 = 0,255𝑏𝑎𝑟𝑛
𝜍𝑎,𝑂 = 0,00027𝑏𝑎𝑟𝑛
(a) Uranium alam
υΣf υf 2,6× 0,0071 ×1,4+0.9929×0,095
𝑘= = = = 1,023
Σa a 0,0071 ×1,65+0.9929×0,255+2×0,00027

Nilai k = 1,023>1 maka kondisi kekritiannya superkritis.


(b) Uranium diperkaya 3,5%
υΣf υf 2,6 × 0,035 × 1,4 + 0.965 × 0,095
𝑘= = = = 1,7
Σa a 0,035 × 1,65 + 0.965 × 0,255 + 2 × 0,00027
Nilai k = 1,7>1 maka kondisi kekritisannya superkritis

Bahan pengotor dan struktur dapat menambah serapan neutron sehingga


keberadaannya akan menurunkan populasi neutron yang akhirnya akan menurunkan
factor multiplikasinya. Untuk ini didifisikan factor guna (f) yaitu perbandingan serapan
bahan bakar nuklir dengan serapan total.
80

Σ𝑎,𝑏𝑏𝑛
𝑓=
Σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 + Σ𝑎,𝑖
υΣ f
𝑘= 𝑓 =𝜂∙𝑓
Σa
Dalam hal ini 𝜂 adalah jumlah neutron yang dihasilkan setiap serapan neutron
oleh bahan bakar nuklir.

Contoh soal 2
Tentukan kondisi kekritisan untuk bahan bakar nuklir campuran uranium dioksida
dengan besi yang perbandingan molnya 1:5, jika uranium tersebut adalah uranium
alam. Penyelesaian
σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 = 0,0071 × 1,65 + 0.9929 × 0,255 + 2 × 0,00027 = 0,265𝑏
Σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 𝑁𝑏𝑏𝑚 σ𝑎,𝑏𝑏𝑛
𝑓= =
Σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 + Σ𝑎,𝑖 𝑁𝑏𝑏𝑚 σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 + 𝑁𝑖 σ𝑎 ,𝑖
σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 0,265𝑏
𝑓= = = 0,898
𝑁 5
σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 + 𝑁 𝑖 σ𝑎,𝑖 0,265𝑏 + 0,006𝑏
𝑏𝑏𝑚 1
υf
Dari contoh soal 1, untuk uranium alam = 𝜂 = 1,023
a

𝑘 = 𝜂 ∙ 𝑓 = 1,023 × 0,898 = 0,919


Faltor multiplikasi k = 0,919<1 maka kondisi kekritisannya subkritis

Tampang mikroskopik fisi uranium untuk neutron termal jauh lebih besar
dibandingkan dengan untuk neutron cepat. Oleh karenanya factor multiplikasi akan
lebih besar jika reaksi fisi dengan menggunakan neutron termal sehingga neutron cepat
hasil fisi diturunkan energinya sehingga untuk reaksi fisi berikutnya. Untuk dapat
berlangsung proses generasi neutron tersebut, satu generasi neutron melewati
beberapa tahap sebagai berikut
a. Reaksi fisi dengan neutron termal. Satu neutron termal diserap akan
menghasilkan  neutron cepat.
b. Reaksi fisi dengan neutron cepat. Reaksi fisi dengan neutron cepat akan
menghasilkan sejumlah neutron cepat. Untuk ini didifinisikan factor fisi cepat (),
81

yaitu perbandingan neutron cepat total yang dihasilkan disbanding dengan jumlah
neutron cepat yang dihasilkan reaksi fisi dengan neutron termal. Setelah tahapan ini
jumlah neutron cepat menjadi 
c. Moderasi neutron cepat. Energi neutron cepat dimoderasi atau
diperlambat agar menjadi neutron termal. Sebagian neutron terserap dalam daerah
energy resonasi selama proses moderasi berlangsung. Untuk maksud ini didifisikan
suatu factor probabilitas lolos resonansi (p), yaitu perbandingan jumlah neutron
yang mencapai energy termal disbanding dengan jumlah neutron cepat sebelum
dimoderasi. Setelah tahapan ini jumlah neutron termal menjadi p
d. Serapan neutron termal. Neutron termal tidak hanya diserap oleh bahan
bakar nuklir, tetapi juga dapat diserap oleh bahan lain seperti bahan struktur, bahan
moderator, bahan pengotor, dan lain sebagainya. Untuk ini didifinisikan factor guna
termal (f), yaitu perbandingan serapan oleh bahan bakar nuklir dibandingkan dengan
total serapan termal. Setelah tahapan ini jumlah neutron termal menjadi pf
Σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 Σ𝑎,𝑏𝑏𝑛
𝑓= =
Σ𝑎,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 Σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 + Σ𝑎,𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 +Σ𝑎,𝑑𝑙𝑙

Selanjutnya masuk dalam awal generasi neutron berikutnya. Oleh karenanya


factor multiplikasi adalah perbandingan jumlah neutron termal yang dihasilkan dari
serapan neutron termal pada awal generasi. Dalam proses di atas volumenya
takterhingga besar sehingga tidak memperhitungkan adanya neutron yang keluar dari
system tersebut
𝑘∞ = η ∙ ε ∙ p ∙ f

Contoh soal 3
Uranium dioksida alam dengan moderator karbon dengan perbandingan 1: 40.
Juga terdapat aluminium dengan perbandingan mol uranium dengan besi 1:5. Hitung
factor multipilkasi takterhingga jika factor fisi cepat = 1,02 dan probabilitas lolos
resonansi 0,9 setiap fisi dihasilkan 2,4 neutron.
Penyelesaian.
82

bahan bakar nuklir adalah uranium dioksida alam


Uranium alam terdiri atas 0,7% 235
𝑈 dan 99,3% 238
𝑈
f = 0,007f,235 = 0,07 × 580,8b = 4,07barn
a = 0,007a,235 + 0,993a,238 + 2a,O
a = 0,007 × 680b + 0,993 × 2,7 + 2 × 0,00027 = 7,44barn
υf 2,4 × 4,07
η= = = 1,31
f UO 2
7,44
untuk menghitung f
Σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 𝑁𝑈𝑂2 𝑎,𝑏𝑏𝑛
𝑓= =
Σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 + Σ𝑎,𝐴𝑙 + Σ𝑎,𝐶 𝑁𝑈𝑂2 𝑎,𝑏𝑏𝑛 + 𝑁𝐴𝑙 𝑎 ,𝐴𝑙 + 𝑁𝐶 𝑎,𝐶
𝑎,𝑏𝑏𝑛 7,54
𝑓= = = 0,853
𝑎,𝑏𝑏𝑛 + 5𝑎𝐴𝑙 + 40𝑎,𝐶 7,54 + 5 × 0,23 + 40 × 0,0034
𝑘∞ = η ∙ ε ∙ p ∙ f=1,31×1,02×0,9×0,853=1,026

Kuantitas bahan di luar bahan bakar akan mempengaruhi nilai factor multiplikasi
nya. Semakain banyak dan besar serapan maka akan menurunkan kondisi
kekritisannnya, dari superkritis ke kritis bahkan kekondisi sub kritis.

Contoh soal 4
Uranium dioksida alam dengan moderator karbon. Juga terdapat aluminium
dengan perbandingan mol uranium dengan besi 1:5. Hitung perbandingan mol uranium
dengan karbon agar tepat kritis factor fisi cepat = 1,02 dan probabilitas lolos resonansi
0,9 setiap fisi dihasilkan 2,4 neutron.
Penyelesaian.
Seperti penyelesaian contoh soal 3, diperoleh η = 1,31
untuk menghitung f
Σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 𝑁𝑈𝑂2 𝑎,𝑏𝑏𝑛
𝑓= =
Σ𝑎,𝑏𝑏𝑛 + Σ𝑎,𝐴𝑙 + Σ𝑎,𝐶 𝑁𝑈𝑂2 𝑎,𝑏𝑏𝑛 + 𝑁𝐴𝑙 𝑎 ,𝐴𝑙 + 𝑁𝐶 𝑎,𝐶
83

𝑎,𝑏𝑏𝑛 7,54 7,54


𝑓= = =
𝑎 ,𝑏𝑏𝑛 + 5𝑎𝐴𝑙 + 𝑛𝑎,𝐶 7,54 + 5 × 0,23 + 𝑛 × 0,0034 8,69 + 0,0034𝑛
7,54
𝑘∞ = η ∙ ε ∙ p ∙ f=1,31×1,02×0,9×8,69+0,0034 𝑛 =1

9,067
=1
8,69 + 0,0034𝑛
8,69 + 0,0034𝑛 = 9,067
9,067 − 8,69
𝑛= = 111
0,0034

Perbandingan mol uranium oksida dengan karbon agar tepat kritis untuk volume
tak terhingga adalah 1:654,2. Jika dinyatakan dengan perbandingan berat
𝑀𝑈𝑂2 : 111𝑀𝐶 = 270: 111 × 12 = 1: 4,93

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
Foster A. R., Wright R. L., 1983, Basic Nuclear Engineering, 4th, Allyn and Bacon,Inc,
Boston.
Lamarsh J.R.,Baratta A.J., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall,
New Jersey.
84

MODUL BAHAN AJAR PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 12 MODERASI NEUTRON

Tujuan instruksional khusus


Mahasiswa dapat
a. Mengerti proses moderasi neutron cepat menjadi neutron termal
b. Menghitung daya perlambatan (slowing down power) bahan
moderator
c. Menghitung rasio moderasi ( moderating ratio) bahan
moderator.
d. Memilih bahan moderator yang sesuai dengan kebutuhannya.
85

MODERASI NEUTRON

Pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi secara komersial sampai saat
ini adalah reaktor termal, yaitu reaktor yang proses fisi bahan bakar dengan neutron
termal. Energi neutron termal tergantung pada temperature, untuk temperature 20C,
energi neutron termal 0,025 eV. Neutron hasil fisi mempunyai energi 2MeV sehingga
untuk melangsungkan reaksi fisi berikutnya, energi neutron tersebut diturunkan atau
diperlambat menjadi energi termal. Proses penurunan energi neutron tersebut, disebut
dengan proses moderasi.
Proses moderasi neutron terjadi jika terjadi interaksi tumbukan secara
hamburan. Untuk seberapa besar penurunan energi dapat dirumuskan dengan asumsi
tumbukan elastic, sehingga dapat diterapkan konsep mekanika dengan menyusun
hokum kekekalan energi dan momentum. Untuk maksud tersebut dengan asumsi
tumbukan antara inti atom dan neutron, dengan kondisi awal iti atom bergerak
sedangkan neutron bergerak menumbuk inti atom tersebut yang dapat digambarkan
pada gambar 1.

Gambar 1 Tumbukan elastic neutron dan inti dalam sistem laboratorium


Untuk menyederhanakan penyelesaian, maka proses tumbukan tersebut dapat
digambarkan dengan sistem pusat massa, yaitu titik dimana terjadi tumbukan adalah
tetap atau tidak berubah, oleh karenanya dengan sistem ini, inti atom bergerak
86

mendekat dengan kecepatan vm, Dengan menerapkan hokum kekekalan momentum


maka
1 v1  A  0   A  1vm

v1
vm 
 A  1 (1)
Maka kecepatan neutron dan kecepatan atom sebelum tumbukan serta
kecepatan neutron setelah tumbukan adalah
vneutron  v1  vm  A
v
A1 1 (2)
vint i  vm  1
v
A1 1 (3)
v2  va  vm (4)
Dengan demikian proses tumbukan neutron dengan inti atom dapat digambarkan
dalam sistem pusat massa pada gambar 2

Gambar 2. Tumbukan elastic neutron dan inti dalam sistem center of mass
Arah neutron dan i atom bertolak belakang maka jumlah momentumnya sama
dengan nol, maka dengan hukum kekekalan momentum setelah tumbukan
va  Avb
(5)
Selanjutnya dengan hukumkekekalan energi, disusun neraca energinya.
2 2
 Av1  1  v 
1
   2 A 1   12 va2  12 vb2
2
 A  1   A 1 (6)
87

Dengan subtituasi
va  Avb ,

maka diperoleh
Av1
va 
A 1 (7)
v1
vb 
A 1 (8)
Hubungan v2, vm dan v2 dapat digambarkan pada gambar 3

Gambar 3. Hubungan kecepatan neutron setelah tumbukan pada sistem


laboratorium dan sistem pusat massa
Berdasarkan hubungan yang terlukis dalam Gambar 3, maka untuk menghitung
kecepatan neutron setelah tumbukan dapat menggunakan hukum cosines.
A  2 A cos   1
v22  va2  vm2  2va vm cos   v12
 A  12 (9)
Nilai kuadrat kecepatan berbanding lurus dengan energi kinetiknya, maka
perbandingan energgi kinetik sama dengan perbandingan kuadrat kecepatannya.
E 2 v22 A  2 A cos   1
 
E1 v12  A  12 (10)
Dengan mensubtitusi

 A 1
2

  
 A 1 (11)
88

Maka diperoleh persamaan perbandingan energi kinetik sesuadah dan sebelum


tumbukan berikut:
E2
 1
2
1     1   cos  
E1 (12)
Persamaan ini menunjukkan bahwa perbandingan energi neutron setelah dan
sebelum tumbukan dipengaruhi factor nomor massa materi dan arah hamburan
neutron. Untuk sudut hambur 0 maka
 E2 
  0  cos   1     1  E 2  E1
 1  maks
E
(13)
Energi kinetik sesudah tumbukan sama dengan sebelum tumbukan sehingga
tidak terjadi penurunan energi. Utuk sudut hambur 180 maka

 E2 
    cos   1       E 2  E1
 E1  min (14)
Pada arah hamburan 180, penurunan energi mencapai maksimum menjadi
kelipatan . Sebagai contoh untuk inti atom carbon, maka A=12 dan  =
(11/13)2=0,716.
Contoh Soal 1
Neutron dengan energi 1,2 MeV, menumbuk inti atom berilium -9.Jika tumbukan
mengakibatkan hamburan elastic, hitung energi neutron setelah tumbukan untuk sudut
hambur 45.
Penyelesaian:

 A 1  9 1
2 2 2
8
         0,64
 A 1  9  1  10 
E2
 1
2 1     1   cos    12 1  0,64  1  0,64cos 45  0,9473
E1
E 2  0,9473E1  0,9473  1,2MeV  1,137 MeV

Energi kinetik neutron setelah tumbukan = 1,137MeV


Pada umumnya interaksi neutron dengan materi dengan jumlah neutron yang
banyak, sehingga arah hamburan bervariasi dari 0 sampai dengan 180. Oleh
89

karenanya untuk menghitung penurunan energi kinetik dengan jumlah tumbukan yang
banyak perlu ditentukan besaran yang menggambarak penurunan energi kinetik yang
terjadi. Untuk maksud tersebut didifinisikan  yang menyatakanrerata selisih logaritma
energi sebelum dan sesudah tumbukan elastik

 E1 
  ln E1  ln E 2   ln  
 E2  (15)
Untuk sudut hambur 0 sampai dengan 180, atau cosines sudut hambur 0
sampai dengan 180. Sehingga dapat dihitung dengan persamaan berikut:
1

 ln 1     1   cos  d cos 


1
2

 1
1

 d cos 
1

 1

ln   1 
 A  12 ln A  1  (16)
 
 1 2A  A 1
Untuk keperluan praktis, untuk nomor massa medium lebih besar dari pada 10,
dapat digunakan persamaan
2

A  23 (17)
Untuk campuran nuklida atau senyawa
𝑚
𝑖=1 𝜉 𝑖 Σ 𝑠,𝑖
𝜉= 𝑚 Σ (18)
𝑖=1 𝑠,𝑖

Contoh Soal 2
Neutron sebanyak 5×1012 dengan energi 0,9 MeV, menumbuk inti atom karbon
-12. Jika tumbukan mengakibatkan hamburan elastic, hitung energi neutron rerata
setelah tumbukan.
Penyelesaian:

  1
 A  1  A  1 
2
 1
12  1  12  1 
2
 0,15777
ln   ln  
2A  A  1 2  12  12  1 

E 
  ln  1  maka E2  E1  e   0,9MeVe 0,15777  0,7686MeV
 E2 
90

Energi kinetic rerata neutron setelah tumbukan = 0,7686MeV


Untuk maksud moderasi neutron, didifinisikan besaran lethargy, dengan symbol
u yang menyatakan
𝐸𝑀
𝑢 = 𝑙𝑛 (18)
𝐸

Dengan EM adalah energi kinetik maksimum neutron dan E adalah energi neutron
yang diinginkan, sehingga jumlah tumbukan yang diperlukan untuk menurunkan energi
tersebut adalah
𝑢
𝑛= (19)
𝜉

Contoh Soal 3
Neutron sebanyak 5×1012 dengan energi 1,5 MeV dimoderasi menjadi 0,025
eV dengan bahan moderator karbon -12. Hitung jumlah tumbukan rerata untuk
mencapai energi tersebut.
Penyelesaian:

  1
 A  1  A  1 
2
 1
12  1  12  1 
2
 0,15777

ln  
ln 
2A  A  1 2  12  12  1 
𝐸𝑀 1,5𝑀𝑒𝑉
𝑢 = 𝑙𝑛 = 𝑙𝑛 = 19,9
𝐸 0,025𝑒𝑉
𝑢 17,9
𝑛= = = 114
𝜉 0,15777
Jumlah tumbukan untuk menurunkan sampai 0,025 MeV sebanyak 114
Nilai  yang besar dapat memberikan indikasi baik sebagai bahan moderator.
Namun demikian akan percuma jika peluang terjadi interaksi hamburan elastic kecil
karena hanya sedikit interaksineutron dengan bahan moderator yang melalui
mekanisme hamburan elastic. Oleh karenanya indikasi yang lebih baik ditunjukkan
dengan nilai s yang disebut dengan daya perlambatan ( slowing down power).
Daya perlambatan yang besar akan menjadi percuma jika peluang serapan
ξΣ s
neutronnya besar, sehingga indikasi yang lebihbaik ditunjukkan nilai yang disebut
Σ𝑎

moderating ratio.
Contoh Soal 4.
91

Di antara nuklida H, D, da C, nuklida apa yang terbaik sebagai moderator.


Penyelesaian:
s a
H 20,4 0.332
D 3,4 5,3×10-4
C 4,75 0,0034

  1
 A  1  A  1 
2
ln  
2A  A  1

H  1
1  1  1  1 
2
1
ln  
2 1 11

D 1
2  1  2  1 
2
 0,725 C  1 
12  1  12  1 
2
ln   ln    0,15777
2 2  2 1 2  12  12  1 
𝜉Σ𝑠 𝜉𝑁𝜍𝑠 𝜉𝜍𝑠
= =
Σ𝑎 𝑁𝜍𝑎 𝜍𝑎
𝜉Σ 𝑠 1×20,4 𝜉Σ 𝑠 0,725×3,4 𝜉Σ 𝑠 0,15777 ×4,75
= = 61,26 = = 4650 = =
Σ𝑎 𝐻 0,332 Σ𝑎 𝐷 5,3×10 −4 Σ𝑎 𝐶 0,0034

220,4
Nuklida terbaik yang nilai moderating ratio terbesar, yaitu D
Bahan moderator yang digunakan dalam reaktor nuklir adalah air ringan 𝐻2 𝑂 ,
atau air berat 2
𝐻2 𝑂 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷2 𝑂 yang diperoleh dengan mengkayakan air alam dari
150ppm menjadi 99,8%. Jika digunakan bahan bakar uranium diperkaya 3-4% maka
dapat digunakan moderator air ringan, tetapi jika digunakan uranium alam sebagai
bahan bakar harus digunakan bahan moderator air berat.

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
Lamarsh J.R.,Baratta A.J., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall,
New Jersey.
Stephenson R,Ph.D, 1958, Introduction to Nuclear Enggineering, Mc Graw Hill Book
Company.Inc, New York.
92
93

MODUL BAHAN AJAR PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 13 PENGARUH DIMENSI REAKTOR FISI BERANTAI

Tujuan instruksional khusus


Mahasiswa dapat
a. Membedakan kondisi kekritisan materi dapat belah
b. Menentukan kondisi kekritisan dengan data komposisi dan konfigurasi
geometrinya
c. Memodifikasi kondisi kekritisan dengan mengubah komposisinya
d. Memodifikasi kondisi kekritian dengan mengubah konfigurasi geometrinya.
94

PENGARUH DIMENSI REAKTOR FISI BERANTAI

Telah didiskusikan model reaktor fisi yang dimensinya tak terhingga sehingga tidak ada
neutron yang keluar dari reaktor tersebut. Dalam kenyataannya ukuran reaktor adalah tertentu
sehingga penurunan populasi neutron dapat disebabkan oleh neutron yang keluar dari system
tersebut, yang selanjutnya akan menurunkan factor multiplikasi atau kondisi kekritisannya.
Neutron lahir akibat reaksi fisi dengan energi 2 MeV, yang selanjutnya neutron
diperlambat menjadi termal selanjutnya neutron bergerak secara difusi. Untuk mempelajari
proses difusi neutron, jumlah neutron dinyatakan dengan besaran arus dan fluks.
Fluks neutron () adalah besaran scalar yang menyatakan jumlah neutron persatuan
luas persatuan waktu. Sedangkan untuk arus neutron (J) adalah besaran vector yang
menyatakan jumlah neutron yang melintasi persatuan luas persatuan waktu.
1. Probabilitas neutron bocor
Hubungan kedua besaran tersebut ditentukan oleh hukum Fick untuk arah sumbu x
sebagai berikut.
𝜙 𝐷 𝑑𝜙
𝐽+ = −
4 2 𝑑𝑥
𝜙 𝐷 𝑑𝜙
𝐽− = +
4 2 𝑑𝑥
𝑑𝜙
𝐽 = 𝐽+ − 𝐽− = −𝐷
𝑑𝑥
Maka untuk arah sumbu ruang maka
𝐽 = −𝐷∇𝜙 (1)
Dengan hubungan tersebut dapat disusun neraca neutron, untuk elemen volume
dxdydz, yang mana tidak ada produksi neutron dan serapan neutron dalam elemen volume
tersebut.
Jumlah neutron yang keluar dari elemen volume tersebut adalah
= 𝐽𝑧+𝑑𝑧 − 𝐽𝑧 𝑑𝑥𝑑𝑦 + 𝐽𝑥+𝑑𝑥 − 𝐽𝑥 𝑑𝑧𝑑𝑦 + 𝐽𝑦+𝑑𝑦 − 𝐽𝑦 𝑑𝑧𝑑𝑥
𝜕2 𝜙 𝜕2 𝜙 𝜕2 𝜙
= −𝐷 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧 + −𝐷 𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥 + −𝐷 𝑑𝑧𝑑𝑥𝑑𝑦
𝜕𝑧 2 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
𝜕2 𝜙 𝜕2 𝜙 𝜕2 𝜙
= −𝐷 + + 𝑑𝑉
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑧 2
Maka kebocoran neutron atau neutron yang keluar persatuan volume adalah −𝐷∇2 𝜙
95

Dalam hal ini D adalah koefisien difusi yang nilainya sepertiga lintasan bebas rerata,
maka
𝜆 1
𝐷 ≅ 3 = 3Σ (2)
𝑡

2. Neraca neutron satu kelompok


Selanjutnya disusun neraca neutron per satuan volume bahan dalam kondisi kritis,
produksi neutron dikurang serapan neutron dikurang neutron bocor sama dengan nol, yang
dapat ditulis sebagai berikut:
𝐷∇2 ϕ + υΣf ϕ − Σa ϕ = 0
υΣf − Σa
∇2 ϕ + ϕ=0
D
∇2 ϕ + B 2 ϕ = 0 (3)
υ Σ f −Σ a
B2 = (4)
D

Persamaan 3, adalah persamaan diderensial parsial orde dua yang mempunyai


penyelesaian diskrit yang tergantung pada konfigurasi geometri, yang penyelesaiannya untuk
beberapa konfigurasi geometri ada pada Tabel 1.
3. Buckling
Konstanta B 2 pada persamaan 3 disebut dengan buckling. Nilai buckling yang dibaca
pada Tabel 1, disebut buckling geometri, karena nilai buckling tersebut diperoleh dari
penyelesaian persamaanmatemati persamaan 3 dengan konfigurasi geometri tertentu dengan
symbol 𝐵𝑔2 .

Tabel 1. Nilai buckling berbagai konfigurasi geometri


Geometri 𝐵𝑔2 𝜙
Bola jari-jari R 𝜋 2 𝐴 𝜋𝑟
𝜙 𝑟 = 𝑠𝑖𝑛
𝑅 𝑟 𝑅
Silinder, jari-jari R tinggi 2,405 2
𝜋 2 2,405𝑟 𝜋𝑧
+ 𝜙 𝑟, 𝑧 = 𝐴𝐽0 𝑐𝑜𝑠
H 𝑅 𝐻 𝑅 𝐻
Balok, a, b, c 𝜋 2 𝜋 2 𝜋 2 𝜋𝑥 𝜋𝑦 𝜋𝑧
+ + 𝜙 𝑥, 𝑦, 𝑧 = 𝐴𝑐𝑜𝑠 𝑐𝑜𝑠 𝑐𝑜𝑠
𝑎 𝑏 𝑐 𝑎 𝑏 𝑐

Nilai buckling yang yang diperroleh dengan menghitung berdasarkan besaran fisik
material tersebut, disebut dengan buckling material dengan symbol 𝐵𝑚
2
.
96

Persamaan 3 tersebut disusun didasarkan pada kondisi kekritisan tepat kritis, sehingga
nilai buckling material harus sama dengan bucling geometri.
υΣf
−1 k−1
Persamaan 4 dapat ditulis kembali menjadi B = 2 Σa
D = D
Σa Σa

𝑘
1=
1 + 𝐷 Σa 𝐵2
Kondisi kekritisan tepat kritis sehingga persamaan di atas , sebelah kiri tanda sama
denagn adalah factor multiplikasi efektif 𝑘𝑒𝑓
1
𝑘𝑒𝑓 = 𝑘
1 + 𝐷 Σa 𝐵2
1
𝑘𝑒𝑓 = 𝑘 1+𝐿2 𝐵 2 (5)

Dalam hal ini L adalah panjang difusi, yang mana 𝐿2 seperenam kuadrat jarak rerata
mulai neutron lahir sampai terserap
1
𝐿2 = 𝐷 Σa = 3Σ (6)
𝑡 Σa

1
Persamaan 5 menunjukkan bahwa k adalah factor multiplikasi takterhingga dan
1+𝐿2 𝐵 2

adalah probabilitas neutron tidak bocor.

Tabel 2. Konstanta satu satu kelompok untuk reaktor cepat (Lamarsh,2001)


elemen 𝜍𝛾 𝑏𝑎𝑟𝑛 𝜍𝑓 𝑏𝑎𝑟𝑛 𝜍𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑛 𝜍𝑡𝑟 𝑏𝑎𝑟𝑛 𝑣 𝜂
Na 0,0008 0 0,0008 3,3 - -
Al 0,002 0 0,002 3,1 - -
Fe 0,006 0 0,006 2,7 - -
U-235 0,25 1,4 1,65 6,8 2,6 2,2
U-238 0,16 0,095 0,255 6,9 2,6 0,97
Pu-239 0,26 1,85 2,11 6,8 2,98 2,61

Contoh soal
𝑔
Uranium oksida 𝑈𝑂2 alam berat jenis 10 . Dalam bentuk bola jari-jari 1m
𝑐𝑚3
Tetukan kondisi kekritisannya, dan hitung jari-jari bola agar kondisi kekritisan tepat
kritis..
Penyelesaian
97

Data yang digunakan data neutron cepat :


𝜍𝑓,235 = 1,4𝑏 𝜍𝑐,235 = 0,25𝑏 𝜍𝑠,235 = 13,8𝑏
𝜍𝑓,238 = 0,095𝑏 𝜍𝑐,238 = 0,16𝑏 𝜍𝑠,238 = 8,9𝑏
𝜍𝑠,𝑂 = 3,76𝑏
𝑣 Σ𝑓 𝑣 σ𝑓 2,6 × 0,007 × 1,4 + 0.993 × 0.095
𝑘= = = = 1,0226
Σ𝑎 σ𝑎 0,007 × 1,4 + 0,25 + 0.993 × 0.095 + 0,16
Menghitung tampang lintang makroskopik
𝜌
Σ𝑎 = 0,6023 σ
𝑀 𝑎
10
Σ𝑎 = 0,6023 0,007 × 1,4 + 0,25 + 0.993 × 0.095 + 0,16 = 0,0059𝑐𝑚−1
238 + 32
10
Σ𝑡 = 0,6023 0,007 × 1,4 + 0,25 + 13,8 + 0.993 × 0.095 + 0,16 + 8,9 + 2 ∗ 3,76
238 + 32
= 0,3738 × 10−4 𝑐𝑚−1
Berbentuk bola, jari-jari 1m=100 cm
𝜋 2 𝜋 2
𝐵2 = = = 9,87 × 10−4 𝑐𝑚−2
𝑅 100
1 1
𝐿2 = = = 151,2cm2
3Σ𝑡 Σa 3 × 0,3738 × 10−4 × 0,0059
1 1
𝑘𝑒𝑓 = 𝑘 2 2
= 1,0226 = 0,89
1+𝐿 𝐵 1 + 151,2 × 9,87 × 10−4
Berdasarkan nilai 𝑘𝑒𝑓 kondisi kekritisannya subkritis
Menghitung ukuran tepat kritis untuk bentuk bola
𝐵2 𝐿2 = 𝑘 − 1
𝑘 − 1 1,0226 − 1 𝜋 2
𝐵2 = = = 1,5 × 10 −4
𝑐𝑚 −2
=
𝐿2 151,2cm2 𝑅
𝜋 2 𝜋2
𝑅2 = = = 66030𝑐𝑚2
𝐵 1,5 × 10−4
𝑅 = 257𝑐𝑚

4. Pengaruh komposisi nuklida dapat belah terhadap kondisi kekritisan


Populasi neutron dipengaruhi produksi neutron dalam bahan dapat belah tersebut,
sehingga komposisi bahan dapat belah menentukan kondisi kekritisannya. Dengan uranium
alam, dalam contoh soal 1, volumenya cukup besar sehingga massanya juga cukup besar .
98

Oleh karena untuk menurunkan volume kritis sekaligus massa kritisnya dengan memperkaya
bahan dapat belah.

Contoh soal 2
𝑔
Uranium oksida 𝑈𝑂2 dipekaya 3%, berat jenis 10 . Dalam bentuk bola jari-jari
𝑐𝑚3
1m
Tetukan kondisi kekritisannya, dan hitung jari-jari bola agar kondisi kekritisannya tepat
kritis..
Penyelesaian
Data yang digunakan data neutron cepat:
𝜍𝑓,235 = 1,4𝑏 𝜍𝑐,235 = 0,25𝑏 𝜍𝑠,235 = 13,8𝑏
𝜍𝑓,238 = 0,095𝑏 𝜍𝑐,238 = 0,16𝑏 𝜍𝑠,238 = 8,9𝑏
𝜍𝑠,𝑂 = 3,76𝑏
𝑣 Σ𝑓 𝑣 σ𝑓 2,6 × 0,03 × 1,4 + 0.97 × 0.095
𝑘= = = = 1,175
Σ𝑎 σ𝑎 0,03 × 1,4 + 0,25 + 0.97 × 0.095 + 0,16
Menghitung tampanglintang makroskopik absorpsi dan total
𝜌
Σ𝑎 = 0,6023 σ𝑎
𝑀
10
Σ𝑎 = 0,6023 0,03 × 1,4 + 0,25 + 0.97 × 0.095 + 0,16 = 0,0066𝑐𝑚−1
238 + 32
10
Σ𝑡 = 0,6023 0,007 × 1,4 + 0,25 + 13,8 + 0.993 × 0.095 + 0,16 + 8,9 + 2 ∗ 3,76
238 + 32
= 0,3762𝑐𝑚−1
Berbentuk bola jari-jari100 cm
𝜋 2 𝜋 2
𝐵2 = = = 9,87 × 10−4 𝑐𝑚−2
𝑅 100
1 1
𝐿2 = = = 134,25cm2
3Σ𝑡 Σa 3 × 0,3738 × 0,0066
1 1
𝑘𝑒𝑓 = 𝑘 2 2
= 1,175 = 1,038
1+𝐿 𝐵 1 + 134,25 × 9,87 × 10−4
Berdasarkan nilai 𝑘𝑒𝑓 kondisi kekritisannya superkritis
Menghitung ukuran tepat kritis untuk bentuk bola
𝐵2 𝐿2 = 𝑘 − 1
𝑘−1 1,175 − 1
𝐵2 = 2
= = 0,00129𝑐𝑚−2
𝐿 134,25cm2
99

𝜋 2 𝜋2
𝑅2 = = = 7628𝑐𝑚2
𝐵 0,00129
𝑅 = 87,34𝑐𝑚

Dari contoh soal 1 dan 2 menunjukkan bahwa untuk dapat mencapai kritis, dengan
pengkayaan uranium 235 maka jumlah nuklida dapat belah menjadi jauh berkurang. Hal ini
merupakan jawaban bahwa bahan bakar reaktor nuklir yang sekarang banyak beroperasi
menggunakan uranium yang diperkaya.
5. Pengaruh konfigurasi geometri terhadap kondisi kekritisan
Konfigurasi geometri menentukan probabilitas neutron tidak bocor. Konfigurasi
geometri yang volume persatuan luas permukaan yang besar akan mengakibatkan probabilitas
neutron tidak bocor menjadi besar. Sebagai contoh bentuk bola memberikan volume persatuan
luas yang terbesar di antara konfigurasi geometri yang ada.

Contoh soal 3.
𝑔
Uranium oksida 𝑈𝑂2 dipekaya 3%, berat jenis 10 kondisi kektritisannya tepat
𝑐𝑚3
kritis pada konfigurasi geometri bola dengan jari-jari 87,34 cm. Jika volume yang sama di ubah
bentuknya menjadi kubus. Tetukan kondisi kekritisannya.
Penyelesaian:
Diubah geometrinya menjadi kubus, mempunyai volume yang sama
4 3
𝜋𝑅 = 𝑠 3
3
3 4𝜋
𝑠 = 87,34 = 140,8 𝑐𝑚
3

Menentukan buckling geometri kubus


𝜋 2 𝜋 2
𝐵2 = 3 =3 = 0,00149𝑐𝑚−2
𝑠 140,8
Dari contoh soal 2, factor multiplikasi k = 1,175 dan panjang difusi
𝐿2 == 134,25cm2
1 1
𝑘𝑒𝑓 = 𝑘 2 2
= 1,175 = 0,979
1+𝐿 𝐵 1 + 134,25 × 0,00149
Berdasarkan nilai 𝑘𝑒𝑓 kondisi kekritisannya menjadi subkritis
Menghitung ukuran tepat kritis untuk bentuk kubus
100

𝜋 2
𝐵𝑔2 = 𝐵𝑚
2
= = 9,87 × 10−4 𝑐𝑚−2
100
𝜋 2 𝜋2
𝑠2 = 3 =3 = 29998𝑐𝑚2
𝐵 9,87 × 10−4
𝑠 = 173,2𝑐𝑚

Sebagai contoh kubus merupakan konfigurasi geometri yang mempunyai volume per
luas permukaan yang paling besar di antara konfigurasi geometri balok. Maka jika konfigurasi
bentuk baloak adalah konfigurasi yang dapat mencapai kondisi kritis maka jika di ubah dengan
sisi yang berbeda akan menurun nilai factor multiplikasi efektifnya.
Contoh soal 4.
𝑔
Uranium oksida 𝑈𝑂2 dipekaya 3%, berat jenis 10 kondisi kektritisannya tepat
𝑐𝑚3
kritis pada konfigurasi geometri kubus dengan sisi 173,24 cm. Jika volume yang sama di ubah
bentuk bentuk balok yang salah satu sisinya menjadi separonya. Tetukan kondisi kekritisannya.
Penyelesaian:
Diubah geometrinya menjadi kubus, mempunyai volume yang sama
𝑠 3 = 0,5 × 173,24 ∙ 𝑎2
𝑎 = 173,24 2 = 244,9 𝑐𝑚
Menentukan buckling geometri kubus
𝜋 2 𝜋 2
𝐵2 = 2 + = 0,00165𝑐𝑚−2
𝑎 173,2 2
Dari contoh soal 2, factor multiplikasi k = 1,175 dan panjang difusi
𝐿2 = 124,25cm2
1 1
𝑘𝑒𝑓 = 𝑘 2 2
= 1,175 = 0,962
1+𝐿 𝐵 1 + 134,25 × 0,00165
Berdasarkan nilai 𝑘𝑒𝑓 kondisi kekritisannya menjadi subkritis

Dari contoh soal menunjukkan bahwa jika buckling geometri membesar maka
probabilitas tidak bocor akan menurun sehingga factor multiplikasi efektif juga akan menurun.
Untuk keperluan keselamatan agar terhindar dari risiko kecelakaan kekritisan maka diupayakan
agar kondisi kekritisan subkritis sehingga bukling geometri harus lebih besar dari buckling
material
101

Contoh soal 5.
𝑔
Uranium oksida 𝑈𝑂2 dipekaya 3%, berat jenis 10 . akan dibuat wadah
𝑐𝑚3
berpenampang silinder. Tetukan diameter wadah agar kondisi kekritisannya subkritis.
Penyelesaian:
2,405 2
Menentukan buckling geometri silinder sangat panjang maka 𝐵2 = 𝑅

Dari contoh soal 2, factor multiplikasi k = 1,175 dan panjang difusi 𝐿2 = 134,25cm2
1 1
𝑘𝑒𝑓 = 𝑘 = 1,175 2 <1
1 + 𝐿2 𝐵2 2,405
1 + 134,25 × 𝑅
2
2,405
1,175 < 1 + 134,25 ×
𝑅

134,25 × 2,4052
𝑅<
1,175 − 1

𝑅 < 66,6𝑐𝑚
Untuk tujuan keselamatan mak jari-jari wadah harus lebih kecil dari 66,6 cm

Dengan teori satu kelompok maka dapat diphami bahwa kondisi kekritisan bahan dapat
belah dapat diatur dengan mengatur komposisinya dapat belah atau dengan mengatur
konfigurasi geometrinya.
Adanya unsure dalam campuran memungkinkan menurunkan energi neutron sehingga
mencapai energi termal. Kita ketahui bahwa tampang lintang fisi neutron nuklida fisil pada
energi termal jauh lebih besar dibandingkan pada energi cepat, sehingga penurunan energi
tersebut dapat meningkatkan produksi neutron selanjutnya populasi neutron.
Oleh karenanya akan lebih teliti dengan mengelompokkan neutron menjadi dua
kelompok atau bahkan multi kelompok energi neutron, yang nanti akan dibahas dalam kuliah
yang berkaitan dengan operasi reaktor.

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
Lamarsh J.R.,Baratta A.J., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall,
New Jersey.
102
103

MODUL BAHAN AJAR PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 14 WATAK DINAMIKA REAKTOR FISI
Mahasiswa dapat
1. Mengerti watak dinamika reaksi fisi berantai
2. Mengerti makna besaran reaktivitas
3. Menggunakan besaran reaktivitas untuk menghitung perubahan fluks neutron
akibat reaksi fisi berantai
104

WATAK DINAMIKA REAKTOR FISI

Energi yang dibangkikan dalam reaktor nuklir yang sekarang banyak beroperasi adalah
reaksi fisi berantai sehingga dalam pengendalian daya reaktor dengan melakukan pengendalian
reaksi fisi tersebut. Salah satu factor yang penting yang mempengaruhi laju reaksi fisi adalah
populasi neutron atau fluks neutron yang akan mengalami perubahan dengan berlangsungnya
reaksi fisi tersebut.
1. Populasi neutron
Telah didifinisikan suatu tetapan yang disebut factor multiplikasi yang maknanya jumlah
neutron yang dihasilkan setiap serapan neutron, sehingga hubungan populasi neutron adalah
𝑛 𝑔 = 𝑛 0 𝑘 𝑔 yang dapat dinyatakan dengan fluks neutron
 𝑔 =  0 𝑘𝑔 (1)
Dalam hal ini 𝑔 adalah nomor generasi neutron.
Waktu untuk satu generasi neutron adalah panjang lintasan netron lahir sampi neutron
terserap dibagi dengan kecepatannya.
𝜆𝑎 1
𝑙= = (2)
𝑣 Σ𝑎 𝑣

Dalam hal ini 𝑙 adalah umur satu generasi sehingga = 𝑡 𝑙 , dalam hal ini t adalah waktu.

Agar dapat berlangsung reaksi fisi, maka 𝑘 > 1 sehingga didifinisikan 𝛿𝑘 = 𝑘 − 1


persamaan 1 dapat ditulis menjadi

𝑡
 𝑡 =  0 1 + 𝛿𝑘 𝑙 (3)
Dan susun kembali dan diambil nilai logaritmanya menjadi

𝑡 𝑡
𝑙𝑛 0
= 𝑙 𝑙𝑛 1 + 𝛿𝑘 (4)

𝑡 𝑡 𝛿𝑘 2 𝛿𝑘 3
𝑙𝑛 = 𝛿𝑘 − + − ⋯⋯⋯
0 𝑙 2 3
Untuk nilai 𝛿𝑘 kecil maka, suku deret ke dua, ketiga dan seterusnya dapat diabaikan
terhadap suku pertama sehingga dapat ditulis menjadi

𝑡 𝑡
𝑙𝑛 0
= 𝑙 𝛿𝑘 (5)

Maka
105

𝛿𝑘
 𝑡 = 0 𝑒𝑙 𝑡
(6)

Contoh soal 1
Hitung persamaan fluks neutron dalam logam 235
𝑈 jika neutron energy 1MeV
dan k=1,01. Berat jenis logam uranium 19 𝑔 𝑐𝑚3 dan 𝜍𝑎 = 1,4𝑏
Penyelesaian
𝜌 19
Σ𝑎 = 0,6023 𝑀 𝜍 = 0,6023 235,04 1,4 = 0,0682𝑐𝑚−1

2 × 1𝑀𝑒𝑉 × 1,6 × 10−6 𝑒𝑟𝑔 𝑀𝑒𝑉


𝑣= 2𝐸
𝑚= = 1,39 × 109 𝑐𝑚 𝑠
1,66 × 10−24 𝑔

1 1
Umur satu generasi neutron 𝑙 = Σ = 0,0682 𝑐𝑚 −1 ×1,39×10 9 𝑐𝑚 = 9,47 × 10−9 𝑠
𝑎𝑣 𝑠
𝛿𝑘 0,01
 𝑡 = 0 𝑒 𝑙
𝑡
=  0 𝑒𝑥𝑝 𝑡
9,47 × 10−9
0,01 0,01 6𝑡
 𝑡 =  0 𝑒𝑥𝑝 −9 𝑡 =  0 𝑒𝑥𝑝 −9 𝑡 =  0 𝑒 10
9,47 × 10 9,47 × 10

Hasil hitungan ini menunjukkan bahwa perubahan populasi neutron terhadap


waktu sangat cepat, yaitu dengan waktu 1s populasi neutron akan meningkat e kali.

2. Neutron kasip
Neutron yang dihasilkan tidak semuanya lahir bersamaan waktu dengan
berlangsungnya reaksi fisi, karena reaksi fisi menghasilkan radionuklida yang meluruh
melepaskan neutron. Neutron yang dihasilkan dari radionuklida hasil fisi tersebut
disebut dengan neutron kasip (delayed neutron). Neutron yang lahir bersamaan dengan
reaksi fisi disebut neutron serentak (prompt neutron).
Untuk fraksi neutron kasip adalah 𝛽 maka fluks neutron serentak
𝛿𝑘 −
 𝑡 = 0 𝑒 𝑙
𝑡
(7)
Dapat ditulis persaamaan diferensialnya untuk populasi neutron serentak
𝑑𝑛 𝑝 𝛿𝑘−
𝑑𝑡
= 𝑙
𝑛 (8)

Untuk neutron kasip


106

𝑑𝑛 𝑑
𝑑𝑡
= 𝜆𝑁 (9)

Dalam hal ini N adalah kerapatan atom radionuklida yang melepaskan neutron. Maka
perubahan kerapatan atom radionuklida adalah laju pembentukan dikurangi dengan laju
peluruhannya
𝑑𝑁
𝑑𝑡
= 𝛽𝑣 Σ𝑓 𝜙 − 𝜆𝑁 (10)
1
Dengan mensubtitusi nilai kecepatan neutron 𝑣 = Σ maka diperoleh persamaan
𝑎𝑙

𝑑𝑁 1 𝑣 Σ𝑓 𝛽
= 𝛽𝑣 Σ𝑓 𝑛𝑣 − 𝜆𝑁 = 𝛽𝑣 Σ𝑓 𝑛 − 𝜆𝑁 = 𝑛 − 𝜆𝑁
𝑑𝑡 Σ𝑎 𝑙 Σ𝑎 𝑙
𝑑𝑁 𝛽
𝑑𝑡
= 𝑘 𝑙 𝑛 − 𝜆𝑁 (11)

Perubahan populasi neutron


𝑑𝑛 𝑑𝑛 𝑝 𝑑𝑛 𝑑 𝛿𝑘−
𝑑𝑡
= 𝑑𝑡
+ 𝑑𝑡
= 𝑙
𝑛 + 𝜆𝑁 (12)

Dari persamaan 11 dan 12 di muka diselesaikan maka akan didapatkan persamaan


penyelesaian umum
𝑛 𝑡 = 𝐴11 𝑒 𝛼 1 𝑡 + 𝐴12 𝑒 𝛼 2 𝑡 (13)
𝑁 𝑡 = 𝐴21 𝑒 𝛼 1 𝑡 + 𝐴22 𝑒 𝛼 2 𝑡 (14)
Diperoleh
𝑛 𝑡 𝛽 𝜆𝛿𝑘 𝛿𝑘 𝛽 −𝛿𝑘
𝑛 0
= 𝛽 −𝛿𝑘 𝑒𝑥𝑝 𝛽 −𝛿𝑘
𝑡 − 𝛽 −𝛿𝑘 𝑒𝑥𝑝 − 𝑙
𝑡 (15)

Persamaan di atas pada sisi kanan, suku yang pertama lebih dominan disbanding yang
kedua, yang dapat disederhanankan menjadi
𝑛 𝑡 𝑡
𝑛 0
= 𝑒𝑥𝑝 𝑇
(16)
𝛽 −𝛿𝑘
𝑇= 𝜆𝛿𝑘
𝛿𝑘 < 𝛽 (17)
𝑙
𝑇 = 𝛿𝑘 −𝛽 𝛿𝑘 > 𝛽 (18)

Dalam hal ini 𝑇 adalah perioda atau e-folding time, waktu yang diperlukan untuk
melipatkan fluks neutron menjadi e kali fluks neutron mula-mula. Persamaan di atas
menunjukkan bahwa untuk 𝛿𝑘 < 𝛽 maka neutron kasip dan neutron serentak berperan
bersamaan dalam pengendalian proses reaksi fisi berantai, tetapi untuk 𝛿𝑘 > 𝛽 neutron
serentak saja yang mengendalikan reaksi fisi berantai sehingga perubahannya dapat sangat
cepat. Hal lebih rinci akan dipelajari dalam bidang reaktor nuklir.
107

Contoh soal 2
Hitung perubahan populasi neutron dalam logam 235
𝑈 jika neutron energy 1MeV
dan k=1,001. Berat jenis logam uranium 19 𝑔 𝑐𝑚3 dan 𝜍𝑎 = 1,4𝑏 fraksi neutron kasip
0,0065 dan konstanta peluruhan 0,1𝑠 −1 . Hitung pula perubahan fluks neutron jika
k=1,0075
Penyelesaian
a. Untuk k=1,001 sehingga 𝛿𝑘 =0,001
Sehubungan 𝛿𝑘 < 𝛽 maka
𝛽 − 𝛿𝑘 0,0065 − 0,001
𝑇= = = 55
𝜆𝛿𝑘 0,1 × 0,001
𝑛 𝑡 𝑡 𝑡
= 𝑒𝑥𝑝 = 𝑒𝑥𝑝 = 𝑒 0,0182𝑡
𝑛 0 𝑇 55
Untuk meningkatkan fluks neutron menjadi e kalinya memerlukan waktu 55 detik
b. Untuk k=1,0075 sehingga 𝛿𝑘 =0,0075

Sehubungan 𝛿𝑘 > 𝛽
1 1
Umur satu generasi neutron 𝑙 = = = 9,47 × 10−9 𝑠
Σ𝑎 𝑣 0,0682 𝑐𝑚 −1 ×1,39×10 9 𝑐𝑚 𝑠

𝑙 9,47 × 10−9
𝑇=𝑇= = = 9,47 × 10−6 𝑠
𝛿𝑘 − 𝛽 0,0075 − 0,0065
𝑛 𝑡 𝑡 𝑡 5
= 𝑒𝑥𝑝 = 𝑒𝑥𝑝 = 𝑒 10 𝑡
𝑛 0 𝑇 9,47 × 10−6
Untuk meningkatkan fluks neutron menjadi e kalinya memerlukan waktu 9,47 × 10−6 𝑠

Contoh soal 2 di muka memberikan gambaran bahwa perubahan yang sangat cepat
untuk 𝛿𝑘 > 𝛽 sehingga kondisi operasi reaktor nuklir pada rentang 𝛿𝑘 < 𝛽
Deviasi factor multiplikasi 𝛿𝑘 disebut dengan reaktivitas. Nilai reaktivitas sering
dinyatakan dengan nilai relatif yaitu dibandingkan dengan fraksi neutron kasip 𝛽 menjadi 𝛿𝑘 𝛽 .

satuan reaktivitas realtif tersebut sering dengan satuan dollar. Jika 𝛿𝑘 𝛽 = 1 makasetara

dengan reaktivitasnya 1 dollar atau 100 cent, sehingga jika 𝛿𝑘 𝛽 = 0,5 maka setara dengan

50 cent
Kondisi kekritian dapat dibedakan didasarkan karakteristik reaksi fisi berantai menjadi 3
yaitu
108

1. Subkritis yaitu jika nilai reaktivitas negative atau 𝛿𝑘 𝛽 < 0

2. Superkritis kasip yaitu jika nilai reaktivitas positif dan kurang dari pada fraksi

neutron kasipnya atau 0 < 𝛿𝑘 𝛽 < 1

3. Superkritis serentak jika nilai reaktivitas lebih dari pada fraksi neutron kasipnya

atau 𝛿𝑘 𝛽 > 1

Masing-masing kondisi kekritisan mempunyai karakteristik perubahan nilai populasi


neutron terhadap waktu.

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
Lamarsh J.R.,Baratta A.J., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall,
New Jersey.
Stephenson R,Ph.D, 1958, Introduction to Nuclear Enggineering, Mc Graw Hill Book
Company.Inc, New York.
109

MODUL BAHAN AJAR PENGANTAR TEKNIK NUKLIR


MINGGU KE 15 KESELAMATAN RADIASI

Tujuan instruksional khusus


Mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan resiko yang mungkin timbul dalam penerapan teknologi nuklir
b. Menjelaskan prinsip proteksi radiasi
110

KESELAMATAN RADIASI

Teknologi adalah produk peradaban manusia, yang merupakan terapan praktis ilmu
pengetahuan dalam bidang tertentu. Sering dikatakan bahwa teknologi bagaikan pisau bermata
dua, ada sisi manfaat tetapi juga ada sisi yang memberikan resiko. Oleh karena itu perlu upaya
untuk meminimalkan resiko yang ditimbulkan dalam pemanfaatan teknologi.
Dalam Glosarium Ilmu pengetahuan dan Teknologi yang diterbitkan Badan tenaga
Nuklir Nasional (BATAN), yang dimaksud dengan keselamatan radiasi suatu kondisi agar efek
radiasi pada makhluk hidup tidak melampaui batas yang telah ditentukan. Oleh karenanya perlu
tindakan untuk mencapai kondisi tersebut, antara lain mengurangi pengaruh merusak radiasi
terhadap manusia akibat peanfaatan teknologi nulir.
Dalam bidang teknologi nuklir, untuk menegakkan keselamatan radiasi, ada dua
penyebab yanga dapat merugikan yaitu reaksi fisi bahan fisil dan paparan radiasi yang tidak
perlu.
Kekritisan bahan bakar nuklir yang tidak perlu dapat terjadi pada prosess pengolahan
bahan bakar nuklir. Perlu disadari bahwa sumber neutron tidak hanya dalam reactor nuklir,
tetapi di sekitar kita setiap saat ada paparan neutron alami. Oleh karenanya dalam dalam
penangananbahan fisil harus diupayakan bahan tersebut dalam kondisi kekritisan sub kritis
sehingga tidak mungkin terjadi reaksi fisi berantai
Kesadaran keselamatan radiasi dimulai sejak akhir abad ke 19, yang mana ditemukan
fakta bahwa kasus paparan radiasi sinar-X dapat mengakibatkan eritema kulit, Pada awal abad
20 dilaporkan ada 94 kasus kanker kulit, 50 di antaranya adalah radiologis.
Untuk meminimalkan resiko akibat pemanfaatan radiasi perlu tindakan proteksi radiasi
dengan membatasi penerimaan dosis radiasi. Oleh karenanya diperlukan pengetahuan tentang
satuan dosis radiasi
1. Satuan dosis radiasi.
Pengertian dosis radiasi adalah jumlah radiasi dalam medan radiasi atau energi yang
diserap oleh materi yang dilewatinya. Dosis radiasi yang terkait jumlah radiasi dalam medan
radiasi adalah fluks radiasi, intensitas radiasi, paparan radiasi, sedangkan dosis radiasi yang
terkait serapan renergi radiasi adalah adalah dosis serap, dan dosis ekuivalen. Tiga satuan
dosis radiasi yang sering digunakan yairu paparan, dosis serap, dosis ekuivalen.
111

a. Dosis paparan
Paparan radiasi merupakan satuan dosis radiasi yang digunakan khusus untuk radiasi
berupa gelombang elektromagnetik, yaitu sinar-x dan radiasi gamma. Besaran paparan (X),
menyatakan jumlah muatan listrik semua ion yang mempunyai tanda yang sama (q) dalam
satu satuan volume medium udara yang mempunyai massa m .
∆𝑞
𝑋 = ∆𝑚 (1)

Dalam SI, satuan paparan adalah C/kg. Satuan paparan dalam system konvensional
adalah roengent, disingkat R, yang setara dengan terbentuknya 1 satuan elektrostatik (1esu =
3,333×10-10C) muatan satu tanda dari interaksi radiasi gamma dalam 0,001293 g udara ( 1
cm3 udara pada 1 atm dan 0C), yang kesetaraannya 1𝑅 = 2,58 × 10−4 𝐶 𝑘𝑔.

b. Dosis serap
Besaran dosis serap (D) menyatakan energy radiasi yang diserap atau diterima oleh
materi yang dilewatinya. Satuan konvensional untuk serap adalah rad yang merupakan
singkatan dari radiation absorbed dose, yang setara dengan serapan energy 100 erg per gram
materi yang dilewatinya. Besaran dosis serap dapat digunakan untuk semua jenis radiasi.
∆𝐸
𝐷 = ∆𝑚 (2)

Menurut SI, satuan dosis serap adalah gray disingkat Gy, yang meyatakan 1 J/kg materi
yang dilewati, segingga 1Gy=100 rad. Untuuk partikel tidak bermuatan didifinisikan kerma yaitu
penjumlahan energi kinetik partikel bermuatan yang terbentuk akibat interaksi radiasi tak
bermuatan per satuan massa. Radiasi tak bermuatan tersebut adalah radiasi gamma dan
neutron

c. Dosis ekuivalen
Tingkat kerusakan pada jaringan biologi tidak hanya ditentukan oelh jumlah energy
yang diserap oleh materi jaringan biologi tersebut. Oleh karenanya didefinisikan besaran dosis
ekuivalen menyatakan tingkat kerusakan relative dalam jaringan biologi tersebut Untuk
menentukan dosis ekuivalen dengan cara mengalikan nilai dosis serap dengan factor bobot
radiasi (𝑊𝑅 ) yang tergantung jenis radiasi dan energinya.
𝐻 = 𝑊𝑅 ∙ 𝐷 (3)
Besaran dosis radiasi yang dinyatakan dengan dosis ekuivalen digunakan dalambidang
keselamatan radiasi.
112

Contoh soal 1
Pekerja radiasi berada dalam ruangan yang mempunyai paparan radiasi gama 0,2
mrad/jam dan neuton 10 keV dengan laju dosis serap 0,1 mrad/jam selama 30 menit. Factor
bobot radiasi gama dan neutron adalah 1 dan 10
Hitung dosis ekuivalennya.
Penyelesaian
𝐻= 𝐷 ∙ 𝑤𝑅
𝑚𝑟𝑎𝑑 𝑟𝑒𝑚 𝑚𝑟𝑎𝑑 𝑟𝑒𝑚 1𝑗𝑎𝑚
𝐻= 0,2 ×1 + 0,1 × 10 × 30𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × = 0,6𝑚𝑟𝑒𝑚
𝑗𝑎𝑚 𝑟𝑎𝑑 𝑗𝑎𝑚 𝑟𝑎𝑑 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

2. Proteksi radiasi
Peraturan Kepala Badan pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 tahun 2013 tentang Proteksi
Radiasi dalam pemanfaatan Tenaga Nuklir, Pasal 1 peraturan tersebut menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi. Pasal 10 mengatur
persyaratan proteksi radiasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir, yang meliputi justifikasi, limitasi
dosis, dan optimasi dan keselamatan radiasi.
Pada umumnya tindakan proteksi radiasi dengan mengatur 4 faktor proteksi
radiasi, yaitu menggunakan sumber radiasi secukupnya saja, mengatur waktu,
mengatur jarak, dan menggunakan bahan perisai. Limitasi dosis diatur dalam Peraturan
Kepala Bapeten no 4 tahun 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam
Pemanfaatan Tenaga Nuklir dengan menetapkan nilai bats dosis untuk pekerja radiasi
dan masyarakat umum.
a. Kuat sumber radiasi
Dalam kondisi yang tertentu, laju dosis radiasi berbanding lurus dengan kuat
sumber, sehingga dosis radiasi yag diterima pekerja radiasi akan berbanding lurus
dengan kuat sumber radiasi. Untuk sumber radiasi berupa zat radioaktif, maka kuat
sumber dapat dinyatakan dengan aktivitas zat radioaktif tersebut.
𝐻∝𝑆 (4)
113

Contoh soal 2
Untuk suatu keperluan tertentu digunakan sumber radiasi cobalt-60 dengan
aktivitas 10 mCi sehingga pada lokasi tertentu memberikan laju dosis 1mSv/jam.
Berapa laju dosis pada lokasi tersebut jika aktivitas sumber radiasi 1 mCi cobalt-60
Penyelesaian
𝐻∝𝑆
𝑆2 1𝑚𝐶𝑖
𝐻2 = 𝐻1 = 1𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚 = 0,1𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑆1 10𝑚𝐶𝑖

Laju dosis pada lokasi yang sama jika aktivitas 1mCi menjadi 0,1mSv/jam.

b. Waktu
Kuat sumber radiasi dinyatakan dengan pelepasan radiasi per satuan waktu,
sehingga dosis radiasi akan berbanding lurus dengan waktu.
𝐻 =𝐻∙𝑡 (5)
Pengaturan waktu dalam rangka tindakan proteksi radiasi adalah dengan
membatasi waktu bagi pekerja radiasi. Pekerja radiasi tidak dibenarkan berada dalam
medan radiasi yang tidak diperlukan. Contoh lain misalnya jika pekerjaan memelukan
waktu yang panjang, maka pekerjaan tersebut dapat dilakukan tidak hanya seorang diri
tetapi dengan beberapa orang secara bergantian dengan membagi tugas tersebut.

Contoh soal 3
Untuk mengerjakan suatu pekerjaan dalam medan radiasi dengan laju dosis 5
mrem/jam dalam waktu 45 menit. Untuk keperluan keselamatan radiasi, untuk
pekerjaan ini pekerja radiasi tidak boleh lebih dari 2,5 mrem. Bagaimana tindakan
proteksi radiasi agar memenuhi ketentuan tersebut.
Penyelesaian
114

𝑚𝑟𝑒𝑚
Dosis yanga akan diterima jika dikerjakan seorang pekerja radiasi = 5 ×
𝑗𝑎𝑚
1𝑗𝑎𝑚
45𝑚𝑛𝑡 × 60𝑚𝑛𝑡 = 3,75𝑚𝑟𝑒𝑚

Agar dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi tidak lebih dari 2,5 mrem maka
jumlah pekerja radiasi yang mengerjakan tugas tersebut =3,75 mrem/2,5 mrem=1,5
orang.
Salah satu alternative untuk mengerjakan tugas tersebut dilakukan 2 orang
pekerja radiasi dengan waktu masing-masing 22,5 menit.

c. Jarak.
Pada umumnya ukuran sumber radiasi sangat kecil sehingga dimensi sumber
radiasi jauh lebih kecildibandingkan dengan jaraknya, sehingga sering diasumsikan
sumber berbentuk titik
Dengan asumsi radiasi dipancarkan secara isotropik dan tidak serapan oleh
medium, maka radiasi yang dilepaskan dari sumber radiasi akan sama dengan radiasi
yang menembus kulit bola dengan jari-jari sama dengan jarak dari sumber radiasi ke
titik yang dimaksud.
𝑆 = 4𝜋𝑟 2  (6)
Maka fluks radiasi dapat ditulis
𝑆
 = 4𝜋𝑟 2 (7)

Hubungan fluks radiasi dengan jarak


2 𝑟2
= 𝑟12 (8)
1 2

Fluks radiasi berbanding lurus dengan laju dosis radiasi maka


𝐻2  𝑟2
= 2 = 𝑟12 (9)
𝐻1 1 2

Persamaan di atas menunjukkan bahwa laju dosis radiasi berbanding terbalik dengan
kuadrat jaraknya.
115

Contoh soal 4
Laju dosis pada jarak 50 cm dari sumber radiasi gamma sebesar 100 mrem/jam.
Hitung jarak kesumber radiasi agar laju dosis kurang dari 2,5 mrem/jam
Penyelesaian
𝐻2 𝑟12
=
𝐻1 𝑟22
2
2,5 𝑚𝑟𝑒𝑚/𝑗𝑎𝑚 0,5 𝑚
=
100 𝑚𝑟𝑒𝑚/𝑗𝑎𝑚 𝑟 2
100
𝑟 2 = 0,25 × = 10𝑚2
2,5
𝑟 = 10 = 3,163𝑚

Jarak agar laju dosis radiasi tidak lebih dari 2,5 mrem/jam adalah lebih dari
3,163 m.

d. Perisai.
Perisai berfungsi sebagai bahan yang menyerap radiasi. Untuk radiasi berupa partikel
bermuatan maka tebal perisai yang diperlukan harus lebih tebal disbanding nilai jangkaunya,
sedangkan untuk foton dapat dengan persamaan berikut:
𝑥
𝐻𝑥  1 𝑥 1/2
= 𝑥 = 𝑒 −𝜇𝑥 =
𝐻0 0 2
Dalam hal ini  adalah koefisien atenuasi materi perisai yang digunakan, x adalah tebal
perisai dan x1/2 adalah tebal paro perisai.

Contoh soal 5
Laju dosis pada jarak 100 cm dari sumber radiasi gamma sebesar 100
mrem/jam. Laju dosis maksimum yang diizinkan 2,5 mrem/jam. Untuk menurunkan
116

laju dosis digunakan perisai timbal dengan tebal paro 3 mm. Hitung tebal perisai yang
diperlukan.
Penyelesaian
𝑥
𝐻𝑥 1 𝑥 1/2
=
𝐻0 2
𝑥
2,5𝑚𝑟𝑒𝑚/𝑗𝑎𝑚 1 3𝑚𝑚
= = 0,025
100𝑚𝑟𝑒𝑚/𝑗𝑎𝑚 2

𝑥
𝑙𝑛 0,5 = 𝑙𝑛 0,025
3𝑚𝑚
𝑙𝑛 0,025
𝑥= × 3𝑚𝑚 = 15,966𝑚𝑚
𝑙𝑛 0,5
Agar laju dosis radiasi maksimal 2,5 mre/jam maka diperlukan perisai timbal
minimal 15,966 mm.

Pengaturan jarak dan penggunaan perisai radiasi hanya cocok untuk sumber radiasi
eksternal yang kedudukannya tetap. Unntuk sumber radiasi yang dapat menyebar yang berupa
zat radioaktif, tindakan proteksi radiasi adalah dengan mencegah masuknya zat radioaktif
tersebut ke dalam tubuh.
Media yang memungkinkan adalah udara dan air melewati gerbang pernafasan dan
pencernaan. Oleh karenanya perlu penetapan kadar radioaktivitas dalam udara dan air.

Daftar referensi
Connolly. T.J., 1978, Foundation to Nuclear Engineering, John Wiley & Sons, New York.
Lamarsh J.R.,Baratta A.J., 2001, Introduction to Nuclear Engineering, 3rd, Prentice Hall,
New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai