Anda di halaman 1dari 212

GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 4 Juni 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (1)

PELAJARAN I

CREDO YANG BENAR


&
AJARAN-AJARAN SESAT

TENTANG DIRI KRISTUS


I) Credo yang benar tentang diri Kristus.

Pada tahun 325 Masehi ada sidang gereja di kota Nicea yang
melahirkan Nicene Creed (= Pengakuan Iman Nicea), yang
meneguhkan doktrin tentang Allah Tritunggal. Pengakuan iman ini
direvisi dalam Sidang Gereja di Constantinople pada tahun 381
Masehi, dan lalu disebut dengan nama Pengakuan Iman Nicea-
Constantinople, yang bunyinya adalah sebagai berikut:
“Aku percaya kepada satu Allah Bapa yang mahakuasa, Pencipta
langit dan bumi, dan segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
Dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya Anak Allah yang
diperanakkan, diperanakkan dari Bapa sebelum alam semesta, Allah
dari Allah, terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati,
diperanakkan, bukan dicipta, sehakekat dengan Sang Bapa, oleh siapa
segala sesuatu dicipta;
Yang untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita telah turun dari
sorga, dan diinkarnasikan oleh Roh Kudus dari anak dara Maria, dan
dijadikan manusia; Ia telah disalibkan, juga bagi kita, di bawah
pemerintahan Pontius Pilatus. Ia menderita dan dikuburkan; dan
pada hari ketiga Ia bangkit kembali, sesuai dengan Kitab Suci, dan
naik ke sorga; dan duduk di sebelah kanan Bapa. dan Ia akan datang
kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan
yang mati; yang kerajaanNya takkan berakhir.
Dan aku percaya kepada Roh Kudus, Tuhan dan Pemberi kehidupan,
yang keluar dari Bapa dan Anak, yang bersama-sama dengan Bapa
dan Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan
perantaraan para nabi.
Dan aku percaya satu gereja yang am dan rasuli, aku mengakui satu
baptisan untuk pengampunan dosa, dan aku menantikan kebangkitan
orang mati, dan kehidupan di dunia yang akan datang.
Amin”.

Sekalipun dalam Pengakuan Iman ini juga ditegaskan akan


keilahian Kristus, dan bahwa Ia telah menjadi manusia, tetapi
Pengakuan Iman ini tidak menyatakan apa-apa tentang hubungan
antara keilahian dan kemanusiaan Kristus, sehingga akhirnya
muncul banyak ajaran sesat dalam Kristologi.

Credo (= pengakuan iman) yang paling penting dalam Kristologi,


khususnya dalam persoalan hubungan antara keilahian dan
kemanusiaan Yesus, adalah Chalcedonian Creed (= Pengakuan
Iman Chalcedon), yang diciptakan dalam sidang gereja di kota
Chalcedon pada tahun 451 Masehi.

Chalcedonian Creed / Pengakuan Iman Chalcedon:


“We all with one accord teach men to acknowledge one and the same
Son, our Lord Jesus Christ, at once complete in Godhead and complete
in manhood, truly God and truly man ... one and the same Christ, Son,
Lord, only begotten, recognized in two natures, without confusion,
without change, without division, without separation ... the
characteristics of each nature being preserved and coming together to
form one person ...” (= Kami semua, dengan suara bulat, mengajar
manusia untuk mengakui Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita
Yesus Kristus, pada saat yang sama sempurna / lengkap dalam
keilahian dan sempurna / lengkap dalam kemanusiaan, sungguh-
sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia ... Kristus, Anak, Tuhan
yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, dikenali
dalam 2 hakekat, tanpa kekacauan / percampuran, tanpa perubahan,
tanpa perpecahan, tanpa perpisahan ... sifat-sifat setiap hakekat
dipertahankan dan bersatu membentuk 1 pribadi ...).

Ada 2 hal yang perlu disoroti dari Pengakuan Iman Chalcedon ini:

1) Without confusion / without change (= tanpa kekacauan /


percampuran / tanpa perubahan).
Ini menunjukkan bahwa:
a) Human nature (= hakekat manusia) dan divine nature (=
hakekat ilahi) tetap berbeda, dan mempunyai /
mempertahankan sifat-sifatnya sendiri-sendiri.
b) Human nature (hakekat manusia) tidak menjadi divine (= ilahi),
dan sebaliknya divine nature (= hakekat ilahi) tidak menjadi
human (= manusia).
c) Human nature (= hakekat manusia) dan divine nature (=
hakekat ilahi) tidak bercampur dan membentuk nature (=
hakekat) yang ke 3.

2) Without division / without separation (= tanpa perpecahan / tanpa


perpisahan).
Ini menunjukkan bahwa LOGOS tidak pernah terpisah dari
human nature (= hakekat manusia).
Catatan: LOGOS menunjuk pada keilahian Yesus.

Catatan: kata ‘nature’ oleh banyak orang diterjemahkan ‘sifat’,


sehingga mereka lalu merumuskan Kristus sebagai 1 pribadi
dengan 2 sifat! Tetapi ini jelas merupakan terjemahan yang salah,
dan mengarah pada perumusan yang salah juga!

Menurut ‘Webster’s New World Dictionary of the American


Language’ (College Edition) kata ‘nature’ mempunyai 10 arti dan
yang nomer 1 adalah: “The essential character of a thing; quality or
qualities that make something what it is; essence” (= Sifat-sifat yang
hakiki dari suatu benda; kwalitas yang membuat sesuatu itu dirinya;
hakekat).

Dalam Kristologi, istilah ‘nature’ itu harus diterjemahkan ‘hakekat’,


bukan ‘sifat’!

William G. T. Shedd, seorang ahli Theologia Reformed pada abad


19, mengatakan: “When we speak of a human nature, a real
substance having physical, rational, moral and spiritual properties is
meant” (= Pada waktu kita berbicara tentang human nature, maka
yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki sifat-sifat
fisik, rasio, moral dan rohani) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II,
hal 289.

Charles Hodge mengatakan hal yang serupa, yang terlihat dari


beberapa kutipan di bawah ini:
1. “By ‘nature’, in this connection is meant substance. In Greek the
corresponding words are PHUSIS and OUSIA; in Latin, NATURA
and SUBSTANTIA” (= Yang dimaksud dengan ‘nature’ dalam
persoalan ini adalah zat / bahan / hakekat. Dalam bahasa Yunani
kata yang cocok / sama ialah PHUSIS dan OUSIA; dalam Latin
NATURA dan SUBSTANTIA) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal
387.
2. “... we are taught that the elements combined in the constitution of
his person, namely, humanity and divinity, are two distinct natures,
or substances” (= ... kita diajar bahwa elemen-elemen yang
disatukan / digabungkan dalam pembentukan pribadiNya, yaitu
kemanusiaan dan keilahian, adalah dua hakekat, atau zat / bahan
yang berbeda) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 388.
3. “... the elements united or combined in his person are two distinct
substances, humanity and divinity; that He has in his constitution the
same essence or substance which constitutes us men, and the same
substance which makes God infinite, eternal, and immutable in all
his perfections” (= elemen-elemen yang disatukan atau digabungkan
dalam pribadiNya adalah dua zat / bahan / hakekat yang berbeda,
kemanusiaan dan keilahian; sehingga dalam pembentukanNya Ia
mempunyai hakekat atau zat / bahan yang sama yang membentuk
kita menjadi manusia, dan zat / bahan yang sama yang membuat
Allah itu tidak terbatas, kekal, dan tetap / tidak berubah dalam
semua kesempurnaanNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 389.
4. “That in his person two natures, the divine and the human, are
inseparably united; and the word nature in this connection means
substance” (= Bahwa dalam pribadiNya dua natures, ilahi dan
manusiawi, dipersatukan secara tak terpisahkan; dan dalam hal ini
kata nature berarti zat / bahan) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal
391.

II) Ajaran-ajaran sesat tentang diri Kristus.

1) Adoptionism.

Dalam buku-buku sejarah maupun Theologia, biasanya


Adoptionism ini tidak dimasukkan dalam perdebatan Kristologi /
ajaran-ajaran sesat tentang diri Kristus, mungkin karena ajaran
ini ada pada abad 3 Masehi, yaitu sebelum ‘musim’ perdebatan /
kesesatan tentang Kristologi itu muncul (abad 4-7 Masehi).

Tetapi kalau dilihat ajarannya, maka ini jelas juga termasuk


ajaran sesat dalam Kristologi.

Tokohnya yang paling terkenal bernama Paul of Samosata, yang


adalah seorang bishop (= uskup) dari Antiokhia.
Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus adalah manusia biasa,
yang pada saat baptisan (Catatan: ada yang mengatakan bukan
pada saat baptisan, tetapi setelah kebangkitan Kristus) menerima
kuasa ilahi dan diangkat ke suatu posisi ilahi. Jadi, ada
perkembangan dalam diri Kristus, dari manusia biasa menjadi
semacam Allah (bukan betul-betul Allah, tetapi lebih rendah dari
Allah).

2) Apollinarianism.

Ajaran ini mendapatkan namanya dari tokohnya yang bernama


Apollinarius / Apollinaris, yang adalah seorang bishop (= uskup)
di kota Laodicea, Syria.

Apollinarius ini mempunyai kepercayaan yang disebut


Psychological Trichotomy yang mempercayai bahwa manusia itu
terdiri dari tubuh (Yunani: SOMA), jiwa (Yunani: PSUCHE), dan
rational spirit / mind (= roh yang rasionil / pikiran; Yunani:
PNEUMA atau NOUS).

Dan tentang diri Yesus Kristus, ia berpendapat bahwa Yesus


mempunyai tubuh (SOMA) dan jiwa (PSUCHE), tetapi tidak
punya rational spirit / roh yang rasionil atau mind / pikiran
(PNEUMA atau NOUS), karena pikiranNya adalah dari Logos dan
bersifat ilahi. Jadi, Kristus bukan manusia sepenuhnya, karena Ia
tidak mempunyai pikiran manusia.
Ajaran ini terlalu menekankan keilahian Kristus sehingga
mengorbankan kemanusiaanNya.

Dasar Kitab Suci yang ia pakai adalah Yoh 1:14 yang secara
hurufiah berbunyi ‘And the Word became flesh’ (= Dan Firman itu
telah menjadi daging).
Catatan: anehnya, kalau ia memang menekankan kata ‘daging’
dalam Yoh 1:14 ini, mengapa ia tidak berpendapat bahwa Kristus
hanya mempunyai tubuh manusia saja? Mengapa ada jiwa?

Ajaran ini ditentang oleh Gregory Nazianzus yang mengatakan


bahwa Kristus harus mempunyai semua elemen manusia, karena
kalau tidak, Ia tidak bisa menebus elemen tersebut dalam diri
kita. Ia juga mengatakan bahwa ‘daging’ dalam Yoh 1:14 itu
merupakan suatu synecdoche (= gaya bahasa dimana yang
sebagian mewakili seluruhnya) dan menunjuk pada seluruh
hakekat manusia (termasuk jiwa / rohnya).
Pada tahun 362 Masehi Sidang gereja di kota Alexandria sudah
menentang ajaran ini (tanpa menyatakan siapa pengajarnya) dan
menyatakan bahwa Kristus mempunyai reasonable soul (= jiwa
yang bisa berpikir).

Apolinarius tidak melepaskan diri dari gereja, dan ia membentuk


sebuah sekte, sampai tahun 375 Masehi.

Pada tahun 381 Masehi sidang gereja di Constantinople kembali


mengecam ajaran ini beserta pengajarnya.

3) Nestorianism.
Ajaran ini mendapatkan namanya dari nama tokohnya yaitu
Nestorius, yang pada tahun 428 Masehi menjadi bishop di kota
Constantinople.

Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus terdiri dari 2 pribadi (yaitu


pribadi Allah dan pribadi manusia), tetapi LOGOS menguasai
manusia Yesus sepenuhnya sehingga Yesus menginginkan,
menghendaki dan berbicara seperti Allah. Kristus disembah
bukan karena Dia adalah Allah, tetapi karena Allah ada di dalam
Dia.
Nestorius menentang istilah THEOTOKOS (= Bunda Allah), dan
mengusulkan istilah CHRISTOTOKOS (= Bunda Kristus) untuk
Maria, karena ia berpendapat bahwa Maria tidak melahirkan
Allah, tetapi hanya melahirkan ‘tempat’ dimana Allah diam /
tinggal.

Ajaran ini dikecam oleh Sidang gereja di kota Efesus pada tahun
431 Masehi, yang sekaligus mempertahankan istilah ‘Bunda
Allah’ untuk Maria.

Catatan: Perlu ditekankan bahwa istilah ‘bunda Allah’ itu


dipertahankan oleh sidang gereja di Efesus itu, bukan untuk
meninggikan / memuliakan Maria, TETAPI UNTUK
MENUNJUKKAN PERSATUAN YANG TIDAK TERPISAHKAN
ANTARA HAKEKAT ILAHI DAN HAKEKAT MANUSIA DALAM
DIRI KRISTUS.

Jadi kalau setelah itu gereja Roma Katolik menggunakan istilah


‘bunda Allah’ itu untuk meninggikan / memuliakan Maria, maka itu
adalah sesuatu yang salah, yang sama sekali tidak dimaksudkan
oleh sidang gereja di Efesus itu.
4) Eutychianism.

Ajaran ini mendapat namanya dari tokohnya yang bernama


Eutyches [artinya adalah the Fortunate (= si untung / mujur). Para
penentangnya mengatakan bahwa ia seharusnya dinamakan
Atyches yang berarti the Unfortunate (= si sial)].

Ajaran ini mengatakan bahwa pada saat inkarnasi, divine nature /


hakekat ilahi menghisap / menyerap (absorb) human nature /
hakekat manusia, sehingga Kristus hanya mempunyai 1 nature /
hakekat saja, yaitu divine nature / hakekat ilahi.

Eutyches ini mempunyai teman-teman yang berkuasa sehingga


akhirnya dalam Sidang gereja di kota Efesus pada tahun 449
Masehi ada ancaman dan siksaan terhadap para penentangnya,
sehingga para penentangnya tidak berani berkata apa-apa.
Akhirnya Sidang gereja ini justru membela ajaran sesat ini, dan
sidang ini dikenal dengan nama The Council of Robbers (=
Sidang gereja perampok).

Baru pada tahun 451 Masehi Sidang gereja di kota Chalcedon


mengecam ajaran ini, dan sekaligus menciptakan Chalcedonian
Creed (= Pengakuan Iman Chalcedon).

5) Monophysitism.

Istilah Monophysitism berasal dari kata bahasa Yunani MONO,


yang berarti ‘alone’ (= sendiri) atau ‘one’ (= satu), dan PHUSIS
yang berarti ‘nature / essence’ (= hakekat).

Mereka beranggapan bahwa ajaran tentang adanya 2 natures /


hakekat (seperti yang dinyatakan oleh Chalcedonian Creed)
dalam diri Kristus tidak bisa tidak akan menyebabkan adanya 2
pribadi dalam diri Kristus, seperti yang diajarkan Nestorianism.
Karena itu maka mereka mengajar bahwa Kristus hanya
mempunyai 1 nature / hakekat saja, yang bukan divine / ilahi
maupun human / manusia, tetapi kedua-duanya (both divine and
human).

Ajaran ini dikecam oleh Sidang gereja di Constantinople pada


tahun 553 Masehi.

6) Monothelitism.
Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus mempunyai 2 natures /
hakekat, yaitu divine / ilahi dan human / manusia, tetapi hanya 1
kehendak (Yunani: THELEMA) yang adalah divine - human / ilahi
- manusia (campuran).

Ajaran ini dikecam oleh Sidang gereja di kota Constantinople


pada tahun 680 / 681 Masehi.

Bahwa dalam Kristologi ada begitu banyak ajaran sesat yang muncul,
menunjukkan betapa pentingnya pengertian tentang Kristologi ini.
Kalau ini bukan sesuatu yang penting untuk iman kita, setan tidak
akan menyerangnya dengan menggunakan begitu banyak ajaran
sesat.

Kalau kita melihat dalam scope / ruang lingkup yang lebih luas, maka
kita bisa melihat bahwa dalam dunia ini agama yang mempunyai
paling banyak aliran (baik yang termasuk aliran yang benar maupun
yang sesat), adalah agama kristen. Semua agama yang lain hanya
mempunyai sedikit / beberapa aliran saja, tetapi kristen mempunyai
puluhan atau mungkin ratusan aliran. Orang sering meninjau hal ini
secara negatif dengan menganggap ini sebagai hal yang jelek. Tetapi
sebetulnya hal ini bisa ditinjau secara positif, yaitu dengan menyadari
bahwa setan tentu paling senang untuk menyerang ajaran yang
benar / membawa keselamatan. Kalau suatu ajaran / agama adalah
salah / tidak membawa keselamatan, untuk apa setan menyerangnya
lagi?

Karena itu, adanya banyak aliran dan penyesatan dalam kekristenan


seharusnya justru membuat kita makin sungguh-sungguh dalam
mengikut Kristus, dan adanya banyak ajaran sesat dalam Kristologi
seharusnya membuat kita makin sungguh-sungguh dalam belajar
Kristologi!

-o0o-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 11 Juni 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (2)
PELAJARAN II

CHRIST: THE GOD-MAN

I) Kristus adalah sungguh-sungguh Allah.

1) Yesus menyebut diriNya sendiri ‘Anak Allah’.

Saksi-Saksi Yehuwa maupun para Unitarian berpendapat bahwa


karena Yesus adalah Anak Allah, maka Ia bukan Allah. Mereka
juga berulangkali mengatakan bahwa Yesus tidak pernah
mengclaim diriNya sebagai Allah, tetapi selalu sebagai Anak
Allah.

Jawaban:

a) Yesus memang tidak pernah menyatakan diri sebagai ‘Allah’;


Ia selalu menyatakan diri sebagai ‘Anak Allah’. Tetapi perlu
dipertanyakan pertanyaan ini: apakah kita harus membentuk
pemikiran / kepercayaan / ajaran tentang Yesus hanya
berdasarkan kata-kata Yesus sendiri saja, atau juga dari
bagian-bagian Kitab Suci yang lain? Yang dianggap sebagai
Firman Tuhan itu hanya kata-kata Yesus sendiri saja, atau juga
bagian-bagian lain dari Kitab Suci? Sekalipun Yesus sendiri
tidak pernah menyatakan diri sebagai ‘Allah’, tetapi banyak
ayat-ayat Kitab Suci yang menyatakan demikian, tetapi ini
akan saya bahas belakangan.

b) Ingat bahwa suatu istilah dalam Kitab Suci harus diartikan


sesuai dengan pengertian penulisnya / orang jaman itu tentang
istilah tersebut, bukan dengan pengertian orang jaman
sekarang tentang istilah tersebut.
Tentang istilah ‘Anak Allah’ yang digunakan oleh Yesus
terhadap diriNya sendiri ini, banyak orang menyalah-artikan
istilah ini, dengan mengatakan bahwa istilah ‘Anak Allah’
menunjukkan bahwa dulu hanya ada Allah saja, yang lalu
beranak, dsb. Karena itu jelas bahwa Yesus tidak setua /
sekekal BapaNya. Tetapi ini adalah penafsiran yang
menggunakan pengertian orang jaman sekarang tentang
istilah ‘Anak Allah’ itu. Padahal istilah itu digunakan sekitar
2000 tahun yang lalu di Palestina, dan karena itu harus
diartikan menurut pengertian orang-orang di sana pada jaman
itu.

Kalau begitu apa artinya? Tentang istilah / gelar ‘Anak Allah’


bagi Yesus, W. E. Vine memberikan komentar sebagai berikut:
“absolute Godhead, not Godhead in a secondary or derived sense,
is intended in the title” (= keAllahan yang mutlak, bukan
keAllahan dalam arti sekunder atau yang didapatkan, yang
dimaksudkan dalam gelar tersebut) - ‘An Expository Dictionary
of New Testament Words’, hal 1061.

Tetapi, apa dasarnya pandangan seperti ini?

1. Kita bisa mendapat jawabannya dengan membandingkan


istilah ‘Anak Allah’ dengan istilah ‘Anak Manusia’, yang
sama-sama merupakan gelar / sebutan yang sangat sering
digunakan oleh Yesus untuk diriNya sendiri. Kalau istilah
‘Anak Manusia’ diartikan bahwa Yesus ‘betul-betul
manusia’, maka istilah ‘Anak Allah’ harus diartikan bahwa
Yesus ‘betul-betul Allah’.

Maz 8:5 - “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?


Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”.

Dalam ayat ini jelas ada dua kalimat paralel, yang artinya
sama, tetapi menggunakan kata-kata yang berbeda. Jadi,
‘anak manusia’ sama dengan ‘manusia’!

2. Bandingkan dengan Mat 14:33 - “Dan orang-orang yang ada


di perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau
Anak Allah.’”.
Pikirkan ayat ini! Mereka menganggap Yesus betul-betul
adalah Anak Allah, dan karena itu mereka lalu menyembah
Dia. Kalau mereka menganggap bahwa ‘Anak Allah’ itu
‘bukan Allah’, atau ‘lebih rendah dari Allah’, maka
mungkinkah mereka, yang adalah orang-orang Yahudi
(bangsa monotheist, yang hanya menyembah Allah saja),
lalu menyembah Dia? Dari ayat ini jelas bahwa mereka
menganggap istilah ‘Anak Allah’ berarti ‘Allah sendiri’.

3. Bandingkan dengan Yoh 5:17-18 - “(17) Tetapi Ia berkata


kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka
Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang Yahudi
lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena
Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan
bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian
menyamakan diriNya dengan Allah.”.
NIV/NASB: ‘making himself equal with God’ (= membuat
diriNya sendiri setara dengan Allah).

Di sini terlihat dengan jelas bahwa pada waktu Yesus


menyebut diriNya sebagai ‘Anak Allah’, orang-orang Yahudi
pada saat itu mengerti bahwa kata-kata itu berarti bahwa
Yesus menganggap diri sehakekat dengan Allah, atau
menyamakan diri dengan Allah, atau menganggap diri
setara dengan Allah. Ini mereka anggap sebagai
penghujatan terhadap Allah, dan karena itu mereka mau
merajam Yesus.

Saksi-Saksi Yehuwa maupun para Unitarian menganggap


bahwa penyetaraan Yesus dengan Allah itu hanya
merupakan anggapan / penafsiran yang salah dari orang-
orang Yahudi tentang pengakuan Yesus sebagai Anak Allah.

Jawaban:

Kalau itu memang merupakan pemikiran yang salah dari


orang-orang Yahudi tentang kata-kata Yesus itu, mengapa
Yesus tidak mengoreksi pemikiran yang salah itu?

4. Yoh 19:7 - “Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: ‘Kami


mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati,
sebab Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah.’”.
Catatan: terjemahan sebenarnya dari kata-kata ‘Ia
menganggap diriNya sebagai Anak Allah’ adalah ‘Ia membuat
diriNya sendiri Anak Allah’.

Bdk. Mark 14:61-64 - “(61) Tetapi Ia tetap diam dan tidak


menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepadaNya
sekali lagi, katanya: ‘Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang
Terpuji?’ (62) Jawab Yesus: ‘Akulah Dia, dan kamu akan
melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang
Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di
langit.’ (63) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya
dan berkata: ‘Untuk apa kita perlu saksi lagi? (64) Kamu
sudah mendengar hujatNya terhadap Allah. Bagaimana
pendapat kamu?’ Lalu dengan suara bulat mereka
memutuskan, bahwa Dia harus dihukum mati.”.

Pengakuan Yesus bahwa diriNya adalah Anak Allah


membuat orang-orang Yahudi itu menganggapNya
menghujat Allah, sehingga mereka menganggap bahwa Ia
harus dihukum mati. Dan lagi-lagi, tidak ada bantahan /
pengkoreksian dari Yesus terhadap tuduhan tersebut.

2) Ada banyak ayat Kitab Suci yang secara explicit mengatakan


bahwa Yesus adalah Allah.

a) Maz 45:7-8 - “(7) Takhtamu kepunyaan (ya) Allah, tetap untuk


seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah
tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan
membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi
engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-
teman sekutumu.”.
Alkitab Indonesia salah terjemahan; entah dari mana muncul
kata ‘kepunyaan’ itu.
KJV: ‘Thy throne, O God’ (= TakhtaMu, ya Allah).

Juga ayat ini dikutip dalam Ibr 1:8-9.


Ibr 1:8-9 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata:
‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan
tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau
mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah,
AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda
kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.
Catatan: anehnya di sini Alkitab Indonesia bisa
menterjemahkan dengan benar.

b) Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang
putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di
atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib,
Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”.
Istilah ‘Allah yang perkasa’ ini muncul lagi dalam Yes 10:21.
Yes 10:20-21 - “(20) Tetapi pada waktu itu sisa orang Israel dan
orang yang terluput di antara kaum keturunan Yakub, tidak
akan bersandar lagi kepada yang mengalahkannya, tetapi akan
bersandar kepada TUHAN, Yang Mahakudus, Allah Israel, dan
tetap setia. (21) Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub akan
bertobat di hadapan Allah yang perkasa.”.

Di sini istilah ini diterapkan kepada Yahweh / Allah Israel


(ay 20)!

c) Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-


sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”.
Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS) di sini jelas menunjuk
kepada Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a yang mengatakan
bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’ dan dari Yoh 1:14b
yang menyebutNya sebagai ‘Anak Tunggal Allah’.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman /
Yesus itu adalah Allah.

d) Yoh 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi


Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang
menyatakanNya.”.

Perhatikan istilah ‘Anak Tunggal Allah’ yang saya garis bawahi


itu.
NWT: ‘the only begotten god’ (= satu-satunya allah yang
diperanakkan).
TDB: “satu-satunya allah yang diperanakkan”.
Catatan: NWT (New World Translation) dan TDB (Terjemahan
Dunia Baru) adalah Kitab Suci Saksi Yehuwa.

NASB: ‘the only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang


diperanakkan).

Dalam istilah / bagian ini terdapat textual problem (= problem


text, dimana ada perbedaan antara manuscript yang satu
dengan manuscript yang lain). Ada 4 golongan manuscript:
1. ‘the only begotten’ (= satu-satunya yang diperanakkan).
2. ‘the only begotten Son’ (= satu-satunya Anak yang
diperanakkan).
3. ‘the only begotten Son of God’ (= satu-satunya Anak Allah
yang diperanakkan).
4. ‘(the) only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang
diperanakkan).
Catatan: untuk yang ke 4 ini ada yang mengatakan bahwa ada
definite article / kata sandang tertentu (‘the only begotten
God’), tetapi kebanyakan mengatakan bahwa di sini tidak
digunakan definite article / kata sandang tertentu (‘only
begotten God’).

Kebanyakan penafsir menganggap bahwa manuscript yang


keempatlah yang benar, dengan alasan:

1. Ini didukung oleh manuscript yang paling kuno.


Makin kuno suatu manuscript, makin dekat manuscript itu
dengan autograph / naskah aslinya, sehingga makin
dipercaya. Makin baru suatu manuscript, makin jauh
manuscript itu dari naskah aslinya sehingga makin tidak
dipercaya.
Catatan: autograph adalah naskah asli, yang ditulis
langsung oleh para penulis Kitab Suci, dan ini saja yang
dianggap sebagai infallible dan inerrant (sama sekali tidak
ada salahnya). Tetapi autograph ini sudah tidak ada lagi /
musnah. Yang ada hanyalah salinan-salinan atau
manuscript-manuscript, yang sudah mengandung
kesalahan.

2. Ini merupakan ‘bacaan yang lebih sukar’ (‘more difficult


reading’).
Memang kalau ada perbedaan manuscript, biasanya bacaan
yang lebih sukar / ‘lebih tidak masuk akal’ yang diterima,
berdasarkan suatu anggapan bahwa penyalin manuscript itu
lebih mungkin untuk mengubah dari ‘yang tidak masuk akal’
menjadi ‘yang masuk akal’, dari pada mengubah dari ‘yang
masuk akal’ menjadi ‘yang tidak masuk akal’. Dengan kata
lain, penyalin manuscript itu mungkin sekali mempermudah
bacaan, tetapi tidak mungkin mempersukar bacaan.

Dalam peristiwa ini, kalau yang benar adalah yang no 1,


maka tidak mungkin ada penyalin yang mengubahnya
menjadi no 2 atau no 3, dan lebih-lebih tidak mungkin ada
penyalin yang mengubah menjadi yang no 4, yang ‘begitu
tidak masuk akal’.
Demikian juga kalau yang benar adalah no 2 atau no 3.
Sebaliknya, kalau no 4 yang benar, mungkin sekali penyalin
menganggap bacaan itu tidak masuk akal, dan ia
menganggapnya sebagai pasti salah, sehingga ia
mengubahnya menjadi no 1 atau no 2 atau no 3.
Pada waktu Yesus disebut dengan istilah ‘only begotten God’
(= satu-satunya Allah yang diperanakkan), maka:
a. Secara implicit ini menunjukkan bahwa ada semacam
kejamakan dalam diri Allah (karena ada Allah yang
diperanakkan, dan ada yang tidak) sehingga juga bisa
digunakan sebagai dasar dari Allah Tritunggal.
b. Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul diperanakkan oleh
Bapa. Karena itu ayat ini juga menjadi dasar dari doktrin ‘the
eternal generation of the Son’, yang mengajarkan bahwa
Anak diperanakkan secara kekal oleh Bapa.
c. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Bapa dan Roh
Kudus adalah Allah, tetapi Mereka tidak pernah
diperanakkan; Yesus adalah Allah, dan Ia diperanakkan.
Jadi, Ia adalah satu-satunya Allah yang diperanakkan.

e) Yoh 20:28 - “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan


Allahku!’”.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Tomas mengatakan


demikian hanya sebagai seruan keheranan / karena kaget.
Tetapi ini sama sekali tidak mungkin, karena:

1. Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada Yesus.


NASB (Literal / hurufiah): “Thomas answered and said to
Him, ‘My Lord and my God!’” (= Tomas menjawab dan
berkata kepadaNya: ‘Tuhanku dan Allahku!’).
Perhatikan bahwa dalam terjemahan NASB, yang memang
menterjemahkan secara hurufiah ini, dikatakan bahwa
‘Tomas menjawab dan berkata kepadaNya’. Kalau seseorang
mengucapkan kata-kata seperti ‘Ya Allah’, karena kaget, ia
sebetulnya tidak menujukan kata-kata itu kepada siapapun.
Jadi, ini bukan sekedar ucapan orang, yang karena kaget,
lalu berkata: ‘Tuhanku dan Allahku’. Tidak, ia betul-betul
mengucapkan kalimat itu kepada Yesus. Jelas bahwa
Tomas mengakui Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Allah.

2. A. H. Strong mengatakan bahwa kebiasaan menyebut nama


Allah pada saat kaget seperti itu tidak ada dalam kalangan
Yahudi, karena adanya larangan untuk menggunakan nama
Allah dengan sembarangan / sia-sia (‘Systematic Theology’,
hal 306).

Satu hal lain yang perlu diperhatikan berkenaan dengan ayat


ini adalah bahwa Yesus bukan saja tidak menegur /
memarahi / menyalahkan Tomas atas kata-katanya itu, tetapi
Yesus bahkan lalu mengucapkan kata-kata dalam Yoh 20:29 -
“Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.
Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus menerima, dan
membenarkan, penyebutan ‘Tuhan’ dan ‘Allah’ oleh Tomas
terhadap diriNya itu.

-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 18 Juni 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (3)
f) Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh
kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi
penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya
dengan darah (Anak)Nya sendiri”.

Ayat ini salah terjemahan karena kata ‘Anak’ (yang saya


letakkan dalam tanda kurung), sebetulnya tidak ada. Dengan
demikian kata ‘Nya’ jelas menunjuk kepada kata ‘Allah’ (yang
saya garis bawahi), dan sekaligus kata itu pasti menunjuk
kepada Yesus (karena ada kata ‘darah’).
Karena itu jelas bahwa ayat ini menyatakan Yesus sebagai
Allah.
Bandingkan dengan KJV di bawah ini.
KJV: ‘Take heed therefore unto yourselves, and to all the flock,
over the which the Holy Ghost hath made you overseers, to
feed the church of God, which he hath purchased with his own
blood’ (= Karena itu perhatikanlah dirimu sendiri, dan seluruh
kawanan, di atas mana Roh Kudus telah menjadikan kamu
penilik, untuk memberi makan gereja Allah, yang telah
dibeliNya dengan darahNya sendiri).

Catatan: NIV dan NASB menterjemahkan seperti KJV. RSV =


Kitab Suci Indonesia, tetapi pada catatan kakinya memberikan
terjemahan seperti KJV/NIV/NASB.

g) Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang


menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang
ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji
sampai selama-lamanya. Amin!”.

h) Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita


yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan (Allah yang
Mahabesar dan Juruselamat kita) Yesus Kristus,” (tanda kurung
dari saya).

Bagian terakhir dari ayat ini (yang saya garis bawahi)


memungkinkan 2 cara pembacaan:

1. (Allah yang Mahabesar) dan (Juruselamat kita Yesus Kristus).


Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat ini
membicarakan 2 pribadi, yang pertama adalah ‘Allah yang
Mahabesar’, dan yang kedua adalah ‘Juruselamat kita Yesus
Kristus’. Dengan demikian ayat ini tidak menunjukkan
Yesus sebagai Allah.

2. (Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita), Yesus Kristus.


Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat ini hanya
membicarakan satu pribadi, yaitu ‘Yesus Kristus’, yang
digambarkan sebagai ‘Allah yang Mahabesar’ maupun
sebagai ‘Juruselamat kita’.

NIV memilih pilihan kedua karena NIV menterjemahkannya


sebagai berikut: ‘while we wait for the blessed hope - the glorious
appearing of our great God and Savior, Jesus Christ’ (= sementara
kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang
mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus
Kristus).

Saya sendiri memilih pembacaan kedua, karena:

Alasan pertama: Kata ‘appearing’ (= penampilan / pemunculan),


yang dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘penyataan’,
diterjemahkan dari kata bahasa Yunani EPIPHANEIA, yang
selalu menunjuk pada kedatangan Yesus (bdk. 2Tes 2:8
1Tim 6:14 2Tim 1:10 2Tim 4:1,8), dan tidak pernah menunjuk
kepada Bapa.

2Tes 2:8 - “pada waktu itulah si pendurhaka baru akan


menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya
dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia
datang kembali.”.
RSV: ‘by his appearing and his coming.’ (= oleh
pemunculanNya dan kedatanganNya).
NASB: ‘by the appearance of His coming;’ (= oleh pemunculan
dari kedatanganNya).
Kata ‘appearing’ / ‘appearance’ ini diterjemahkan dari kata
Yunani EPIPHANEIA.

1Tim 6:14 - “Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan


tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus
menyatakan diriNya,”.
KJV: ‘until the appearing of our Lord Jesus Christ:’ (= sampai
pemunculan dari Tuhan kita Yesus Kristus).
Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani
EPIPHANEIA.

2Tim 1:10 - “dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan


Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah
mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak
dapat binasa.”.
KJV: ‘by the appearing of our Saviour Jesus Christ,’ (= oleh
pemunculan dari Juruselamat kita Yesus Kristus).
Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani
EPIPHANEIA.

2Tim 4:1 - “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan
menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan
dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataanNya dan
demi KerajaanNya:”.
KJV: ‘at his appearing’ (= pada pemunculanNya).
RSV: ‘by his appearing’ (= oleh pemunculanNya).
Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani
EPIPHANEIA.

2Tim 4:8 - “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran


yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil,
pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga
kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya.”.
KJV: ‘his appearing’ (= pemunculanNya).
Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani
EPIPHANEIA.

Alasan kedua: Pembacaan kedua ini sesuai dengan hukum


bahasa Yunani yang diberikan oleh Dana & Mantey, dan juga
ahli-ahli bahasa Yunani yang lain.
Dana & Mantey mengatakan bahwa bila kata Yunani KAI (=
dan) menghubungkan 2 kata benda dengan case / kasus yang
sama, dan jika ada kata sandang yang mendahului kata benda
yang pertama, dan kata sandang itu tidak diulangi sebelum
kata benda yang kedua, maka kata benda yang terakhir selalu
berhubungan dengan pribadi yang dinyatakan oleh kata benda
yang pertama. Dengan kata lain, kata benda yang kedua
merupakan pengambaran lebih jauh tentang pribadi itu (‘A
Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 147).

Jadi, rumus ini berlaku kalau 3 syarat ini dipenuhi:


a. Ada 2 kata benda dengan case / kasus yang sama.
b. Kedua kata benda itu dihubungkan dengan kata
penghubung KAI (= dan).
c. Kata benda pertama mempunyai kata sandang tertentu,
sedangkan kata benda kedua tidak.

Catatan: ‘case’ / ‘kasus’ merupakan suatu istilah dalam


gramatika bahasa Yunani.

Gresham Machen: “The noun in Greek has gender, number, and


case. ... There are five cases; nominative, genitive, dative,
accusative, and vocative. ... The subject of a sentence is put in the
nominative case. ... The object of a transitive verb is placed in the
accusative case. ... The genitive case expresses possession. ... The
dative case is the case of the indirect object. ... The vocative case is
the case of direct address” [= Kata benda dalam bahasa Yunani
mempunyai jenis kelamin (laki-laki, perempuan dan netral),
bilangan / jumlah (tunggal dan jamak), dan case / kasus. ... Ada
lima cases / kasus; nominatif, genitif, datif, akusatif, dan
vokatif. ... Subyek dari suatu kalimat diletakkan dalam kasus
nominatif. ... Obyek dari suatu kata kerja transitif ditempatkan
dalam kasus akusatif. ... Kasus genitif menyatakan
kepemilikan. ... Kasus datif adalah kasus dari obyek tidak
langsung. ... Kasus vokatif adalah kasus dari sapaan langsung] -
‘New Testament Greek For Beginners’, hal 23,24,25.
Tit 2:13 - “Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”.
k.b. 1 k.b. 2 pribadi yg digbrkan

kata penghubung KAI

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive
Case), yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ dan ‘Juruselamat’. Kedua
kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (=
dan). Kata benda yang pertama (k. b. 1), yaitu ‘Allah yang
Mahabesar’ mempunyai definite article / kata sandang (TOU
MEGALOU THEOU / the great God), tetapi kata benda yang
kedua (k. b. 2), yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya
(SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah yang
Mahabesar’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus
Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’
merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang
sama, yaitu ‘Yesus Kristus’.
Jadi, Tit 2:13 ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah
‘Allah yang Mahabesar’ maupun ‘Juruselamat’.

i) Ibr 1:8 - “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu,


ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat
kerajaanMu adalah tongkat kebenaran.”.

Kata-kata ‘tentang Anak’ bisa diterjemahkan ‘kepada Anak’.


KJV: ‘But unto the Son he saith’ (= Tetapi kepada Anak Ia
berkata).
RSV/NIV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia.
Calvin (hal 44) menterjemahkan seperti KJV dan demikian juga
dengan John Owen (‘Hebrews: The Epistle of Warning’, hal
10).
Dan Bible Works 7 menunjukkan bahwa kedua terjemahan,
seperti Kitab Suci Indonesia/RSV/NIV/NASB, maupun seperti
KJV/NKJV, memungkinkan.
Saya lebih condong dengan terjemahan dari KJV karena kalau
dilihat kata-katanya selanjutnya maka memang ayat ini
menunjukkan bahwa Bapa berbicara kepada Anak, bukan
tentang Anak.
Jadi, ayat ini menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada Anak
/ Yesus, dan menyebutNya sebagai ‘Allah’ (Yunani: HO
THEOS / the God)!

j) 2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus,
kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh
iman oleh karena keadilan (Allah dan Juruselamat kita), Yesus
Kristus.” (tanda kurung dari saya).

Di sini kita kembali bertemu dengan hukum bahasa Yunani


yang telah kita bahas pada pembahasan Tit 2:13 di depan.
2Pet 1:1b - “Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
k.b.1 k.b.2 pribadi yg digbrkan

kata penghubung KAI

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive
Case), yaitu ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu
dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda
yang pertama (k.b.1), yaitu ‘Allah’ mempunyai kata sandang
(TOU THEOU / the God), tetapi kata benda yang kedua (k.b.2),
yaitu ‘Juruselamat’, tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata
benda pertama, yaitu ‘Allah’ merupakan penggambaran dari
kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu
‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan tentang
pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’.
Jadi, 2Pet 1:1b ini menggambarkan Yesus Kristus dengan
istilah ‘Allah’ maupun ‘Juruselamat’.

2Pet 1:1 (NASB): “... by the righteousness of our God and


Savior, Jesus Christ” [= oleh kebenaran Allah dan Juruselamat
kita, Yesus Kristus].
Jadi di sini Yesus disebut dengan istilah ‘Allah dan
Juruselamat kita’.

k) 1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah
datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya
kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di
dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan
hidup yang kekal.”.

Calvin mengatakan bahwa para pengikut Arianisme berusaha


untuk menerapkan kalimat terakhir itu kepada Bapa. Tetapi
ada 3 alasan yang tidak memungkinkan hal itu:

1. Calvin dan A. H. Strong mengatakan bahwa sebutan ‘Allah


yang benar’, dalam kalimat yang terakhir itu, tidak mungkin
menunjuk kepada Bapa, karena sebelumnya Bapa sudah 2
x disebut dengan istilah ‘Yang benar’. Masakan sekarang
disebut lagi dengan istilah ‘Allah yang benar’?

2. Kalimat terakhir itu diawali dengan kata-kata ‘Dia adalah’.


Terjemahan ini agak kurang tepat, karena kata-kata Yunani
yang digunakan adalah HOUTOS ESTIN, yang artinya
adalah ‘This is’ (= Ini adalah). Kata-kata ini jelas menunjuk
kepada ‘orang terakhir’ dari kalimat sebelumnya, yaitu
‘Yesus Kristus’.

3. Adanya sebutan ‘hidup yang kekal’ pada akhir dari kalimat


terakhir itu. Dalam tulisan-tulisannya, Yohanes memang
sangat sering menghubungkan hidup yang kekal dengan
Yesus (bdk. Yoh 3:15,16,36 4:14 6:27,40,47,54,68 10:28
1Yoh 5:11-13).

Jadi, ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah


Allah, dan kata ‘Allah’ di sini lagi-lagi adalah HO THEOS / the
God.
l) Wah 1:7-8 - “(7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan
setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam
Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8)
‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan
yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.

Bahkan dari kalangan penafsir-penafsir Kristen, banyak yang


mengatakan bahwa yang berbicara dalam Wah 1:8 adalah
Bapa. Tetapi ay 7 membicarakan tentang Kristus, dan
demikian juga ay 9-20 (Yohanes mendapat penglihatan
tentang Yesus). Jadi, saya setuju dengan William Hendriksen
yang mengatakan bahwa yang berbicara dalam ay 8nya juga
pasti adalah Kristus.

William Hendriksen: “That this glorious title refers to Christ


should not be open to doubt. Both the immediately preceding and
the immediately succeeding context have reference to Christ (see
verses 7,13)” [= Bahwa gelar yang mulia ini menunjuk kepada
Kristus tidak boleh diragukan. Baik kontext yang persis
mendahuluinya maupun kontext yang persis sesudahnya
mempunyai hubungan dengan Kristus (lihat ayat-ayat 7,13)] -
‘More Than Conquerors’, hal 54.

Kalau memang Kristus yang berbicara dalam ay 8 itu, maka di


sini Ia disebut dengan istilah ‘Tuhan Allah’, dan kata ‘Allah’
dalam bahasa Yunaninya lagi-lagi menggunakan HO THEOS
(= the God).

II) Kristus adalah sungguh-sungguh manusia.

1) Bukti bahwa Yesus adalah manusia:

a) Ia disebut ‘orang’ / ‘seorang manusia’ (Yoh 8:40 Kis 2:22


Ro 5:15 1Kor 15:21).

b) Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak Manusia’ (Mat 24:44).


Sama seperti ‘Anak Allah’ adalah ‘Allah’, maka ‘Anak Manusia’
adalah ‘manusia’!
Ini bisa kita gunakan dalam berargumentasi melawan Saksi
Yehuwa / Unitarian dengan cara sebagai berikut: kalau kamu
mengatakan bahwa ‘Anak Allah’ bukan Allah, maka bagaimana
dengan ‘Anak Manusia’? Bukan manusia?

c) Kitab Suci mengatakan bahwa Ia telah menjadi manusia /


daging (Yoh 1:14 1Tim 3:16 Ibr 2:14 1Yoh 4:2).
Yoh 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia [KJV: ‘flesh’ (=
daging)], dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya
sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan
kebenaran”.
1Tim 3:16 - “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita:
‘Dia, yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia [KJV:
‘flesh’ (= daging)], dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan
diriNya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di
dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.’”.
Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah
dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan
mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh
kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa
atas maut”.
1Yoh 4:2 - “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh
yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai
manusia [KJV: ‘flesh’ (= daging)], berasal dari Allah”.

Dalam Yoh 1:14 1Tim 3:16 dan 1Yoh 4:2 sebetulnya


terjemahan hurufiahnya bukanlah ‘manusia’ tetapi ‘daging’. Ini
merupakan suatu synecdoche (= gaya bahasa dimana yang
sebagian mewakili seluruhnya), yang bukan hanya menunjuk
pada daging / tubuh manusia, tetapi pada seluruh manusia.
Dengan demikian ayat-ayat tersebut tidak boleh diartikan
bahwa Kristus hanya mempunyai tubuh manusia tetapi tidak
mempunyai jiwa / roh manusia.

d) Kitab Suci menggambarkan Kristus sebagai seseorang yang:

1. Mempunyai tubuh (darah, daging, dan tulang) dan jiwa / roh.

a. Bahwa Kristus betul-betul mempunyai tubuh (darah,


daging, tulang) ditunjukkan oleh ayat-ayat seperti Mat
26:26,28 Luk 24:39 Ibr 2:14.
Mat 26:26,28 - “(26) Dan ketika mereka sedang makan,
Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-
mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-
muridNya dan berkata: ‘Ambillah, makanlah, inilah
tubuhKu.’ ... (28) Sebab inilah darahKu, darah perjanjian,
yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan
dosa.”.
Luk 24:39 - “Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku
sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu
(seharusnya ‘roh’) tidak ada daging dan tulangnya, seperti
yang kamu lihat ada padaKu.’”.
Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari
darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan
mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka,
supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis,
yang berkuasa atas maut;”.

b. Bahwa Kristus mempunyai jiwa / roh ditunjukkan oleh:

 ayat-ayat seperti:
 Mat 26:38 - “lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu
sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di
sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.
Dalam Mat 26:38 ini kata ‘hati’ seharusnya adalah
‘jiwa’ (bahasa Yunani: PSUKHE).
 Mat 27:50 - “Yesus berseru pula dengan suara
nyaring lalu menyerahkan nyawaNya.”.
Luk 23:46 - “Lalu Yesus berseru dengan suara
nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan
nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia
menyerahkan nyawaNya.”.
Dalam Mat 27:50 dan Luk 23:46, kata ‘nyawa’
seharusnya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).
 Yoh 11:33 - “Ketika Yesus melihat Maria menangis
dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-
sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu
dan berkata:”.
Dalam Yoh 11:33 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘roh’
(bahasa Yunani: PNEUMA).
 Yoh 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah
yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari
saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke
dalam saat ini.”.
Dalam Yoh 12:27 Kitab Suci Indonesia memberikan
terjemahan yang benar, yaitu ‘jiwaKu’.
 Yoh 13:21 - “Setelah Yesus berkata demikian Ia
sangat terharu, lalu bersaksi: ‘Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya seorang di antara kamu akan
menyerahkan Aku.’”.
Dalam Yoh 13:21 terjemahan hurufiah dari kata-kata
yang saya garis-bawahi adalah: ‘was troubled in
spirit’ (= terganggu / susah dalam roh).
 1Yoh 3:16 - “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus,
yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk
kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita
untuk saudara-saudara kita.”.
Dalam 1Yoh 3:16 kata ‘nyawa’ seharusnya adalah
‘jiwa’.

 adanya pikiran, perasaan dan kehendak manusia.


 pikiran manusia.
Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak
seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga
tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Luk 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan
menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah
ada padaNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah
besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan
makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.
 perasaan manusia.
Mat 8:10 - “Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah
Ia dan berkata kepada mereka yang mengikutiNya:
‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar
ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di
antara orang Israel.”. Bdk. Luk 7:9.
Mat 9:36 - “Melihat orang banyak itu, tergeraklah
hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena
mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak
bergembala.”.
Mat 26:37,38 - “(37) Dan Ia membawa Petrus dan
kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia
merasa sedih dan gentar, (38) lalu kataNya kepada
mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati
rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah
dengan Aku.’”.
Mark 3:5 - “Ia berdukacita karena kedegilan mereka
dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya
kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu:
‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya,
maka sembuhlah tangannya itu.”.
Mark 6:6 - “Ia merasa heran atas ketidakpercayaan
mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa
sambil mengajar.”.
Yoh 11:33,35 - “(33) Ketika Yesus melihat Maria
menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang
bersama-sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia
sangat terharu dan berkata: ... (35) Maka menangislah
Yesus.”.
Yoh 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah
yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari
saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke
dalam saat ini.”.
 kehendak manusia (Mat 26:39).
Mat 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan
berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya
mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi
janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan
seperti yang Engkau kehendaki.’”.

Adanya pikiran, perasaan dan kehendak manusia


dalam diri Yesus ini jelas menunjukkan adanya jiwa /
roh manusia.

2. Mengalami pertumbuhan / perkembangan.


Luk 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi
kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ...
(52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah
hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan
manusia.”.

3. Mengalami segala sesuatu yang dialami oleh manusia-


manusia yang lain (kecuali dalam hal melakukan dosa),
seperti: lahir (Luk 2:7), lapar (Mat 4:2), haus (Yoh 4:7
Yoh 19:28), letih (Yoh 4:6), tidur (Mat 8:24), penderitaan
(Ibr 2:10,18 Ibr 5:8), dan mati (Yoh 19:30).

e) Ayat-ayat seperti Ro 8:3 Fil 2:7-8 Ibr 2:14-17 jelas


menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh adalah manusia.

Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum


Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh
Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging,
yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia
telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.

Fil 2:7-8 - “(7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri,


dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib.”.
Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari
darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka
dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh
kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa
atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia
membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam
perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab
sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi
keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya,
maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-
saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas
kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa
seluruh bangsa.”.

-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 25 Juni 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (4)
2) Keberatan terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya:

a) Ada orang yang mengatakan bahwa kalau Yesus adalah


manusia yang suci, maka sebetulnya Ia bukan manusia,
karena semua manusia berdosa. Untuk menjawab keberatan
ini perlu diketahui bahwa dosa tidak termasuk dalam hakekat
manusia. Sebelum jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa
sudah adalah manusia! Jadi jelaslah bahwa tidak harus
berdosa baru bisa disebut sebagai ‘manusia’!

b) Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah manusia


yang sama seperti kita karena dalam pembuahannya tidak
digunakan air mani laki-laki. Untuk menjawab serangan ini, kita
bisa menunjuk pada Adam dan Hawa, yang dalam
pembentukannya juga tidak menggunakan air mani laki-laki.
Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam pembentukan mereka
tidak ada pembuahan apapun. Tetapi mereka tetap adalah
manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.
Seseorang pernah berkata bahwa Allah bisa dan pernah
mencipta manusia dengan 4 cara:
1. Tanpa menggunakan laki-laki ataupun perempuan, yaitu
pada waktu Ia menciptakan Adam.
2. Tanpa menggunakan perempuan tetapi dengan
menggunakan laki-laki, yaitu pada waktu Ia menciptakan
Hawa.
3. Tanpa menggunakan laki-laki tetapi dengan menggunakan
perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan manusia
Yesus.
4. Dengan menggunakan laki-laki dan perempuan, yaitu pada
waktu Ia menciptakan semua manusia selain Adam, Hawa,
dan manusia Yesus.
Jadi kesimpulannya, bahwa manusia Yesus diciptakan oleh
Allah hanya dengan menggunakan seorang perempuan, tidak
menyebabkan Ia bukanlah manusia yang sejati.

3) Hal yang harus diwaspadai.

Sesuatu yang penting sekali untuk diwaspadai / diperhatikan


adalah: Ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, dan
ada banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Kita
tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian
Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah manusia, dan kita
juga tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kema-
nusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah!

Para Saksi Yehuwa / orang Islam sering melakukan kesalahan ini


dimana mereka menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan
kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kristus
bukanlah Allah.

Misalnya:

a) Mat 24:36 yang menunjukkan pikiran manusia yang terbatas


dalam diri Yesus, dipakai sebagai bukti bahwa Yesus bukanlah
Allah.
Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun
yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak,
hanya Bapa sendiri.’”.

b) Yoh 14:28 yang jelas juga menekankan Yesus sebagai


manusia (pikiran manusialah yang saat itu timbul) dipakai
untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah, atau bahwa
Yesus lebih rendah dari pada Allah.
Yoh 14:28 - “Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata
kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu.
Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita
karena Aku pergi kepada BapaKu, sebab Bapa lebih besar dari
pada Aku.”.

c) Ibr 5:8 yang mengatakan bahwa Yesus ‘telah belajar menjadi


taat dari apa yang telah dideritaNya’, yang jelas juga
menunjukkan Yesus sebagai manusia, dipakai untuk
menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tak
perlu belajar.
Ibr 5:8 - “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar
menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya,”.
d) Mat 4:1-11 yang menunjukkan bahwa Yesus dicobai, dipakai
sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus bukanlah
Allah, karena Allah tidak bisa dicobai (bdk. Yak 1:13).

e) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus berdoa, juga


mereka pakai untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah,
karena Allah tidak perlu berdoa.

Illustrasi:
Saya adalah seorang pendeta, tetapi pada saat yang sama saya
juga adalah seorang olahragawan. Kadang-kadang saya
memakai toga dan memimpin Perjamuan Kudus, sehingga saya
terlihat sebagai pendeta. Tetapi kadang-kadang saya memakai
celana pendek, kaos, dan sepatu olah raga, sehingga saya
terlihat sebagai olahragawan. Tidak ada orang yang pada waktu
melihat saya memakai toga, menganggap itu sebagai bukti
bahwa saya bukan olahragawan, dan sebaliknya, pada waktu
melihat saya memakai pakaian olah raga, menganggap itu
sebagai bukti bahwa saya bukan pendeta!

Analoginya, karena Yesus adalah Allah dan manusia, maka kita


tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian
Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan manusia, atau
menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus
untuk membuktikan bahwa Ia bukan Allah!

Herschel H. Hobbs: “It is just as great a heresy to deny His


humanity as to deny His deity.” (= Menyangkal kemanusiaanNya
adalah sama sesatnya dengan menyangkal keAllahanNya.) - ‘The
Epistles of John’, hal 21.

III) Pentingnya keilahian Kristus.

1) Supaya Ia bisa taat sempurna kepada BapaNya.


Ini penting karena kalau Ia jatuh ke dalam dosa 1 x saja, maka Ia
tidak mungkin menebus dosa kita.

2) Supaya pengorbanan / kematianNya mempunyai nilai penebusan


yang tak terbatas.
Logikanya, kalau Ia hanya seorang manusia biasa, maka paling-
paling kematianNya hanya bisa menebus seorang manusia.
Bahkan sebetulnya tidak ada manusia bisa menebus manusia
yang lain. Hal ini dinyatakan dalam Maz 49:8-9.
Maz 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya,
atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena
terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai
untuk selama-lamanya -”.

Kitab Suci bahasa Indonesia maupun RSV salah terjemahan.


Bandingkan dengan terjemahan NIV.

Ps 49:6-7 (NIV): “No man can redeem the life of another, or give
to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no
payment is ever enough” (= Tidak seorang manusiapun bisa
menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah
tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal,
tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi).

Terjemahan KJV / NASB menggunakan kata ‘brother’ (= saudara)


sebetulnya adalah yang paling hurufiah.

KJV: ‘None of them can by any means redeem his brother, nor
give to God a ransom for him:’ (= Tak ada dari mereka bisa
dengan cara apapun menebus saudaranya, atau memberi
kepada Allah suatu tebusan baginya:).
NASB: ‘No man can by any means redeem his brother Or give to
God a ransom for him -’ (= Tak seorangpun bisa dengan cara
apapun menebus saudaranya Atau memberi kepada Allah suatu
tebusan baginya -).

Baik KJV/NIV/NASB jelas memaksudkan orang lain, bukan


dirinya sendiri. Jadi manusia tak bisa menebus orang lain. Tetapi
Kristus berbeda karena:
a) Ia adalah Allah dan manusia.
b) Sebagai manusia Ia suci / tak berdosa.

Charles Hodge: “This perfection of the satisfaction of Christ, … is


not due to his having suffered either in kind or in degree what the
sinner would have been required to endure; but principally to the
infinite dignity of his person. He was not a mere man, but God and
man in one person.” (= Kesempurnaan dari pemuasan / pelunasan
Kristus ini, … bukanlah karena Ia telah menderita apa yang
seharusnya ditanggung orang berdosa, baik dalam jenisnya atau
dalam tingkatannya; tetapi terutama karena martabat yang tak
terbatas dari pribadiNya. Ia bukan semata-mata seorang manusia,
tetapi Allah dan manusia dalam satu pribadi.) - ‘Systematic
Theology’, vol II, hal 483.
3) Supaya pada waktu Allah menimpakan hukuman umat manusia
kepada Yesus, Ia tidak bertindak tidak adil.
Kalau Yesus hanya seorang manusia biasa, dan Allah
menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, maka Allah
jelas telah bertindak tidak adil, karena Ia menghukum seseorang
karena dosa orang lain. Tetapi karena Yesus adalah Allah sendiri,
maka Allah tetap adil, karena pada waktu Ia menimpakan
hukuman umat manusia kepada Yesus, pada hakekatnya Ia
menimpakan hukuman itu kepada diriNya sendiri.

IV) Pentingnya kemanusiaan Yesus.

1) Yang berbuat dosa adalah manusia, dan karena itu hukumannya


harus ditanggung oleh seorang manusia. Karena itulah Kristus
harus menjadi seorang MANUSIA YANG SAMA DENGAN KITA.

Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari


darah dan daging, maka Ia juga MENJADI SAMA DENGAN
mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh
kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas
maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan
mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh
karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan
malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham
yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka DALAM SEGALA
HAL IA HARUS DISAMAKAN DENGAN saudara-saudaraNya,
supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan
yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh
bangsa.”.

Calvin (tentang Ibr 2:14): “the Son of God to put on our flesh, even
that he might partake of the same nature with us, and that by
undergoing death he might redeem us from it.” (= Anak Allah
mengenakan daging kita, supaya Ia bisa mengambil bagian dari
hakekat yang sama dengan kita, dan supaya dengan mengalami
kematian Ia bisa menebus kita darinya.).

Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat


karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan
jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang SERUPA
dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah
menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.

Calvin (tentang Ro 8:3): “he says, that he came in the likeness of the
flesh of sin; for though the flesh of Christ was polluted by no stains,
yet it seemed apparently to be sinful, inasmuch as it sustained the
punishment due to our sins, and doubtless death exercised all its
power over it as though it was subject to itself. ... Christ underwent
our infirmities, that he might be more inclined to sympathy, and in
this respect also there appeared some resemblance of a sinful
nature.” (= ia berkata, bahwa Ia datang dalam keserupaan dari
daging dari dosa; karena sekalipun daging Kristus tidak dikotori
oleh noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa, karena daging
itu menahan / menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tak
diragukan kematian melaksanakan semua kuasanya atasnya
seakan-akan daging itu tunduk kepada dirinya sendiri. ... Kristus
mengalami kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih
condong pada simpati, dan dalam hal ini juga disana kelihatan
suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.).

William Hendriksen (tentang Ro 8:3): “In his incarnation the


divine Son assumed the human nature, ... But he took on that human
nature not as it came originally from the hand of the Creator (‘and
behold it was very good,’ Gen. 1:31), but weakened by sin, though
remaining itself without any sin.” [= Dalam inkarnasiNya Anak yang
ilahi mengambil hakekat manusia, ... Tetapi Ia mengambil hakekat
manusia bukan sebagaimana itu datang seperti asalnya dari tangan
sang Pencipta (‘dan lihatlah itu adalah sangat baik’, Kej 1:31),
tetapi dilemahkan oleh dosa, sekalipun dalam dirinya tetap tanpa
dosa apapun.].

Gregory Nazianzus: “For that which is not taken up is not healed”


(= Karena apa yang tidak diambil, tidak disembuhkan).

Cyril of Alexandria: “That which is not assumed is not saved” (= Apa


yang tidak diambil, tidak diselamatkan).

Tetapi Kristus haruslah menjadi seorang manusia yang suci,


karena kalau Ia sendiri berdosa, Ia tidak bisa menebus dosa kita.

Ibr 7:26-27 - “(26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita
perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah
dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat
sorga, (27) yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap
hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan
sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah
dilakukanNya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia
mempersembahkan diriNya sendiri sebagai korban.”.
2) Supaya bisa menjadi pengantara antara Allah dan manusia.
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi
pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus
Yesus,”.

3) Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang


dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati
terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa
menolong mereka.

Ibr 2:17-18 - “(17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia


harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi
Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada
Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. (18) Sebab oleh
karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat
menolong mereka yang dicobai.”.

Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam
besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan
kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak
berbuat dosa.”.

William G. T. Shedd: “Previous to the assumption of a human


nature, the Logos could not experience a human feeling because he
had no human heart, but after the assumption he could; previous to
the incarnation, he could not have a finite perception because he had
no finite intellect, but after this event he could; ... The unincarnate
Logos could think and feel only like God; he had only one form of
consciousness. The incarnate Logos can think and feel either like
God, or like man; he has two modes or forms of consciousness.” (=
Sebelum mengambil hakekat manusia, Logos tidak bisa mengalami
perasaan manusia karena Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi
setelah mengambil hakekat manusia Ia bisa; sebelum inkarnasi, Ia
tidak bisa mempunyai pengertian yang terbatas karena Ia tidak
mempunyai pikiran yang terbatas, tetapi setelah peristiwa itu Ia
bisa; ... Logos yang tidak / belum berinkarnasi bisa berpikir dan
merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya mempunyai satu bentuk
kesadaran. Logos yang berinkarnasi bisa berpikir dan merasa, atau
seperti Allah, atau seperti manusia; Ia mempunyai dua bentuk
kesadaran.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 267.

Matthew Poole (tentang Ibr 2:18):


“He had the mercies of God before, and as if that were not enough,
the tempted nature of man, to soften his heart to pity his brethren in
their suffering and temptations.” (= Sebelumnya Ia sudah
mempunyai belas kasihan Allah, dan seakan-akan itu belum cukup,
sekarang Ia mempunyai hakekat manusia yang telah dicobai, untuk
melunakkan / melembutkan hatiNya supaya Ia mengasihani
saudara-saudaraNya dalam penderitaan dan pencobaan mereka.).

4) Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia.

Mat 11:29 - “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu,


karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan.”.

Yoh 13:14-15 - “(14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku


yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling
membasuh kakimu; (15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan
kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah
Kuperbuat kepadamu.”.

Fil 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh


pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6)
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan
dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7)
melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan
dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya
dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”.

Ibr 12:2-4 - “(2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang


tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang
membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan
mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang
disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta
Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung
bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-
orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
(4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai
mencucurkan darah.”.

1Pet 2:21 - “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena


Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan
teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya.”.

Kalau Ia tetap sebagai Allah, maka bagaimanapun sucinya Ia


hidup, Ia tidak bisa menjadi teladan bagi manusia, karena
manusia tidak bisa melihat Dia. Tetapi dengan Ia sudah menjadi
manusia, maka manusia bisa melihat kehidupanNya yang suci
dan meneladaninya.

-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 2 Juli 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (5)

V) Kristus: 1 person / pribadi dengan 2 natures / hakekat.

A) Istilah ‘Person’ dan ‘Nature’.

1) Mengapa digunakan istilah-istilah seperti ‘person’ (= pribadi)


dan ‘nature’ (= hakekat), padahal istilah-istilah tersebut tidak
ada dalam Kitab Suci?

Calvin (pada waktu ia berbicara tentang Allah Tritunggal dalam


Yoh 1:1-2) menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut:
“And yet the ancient writers of the Church were excusable, when,
finding that they could not in any other way maintain sound and
pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous
phraseology of the heretics, they were compelled to invent some
words, which after all had no other meaning than what is taught in
the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or
Subsistences, or Persons, in the one and simple essence of God.” (=
Dan / tetapi penulis-penulis kuno dari gereja bisa dibenarkan,
karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain
untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk
menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti
dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa menciptakan
beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain
dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata
bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan
sederhana.).

Herman Bavinck mengatakan sebagai berikut:


“It is of course self-evident that this confession of Nicea and
Chalcedon may not lay claim to infallibility. The terms of which
the church and its theology make use, such as person, nature,
unity of substance, and the like, are not found in Scripture, but are
the product of reflection which Christianity gradually had to
devote to this mystery of salvation. The church was compelled to
do this reflecting by the heresies which loomed up on all sides,
both within the church and outside of it. All those expressions and
statements which are employed in the confession of the church and
in the language of theology are not designed to explain the mystery
which in this matter confronts it, but rather to maintain it pure
and unviolated over against those who would weaken or deny it.”
(= Jelaslah bahwa pengakuan iman Nicea dan Chalcedon tidak
bisa dianggap infallible / tak bisa salah. Istilah-istilah yang
digunakan oleh gereja dan theologinya, seperti pribadi, hakekat,
kesatuan hakekat / zat, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam
Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara
bertahap / perlahan-lahan harus diberikan oleh kekristenan
kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk
melakukan pemikiran ini oleh bidat-bidat yang muncul dan
mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar
gereja. Semua istilah dan pernyataan yang digunakan dalam
pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, TIDAK
DIMAKSUDKAN UNTUK MENJELASKAN MISTERI YANG
DIHADAPI, tetapi untuk menjaganya supaya tetap murni dan
tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau
menyangkalnya.) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 321-322.

Bavinck melanjutkan lagi:


“There have been many, and there still are many, who look down
upon the doctrine of the two natures from a lofty vantage point,
and try to supplant it by other words and phrases. What differences
does it really make, they begin by saying, whether we agree with
this doctrine or not? What matters is that we ourselves possess the
person of Christ, He who stands high and exalted above this
awkward confession. But before long these same persons begin
introducing words and terms themselves in order to describe the
person of Christ whom they accept. ... And then history has taught
that the terms of the attackers of the Doctrine of the Two Natures
are far poorer in worth and force, and that they often, indeed,
involve doing injustice to the incarnation as Scripture explains it
to us.” (= Pernah ada banyak orang, dan sampai sekarang masih
ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan
menguntungkan, meremehkan / memandang rendah doktrin
tentang 2 hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan
kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka
memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami
menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa
kami memiliki pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas
pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini
sendiri mulai memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah
untuk menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ...
Dan sejarah telah mengajar bahwa isti lah-istilah dari para
penyerang doktrin tentang 2 hakekat ini, jauh lebih jelek dalam
nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering
terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi
seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita.) - ‘Our
Reasonable Faith’, hal 322.

Apa yang dikatakan oleh Bavinck ini terbukti dalam buku sesat
dari Pdt. Yohanes Bambang, yang berjudul ‘Tuhan, Ajarlah
Aku’.

Dalam hal 131, ia berkata sebagai berikut: “Jadi karena


hakikat Alkitab berfungsi sebagai pewartaan iman maka dalam
kesaksiannya tidak pernah berspekulasi juga mengenai masalah
sebagaimana yang dikemukakan oleh Tertullianus. Alkitab tidak
pernah membuat hipotesa tentang Allah Bapa, Allah Anak dan
Roh Kudus dengan kategori-kategori ‘UNA SUBSTANTIA,
TRES PERSONAE’ (satu zat yang memiliki tiga pribadi). Cara
berpikir Tertullianus adalah cara berpikir yang filsafati ketim-
bang cara berpikir teologis-alkitabiah. Bila demikian, identitas
Roh Kudus bukan dalam pengertian ZAT ILAHI yang memiliki
kepribadian sendiri. Alkitab tidak pernah mengenal atau
mempergunakan istilah dan pengertian ZAT ILAHI”.

Jadi terlihat bahwa ia menolak ajaran Tertullian ini dengan


alasan bahwa istilah ‘zat ilahi’ itu tidak ada dalam Kitab Suci.
Tetapi anehnya dalam bagian lain dari bukunya ia berkata:
 “Secara matematis memang berjumlah tiga. Tetapi dari
penghayatan iman dan materi Allah: ketigaNya adalah YANG
TUNGGAL” (hal 109).
 “Jadi Allah dan Yesus adalah satu, tapi bukan satu dalam arti
matematis, juga bukan dalam arti satu zat. Allah dan Yesus
adalah satu dalam ciri hakiki ilahi dan karya (pekerjaan)Nya”
(hal 110).
 “... sehingga dalam diri Yesus Kristus nampak seluruh ciri
hakiki Allah sendiri” (hal 135).

Perhatikan bahwa sekarang ia menggunakan istilah-istilah


‘materi Allah’, ‘ciri hakiki ilahi’, dan ‘ciri hakiki Allah’. Bukankah
istilah-istilah itu juga tidak ada dalam Kitab Suci? Jadi terlihat
kebenaran kata-kata Bavinck di atas. Orang ini baru saja
mencela penggunaan istilah ‘zat ilahi’, tetapi lalu menciptakan
istilahnya sendiri, yang juga tidak ada dalam Kitab Suci, dan
jelas lebih jelek nilainya dari istilah ‘zat ilahi’ yang ia cela.

2) Arti dari person dan nature.

Pada waktu LOGOS / Anak Allah berinkarnasi, Ia tidak


mengambil pribadi manusia, tetapi hakekat manusia (yang lalu
mendapat kepribadiannya dari LOGOS).

Kalau demikian, bisakah kita berkata bahwa Yesus tidak


mengambil seluruh manusia, karena yang Ia ambil adalah
manusia tanpa kepribadian? Kalau memang LOGOS tidak
mengambil seluruh manusia, bukankah itu berarti bahwa Ia
tidak menebus seluruh manusia? Kalau Ia tidak mengambil
kepribadian manusia, bukankah itu berarti bahwa kepribadian
kita tidak ditebus?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu


mengerti tentang arti / definisi dari istilah ‘person / pribadi’ dan
‘nature / hekekat’.

a) Human nature adalah substance / essence (= hakekat) dari


manusia. Tidak ada perbedaan antara human nature yang
satu dengan human nature yang lain. Semua manusia
mempunyai human nature yang sama.

b) Human nature sudah merupakan seluruh manusia, tidak ada


sedikitpun yang kurang.

c) Human person (= pribadi manusia) adalah human nature


yang sudah dipribadikan. Karena itu, human person yang
satu berbeda dengan human person yang lain.

Beberapa kutipan kata-kata William G. T. Shedd:

1. “Personality is not an integral and essential part of a nature,


but is, as it were, the terminus to which it tends” (=
Kepribadian bukanlah merupakan bagian yang perlu untuk
melengkapi dan bukan bagian yang pokok / hakiki dari suatu
hakekat, tetapi merupakan terminal / tujuan yang dituju oleh
hakekat itu) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 287.

2. “When we speak of a human nature, a real substance having


physical, rational, moral and spiritual properties is meant. This
human nature is capable of becoming a human person but as
yet is not one. It requires to be personalized, in order to be a
self-conscious individual man. A human person is a fractional
part of a specific human nature or substance which has been
separated from the common mass, and formed into a distinct
and separate individual, by the process of generation. Prior to
this separation and formation, this fractional portion of the
common human nature has all the qualities of the common
mass of which it is a part, but it is not yet individualized. It is
potentially, not actually personal. It has all the properties that
subsequently appear in the particular individual formed of it,”
[= Pada waktu kita berbicara tentang suatu hakekat manusia,
maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang
memiliki sifat-sifat fisik, ratio, moral dan rohani. Hakekat
manusia ini bisa (mempunyai kemampuan) menjadi pribadi
manusia tetapi belum / bukan merupakan pribadi manusia.
Hakekat manusia itu perlu dipribadikan supaya menjadi
seorang manusia tersendiri yang sadar. Seorang pribadi
manusia adalah sebagian kecil dari hakekat atau zat manusia
tertentu yang telah dipisahkan dari seluruh massa, dan
dibentuk menjadi pribadi tersendiri yang berbeda dan
terpisah, oleh proses kelahiran. Sebelum pemisahan dan
pembentukan ini, bagian kecil dari seluruh hakekat manusia
itu, mempunyai semua sifat-sifat dari seluruh massa dari
mana ia merupakan bagian, tetapi ia belum dipribadikan. Ia
berpotensi untuk menjadi pribadi, tetapi ia tidak / belum
sungguh-sungguh merupakan pribadi. Ia mempunyai semua
sifat-sifat yang sesudah itu muncul dalam pribadi tertentu
yang dibentuk darinya,] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol
II, hal 289-290.

3. “A lump of clay has all the properties of matter that belong to


the vessel of honor and dishonor. But it has not as yet the
individual form of the vessel. An act of the potter must
intervene, whereby a piece of clay is separated from the lump
and moulded into a particular vase having its own peculiar
shape and figure. In like manner, human nature as an entire
whole existing in Adam possessed all the elementary properties
that are requisite to personality, though it was not yet
personalized.” (= Segumpal tanah liat mempunyai semua sifat-
sifat dari bahan / zat yang dimiliki oleh bejana yang
terhormat dan tak terhormat. Tetapi gumpalan tanah liat itu
belum mempunyai bentuk dari bejana itu. Suatu tindakan dari
penjunan harus ikut campur, dengan mana segumpal tanah
liat itu dipisahkan dari seluruh gumpalan dan dibentuk
menjadi suatu jambangan tertentu yang mempunyai
bentuknya yang khas. Demikian juga, hakekat manusia
sebagai suatu keseluruhan yang ada di dalam Adam
mempunyai semua sifat-sifat dasar yang diperlukan untuk
kepribadian, sekalipun hakekat manusia itu belum
dipribadikan.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 290-
291.

4. “The difference, then, between nature and person is virtually


that between substance and form.” (= Jadi, perbedaan
sebenarnya antara hakekat dan pribadi adalah perbedaan
antara zat dan bentuk.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II,
hal 291.

5. “Still another point of difference between a ‘nature’ and a


‘person’ is the fact that a nature can not be distinguished from
another nature, but a person can be from another person.” (=
Perbedaan lain lagi antara ‘hakekat’ dan ‘pribadi’ adalah
fakta bahwa suatu hakekat tidak bisa dibedakan dari hakekat
yang lain, sedangkan suatu pribadi bisa dibedakan dari
pribadi yang lain.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal
294.

Catatan: ini hanya ilustrasi untuk menjelaskan. Perlu


dicamkan, bahwa dalam realitanya hakekat manusia yang
belum dibentuk itu TIDAK PERNAH ADA sendirian / terpisah
dari hakekat / pribadi ilahi!

Kesimpulan dari semua ini:

Karena person / pribadi adalah nature / hakekat yang sudah


dibentuk / dipribadikan, maka sebetulnya person / pribadi tidak
memiliki kelebihan zat dibandingkan dengan nature / hakekat.
Ingat bahwa ‘pembentukan’ bukanlah penambahan zat!
Sama seperti segumpal tanah liat, yang sudah dibentuk menjadi
jambangan / gelas, tidak mempunyai kelebihan zat dibanding kan
dengan saat gumpalan tanah liat itu belum dibentuk, demikian
juga person / pribadi tidak mempunyai kelebihan zat
dibandingkan dengan nature / hakekat.

Illustrasi:

tanah liat Common Mass


Nature / Hakekat

Person / Pribadi

Dari illustrasi gambar ini terlihat dengan jelas bahwa


perbedaan antara nature dan person, tidak terletak pada
perbedaan zat / hakekat, tetapi pada pembentukan (nature /
hakekat - belum dibentuk; person / pribadi - sudah dibentuk).

Dengan demikian, pada waktu Yesus mengambil human nature /


hakekat manusia, Ia sebetulnya sudah mengambil seluruh
manusia, tanpa ada yang kurang sedikitpun.

B) Hypostatical / personal Union (= persatuan pribadi).

1) Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-


sungguh manusia. Tetapi Ia hanya merupakan 1 pribadi.

Dasar dari pandangan ini:


Dalam Kitab Suci sering ditunjukkan akan adanya lebih dari 1
pribadi dalam diri Allah. Misalnya:

a) Penggunaan kata ganti orang bentuk jamak.


Kej 1:26 - “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka
berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara
dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi.’”.

b) Pembicaraan antara satu pribadi dengan pribadi yang lain.


Maz 2:7 - “Aku mau menceritakan tentang ketetapan
TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau
telah Kuperanakkan pada hari ini.”.

c) Adanya saling kasih-mengasihi antara pribadi-pribadi itu.


Mat 3:17 - “lalu terdengarlah suara dari sorga yang
mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah
Aku berkenan.’”.
d) Pribadi yang satu mengutus pribadi yang lain.
Bapa mengutus Anak, dan Bapa dan Anak mengutus Roh
Kudus.
Yoh 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka
mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan
mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”.
Yoh 14:26 - “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan
diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan
mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan
mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan
kepadamu.”.
Yoh 15:26 - “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa
datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan
bersaksi tentang Aku.”.

Tetapi hal-hal tersebut tidak pernah terjadi pada waktu Kitab


Suci menggambarkan Yesus Kristus. Jadi jelaslah bahwa
berbeda dengan Allah Tritunggal yang memiliki lebih dari 1
pribadi 3 pribadi), Yesus Kristus hanya memiliki 1 pribadi saja!

2) Sebelum inkarnasi, Yesus adalah Allah Anak yang jelas


merupakan ‘seseorang’ yang berpribadi.
Jadi pada saat itu Ia adalah 1 pribadi dengan 1 hakekat, yaitu
hakekat ilahi.
Pada saat Ia berinkarnasi, Ia tidak mengambil ‘pribadi
manusia’ karena ini akan menimbulkan adanya 2 pribadi
seperti yang diajarkan oleh Nestorianism.
Yang diambil olehNya adalah hakekat manusia.
Hakekat manusia dan hakekat ilahi bersatu dalam pribadi Anak
Allah sehingga setelah inkarnasi, Yesus adalah 1 pribadi
dengan 2 hakekat (ilahi dan manusia).

Ada yang beranggapan bahwa yang diambil oleh Logos


bukanlah ‘hakekat manusia’ tetapi ‘pribadi manusia’, karena
yang diambil itu terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, yang
mencakup pikiran, perasaan, dan kehendak, dan ketiga hal ini
merupakan ciri-ciri dari seorang pribadi.
Tetapi ini tidak benar, karena sekalipun Logos itu mengambil
tubuh manusia dan jiwa / roh manusia, yang mempunyai
pikiran, perasaan dan kehendak, tetapi semua itu belum
dipribadikan, sehingga sifatnya belum / tidak specific (=
tertentu).
Jadi, pikirannya belum tertentu (pandai atau bodoh),
perasaannya belum tertentu (halus atau kasar), kehendaknya
belum tertentu (keras atau tidak). Bahkan tubuhnyapun belum
tertentu (tinggi atau pendek, berkulit putih atau kuning atau
hitam, bermata biru atau coklat, berambut pirang atau hitam,
dsb).
Dengan demikian ini bukan pribadi manusia, tetapi hakekat
manusia.
Tetapi pada saat pertama Logos mengambil hakekat manusia
itu, maka hakekat manusia itu mendapat kepribadiannya dari
Logos, sehingga menjadi manusia tertentu.

3) Hakekat manusia itu tidak pernah ada terpisah dari pribadi


Allah Anak.
Hakekat manusia itu mendapat kepribadiannya dari pribadi
Allah Anak dan selalu ada di dalam pribadi Allah Anak itu.
Bahkan antara kematian dan kebangkitan Yesuspun, hakekat
manusia itu tak terpisah dengan LOGOS / Allah Anak, karena
sekalipun hakekat manusia itu terpecah (roh terpisah dari
tubuh), tetapi LOGOS / Allah Anak yang maha ada itu tetap
bersatu baik dengan tubuh (yang ada di kuburan) maupun
dengan roh (yang ada di surga).

4) Dalam Personal Union (= persatuan pribadi) ini terjadi suatu


persatuan, bukan suatu percampuran (mixture / confusion),
antara hakekat manusia dan hakekat ilahi.

Hakekat manusia dan hakekat ilahi tidak bercampur dan lalu


membentuk satu hakekat yang baru.

Juga hakekat manusia tidak berubah menjadi hakekat ilahi,


dan hakekat ilahi tidak berubah menjadi hakekat manusia.

JADI, BAIK HAKEKAT MANUSIA MAUPUN HAKEKAT ILAHI


TETAP MEMPUNYAI / MEMPERTAHANKAN SIFAT-SIFATNYA
SENDIRI-SENDIRI.

Mereka berbeda, tetapi bersatu dalam diri Yesus Kristus.

-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 16 Juli 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (6)
5) Akibat adanya 2 hakekat dalam pribadi Yesus Kristus ini maka:

a) Kristus mempunyai 2 macam kesadaran, yaitu ilahi dan


manusia.
Kadang-kadang Ia berpikir dan merasa sebagai Allah, dan
kadang-kadang sebagai manusia.

Saya mengutip ulang kata-kata William G. T. Shedd yang


sudah saya kutip di atas.
William G. T. Shedd: “Previous to the assumption of a human
nature, the Logos could not experience a human feeling
because he had no human heart, but after the assumption he
could; previous to the incarnation, he could not have a finite
perception because he had no finite intellect, but after this event
he could; ... The unincarnate Logos could think and feel only
like God; he had only one form of consciousness. The incarnate
Logos can think and feel either like God, or like man; he has
two modes or forms of consciousness.” (= Sebelum mengambil
hakekat manusia, Logos tidak bisa mengalami perasaan
manusia karena Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi
setelah mengambil hakekat manusia Ia bisa; sebelum inkarna-
si, Ia tidak bisa mempunyai pengertian yang terbatas karena
Ia tidak mempunyai pikiran yang terbatas, tetapi setelah
peristiwa itu Ia bisa; ... Logos yang tidak / belum berinkarnasi
bisa berpikir dan merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya
mempunyai satu bentuk kesadaran. Logos yang berinkarnasi
bisa berpikir dan merasa, atau seperti Allah, atau seperti
manusia; Ia mempunyai dua bentuk kesadaran.) - ‘Shedd’s
Dogmatic Theology’, vol II, hal 267.

Contoh:
1. Kesadaran ilahi: Mat 8:26 Yoh 8:58 Yoh 11:43.

Mat 8:26 - “Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu


takut, kamu yang kurang percaya?’ Lalu bangunlah Yesus
menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi
teduh sekali.”.

Yoh 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata


kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku
(telah) ada.’”.
Kata ‘telah’ itu sebetulnya tidak ada, karena dalam
Yunani digunakan present tense!
KJV: ‘Before Abraham was, I am.’.

Yoh 11:43 - “Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia


dengan suara keras: ‘Lazarus, marilah ke luar!’”.

2. Kesadaran manusia: Mat 24:36 Mat 26:37-38 Yoh 11:35


Yoh 19:28.
Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak
seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak,
dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Mat 26:37-38 - “(37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua
anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih
dan gentar, (38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu
sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini
dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.
Yoh 11:35 - “Maka menangislah Yesus.”.
Yoh 19:28 - “Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala
sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang
ada tertulis dalam Kitab Suci -: ‘Aku haus!’”.

Tetapi harus diingat bahwa dalam setiap contoh-contoh itu,


adalah pribadi yang sama yang berpikir / mempunyai
kesadaran.

b) Kristus mempunyai 2 kehendak, ilahi dan manusia.


Tetapi karena kehendak manusia yang ada dalam diri Yesus
adalah suci, maka tidak ada pertentangan / konfrontasi
antara kehendak ilahi dan kehendak manusia dalam diri
Yesus. Karena itu, sekalipun ada 2 kehendak, selalu hanya
menghasilkan satu tindakan (bdk. Mat 26:39,42,44).
Mat 26:39,42,44 - “(39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan
berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti
yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau
kehendaki.’ ... (42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan
berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu jikalau cawan ini tidak
mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendakMu!’ ... (44) Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi
dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang
itu juga.”.

Illustrasi / analogi:
Illustrasi / analogi yang paling cocok untuk menjelaskan
Personal Union ini adalah persatuan antara tubuh dan jiwa
pada manusia (Catatan: ini hanya berlaku untuk orang yang
percaya pada Dichotomy, bukan pada Trichotomy!).

1. Pada manusia, tubuh dan jiwa membentuk 1 pribadi.


Pada Yesus Kristus, hakekat manusia dan Allah Anak
membentuk 1 pribadi.

2. Pada manusia, kepribadian terletak pada jiwa, bukan pada


tubuh.
Pada Yesus Kristus, kepribadian terletak pada Allah Anak,
bukan pada hakekat manusia.

3. Pada manusia, tubuh berbeda dengan jiwa; mereka tidak


bercampur, dan masing-masing mempertahankan sifat-
sifatnya sendiri-sendiri.
Pada Yesus Kristus, hakekat manusia berbeda dengan
hakekat ilahi; mereka tidak bercampur dan masing-masing
mempertahankan sifat-sifatNya sendiri-sendiri.

C) Akibat dari Personal Union.

1) Communicatio Idiomatum [communication of properties (=


pemberian sifat-sifat / sama-sama memiliki sifat-sifat)].

Catatan:
Istilah ‘Communicatio Idiomatum’ ini adalah istilah bahasa
Latin, yang begitu populer dalam Kristologi, sehingga dalam
buku-buku Theologia sering digunakan begitu saja tanpa
diberikan terjemahannya.

a) Arti istilah ini:


1. Kata Idiomatum / properties berarti ‘sifat-sifat dasar’.
Dalam diri manusia, sifat-sifat seperti pemarah, sombong,
pelit, tidak termasuk sifat dasar, karena tidak semua
orang mempunyai sifat seperti itu.
Contoh sifat dasar dalam diri manusia adalah: terbatas,
dicipta / tidak ada dengan sendirinya, tidak maha tahu,
bisa berdosa, bisa mati, dsb. Sifat-sifat ini dimiliki oleh
semua manusia.

Catatan: Perhatikan bahwa dalam sepanjang


pembahasan tentang Communicatio Idiomatum ini, yang
dimaksud dengan ‘sifat’ adalah ‘sifat dasar’.

2. Dalam bahasa Yunani istilah bahasa Latin


Communicatio diterjemahkan dengan istilah KOINONIA.

Kata Yunani KOINONIA bisa berarti:


1. fellowship (= persekutuan).
2. a close mutual relationship (= hubungan timbal balik
yang dekat).
3. participation (= partisipasi).
4. sharing in (= sama-sama menikmati / memiliki).
5. partnership (= persekutuan).
6. contribution (= sumbangan).
7. gift (= pemberian).

Jadi, kalau dikatakan bahwa terjadi Communicatio


Idiomatum dari A kepada B, maka itu berarti bahwa sifat-
sifat A diberikan kepada B, atau bahwa B sama-sama
memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh A (dari ke 7 arti di
atas, mungkin yang paling ditekankan adalah arti ke 4
dan ke 7).

Dalam Collins Latin Dictionary, kata ‘COMMUNICATIO’ ini


diterjemahkan ‘imparting’ (= memberikan).
Tetapi jangan diartikan seperti ini: saya punya kue, lalu
saya berikan kepada si A sehingga sekarang hanya si A
yang punya kue, dan saya tidak punya kue lagi.
Dalam Merriam Webster’s Dictionary (arti dari kata
‘communicate’), dicontohkan ‘memberikan pengetahuan’.
Tadinya saya punya pengetahuan, setelah saya berikan
pengetahuan itu kepada si A, maka baik saya maupun si
A sama-sama mempunyai pengetahuan itu.
Catatan: dalam pelajaran selanjutnya, kalau kita
membicarakan ‘pemberian sifat-sifat’, maka itu bisa
diartikan ‘sama-sama memiliki sifat-sifat’.

b) Dalam hal Communicatio Idiomatum ini, ajaran Reformed


bertentangan dengan Lutheran.

1. Ajaran Reformed.

Sifat-sifat dari hakekat manusia tidak diberikan kepada


hakekat ilahi / tidak menjadi sifat-sifat dari hakekat ilahi,
dan sebaliknya, sifat-sifat dari hakekat ilahi tidak
diberikan kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat-
sifat dari hakekat manusia. Tetapi, baik sifat-sifat dari
hakekat manusia maupun sifat-sifat dari hakekat ilahi
diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat-sifat dari
pribadi Kristus.

Charles Hodge: “Hence, inconsistent, or apparently


contradictory affirmations may be made of the same person”
(= Karena itu, ketidak-konsistenan, atau pernyataan-
pernyataan yang kelihatannya kontradiksi / bertentangan
bisa dibuat tentang pribadi yang sama) - ‘Systematic
Theology’, vol II, hal 379.

HM HI
Keterangan gambar:
P = Pribadi Kristus; HM = Hakekat Manusia; HI = Hakekat
Ilahi.

Catatan: Jangan membayangkan bahwa diri Kristus


betul-betul seperti gambar di atas! Gambar ini hanya
untuk membantu saudara untuk melihat dimana terjadi
pemberian sifat-sifat dan dimana tidak terjadi pemberian
sifat-sifat.
Penjelasan:
Hakekat manusia mempunyai sifat terbatas, sedangkan
hakekat ilahi mempunyai sifat tidak terbatas. Sifat
terbatas dari hakekat manusia tidak diberikan kepada
hakekat ilahi / tidak menjadi sifat dari hakekat ilahi, dan
sifat tidak terbatas dari hakekat ilahi tidak diberikan
kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat dari
hakekat manusia.
Tetapi baik sifat terbatas dari hakekat manusia, maupun
sifat tidak terbatas dari hakekat ilahi, sama-sama
diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat dari
pribadi Kristus. Jadi, pribadi Kristus mempunyai sifat
terbatas dan tidak terbatas sekaligus.

Dengan cara yang sama bisa kita dapatkan bahwa pribadi


Yesus bisa dikatakan terbatas pengetahuannya maupun
maha-tahu, lemah / terbatas kekuatannya maupun
mahakuasa.

Karena itu jangan heran kalau melihat bahwa Kitab Suci


kadang-kadang menggambarkan Yesus itu terbatas
pengetahuannya (Mat 24:36), tetapi juga sering
menggambarkan Yesus itu mahatahu (Mat 9:4 Mat 12:25
Yoh 2:24-25 Yoh 6:64).

Juga jangan heran kalau Kitab Suci kadang-kadang


menggambarkan Yesus lemah / terbatas kekuatannya,
sehingga bisa lelah, membutuhkan istirahat / tidur
(Yoh 4:6 Mat 8:24), tetapi juga sering menggambarkan
Yesus itu mahakuasa, dimana Ia bisa membangkitkan
orang mati, menghentikan badai, memberi makan 5000
orang dengan menggunakan 5 roti dan 2 ikan, mengusir
setan, dsb.

Jadi ingat, bahwa Alkitab sendiri memang memberikan


gambaran-gambaran yang kelihatannya bertentangan
tentang diri Yesus.

2. Ajaran Lutheran.
Mereka mengatakan:
a. Ada pemberian sifat-sifat dari kedua hakekat kepada
pribadi. Dengan kata lain, pribadi memiliki sifat-sifat
dari kedua hakekat. Ini sesuai dengan ajaran
Reformed.
b. Juga ada pemberian sifat-sifat antar kedua hakekat
tersebut.
Dengan kata lain, hakekat yang satu juga memiliki
sifat-sifat dari hakekat yang lain. Ini tidak sesuai
dengan ajaran Reformed.

HM HI
Perkembangan ajaran tentang Communicatio
Idiomatum dalam kalangan Lutheran:

(1)Luther dan orang-orang Lutheran yang mula-mula


mengajarkan adanya pemberian sifat-sifat, baik dari
hakekat manusia kepada hakekat ilahi, maupun dari
hakekat ilahi kepada hakekat manusia.

(2)Orang-orang Lutheran selanjutnya hanyalah


menekankan pemberian sifat-sifat dari hakekat ilahi
kepada hakekat manusia.
Ini mereka lakukan untuk menghindarkan hakekat ilahi
menjadi terbatas karena pemberian sifat dari hakekat
manusia.

(3)Dalam perkembangan selanjutnya, orang-orang


Lutheran membedakan antara operative attributes /
sifat-sifat operative (seperti maha kuasa, maha ada,
maha tahu) dengan quiescent attributes / sifat-sifat
diam (seperti tak terbatas, kekal) dari Allah, dan
mereka mengatakan bahwa hanya operative atrributes
sajalah yang diberikan dari hakekat ilahi kepada
hakekat manusia. Ini mereka lakukan untuk
menghindarkan hakekat manusia menjadi tak terbatas
dan kekal karena pemberian sifat dari hakekat ilahi.
Catatan:
Doktrin Lutheran yang salah tentang diri Kristus ini,
dimana mereka menganggap bahwa hakekat manusia
Yesus itu maha ada, menyebabkan mereka bisa percaya
bahwa dalam Perjamuan Kudus, Yesus hadir secara
jasmani. Reformed mempercayai bahwa dalam
Perjamuan Kudus Kristus hadir secara rohani.

Keberatan / sanggahan terhadap ajaran Lutheran ini:

(a)Ajaran ini menunjukkan adanya pembauran /


percampuran antara hakekat ilahi dan hakekat
manusia dalam diri Kristus.
Hakekat manusia yang mempunyai sifat-sifat ilahi
seperti maha ada, maha tahu dsb, tidak lagi bisa
disebut sebagai hakekat manusia (perhatikan kutipan
dari Charles Hodge di bawah).
Jadi jelas bahwa ajaran ini berbau ajaran Eutychianism
dan jelas bahwa ajaran ini bertentangan dengan
Chalcedonian Creed yang mengatakan ‘without
confusion, without change’ (= ‘tanpa percampuran,
tanpa perubahan’).

Charles Hodge:
“... the properties or attributes of a substance constitute its
essence, so that if they be removed or if others of a
different nature be added to them, the substance itself is
changed. ... If divine attributes be conferred on man, he
ceases to be man; and if human attributes be transferred
to God, he ceases to be God.” [= ... sifat-sifat dari suatu
zat / bahan membentuk hakekatnya, sehingga kalau
mereka disingkirkan atau kalau sifat-sifat yang lain
ditambahkan kepada mereka, maka zat / bahan itu
sendiri berubah. ... Kalau sifat-sifat ilahi diberikan
kepada manusia, ia berhenti menjadi manusia; dan kalau
sifat-sifat manusia diberikan kepada Allah, ia berhenti
menjadi Allah.] - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 390.

(b)Ajaran ini tidak konsekwen, karena kalau sifat-sifat ilahi


diberikan kepada hakekat manusia, maka sifat-sifat
manusia juga harus diberikan kepada hakekat ilahi.

Yoh 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke


sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga,
yaitu Anak Manusia.”.
Yoh 3:13 menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak
Manusia’), tetapi memberikan predikat ilahi (‘turun dari
sorga’). Ayat ini dipakai sebagai dasar (secara salah)
oleh orang Lutheran untuk mengatakan bahwa sifat-
sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada hakekat
manusia.

1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang


mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka
mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang
mulia.”.

Tetapi anehnya, kalau mereka melihat ayat seperti


1Kor 2:8 ini, yang menggunakan sebutan / gelar ilahi
(‘Tuhan yang mulia / The Lord of glory’ ), tetapi
memberikan predikat manusia (‘menyalibkan’), mereka
tidak mau memakainya sebagai dasar untuk
mengatakan bahwa sifat-sifat dari hakekat manusia
diberikan kepada hakekat ilahi.

Ketidak-konsekwenan yang lain ialah bahwa mereka


hanya memberikan sebagian sifat-sifat ilahi kepada
hakekat manusia. Kalau beberapa sifat hakekat ilahi
diberikan kepada hakekat manusia, maka
konsekwensinya adalah bahwa semua sifat-sifat ilahi
harus diberikan kepada hakekat manusia.

(c)Ajaran ini tidak sesuai dengan gambaran tentang diri


Kristus dalam Kitab Suci, karena dalam Kitab Suci
Kristus tidak pernah digambarkan sebagai manusia
yang maha tahu / maha ada / maha kuasa.
Sebaliknya, Kitab Suci menggambarkan Yesus sebagai
manusia yang terbatas pengetahuannya (Mat 24:36),
terbatas keberadaannya (tidak bisa ada di lebih dari
satu tempat pada saat yang sama), dan lemah (bisa
lelah, butuh istirahat, tidur, dsb. Bdk. Yoh 4:6 Mat
8:24).

(d)Ajaran ini tidak bisa menjelaskan Luk 2:40,52 yang


mengatakan bahwa Kristus bertumbuh dalam hikmat
dan kekuatan.

Luk 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan


menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah
ada padaNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar
dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin
dikasihi oleh Allah dan manusia.”.

Ingat bahwa orang Lutheran beranggapan bahwa


Communicatio Idiomatum ini terjadi pada saat yang
sama dengan inkarnasi.
Dengan demikian, seharusnya manusia Yesus itu
sudah maha tahu dan maha kuasa sejak lahir, dan
kalau demikian, Ia tidak mungkin bertumbuh dalam
hikmat maupun kekuatan.

-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 23 Juli 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (7)
2) Communicatio Operationum / Apotelesmatum
[communication of acts (= pemberian tindakan-tindakan)].
Semua tindakan / perbuatan Kristus, baik yang bersifat:
a) Ilahi, seperti penciptaan, pemeliharaan.
b) Manusia, seperti makan, minum.
c) Gabungan ilahi dan manusia, seperti penebusan.
adalah tindakan / perbuatan dari pribadi Kristus.

Jadi, pada waktu melihat Kristus makan, kita tidak perlu


berkata ‘hakekat manusiaNya makan’, tetapi kita bisa berkata
‘Kristus makan’. Pada waktu kita mau mengatakan bahwa
Kristus mencipta dan mengatur alam semesta, kita tidak perlu
berkata ‘hakekat ilahiNya mencipta dan mengatur alam
semesta’, tetapi kita bisa berkata ‘Kristus mencipta dan
mengatur alam semesta’.
Catatan: sebutan ‘Yesus’ atau ‘Kristus’ atau penggunaan kata
ganti orang (seperti ‘Aku’) untuk Yesus, biasanya menunjuk
kepada pribadi.

Contoh:
Mat 27:26 - “Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi
YESUS disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.”.

Kata ‘disesah’ cocoknya untuk hakekat manusia Kristus, tetapi


ditujukan kepada pribadiNya (‘Yesus’).

Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua


bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan
Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah,
AKU menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
Kata-kata ‘menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman’ cocoknya untuk hakekat ilahi Kristus, tetapi ditujukan
kepada pribadiNya (‘Aku’).

Illustrasi:
Manusia terdiri dari tubuh + jiwa.
Ada tindakan hanya dari jiwa, seperti berpikir, marah, benci.
Ada tindakan hanya dari tubuh, seperti mencerna makanan,
denyut jantung.
Ada tindakan dari gabungan tubuh dan jiwa, seperti membaca,
menulis, berbicara dsb.
Tetapi adalah seluruh pribadi manusia yang marah, mencerna
makanan, membaca dsb.
Karena itu kalau kita melihat seseorang (si A) sedang makan /
berpikir, kita tidak mengatakan ‘tubuhnya makan’ tetapi ‘Dia /
si A makan’. Kita tidak mengatakan ‘jiwanya berpikir’, tetapi
‘Dia / si A berpikir’.
Catatan: lagi-lagi ini hanya cocok untuk orang yang
mempercayai Dichotomy, bukan Trichotomy.

3) Communicatio Charismatum / Gratiarum [communication of


gifts (= pemberian karunia-karunia)].
Hakekat manusia dari Kristus, sejak saat pertama
keberadaanNya, telah diberi bermacam-macam karunia yang
mulia.
Misalnya:

a) Dipersatukannya hakekat manusia itu dengan LOGOS,


dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi
semua ciptaan.

G. C. Berkouwer menggunakan Yoh 3:34 sebagai salah satu


dasar: “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang
menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan
RohNya dengan tidak terbatas.”. - ‘Studies in Dogmatics:
The Person of Christ’, hal 295.

Louis Berkhof berjalan lebih jauh dengan mengatakan


bahwa ini menyebabkan hakekat manusia Yesus itu
‘menjadi object pemujaan (adoration)’ - ‘Systematic
Theology’, hal 324.

Tetapi G. C. Berkouwer menentang pandangan ini dengan


mengatakan: “Reformed theology resisted every form of the
deification of the human nature of Christ” (= Theologia
Reformed menentang setiap bentuk pendewaan terhadap
hakekat manusia Kristus) - ‘Studies in Dogmatics: The
Person of Christ’, hal 295.

Memang pada waktu seseorang bertemu dengan Kristus


pada waktu Ia hidup dalam dunia ini, tentu saja orang itu
boleh menyembahNya. Tetapi yang disembah adalah pribadi
Kristus, atau hakekat ilahiNya, bukan hakekat manusiaNya.
Hal-hal ini memang tidak bisa dipisahkan tetapi bisa
dibedakan.

Ini pandangan yang agak berbeda lagi.

John Owen: “Hence the human nature of Christ, in his divine


person and together with it, is the object of all divine adoration
and worship” (= Jadi, hakekat manusia dari Kristus, dalam
Pribadi Ilahinya dan bersama-sama denganNya, adalah obyek
dari semua pemujaan dan penyembahan ilahi) - ‘The Works
of John Owen’, vol I, hal 241.

Jadi dalam hal ini, pandangan dari orang-orang Reformed


tidak seragam!
Saya pribadi, condong pada pandangan G. C. Berkouwer.

Ini dasar saya:

Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah,


Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan,
Allahmu, dan HANYA kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

‘Manusia Yesus’ bukan Allah, dan karena itu, berdasarkan


ayat ini, tidak boleh disembah.

Calvin (tentang Fil 2:10): “‘Every knee might bow.’ Though


respect is shewn to men also be means of this rite, there can
nevertheless be no doubt that what is here meant is that
adoration which belongs exclusively to God, of which the
bending of the knee is a token. ... But here a question arises -
whether this relates to the divinity of Christ or to his humanity,
for either of the two is not without some inconsistency,
inasmuch as nothing new could be given to his divinity; and his
humanity in itself, viewed separately, has by no means such
exaltation belonging to it that it should be adored as God? I
answer, that this, like many things else, is affirmed in reference
to Christ’s entire person, viewed as ‘God manifested in the
flesh.’ (1 Timothy 3:16.)” [= belum
diterjemahkan].
b) Karunia-karunia Roh, khususnya dalam hal intelek,
kehendak dan kuasa, dengan mana hakekat manusia itu
ditinggikan melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain.
Menurut Louis Berkhof, termasuk di sini ketidak-
mungkinannya untuk berbuat dosa (impeccability / non
posse peccare). Tetapi untuk yang terakhir ini ada pro
kontra lagi, dan saya tak setuju dengan Louis Berkhof.

Saya tidak melihat contoh-contoh yang diberikan oleh para


ahli Theologia Reformed, sehingga ada hal-hal yang
membingungkan saya.

Kalau dalam hal intelek, maka contohnya adalah


kepandaian yang jelas menonjol sekali dalam diri manusia
Yesus, sejak masa kecilNya.

Luk 2:40,46-47,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan


menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada
padaNya. ... (46) Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia
dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim
ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. (47) Dan semua orang
yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasanNya dan
segala jawab yang diberikanNya. ... (52) Dan Yesus makin
bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya,
dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.

Tetapi G. C. Berkouwer (hal 295) dengan sangat hati-hati


menambahkan bahwa ini berbeda dengan ajaran Lutheran
yang mengatakan bahwa ada pemberian sifat-sifat dari
hakekat ilahi kepada hakekat manusia Yesus. Ini dianggap
salah, karena karunia-karunia adalah pemberian dari Roh
Kudus kepada manusia Yesus untuk bisa melakukan
pelayananNya.
Jadi ayat di atas hanya menunjukkan bahwa Roh Kudus
memberikan Yesus kecerdasan yang luar biasa dalam
pengertian Kitab Suci, tetapi sama sekali tidak berarti bahwa
manusia Yesus menjadi maha tahu karena pemberian sifat
itu dari hakekat ilahiNya. Kalau manusia Yesus itu maha
tahu, kita tak akan bisa menjelaskan Mat 24:36, yang
menunjukkan bahwa manusia Yesus tidak mengetahui hari
Tuhan.

Tetapi dalam hal kehendak, itu membingungkan saya. Apa


contohnya? Apakah hanya sekedar bahwa kehendakNya
suci?

Kalau dalam hal kuasa, jelas bukan berarti Yesus sebagai


manusia itu sebagai superman yang mempunyai kekuatan
jasmani yang luar biasa. Tetapi mungkin ‘kuasa’ yang
dimaksudkan adalah dalam hal wibawa dan kuasa dalam
pengajaran.

Yoh 2:14-16 - “(14) Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-


pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-
penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali
lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua
kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar
dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka
dibalikkanNya. (16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia
berkata: ‘Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu
membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.’”.

Catatan: coba bayangkan kalau orang biasa melakukan hal


ini apakah ia tidak dirajam? Jelas di sini terlihat wibawa
Yesus yang luar biasa, sehingga sekalipun ada yang
menentangNya tetapi tak ada yang melakukan perlawanan
fisik.

Luk 4:28-30 - “(28) Mendengar itu sangat marahlah semua


orang yang di rumah ibadat itu. (29) Mereka bangun, lalu
menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing
gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari
tebing itu. (30) Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah
mereka, lalu pergi.”.

Calvin menganggap ini terjadi karena Allah melakukan


mujijat, tetapi William Hendriksen membuka peluang
(sekalipun tidak memastikan) bahwa sikap Yesus yang
tenang dan agung membuat mereka tidak bisa / berani
berbuat apa-apa.

Yoh 7:44-46 - “(44) Beberapa orang di antara mereka mau


menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani
menyentuhNya. (45) Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada
imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata
kepada mereka: ‘Mengapa kamu tidak membawaNya?’ (46)
Jawab penjaga-penjaga itu: ‘Belum pernah seorang manusia
berkata seperti orang itu!’”.

William Hendriksen mengatakan bahwa penjaga-penjaga itu


tak berani menangkap Yesus karena sangat terkesan oleh
kata-kata Yesus. Lenski mengatakan bahwa otoritas,
keagungan dan kuasa Yesus membuat mereka tak berani
menangkapNya.

Yoh 18:3-6 - “(3) Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan


sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang
disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi
lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. (4) Maka Yesus,
yang tahu semua yang akan menimpa diriNya, maju ke depan
dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’ (5)
Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka:
‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di
situ bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada
mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke
tanah.”.

Lenski menganggap bahwa seluruh pasukan rebah karena


kata-kata Yesus ‘Akulah Dia’ dan ini pasti karena kuasa
Ilahi. William Hendriksen berkata bahwa sikap, suara,
pandangan mata, keagungan Yesus menyebabkan hal ini,
tetapi ini juga merupakan suatu tanda dari Yesus bahwa Ia
adalah Mesias / Kristus. Leon Morris mengatakan ini
disebabkan keagungan Yesus.

Kuasa pengajaranNya terlihat dari ayat ini:


Mat 7:28-29 - “(28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan
ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya,
(29) sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa,
tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.”.

Catatan: Communicatio Charismatum / Gratiarum ini tidak


mengubah hakekat manusia itu menjadi Allah!

D) Ayat-ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan Personal


Union.

Ada 4 golongan ayat-ayat Kitab Suci:


1) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan bagi Kristus dengan
sebutan yang berlaku untuk pribadi Kristus, tetapi tidak cocok /
berlaku baik untuk hakekat manusia saja maupun untuk
hakekat ilahi saja.
Contoh:
 Yoh 1:29 - Anak Domba Allah.
 Yoh 5:21-23 - Hakim.
 Yoh 9:5 - Terang dunia.
 Yoh 10:9,11 - Pintu, Gembala.
 Yoh 15:1 - Pokok anggur yang benar.
 Ro 8:34 - Pembela.
 Ef 4:15 - Kepala Gereja.

Sebutan-sebutan ini tidak ditujukan kepada Kristus sebagai


Allah Anak / LOGOS, juga tidak kepada Kristus sebagai
manusia, tetapi kepada pribadi Kristus (The God-man).

Calvin: “Let this, then, be our key to right understanding: those


things which apply to the office of the Mediator are not spoken
simply either of the divine nature or of the human.” [= Biarlah ini
menjadi kunci bagi kita untuk mendapatkan pengertian yang
benar: hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dari
Pengantara, tidak dikatakan hanya tentang hakekat ilahi atau
manusia.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II,
chapter XIV, 3.

2) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat ilahi /


LOGOS, tetapi ditujukan kepada pribadi Kristus.

Contoh:

a) Yoh 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata


kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku (telah)
ada.’”.

Sebetulnya kata-kata ‘ada sebelum Abraham jadi’ hanya


berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia.
Tetapi sekalipun demikian, Yesus tidak berkata ‘sebelum
Abraham jadi, hakekat ilahiKu ada’, tetapi Ia berkata
‘sebelum Abraham jadi, Aku (menunjuk pada pribadiNya) ada’.

b) Yoh 17:5 - “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku


padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di
hadiratMu sebelum dunia ada.”.

Sebetulnya kata-kata ‘memiliki kemuliaan di hadirat Allah


sebelum dunia dijadikan’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi,
bukan untuk hakekat manusia. Tetapi Yesus lagi-lagi
menggunakan kata ‘Aku’, yang menunjukkan bahwa kata-
kata itu Ia tujukan untuk pribadiNya.

3) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat


manusiaNya, tetapi ditujukan kepada pribadi Kristus.

Contoh:

a) Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak


seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan
Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.

Sebetulnya ‘tidak tahu akan hari Tuhan’ hanya berlaku


untuk hakekat manusia, bukan untuk hakekat ilahi. Tetapi
ayat ini menujukan kata-kata itu untuk Anak, yang menunjuk
pada pribadi Yesus.

b) Mat 26:37-38 - “(37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak


Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan
gentar, (38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat
sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan
berjaga-jagalah dengan Aku.’”.

Sebetulnya yang bisa merasa sedih dan gentar, seperti mau


mati, dsb, hanyalah hakekat manusia, bukan hakekat ilahi.
Tetapi ayat-ayat ini menujukannya untuk pribadi Yesus.

c) Hal yang sama bisa saudara jumpai dalam:

Luk 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi


kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ...
(52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah
hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan
manusia.”.

Luk 24:39-43 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku


sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu (roh)
tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada
padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan
tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika mereka
belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah
Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42)
Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng.
(43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata
mereka.”.

Yoh 11:35 - “Maka menangislah Yesus.”.

4) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan / gelar yang hanya


cocok untuk hakekat yang satu, tetapi menggunakan predikat
yang hanya cocok untuk hakekat yang lain.
Ini terbagi dalam 2 golongan:

a) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar


ilahi, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk
hakekat manusia.
Contoh:

1. Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh


kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus
menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang
diperolehNya dengan darah (Anak)Nya sendiri.”.
NIV: “... the church of God, which he bought with his own
blood” (= ... jemaat / gereja Allah, yang Ia beli dengan
darahNya sendiri).

Catatan: dalam ayat ini TB1 - LAI salah terjemahan


karena menterjemahkan ‘darah AnakNya’. Ini dibetulkan
dalam TB2 - LAI yang menterjemahkan ‘darahNya’
(menghapus kata ‘Anak’ yang memang sebetulnya tidak
ada dalam bahasa aslinya).

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Allah’), tetapi


predikatnya berbicara tentang ‘darah’, yang sebetulnya
hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

2. 1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang


mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya,
mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang


mulia’ / ‘The Lord of glory’), tetapi menggunakan predikat
‘menyalibkan’ yang sebetulnya hanya cocok untuk
hakekat manusia Yesus.
3. 1Yoh 1:1 - “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah
kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang
telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan
tangan kami tentang Firman hidup - itulah yang kami
tuliskan kepada kamu.”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Firman’ /


LOGOS), tetapi menggunakan predikat ‘telah kami lihat
dengan mata kami’ dan ‘telah kami saksikan dan yang
telah kami raba dengan tangan kami’, yang sebetulnya
hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

4. Wah 11:8 - “Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan


raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan
Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan.”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan’),


tetapi menggunakan predikat ‘disalibkan’ yang sebetulnya
hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

5. Ibr 7:14 - “Sebab telah diketahui semua orang, bahwa


Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu
Musa tidak pernah mengatakan suatu apapun tentang
imam-imam.”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan’),


tetapi menggunakan predikat ‘berasal dari suku Yehuda’,
yang tentu saja hanya cocok untuk hakekat manusia
Yesus.

b) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar


manusia, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok
untuk hakekat ilahi.
Contoh:

1. Mat 9:6 - “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini


Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa’ - lalu
berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu -: ‘Bangunlah,
angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak


Manusia’), tetapi menggunakan predikat ‘berkuasa
mengampuni dosa’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.

2. Mat 12:8 - “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari


Sabat.’”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak


Manusia’), tetapi menggunakan predikat ‘Tuhan atas hari
Sabat’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.

3. Hal yang sama bisa saudara lihat dalam ayat-ayat seper-


ti:

Mat 13:41 - “Anak Manusia akan menyuruh malaikat-


malaikatNya dan mereka akan mengumpulkan segala
sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang
melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya.”.

Luk 19:10 - “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari


dan menyelamatkan yang hilang.’”.

Yoh 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke


sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga,
yaitu Anak Manusia.”.

Yoh 6:62 - “Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat


Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya
berada?”.

1Kor 15:47b - “manusia kedua berasal dari sorga.”.

Calvin menjelaskan mengapa hal itu dilakukan dalam Kitab


Suci dengan berkata sebagai berikut:
“And they (Scriptures) so earnestly express this union of the two
natures that is in Christ as sometimes to interchange them.” [=
Dan mereka (Kitab-kitab Suci) begitu sungguh-sungguh
mewujudkan kesatuan dari dua hakekat yang ada di dalam
Kristus sehingga kadang-kadang menukar / membolak-balik
mereka.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II,
chapter XIV, 1.

“But because the selfsame one was both God and man, for the
sake of the union of both natures he gave to the one what
belonged to the other.” [= Tetapi karena ‘orang’ yang sama
adalah Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat,
ia memberikan kepada yang satu apa yang termasuk pada
yang lain.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II,
chapter XIV, 2.
-o0o-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 6 Agustus 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (8)

PELAJARAN III

KESUCIAN KRISTUS

I) Kesucian hidup Kristus.


Hal-hal yang menunjukkan kesucian hidup Kristus:

1) Ayat-ayat seperti:
2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya
menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh
Allah.”.
Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam
besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan
kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak
berbuat dosa.”.
Ibr 7:26 - “Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita
perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah
dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat
sorga,”.
1Pet 2:22 - “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam
mulutNya.”.
1Pet 3:18 - “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa
kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia
membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam
keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan
menurut Roh,”.
1Yoh 3:5 - “Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diriNya,
supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada
dosa.”.

2) Sebutan ‘Yang Kudus dari Allah’ dalam Luk 4:34 dan Yoh 6:69,
sebutan ‘Yang Kudus dan Benar’ dalam Kis 3:14, sebutan
‘HambaMu yang Kudus’ dalam Kis 4:27,30.

Luk 4:34 - “‘Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusanMu


dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku
tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.’”.
Yoh 6:69 - “dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau
adalah Yang Kudus dari Allah.’”.
Kis 3:14 - “Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar,
serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu.”.
Kis 4:27,30 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam
kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan
suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus,
yang Engkau urapi, ... (30) Ulurkanlah tanganMu untuk
menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-
mujizat oleh nama Yesus, HambaMu yang kudus.’”.

3) Yoh 10:36 mengatakan bahwa Yesus dikuduskan oleh Bapa.


Yoh 10:36 - “masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan
oleh Bapa dan yang telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau
menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?”.

4) Berbeda dengan semua orang lain yang mengaku dosa pada


waktu dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3:6), Yesus tidak
mengakui dosa pada saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis
(Mat 3:13-17).

Mat 3:6,13-17 - “(6) Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis


oleh Yohanes di sungai Yordan. ... (13) Maka datanglah Yesus dari
Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. (14)
Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: ‘Akulah yang perlu
dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang kepadaku?’ (15) Lalu
Yesus menjawab, kataNya kepadanya: ‘Biarlah hal itu terjadi,
karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh
kehendak Allah.’ Dan Yohanespun menurutiNya. (16) Sesudah
dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga
langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati
turun ke atasNya, (17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang
mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku
berkenan.’”.
Bahkan dalam sepanjang hidupNya kita tidak pernah melihat
Yesus mengaku dosa atau memberi persembahan / korban
penghapus dosa.

Kalau dalam Mat 6:12 (Doa Bapa Kami) Ia mengatakan ‘dan


ampunilah kami akan kesalahan kami’ jelas bahwa Ia bukannya
mengakui dosa, tetapi Ia sedang mengajarkan doa Bapa Kami itu
untuk murid-muridNya. Ini terlihat dari Mat 6:9 yang berbunyi
‘Karena itu berdoalah demikian’ yang jelas menunjukkan
bahwa saat itu Ia sedang mengajarkan doa itu kepada murid-
muridNya.

5) Bahwa Yesus itu suci / benar, diakui oleh:

a) Allah Bapa (Mat 3:17).


Mat 3:17 - “lalu terdengarlah suara dari sorga yang
mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku
berkenan.’”.
Bahwa Allah Bapa berkenan kepada Yesus, jelas menunjukkan
kesucian Yesus.

b) Yesus sendiri (Yoh 8:29,46).


Yoh 8:29,46 - “(29) Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia
menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku
senantiasa berbuat apa yang berkenan kepadaNya.’ ... (46)
Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat
dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu
tidak percaya kepadaKu?”.

c) Pontius Pilatus (Luk 23:4,14-15,22 Yoh 18:38b Yoh 19:4).

Luk 23:4,14-15,22 - “(4) Kata Pilatus kepada imam-imam


kepala dan seluruh orang banyak itu: ‘Aku tidak mendapati
kesalahan apapun pada orang ini.’ ... (14) dan berkata kepada
mereka: ‘Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai
seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa
aku telah memeriksaNya, dan dari kesalahan-kesalahan yang
kamu tuduhkan kepadaNya tidak ada yang kudapati padaNya.
(15) Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali
kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang
dilakukanNya yang setimpal dengan hukuman mati. ... (22) Kata
Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: ‘Kejahatan apa
yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu
kesalahanpun yang kudapati padaNya, yang setimpal dengan
hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu
melepaskanNya.’”.

Yoh 18:38b - “Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus


lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada
mereka: ‘Aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya.”.

Yoh 19:4 - “Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka:


‘Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu
tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya.’”.

d) Istri Pontius Pilatus (Mat 27:19).


Mat 27:19 - “Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan,
isterinya mengirim pesan kepadanya: ‘Jangan engkau
mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku
sangat menderita dalam mimpi tadi malam.’”.

e) Herodes (Luk 23:15).


Luk 23:15 - “Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia
kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun
yang dilakukanNya yang setimpal dengan hukuman mati.”.

f) Yudas Iskariot (Mat 27:4).


Mat 27:4 - “dan berkata: ‘Aku telah berdosa karena
menyerahkan darah orang yang tak bersalah.’ Tetapi jawab
mereka: ‘Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!’”.

g) Kepala Pasukan Romawi yang menyalibkan Yesus (Luk


23:47).
Luk 23:47 - “Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia
memuliakan Allah, katanya: ‘Sungguh, orang ini adalah orang
benar!’”.

6) Ia berhasil menggagalkan 3 x pencobaan setan (Mat 4:1-11


Luk 4:1-13).
Perlu juga dijelaskan bahwa sekalipun dalam Ibr 4:15 dikatakan
bahwa ‘sama dengan kita, Ia telah dicobai’, tetapi itu hanya
berhubungan dengan pencobaan dari luar. Kesucian Kristus
menyebabkan Ia tidak mungkin mengalami pencobaan dari
dalam seperti yang sering dialami manusia yang lain (seperti
berpikir untuk berzinah, dsb), karena dalam hal ini pencobaan itu
sendiri sudah merupakan dosa.
Karena itu Yesus sendiri bisa berkata bahwa ‘penguasa dunia ini’
(yaitu setan), tidak berkuasa sedikitpun atas diriNya (Yoh 14:30).

Yoh 14:30 - “Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu,


sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun
atas diriKu.”.

7) Lembu / domba / kambing untuk korban penebus dosa, dan


domba Paskah, yang merupakan TYPE / gambaran dari Kristus
(bdk. Yoh 1:29 1Kor 5:7) selalu digambarkan sebagai tidak
bercela / tidak bercacat (Im 4:3b,23b,28b,32b Kel 12:5). Bdk.
1Pet 1:18-19.

Im 4:3,23,28,32 - “(3) maka jikalau yang berbuat dosa itu imam


yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia
mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah
diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda yang tidak bercela
sebagai korban penghapus dosa. ... (23) maka jikalau dosa yang
telah diperbuatnya itu diberitahukan kepadanya, haruslah ia
membawa sebagai persembahannya seekor kambing jantan yang
tidak bercela. ... (28) maka jikalau dosa yang telah diperbuatnya itu
diberitahukan kepadanya, haruslah ia membawa sebagai
persembahannya karena dosa yang telah diperbuatnya itu seekor
kambing betina yang tidak bercela. ... (32) Jika ia membawa seekor
domba sebagai persembahannya menjadi korban penghapus dosa,
haruslah ia membawa seekor betina yang tidak bercela.”.

Kel 12:5 - “Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela,


berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing.”.

Yoh 1:29 - “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang


kepadanya dan ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah, yang
menghapus dosa dunia.”.
1Kor 5:7 - “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi
adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak
domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.”.

1Pet 1:18-19 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus
dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek
moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan
perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu
darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak
bernoda dan tak bercacat.”.

8) Penderitaan dan kematian Yesus bisa menggantikan kita untuk


menerima hukuman Allah.
Kalau Yesus tidak suci, maka pada saat Ia mati di kayu salib Ia
mati untuk dosaNya sendiri, sehingga Ia tidak mungkin bisa
menggantikan kita untuk memikul hukuman dosa kita. Bahwa Ia
bisa menjadi pengganti, menunjukkan bahwa Ia suci. Dengan
demikian terlihat bahwa kesucian Kristus merupakan hal yang
sangat vital dalam kekristenan, karena tanpa hal itu, seluruh
penebusan hancur.

II) Serangan terhadap kesucian Kristus.


1) Ayat-ayat yang menunjukkan Yesus marah seperti:

Mark 3:5 - “Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan


marah Ia memandang sekelilingNya kepada mereka lalu Ia berkata
kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia
mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.”.

Yoh 2:14,15 - “(14) Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-


pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-
penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu
mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing
domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar
dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka
dibalikkanNya.”.

Mat 21:12-13 - “(12) Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir
semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia
membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku
pedagang merpati (13) dan berkata kepada mereka: ‘Ada tertulis:
RumahKu akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya
sarang penyamun.’”.

Penjelasan:

a) Marah tidak harus dianggap sebagai dosa, dan hal ini terlihat
dari Ef 4:26 dan Maz 4:5.
Ef 4:26 - “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu
berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam
amarahmu”.
Maz 4:5 - “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa;
berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah
diam. Sela”.

b) Kemarahan terhadap dosa justru harus ada dalam diri orang


yang dikuasai Roh Kudus (Kel 32:19 1Sam 11:6).

Kel 32:19 - “Dan ketika ia dekat ke perkemahan itu dan melihat


anak lembu dan melihat orang menari-nari, maka bangkitlah
amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya
dan dipecahkannya pada kaki gunung itu.”.
Bdk. Bil 12:3 yang menyatakan bahwa Musa itu ‘seorang
sangat lembut hatinya’.

1Sam 11:6 - “Ketika Saul mendengar kabar itu, maka


berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah
amarahnya dengan sangat.”.

Dalam Wah 2:2 ketidak-sabaran terhadap orang-orang yang


jahat, justru merupakan sesuatu yang dipuji dari gereja /
jemaat Efesus.
Wah 2:2 - “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu
maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat
sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah
mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang
sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati
mereka pendusta.”.

Sebaliknya, dalam 2Kor 11:4 kesabaran orang Korintus


terhadap nabi-nabi palsu, justru dikecam oleh Paulus.
2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang
memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami
beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari
pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang
telah kamu terima.”.

Demikian juga dalam Wah 2:20, jemaat Tiatira yang


membiarkan nabi palsu, juga dikecam.
Wah 2:20 - “Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau
membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah,
mengajar dan menyesatkan hamba-hambaKu supaya berbuat
zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.”.

c) Kemarahan Yesus adalah kemarahan yang suci, yang


ditujukan kepada dosa, sehingga jelas bukan merupakan dosa.

Penerapan: orang Kristen harus berani marah pada saat yang


tepat, misalnya pada waktu melihat ada ajaran sesat dari nabi
palsu, atau ada korupsi dalam gereja, atau ada suatu penindasan
/ ketidak-adilan dsb.

Bdk. 1Kor 13:4-6 - “(4) Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia
tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. (5) Ia
tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan
diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan
orang lain. (6) Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi
karena kebenaran.”.

2) Tuduhan bahwa Yesus melanggar peraturan Sabat.

Mat 12:9-14 - “(9) Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah
ibadat mereka. (10) Di situ ada seorang yang mati sebelah
tangannya. Mereka bertanya kepadaNya: ‘Bolehkah
menyembuhkan orang pada hari Sabat?’ Maksud mereka ialah
supaya dapat mempersalahkan Dia. (11) Tetapi Yesus berkata
kepada mereka: ‘Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor
domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat,
tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12)
Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena
itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.’ (13) Lalu kata Yesus
kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia
mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat
seperti tangannya yang lain. (14) Lalu keluarlah orang-orang Farisi
itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia.”.

Luk 14:1-6 - “(1) Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah
salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di
situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. (2)
Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di
hadapanNya. (3) Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi itu, kataNya: ‘Diperbolehkankah
menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?’ (4) Mereka itu
diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan
menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. (5) Kemudian Ia
berkata kepada mereka: ‘Siapakah di antara kamu yang tidak
segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke
dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?’ (6) Mereka tidak
sanggup membantahNya.”.

Yoh 5:8-18 - “(8) Kata Yesus kepadanya: ‘Bangunlah, angkatlah


tilammu dan berjalanlah.’ (9) Dan pada saat itu juga sembuhlah
orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu
hari Sabat. (10) Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada
orang yang baru sembuh itu: ‘Hari ini hari Sabat dan tidak boleh
engkau memikul tilammu.’ (11) Akan tetapi ia menjawab mereka:
‘Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan
kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.’ (12) Mereka
bertanya kepadanya: ‘Siapakah orang itu yang berkata kepadamu:
Angkatlah tilammu dan berjalanlah?’ (13) Tetapi orang yang baru
sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah
menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. (14)
Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata
kepadanya: ‘Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi,
supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.’ (15) Orang itu
keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa
Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. (16) Dan karena itu orang-
orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan
hal-hal itu pada hari Sabat. (17) Tetapi Ia berkata kepada mereka:
‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’
(18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk
membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat,
tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya
sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.”.

Yoh 9:14-16 - “(14) Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan
memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. (15) Karena itu
orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya
menjadi melek. Jawabnya: ‘Ia mengoleskan adukan tanah pada
mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat
melihat.’ (16) Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: ‘Orang
ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.’
Sebagian pula berkata: ‘Bagaimanakah seorang berdosa dapat
membuat mujizat yang demikian?’ Maka timbullah pertentangan di
antara mereka.”.

Untuk ini perlu diketahui bahwa:

a) Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat (Mat 12:8).


Mat 12:8 - “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari
Sabat.’”.

b) Yesus berkata bahwa hari Sabat diciptakan untuk manusia dan


bukan manusia untuk hari Sabat (Mark 2:27).
Mark 2:27 - “Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Hari Sabat
diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,”.

c) Yesus berkata bahwa kita boleh berbuat baik pada hari Sabat
(Mat 12:11-12 bdk. Yoh 7:22-23).

Mat 12:11-12 - “(11) Tetapi Yesus berkata kepada mereka: ‘Jika


seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba
itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan
menangkapnya dan mengeluarkannya? (12) Bukankah manusia
jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat
baik pada hari Sabat.’”.

Yoh 7:22-23 - “(22) Jadi: Musa menetapkan supaya kamu


bersunat - sebenarnya sunat itu tidak berasal dari Musa, tetapi
dari nenek moyang kita - dan kamu menyunat orang pada hari
Sabat! (23) Jikalau seorang menerima sunat pada hari Sabat,
supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah
kepadaKu, karena Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang
manusia pada hari Sabat.”.
Catatan: penyunatan HARUS dilakukan pada hari ke 8 (Im
12:3), sehingga tidak bisa tidak, pasti ada penyunatan yang
jatuh pada hari Sabat.

Yesus bukan bekerja pada hari Sabat, tetapi menyembuhkan /


menolong orang / berbuat baik pada orang lain pada hari Sabat.
Ini jelas bukan dosa.

d) Yang dilanggar oleh Yesus bukanlah peraturan / hukum Tuhan


tentang hari Sabat, tetapi penafsiran yang salah dari ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi tentang peraturan Sabat.

Kalau saudara ingin tahu bagaimana ahli-ahli Taurat pada


jaman itu ‘menafsirkan’ hukum hari Sabat, maka bacalah
komentar-komentar William Barclay tentang Mat 5:17-20 di
bawah ini:

Barclay: “The Law lays it down that the Sabbath Day is to be kept
holy, and that on it no work is to be done. That is a great principle.
But the Jewish legalists had a passion for definition. So they
asked: What is work? All kinds of things were classified as work.
For instance, to carry a burden on the Sabbath Day is to work. But
next a burden has to be defined. So the Scribal Law lays it down
that a burden is ‘food equal in weight to a dried fig, enough wine
for making a goblet, milk enough for one swallow, honey enough
to put upon a wound, oil enough to anoint a small member, water
enough to moisten an eye-salve, paper enough to write a customs
house notice upon, ink enough to write two letters of the alphabet,
reed enough to make a pen’ - and so on endlessly. So they spent
endless hours arguing whether a man could or could not lift a
lamp from one place to another on the Sabbath, whether a tailor
committed a sin if he went out with a needle in his robe, whether a
woman might wear a brooch or false hair, even if a man might go
out on the Sabbath with artificial teeth or an artificial limb, if a
man might lift his child on the Sabbath Day. These things to them
were the essence of religion. Their religion was a legalism of petty
rules and regulations.” [= Hukum Taurat menetapkan bahwa hari
Sabat harus dikuduskan, dan bahwa pada hari itu tidak ada
pekerjaan yang boleh dilakukan. Itu merupakan prinsip yang
besar. Tetapi para legalist Yahudi senang mendefinisikan. Karena
itu mereka bertanya: Apakah pekerjaan itu? Semua jenis hal-hal
digolongkan sebagai pekerjaan. Misalnya, membawa beban pada
hari Sabat adalah bekerja. Tetapi selanjutnya ‘beban’ itu harus
didefinisikan. Maka hukum dari ahli-ahli Taurat menetapkan
bahwa ‘beban’ adalah ‘makanan yang sama beratnya dengan
sebuah buah ara kering, anggur yang cukup untuk membuat satu
gelas minuman, susu yang cukup untuk satu teguk, madu cukup
untuk diberikan pada suatu luka, minyak cukup untuk
mengurapi anggota yang kecil, air cukup untuk membasahkan
salep mata, kertas cukup untuk menuliskan pemberitahuan suatu
rumah cukai, tinta cukup untuk menuliskan 2 huruf dari alfabet,
bambu cukup untuk membuat sebuah pena’, dst tanpa ada
akhirnya. Demikianlah mereka menghabiskan banyak waktu
untuk berdebat apakah seseorang boleh atau tidak boleh
mengangkat sebuah lampu dari satu tempat ke tempat lain pada
hari Sabat, apakah seorang penjahit melakukan dosa jika ia
pergi keluar dengan sebuah jarum dalam jubahnya, apakah
seorang perempuan boleh memakai bros atau rambut palsu,
bahkan apakah seseorang boleh pergi keluar pada hari Sabat
dengan gigi palsu atau kaki palsu, apakah seseorang boleh
mengangkat anaknya pada hari Sabat. Hal-hal ini bagi mereka
merupakan inti dari agama. Agama mereka adalah suatu
legalisme yang terdiri dari peraturan-peraturan yang picik /
remeh.] - hal 128.

Barclay: “To write was to work on the Sabbath. But writing has to
be defined. So the definition runs: ‘He who writes two letters of the
alphabet with his right or with his left hand, whether of one kind
or of two kinds, if they are written with different inks or in
different languages, is guilty. Even if he should write two letters
from forgetfulness, he is guilty, whether he has written them with
ink or with paint, red chalk, vitriol, or anything which makes a
permanent mark. Also he that writes on two walls that from an
angle, or on two tablets of his account book so that they can be
read together is guilty ... But, if anyone writes with dark fluid, with
fruit juice, or in the dust of the road, or in sand, or in anything
which does not make a permanent mark, he is not guilty. ... If he
writes one letter on the ground, and one on the wall of the house,
or on two pages of a book, so that they cannot be read together, he
is not guilty.’ That is a typical passage from the Scribal Law; and
that is what the orthodox Jew regarded as true religion and the
true service of God.” [= Menulis pada hari Sabat berarti bekerja.
Tetapi ‘menulis’ perlu didefinisikan. Dan demikianlah bunyi
definisinya: ‘Ia yang menulis 2 huruf dari alfabet dengan tangan
kanan atau tangan kirinya, apakah dari satu jenis atau 2 jenis,
jika huruf-huruf itu ditulis dengan tinta yang berbeda atau
dalam bahasa yang berbeda, bersalah. Bahkan jika ia menulis 2
huruf karena lupa, ia bersalah, apakah ia telah menulis huruf-
huruf itu dengan tinta atau dengan cat, kapur merah, benda
tajam, atau apapun yang membuat tanda permanen. Juga ia
yang menulis pada 2 dinding yang membentuk suatu sudut, atau
pada 2 lembaran dari buku catatan / rekeningnya sehingga
huruf-huruf itu bisa dibaca bersama-sama, ia bersalah ... Tetapi
jika seseorang menulis dengan cairan gelap, dengan air buah,
atau di tanah di jalanan, atau pada pasir, atau pada apapun yang
tidak membuat tanda permanen, ia tidak bersalah. ... Jika ia
menulis satu huruf di tanah, dan satu di dinding rumah, atau
pada 2 halaman dari suatu buku, sehingga huruf-huruf itu tidak
bisa dibaca bersama-sama, ia tidak bersalah’. Itulah text yang
khas dari hukum dari ahli-ahli Taurat; dan itulah yang dianggap
oleh seorang Yahudi orthodox sebagai agama dan sebagai
pelayanan yang benar kepada Allah.] - hal 129.

Barclay: “To heal was to work on the Sabbath. Obviously this has
to be defined. Healing was allowed when there was danger to life,
and especially in troubles of the ear, nose and throat; but even
then, steps could be taken only to keep the patient from becoming
worse; no steps might be taken to make him get any better. So a
plain bandage might be put on a wound, but no ointment; plain
wadding might be put into a sore ear, but not medicated wadding.”
[= Menyembuhkan pada hari Sabat berarti bekerja. Jelas bahwa
hal ini harus didefinisikan. Penyembuhan diijinkan pada saat
ada bahaya terhadap kehidupan, dan khususnya pada waktu ada
gangguan telinga, hidung dan tenggorokan / kerongkongan;
tetapi bahkan dalam keadaan itu, hanya boleh dilakukan
langkah-langkah untuk menjaga supaya pasien itu tidak menjadi
lebih parah; tidak boleh dilakukan langkah-langkah yang
membuatnya lebih baik. Jadi, suatu perban biasa boleh
diberikan pada suatu luka, tetapi tidak boleh diberi obat / salep;
kapas biasa boleh diberikan pada telinga yang sakit, tetapi kapas
dengan obat tidak boleh.] - hal 129.

Barclay: “The Scribes were the men who worked out these rules
and regulations. The Pharisees, whose names means The
Separated Ones, were the men who had separated themselves from
all the ordinary activities of life to keep all these rules and
regulations. We can see the length to which this went from the
following facts. For many generations this Scribal Law was never
written down; it was the oral law, and it was handed down in the
memory of generations Scribes. In the middle of the third century
A. D. a summary of it was made and codified. That summary is
known as the Mishnah; it contains sixty-three tractates on various
subjects of the Law, and in English makes a book of almost eight
hundred pages. Later Jewish scholarship busied itself with making
commentaries to explain the Mishnah. These commentaries are
known as the Talmuds. Of the Jerusalem Talmud there are twelve
printed volumes; and of the Babylonian Talmud there are sixty
printed volumes. To the strict orthodox Jew, in the time of Jesus,
religion, serving God, was a matter of keeping thousands of
legalistic rules and regulations; they regarded these petty rules and
regulations as literally matters of life and death and eternal
destiny. Clearly Jesus did not mean that not one of these rules and
regulations was to pass away; repeatedly he broke them himself;
and repeatedly he condemned them; that is certainly not what
Jesus meant by the Law, for that is the kind of law that both Jesus
and Paul condemned.” (= Ahli-ahli Taurat adalah orang-orang
yang menyusun peraturan-peraturan ini. Orang-orang Farisi,
yang namanya berarti ‘orang-orang yang terpisah’, adalah
orang-orang yang memisahkan diri mereka sendiri dari semua
aktivitas kehidupan biasa untuk mentaati semua peraturan-
peraturan itu. Kita bisa melihat panjangnya peraturan-
peraturan itu dari fakta-fakta yang berikut ini. Selama beberapa
generasi, hukum dari ahli-ahli Taurat ini tidak pernah
dituliskan; itu merupakan hukum lisan, dan diturunkan dalam
ingatan dari generasi-generasi ahli-ahli Taurat. Pada
pertengahan abad ketiga Masehi suatu ringkasan darinya dibuat
dan disusun. Ringkasan itu dikenal sebagai Mishnah; itu terdiri
dari 63 traktat tentang bermacam-macam pokok hukum Taurat,
dan dalam bahasa Inggris menjadi sebuah buku yang terdiri dari
hampir 800 halaman. Ahli-ahli theologia Yahudi selanjutnya
menyibukkan dirinya sendiri dengan membuat tafsiran-tafsiran
untuk menjelaskan Mishnah. Tafsiran-tafsiran ini dikenal
sebagai Talmud. Talmud Yerusalem terdiri dari 12 volume; dan
Talmud Babilonia terdiri dari 60 volume. Bagi seorang Yahudi
orthodox, pada jaman Yesus, agama dan pelayanan kepada Allah
merupakan persoalan ketaatan terhadap ribuan peraturan-
peraturan legalistik; mereka menganggap peraturan-peraturan
remeh / picik ini secara hurufiah sebagai persoalan hidup atau
mati dan tujuan kekal. Jelas bahwa Yesus tidak memaksudkan
bahwa tidak satupun dari peraturan-peraturan ini yang boleh
ditiadakan; berulangkali Ia sendiri melanggar mereka; dan
berulangkali Ia mengecam mereka; jelas bukan itu yang Yesus
maksudkan dengan hukum Taurat, karena itu adalah jenis
hukum Taurat yang dikecam oleh Yesus dan Paulus.) - hal 129-
130.

-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 13 Agustus 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (9)
3) Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, padahal baptisan
Yohanes adalah baptisan untuk pengampunan dosa (Mark 1:4).

Mark 1:4 - “demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang


gurun dan menyerukan: ‘Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis
dan Allah akan mengampuni dosamu.’”.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persoalan ini:

a) Berbeda dengan semua orang lain, yang mengaku dosa pada


saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Yesus tidak mengaku
dosa (Mat 3:6,13-17).

Mat 3:6,13-17 - “(6) Lalu sambil mengaku dosanya mereka


dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan. ... (13) Maka datanglah
Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis
olehnya. (14) Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: ‘Akulah
yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang
kepadaku?’ (15) Lalu Yesus menjawab, kataNya kepadanya:
‘Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita
menggenapkan seluruh kehendak Allah.’ Dan Yohanespun
menurutiNya. (16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air
dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah
seperti burung merpati turun ke atasNya, (17) lalu terdengarlah
suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang
Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.

b) Yohanes Pembaptis sendiri, yang mengenali Yesus sebagai


Anak Allah / Mesias, mula-mula menolak untuk membaptis
Yesus, dan bahkan beranggapan bahwa ialah yang
seharusnya dibaptis oleh Yesus (Mat 3:14).

Mat 3:14 - “Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: ‘Akulah


yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang
kepadaku?’”.

c) Yesus menjawab keberatan Yohanes Pembaptis itu dengan


berkata bahwa Ia harus dibaptis oleh Yohanes, ‘untuk
menggenapkan seluruh kehendak Allah’ (Mat 3:15).

Mat 3:15 - “Lalu Yesus menjawab, kataNya kepadanya: ‘Biarlah


hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita
menggenapkan seluruh kehendak Allah.’ Dan Yohanespun
menurutiNya.”.
NIV: ‘to fulfil all righteousness’ (= untuk menggenapkan seluruh
kebenaran).

Jadi jelas bahwa Yesus tidak dibaptis untuk mendapatkan


pengampunan dosa!

4) Yesus dianggap bersikap tidak hormat kepada Maria / ibuNya,


misalnya:

a) Kitab Suci tidak pernah menyebutkan bahwa Yesus memanggil


/ menyebut Maria dengan sebutan ‘ibu / mama’.

Dalam Alkitab ada banyak ayat yang menyebut Maria sebagai


ibu / mama dari Yesus, menggunakan kata Yunani METER [=
ibu / mama].

Contoh:
Yoh 2:3 - “Ketika mereka kekurangan anggur, ibu (Yunani:
METER) Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka kehabisan
anggur.’”.

Tetapi kalau Yesus sendiri menyebut Maria, Ia tidak pernah


menggunakan kata itu, tetapi selalu menggunakan kata Yunani
GUNAI [= perempuan].
Kalau dalam Kitab Suci Indonesia ada ayat-ayat dimana Yesus
menyebut / memanggil Maria dengan sebutan ‘ibu’ (seperti
dalam Yoh 2:4 dan Yoh 19:26), maka perlu diketahui bahwa itu
diterjemahkan bukan dari kata Yunani METER, yang berarti
‘ibu / mama’, tetapi dari kata Yunani GUNAI yang sebetulnya
berarti ‘perempuan’.

Yoh 2:4 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari


padaKu, ibu (Yunani: GUNAI)? SaatKu belum tiba.’”.
KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘woman’ [= perempuan].

Yoh 19:26 - “Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang


dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya: ‘Ibu,
inilah, anakmu!’”.
Catatan: ada 3 x kata ‘ibu’, tetapi yang pertama dan kedua
dari kata Yunani METER [= ibu / mama], dan yang ketiga dari
kata Yunani GUNAI [= perempuan].

Catatan: penggunaan kata GUNAI sebetulnya bukan


merupakan sesuatu yang tidak hormat. Kata ini juga Yesus
gunakan terhadap Maria Magdalena dalam Yoh 20:13,15.

Yoh 20:13,15 - “(13) Kata malaikat-malaikat itu kepadanya:


‘Ibu, mengapa engkau menangis?’ Jawab Maria kepada mereka:
‘Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia
diletakkan.’ ... (15) Kata Yesus kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau
menangis? Siapakah yang engkau cari?’ Maria menyangka
orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadaNya:
‘Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku,
di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat
mengambilNya.’”.

b) Sikap / kata-kata Yesus terhadap / tentang Maria dalam:

Mat 12:46-50 - “(46) Ketika Yesus masih berbicara dengan


orang banyak itu, ibuNya dan saudara-saudaraNya berdiri di
luar dan berusaha menemui Dia. (47) Maka seorang berkata
kepadaNya: ‘Lihatlah, ibuMu dan saudara-saudaraMu ada di
luar dan berusaha menemui Engkau.’ (48) Tetapi jawab Yesus
kepada orang yang menyampaikan berita itu kepadaNya: ‘Siapa
ibuKu? Dan siapa saudara-saudaraKu?’ (49) Lalu kataNya,
sambil menunjuk ke arah murid-muridNya: ‘Ini ibuKu dan
saudara-saudaraKu! (50) Sebab siapapun yang melakukan
kehendak BapaKu di sorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah
saudaraKu perempuan, dialah ibuKu.’”.
Catatan: semua kata ‘ibu’ dalam text di atas ini berasal dari
kata Yunani METER [= ibu / mama], tetapi perhatikan bahwa
pada waktu Yesus menggunakan kata METER ini di sini, Ia
tidak memaksudkan Maria!

Luk 2:48-49 - “(48) Dan ketika orang tuaNya melihat Dia,


tercenganglah mereka, lalu kata ibuNya kepadaNya: ‘Nak,
mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? BapaMu
dan aku dengan cemas mencari Engkau.’ (49) JawabNya kepada
mereka: ‘Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu,
bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?’”.

Yoh 2:4 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari


padaKu, ibu? SaatKu belum tiba.’”.
KJV: ‘what have I to do with thee?’ [= apa urusanKu
denganmu?].
Catatan: ungkapan ini, pada waktu muncul dalam Alkitab,
biasanya menyatakan ketidak-senangan. Hakim 11:12 2Sam
16:10 1Raja 17:18 Mat 8:29.

Untuk ini perlu diperhatikan bahwa sejak inkarnasi dan


seterusnya, Yesus adalah Allah dan manusia dalam satu pribadi.
Sebagai manusia, Ia harus hormat dan tunduk kepada
orangtuaNya, tetapi sebagai Allah, Ia justru berkuasa atas orang
tuaNya, dan bahkan seharusnya orang tuaNyalah yang mentaati
Dia, menghormati Dia, dan menyembah Dia!

Illustrasi:
Kalau ada seorang majikan dan pegawainya yang sama-sama
menjadi majelis dari suatu gereja, maka:
1. Dalam pekerjaan, pegawai itu harus tunduk pada majikannya.
2. Dalam urusan gereja, pegawai itu tidak harus tunduk kepada
majikannya itu, karena ia mempunyai pangkat / jabatan yang
sama dengan majikannya. Dan kalau hal ini terjadi, kita pasti
tidak akan mengatakan bahwa pegawai itu kurang ajar kepada
majikannya!

Hal yang sama terjadi kalau ada seorang pendeta yang


mempunyai orang tua atau mertua sebagai jemaatnya.

5) Yesus takut dan gentar (Mat 26:37-38 Mark 14:33 Luk 22:44).

Mat 26:37: ‘sedih dan gentar’. Ini salah terjemahan!


NIV: ‘to be sorrowful and troubled’ [= sedih dan susah /
terganggu].
NASB: ‘to be grieved and distressed’ [= sedih dan susah].
Jadi, dari ayat ini hanya terlihat bahwa Yesus sedih, tetapi tidak
terlihat bahwa Ia takut.

Sekarang mari kita perhatikan ayat-ayat paralel dari Mat 26:37


itu:

a) Luk 22:44: ‘Ia sangat ketakutan’. Ini juga salah terjemahan!


NIV: ‘being in anguish’ [= ada dalam kesedihan].
NASB: ‘being in agony’ [= ada dalam penderitaan].
Jadi dari ayat inipun tak terlihat bahwa Yesus takut.

b) Mark 14:33: ‘sangat takut dan gentar’.


NIV/NASB: ‘deeply / very distressed and troubled’ [= sangat
sedih dan susah / terganggu].
Tetapi di sini terjemahan NIV/NASB juga salah, karena kata
yang diterjemahkan ‘distressed’ [= sedih] itu di dalam bahasa
Yunaninya adalah EKTHAMBEISTHAI yang berasal dari kata
EKTHAMBEOMAI, yang sebetulnya berarti ‘be greatly alarmed’
[= sangat takut].

Jadi, dari ayat ini kita bisa melihat bahwa Yesus bukan hanya
sedih tetapi juga takut.

Hal-hal lain yang menunjukkan bahwa pada saat itu Yesus


memang takut:
1. Doa Yesus dalam Mat 26:39 secara implicit menunjukkan
bahwa Ia takut terhadap ‘cawan’ (simbol dari murka / hukuman
Allah) itu.
2. Luk 22:44b mengatakan bahwa ia mencucurkan peluh seperti
darah. Ada yang menganggap bahwa ini betul-betul adalah
darah, dan orang-orang ini mengatakan bahwa hal seperti ini
memang bisa terjadi (dan pernah terjadi) pada orang yang
mengalami ketakutan yang luar biasa.
3. Ibr 5:7 (KJV): ‘... he had offered up prayers and supplications
with strong crying and tears unto him that was able to save
him from death, and was heard in that he feared’ [= Ia
menaikkan doa dan permohonan dengan tangisan keras dan
air mata kepada Dia yang bisa melepaskanNya dari maut, dan
didengarkan dalam hal yang Ia takuti].

Catatan:
Kata-kata yang oleh KJV diterjemahkan ‘in that He feared’ [=
dalam hal yang Ia takuti], diterjemahkan secara berbeda oleh
Kitab Suci bahasa Inggris yang lain.
NIV: ‘because of His reverent submission’ [= karena
ketundukanNya yang penuh hormat / takut].
NASB: ‘because of His piety’ [= karena kesalehanNya].
NKJV: ‘because of His godly fear’ [= karena rasa takutNya
yang saleh].
RSV: ‘for his godly fear’ [= karena rasa takutNya yang saleh].

Sekalipun demikian ada banyak penafsir tetap


mempertahankan arti yang diberikan oleh KJV.

Bahwa Yesus SEDIH, itu bukan sesuatu yang aneh, karena saat
itu Ia sedang dikhianati oleh Yudas, akan ditinggal oleh murid-
muridNya, akan disangkal oleh Petrus, akan ditolak oleh orang-
orang Yahudi, dan akan terpisah dari Allah. Dan kesedihan itu
juga bukan dosa karena ayat seperti Fil 4:4 memang tidak boleh
dimutlakkan (bdk. Mat 5:4 Luk 6:21b)!

Fil 4:4 - “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi


kukatakan: Bersukacitalah!”.
Mat 5:4 - “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka
akan dihibur.”.
Luk 6:21b - “Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis,
karena kamu akan tertawa.”.

Tetapi bagaimana dengan RASA TAKUT yang dialami oleh


Yesus? Apakah ini bukan dosa?

a) Pertama-tama perlu diketahui bahwa Ia bukan takut pada


kematian atau penderitaan, tetapi takut pada murka Allah
(Catatan: takut pada murka Allah jelas bukan merupakan
sesuatu yang salah!) yang akan menimpaNya pada saat Ia
menanggung hukuman umat manusia.

William Hendriksen (tentang Mark 14:33): “Did he, perhaps,


here in Gethsemane see this tidal wave of God’s wrath because of
our sin coming?” [= Mungkinkah Ia, di sini di Getsemani,
melihat datangnya gelombang pasang / tsunami murka Allah
karena dosa kita?] - ‘The Gospel of Mark’, hal 586.

Renungkan: bahwa Yesus, yang biasanya tidak pernah takut itu,


bisa takut melihat murka Allah itu, menunjukkan secara jelas
betapa hebatnya dan mengerikannya murka Allah atas dosa-dosa
kita itu!

Bandingkan dengan:

1. Hos 10:7-8 - “(7) Samaria akan dihancurkan; rajanya seperti


sepotong ranting yang terapung di air. (8) Bukit-bukit
pengorbanan Awen, yakni dosa Israel, akan dimusnahkan.
Semak duri dan rumput duri akan tumbuh di atas mezbah-
mezbahnya. Dan mereka akan berkata kepada gunung-
gunung: ‘Timbunilah kami!’ dan kepada bukit-bukit:
‘Runtuhlah menimpa kami!’”.

2. Luk 23:30 - “Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-


gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit:
Timbunilah kami!”.

3. Wah 6:15-17 - “(15) Dan raja-raja di bumi dan pembesar-


pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta
orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka
bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang
di gunung. (16) Dan mereka berkata kepada gunung-gunung
dan kepada batu-batu karang itu: ‘Runtuhlah menimpa kami
dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas
takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.’ (17) Sebab
sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat
bertahan?”.

William Hendriksen, dalam komentarnya tentang Luk 23:30,


mengatakan bahwa Hos 10:8 berkenaan dengan kejatuhan
Samaria, Luk 23:30 lebih hebat dan berkenaan dengan
kehancuran Yerusalem, tetapi Wah 6:15-17 adalah yang
terhebat dari semua, dan ini berkenaan dengan kedatangan
Yesus yang kedua-kalinya pada akhir jaman.

Karena itu, kalau saudara belum betul-betul percaya kepada


Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, cepatlah percaya, sebelum
saudara harus menghadapi / mengalami murka Allah yang
menakutkan itu!

b) Apakah rasa takut Yesus di sini adalah dosa?

1. Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah


berbuat dosa dalam bentuk apapun (Ibr 4:15 2Kor 5:21).
Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah
imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-
kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai,
hanya tidak berbuat dosa.”.
2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya
menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan
oleh Allah.”.
Karena itu jelas bahwa rasa takut di sini tidak bisa disebut
sebagai dosa. Kita tidak boleh menafsirkan ayat Kitab Suci
yang satu sehingga bertentangan dengan ayat yang lain.

2. 1Yoh 4:18 kelihatannya menunjukkan bahwa rasa takut


adalah dosa, tetapi kalau kita membaca mulai 1Yoh 4:17
maka akan terlihat bahwa rasa takut yang dimaksudkan di
sini adalah rasa takut terhadap hukuman Allah pada akhir
jaman.

1Yoh 4:17-18 - “(17) Dalam hal inilah kasih Allah sempurna


di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya
PADA HARI PENGHAKIMAN, karena sama seperti Dia, kita
juga ada di dalam dunia ini. (18) Di dalam kasih tidak ada
ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan;
sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa
takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.”.

Ayat ini hanya menunjukkan bahwa orang kristen sejati,


yang cinta kepada Allah, pasti tidak akan mempunyai rasa
takut terhadap hukuman Allah pada akhir jaman / hari
penghakiman. Mengapa? Karena ia percaya bahwa semua
hukumannya sudah ditanggung oleh Kristus sehingga ia
tidak mungkin dihukum.

Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi


mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”.

Jadi jelas bahwa ayat ini tidak bisa diterapkan terhadap rasa
takut Kristus pada saat ini.

3. Dalam tafsirannya tentang Mat 26:37 dan Mat 26:39, Calvin


mengatakan:

Calvin: “the weakness which Christ took upon himself must be


distinguished from ours, for there is a great difference. In us
there is no affection unaccompanied by sin, because they all
exceed due bonds and proper restraint; but when Christ was
distressed by grief and fear, he did not rise against God, but
continued to be regulated by the true rule of moderation. We
need not wonder that, since he was innocent, and pure from
every stain, the affections which flowed from him were pure and
stainless; but that nothing proceeds from the corrupt nature of
men which is not impure and filthy. Let us, therefore, attend to
this distinction, that Christ, amidst fear and sadness, was weak
without any taint of sin; but that all our affections are sinful,
because they rise to an extravagant height.” [= kelemahan yang
Yesus ambil kepada diriNya sendiri harus dibedakan dari
kelemahan kita, karena disana ada suatu perbedaan yang
besar. Dalam diri kita disana tidak ada perasaan yang tidak
disertai dengan / oleh dosa, karena semua perasaan itu
melampaui ikatan yang seharusnya dan kekangan yang benar;
tetapi pada waktu Kristus menderita oleh kesedihan dan rasa
takut, Ia tidak memberontak terhadap Allah, tetapi terus
diatur oleh peraturan yang benar dari ketenangan. Kita tidak
perlu heran bahwa, karena Ia tidak berdosa, dan murni dari
setiap noda, perasaan-perasaan yang mengalir dari Dia
adalah murni dan tak bernoda; tetapi bahwa tak ada apapun
yang keluar dari hakekat yang berdosa dari manusia yang
tidak najis dan kotor. Karena itu, hendaklah kita
memperhatikan perbedaan ini, bahwa Kristus, di tengah-
tengah rasa takut dan kesedihan, adalah lemah tanpa noda
dosa apapun; tetapi bahwa semua perasaan-perasaan kita
adalah berdosa, karena perasaan-perasaan itu naik ke suatu
ketinggian yang melebihi batas.].

“In the present corruption of our nature it is impossible to find


ardour of affections accompanied by moderation, such as
existed in Christ; but we ought to give such honour to the Son of
God, as not to judge him by what we find in ourselves.” [=
Dalam keadaan kita yang berdosa sekarang ini, tidak mungkin
untuk mendapatkan perasaan yang tidak berlebihan, seperti
yang ada dalam Kristus; tetapi kita harus menghormati Anak
Allah dengan tidak menghakimiNya dengan apa yang kita
dapatkan dalam diri kita sendiri.].

“If it be objected, that the fear which I am describing arises


from unbelief, the answer is easy. When Christ was struck with
horror at the divine curse, the feeling of the flesh affected him
in such a manner, that faith still remained firm and unshaken.
For such was the purity of his nature, that he felt, without being
wounded by them, those temptations which pierce us with their
stings.” [= Jika ada keberatan, bahwa rasa takut yang sedang
saya gambarkan muncul dari ketidak-percayaan, jawabannya
mudah. Ketika Kristus takut pada kutuk ilahi, perasaan dari
daging mempengaruhiNya dengan cara sedemikian rupa,
sehingga iman tetap teguh dan tak tergoyahkan. Karena
begitu murninya hakekatNya, sehingga Ia merasa tanpa
terluka oleh pencobaan-pencobaan yang akan menusuk kita
dengan sengatnya.].

Jadi dengan kata-kata ini Calvin memaksudkan bahwa:


a. Kita sebagai manusia yang berdosa, sangat berbeda
dengan Kristus yang suci murni itu.
b. Karena itu kita tak boleh menghakimi Kristus dengan apa
yang ada dalam diri kita, karena Ia memang berbeda
dengan kita.
c. Pada saat Kristus takut, Ia bisa tetap beriman (kita tidak
bisa seperti ini), dan karena itu Ia tetap tidak berdosa.

6) Ibr 5:8 mengatakan bahwa Yesus ‘belajar menjadi taat dari apa
yang telah dideritaNya’.

Ibr 5:8 - “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi


taat dari apa yang telah dideritaNya,”.

Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa ada saat dimana


Yesus tidak taat.

Penjelasan:

a) Calvin mengatakan bahwa ayat ini jelas tidak berarti bahwa


dulunya Yesus tidak taat, dan lalu Ia mengalami penderitaan
yang membuat Dia taat, seakan-akan Yesus adalah kuda /
bagal yang baru mau menurut setelah dikendalikan dengan
kekang, pecut dan sebagainya.

Bdk. Maz 32:9 - “Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak
berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les
dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.”.
Setiap orang kristen akan mengalami ketaatan seperti ini,
tetapi Yesus tidak!

b) John Owen mengatakan bahwa ‘belajar ketaatan’ bisa diarti-


kan 3 macam:

1. Dari tidak tahu lalu menjadi tahu tentang apa yang harus
ditaati. Tentu bukan ini yang dimaksud di sini.

2. Belajar untuk melakukan ketaatan.


Kita semua perlu belajar ketaatan dalam arti ini, dimana kita
jatuh bangun berkali-kali, sampai akhirnya kita bisa
mengatasi dosa tertentu. Tentu bukan ini yang dimaksud di
sini.

3. Mendapat pengalaman ketaatan.


Inilah arti yang dimaksudkan di sini.

John Owen juga mengatakan bahwa ketaatan yang dimaksud


di sini adalah ketaatan dalam mengalami penderitaan, bahkan
kematian untuk menebus dosa manusia.

Bandingkan dengan:

Yes 50:5-6 - “(5) Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan


aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. (6) Aku
memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku,
dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku
tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan
diludahi.”.

Yes 53:7 - “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas


dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa
ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-
orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka
mulutnya.”.

Yoh 10:17-18 - “(17) Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku


memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. (18) Tidak
seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku
memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa
memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah
tugas yang Kuterima dari BapaKu.’”.
Fil 2:8 - “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib.”.

Dengan mengalami semua itu Ia mengalami dalam diriNya


sendiri betapa sukarnya ketaatan dalam penderitaan itu, dan
betapa besar kasih karunia yang dibutuhkan untuk taat.
Dengan demikian Ia bisa mempunyai belas kasihan dan
simpati terhadap kita yang menderita.

Kalau yang dimaksud dengan ‘belajar ketaatan’ itu adalah


‘mengalami ketaatan dalam penderitaan’, maka jelaslah itu
tidak menunjukkan bahwa tadinya Kristus tidak taat!

c) Tyndale Commentary mengutip Griffith Thomas yang berkata:


“This is the difference between innocency and virtue. Innocency is
life untested, while virtue is innocency tested and triumphant. The
Son had always possessed the disposition of obedience, but for
Him to possess the virtue of obedience, testing was necessary” (=
Inilah perbedaan antara ketidak-bersalahan dan kebaikan /
kebajikan. Ketidak-bersalahan adalah hidup yang tidak / belum
diuji, sedangkan kebaikan / kebajikan adalah ketidak-bersalahan
yang telah diuji dan menang. Anak selalu mempunyai
kecondongan pada ketaatan, tetapi supaya Ia mempunyai
kebaikan / kebajikan dalam ketaatan, Ia harus diuji).

Kalau kita melihat kata-kata ini, maka terlihat bahwa ia


beranggapan bahwa sebelum Yesus ‘belajar ketaatan’ Ia
mempunyai innocency (= ketidak-bersalahan), tetapi setelah
Yesus ‘belajar ketaatan’, Ia mempunyai virtue (= kebaikan /
kebajikan). Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa sebelum Yesus
‘belajar ketaatan’, Ia bukannya tidak taat.

7) Ibr 5:9 mengatakan “sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia


menjadi pokok keselamatan yang abadi ...”.

Ibr 5:9 - “dan sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi


pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat
kepadaNya,”.
NASB: “And having been made perfect, He became ...” (= Dan
setelah disempurnakan, Ia menjadi ...).
Ayat ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa ada satu saat
dimana Yesus itu tidak / belum sempurna.

Penjelasan:
Kontext (Ibr 4:14-5:10) berbicara tentang Yesus sebagai Imam
Besar, dan karena itu istilah ‘sempurna’ di sini harus dihubungkan
dengan hal itu. Jadi artinya adalah: Ia jadi cocok sempurna untuk
menjadi Imam Besar.

8) Mark 10:17-18 menceritakan dialog antara Yesus dengan


pemuda kaya, dimana ketika pemuda kaya menyebut Yesus
dengan istilah / sebutan ‘Guru yang baik’, Yesus menjawab
dengan berkata: ‘Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun
yang baik selain dari pada Allah saja’.

Mark 10:17-18 - “(17) Pada waktu Yesus berangkat untuk


meneruskan perjalananNya, datanglah seorang berlari-lari
mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapanNya ia bertanya:
‘Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh
hidup yang kekal?’ (18) Jawab Yesus: ‘Mengapa kaukatakan Aku
baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.”.

Ini sering dianggap sebagai pengakuan Yesus sendiri yang


menyatakan bahwa Ia bukan Allah, dan Ia tidak baik.

Penjelasan:

a) Kita tidak boleh menafsirkan satu ayat sehingga bertentangan


dengan ayat yang lain. Penafsiran bahwa Mark 10:17-18
berarti bahwa Yesus bukan Allah dan Yesus tidak baik,
bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci yang
menunjukkan keilahian dan kesucian Yesus.

b) Pemuda kaya itu menyebut Yesus dengan istilah ‘guru yang


baik’. Dari istilah ‘guru’ jelaslah bahwa ia menganggap Yesus
hanyalah manusia biasa. Dengan menambahkan istilah ‘baik’,
sebetulnya ia menggunakan sebutan yang kontradiksi, karena
tidak ada manusia biasa yang baik (Maz 14:1-3 Maz 53:2-4
Ro 3:10-12).

Kata-kata Yesus dalam Mark 10:18 itu dimaksudkan untuk


membetulkan ketidak-benaran / kontradiksi dalam sebutan
pemuda kaya itu. Yesus mau bahwa pemuda itu tidak hanya
mengakui Dia sebagai baik, tetapi juga sebagai Allah.

-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 20 Agustus 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (10)

III) Ketidak-bisa-berdosaan Kristus.


Semua orang yang Injili dan Alkitabiah setuju bahwa dalam faktanya
Kristus tidak pernah berbuat dosa.

Tetapi yang dibicarakan sekarang, adalah: secara teoritis, adakah


kemungkinan bagi Yesus untuk jatuh ke dalam dosa pada waktu Ia
hidup sebagai manusia dalam dunia ini?

Dalam hal ini tidak ada kesatuan pendapat, bahkan dalam kalangan
Reformedpun tidak ada keseragaman pendapat.

Sekarang mari kita menyoroti macam-macam pandangan yang ada:

A) Kristus tidak bisa berdosa (non posse peccare / not possible


to sin).

Ini merupakan pandangan Calvin dan orang-orang Reformed


pada umumnya.
Catatan: sepanjang yang saya tahu, dari para ahli theologia
Reformed, hanya Charles Hodge yang tidak setuju dengan
pandangan ini.

Hal-hal yang dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa Kristus


tidak bisa berbuat dosa:

1) Ibr 13:8 berkata bahwa Kristus tidak berubah.


Ibr 13:8 - “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari
ini dan sampai selama-lamanya.”.

William G. T. Shedd: “The immutability of Christ taught in Heb.


13:8 pertains to all the characteristics of his person. His holiness is
one of the most important of these. If the God-man, like Adam,
had had a holiness that was mutable and might be lost, it would be
improper to speak of him in terms that are applicable only to the
unchangeable holiness of God.” [= Ketidak-bisa-berubahan
tentang Kristus yang diajarkan dalam Ibr 13:8 berkenaan
dengan semua sifat yang khas dari PribadiNya. Kekudusan /
kesucianNya adalah salah satu yang terpenting dari hal-hal ini.
Seandainya Sang Manusia-Allah, seperti Adam, mempunyai
suatu kekudusan / kesucian yang bisa berubah dan bisa hilang,
adalah tidak tepat untuk berbicara tentang Dia dengan istilah-
istilah yang hanya sesuai dengan kekudusan / kesucian yang
tidak bisa berubah dari dari Allah.] - ‘Dogmatic Theology’, vol
II, hal 331.

Kalau Ia bisa berdosa, maka itu berarti Ia bisa berubah (dari


suci menjadi berdosa).

2) Ibr 10:7,9 mengatakan bahwa Kristus datang ke dunia untuk


melakukan kehendak Allah. Tujuan ini tidak mungkin tidak
tercapai!
Ibr 10:7,9 - “(7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam
gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan
kehendakMu, ya AllahKu.’ ... (9) Dan kemudian kataNya:
‘Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendakMu.’ Yang
pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.”.

3) Kata-kata Kristus dalam Yoh 14:30 dimana Ia berkata bahwa


Penguasa dunia ini (yaitu setan) tidak berkuasa sedikitpun
atas diriNya, menunjukkan ketidak-mungkinanNya untuk
berbuat dosa.
Yoh 14:30 - “Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu,
sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa
sedikitpun atas diriKu.”.

4) Penebusan oleh Kristus sudah ada sejak semula dalam


Rencana Allah, dan Rencana Allah tidak mungkin berubah
atau gagal.

a) Bahwa Rencana Allah sudah ada sejak semula terlihat dari


ayat-ayat seperti:
2Raja 19:25 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah
menentukannya dari jauh hari, dan telah merancangnya pada
zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa
engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu
menjadi timbunan batu.”.
Maz 139:16 - “mataMu melihat selagi aku bakal anak, dan
dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan
dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.”.
Yes 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah
menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari
zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa
engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu
menjadi timbunan batu,”.
Yes 46:10 - “yang memberitahukan dari mulanya hal yang
kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum
terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan
segala kehendakKu akan Kulaksanakan,”.

Kalau manusia membuat rencana, maka manusia


membuatnya secara bertahap. Misalnya pada waktu kita
ada di SMP kita merencanakan untuk masuk SMA tertentu,
dan pada waktu di SMA baru kita merencanakan untuk
masuk perguruan tinggi tertentu. Setelah lulus dari
perguruan tinggi, baru kita merencanakan untuk bekerja di
tempat tertentu, dsb. Tidak ada manusia yang dari lahir lalu
bisa merencanakan segala sesuatu dalam seluruh
hidupnya! Mengapa? Karena manusia tidak maha tahu
sehingga ia tidak mampu melakukan hal itu. Manusia
membutuhkan penambahan pengetahuan untuk bisa
membuat rencana lanjutan.
Tetapi Allah yang maha tahu dan maha bijaksana,
merencanakan seluruh RencanaNya sejak semula!

b) Penebusan dosa umat manusia oleh Kristus sudah


termasuk dalam Rencana Allah (Kis 2:23 Kis 4:27-28
1Pet 1:20).
Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan
rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh
tangan bangsa-bangsa durhaka.”.
Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di
dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-
bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus,
HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk
melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari
semula oleh kuasa dan kehendakMu.”.
1Pet 1:20 - “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi
karena kamu baru menyatakan diriNya pada zaman akhir.”.

c) Rencana Allah tidak mungkin berubah atau gagal.


Ayub 42:2 - “‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan
segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal.”.
Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-
bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11)
tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan
hatiNya turun-temurun.”.
Yes 14:24,26,27 - “(24) TUHAN semesta alam telah
bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang
Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang
Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah
rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan
itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27)
TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat
menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang
dapat membuatnya ditarik kembali?”.
Yes 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal
yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum
terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan
segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil
burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan
putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya,
maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah
merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.”.

Orang Arminian / non Reformed percaya bahwa Allah bisa


mengubah RencanaNya, dan percaya bahwa Rencana Allah
bisa gagal. Sebetulnya ini suatu penghinaan bagi Allah
karena ini menyamakan Allah dengan manusia, yang sering
harus mengubah rencananya dan gagal dalam mencapai
rencananya!
Ada banyak hal yang tidak memungkinkan Allah mengubah
rencanaNya / gagal dalam mencapai rencanaNya:

1. Ayat-ayat dalam point c di atas secara jelas menunjukkan


bahwa Rencana Allah tak mungkin berubah atau gagal!
2. Kemahatahuan Allah.
Pada waktu Allah merencanakan, bukankah Ia sudah
tahu apakah rencanaNya akan berhasil atau gagal? Kalau
Ia sudah tahu bahwa RencanaNya akan gagal, lalu
mengapa Ia tetap merencanakannya?

3. Kemahabijaksanaan Allah.
Kebijaksanaan Allah menyebabkan Ia pasti membuat
rencana yang terbaik. Kalau rencana ini diubah, maka
akan menjadi bukan yang terbaik. Ini tidak mungkin!

4. Kemahakuasaan Allah.
Manusia sering gagal mencapai rencananya atau
terpaksa mengubah rencananya karena ia tidak maha
kuasa. Tetapi Allah yang maha kuasa tidak mungkin gagal
mencapai rencanaNya atau terpaksa harus mengubah
rencanaNya!

5. Kedaulatan Allah tidak memungkinkan Ia untuk


mengubah rencanaNya, karena perubahan rencana
berarti Ia menjadi tergantung pada situasi dan kondisi
(tidak lagi berdaulat).

Kalau Kristus berdosa, maka Ia harus mati untuk dosaNya


sendiri, sehingga Ia tidak bisa menebus dosa umat manusia.
Jadi kalau ada kemungkinan bagi Kristus untuk berdosa, maka
itu berarti ada kemungkinan bagi Rencana Allah (tentang
Penebusan) untuk gagal.

5) Dilihat dari hakekat-hakekat yang ada dalam diri Kristus:


a) Hakekat manusia mempunyai sifat ‘bisa berdosa’ (posse
peccare / possible to sin).
b) Hakekat ilahi mempunyai sifat ‘tidak bisa berdosa’ (non posse
peccare / not possible to sin).

Berdasarkan Communicatio Idiomatum, maka semua sifat dari


hakekat manusia maupun hakekat ilahi diberikan kepada pribadi
Kristus / sama-sama dimiliki oleh pribadi Kristus.
Jadi seharusnya pribadi Kristus mempunyai sifat ‘bisa berdosa’
dan ‘tidak bisa berdosa’.
Tetapi kesimpulan ini ditolak oleh orang-orang Reformed pada
umumnya.
1. Pandangan Louis Berkhof.
Adanya Communicatio Charismatum dimana hakekat
manusia dari Kristus ditinggikan melebihi makhluk-makhluk
ciptaan yang lain melalui pemberian karunia-karunia Roh
dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, terutama dalam hal
ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa.
Jadi, Louis Berkhof beranggapan bahwa hakekat manusia
Kristus itu sendiri sudah tidak bisa berbuat dosa. Dan ini
menyebabkan pribadi Kristus tidak bisa berdosa.

2. Pandangan W. G. T. Shedd
Shedd beranggapan bahwa hakekat manusia dari Kristus bisa
berdosa (posse peccare), tetapi dalam persatuan antara
hakekat manusia dan hakekat ilahi dalam satu pribadi, hakekat
ilahilah yang menguasai dan mengontrol hakekat manusia,
dan bukan sebaliknya. Jadi kekuatan pribadi Kristus untuk
melawan godaan / serangan setan setara dengan kekuatan
dari hakekat ilahi untuk melawan godaan / serangan setan.
Dengan demikian, apa yang bisa dilakukan oleh hakekat
manusia Kristus kalau hakekat manusia itu terpisah dari
hakekat ilahi (yaitu bisa berbuat dosa), tidak bisa dilakukan
oleh persatuan dari hakekat manusia dan hakekat ilahi dalam
pribadi Kristus.
Jadi doktrin Shedd tentang Communicatio Idiomatum adalah
bahwa semua sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada pribadi
Kristus, tetapi untuk hakekat manusia, ada 1 sifat yang tidak
bisa diberikan kepada pribadi Kristus, yaitu sifat ‘bisa berdosa’.
Alasan Shedd adalah: dalam persoalan dosa, hakekat ilahi
tidak bisa membiarkan hakekat manusia pada
keterbatasannya. Kalau hakekat ilahi melakukan hal itu,
hakekat ilahi sendiri sudah berdosa.

“In this latter instance, the divine nature cannot innocently and
righteously leave the human nature to its own finiteness without
any support from the divine, as it can in other instances” (= Dalam
hal yang terakhir ini, hakekat ilahi tidak bisa secara tak berdosa
dan secara benar, meninggalkan hakekat manusia pada
keterbatasannya tanpa pertolongan dari hakekat ilahi, seperti
yang bisa dilakukan oleh hakekat ilahi dalam hal-hal lain) -
‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 333-334.

3. Pandangan R. L. Dabney.
a. Persatuan 2 hakekat itu adalah suatu perisai bagi hakekat
manusia terhadap kesalahan.

R. L. Dabney: “It is impossible that the person constituted in


union with the eternal and immutable Word, can sin; for this
union is an absolute shield to the lower nature, against error” (=
Adalah tidak mungkin bahwa pribadi yang terbentuk /
terdapat dalam persatuan dengan Firman yang kekal dan
yang tak berubah, bisa berdosa; karena persatuan ini adalah
suatu perisai yang mutlak bagi hakekat yang lebih rendah,
terhadap kesalahan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal
471.

Pandangan ini sama dengan pandangan dari William G. T.


Shedd. Tetapi Dabney menambahkan lagi hal berikut ini.

b. Dalam persatuan hakekat manusia dengan LOGOS,


hakekat manusia itu dikuasai sepenuhnya oleh Roh Kudus.

R. L. Dabney: “This lower nature, upon its union with the


Word, was imbued with the full influence of the Holy Ghost” (=
Hakekat yang lebih rendah ini, dalam persatuannya dengan
Firman, dikaruniai dengan pengaruh penuh dari Roh Kudus)
- ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 471.

Dabney juga memberikan dasar-dasar Kitab Suci yang


menunjukkan peranan Roh Kudus dalam diri Kristus, yaitu:

Maz 45:8 - “Engkau mencintai keadilan dan membenci


kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau
dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-
teman sekutumu.”.

Yes 11:2,3 - “(2) Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat
dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan
dan takut akan TUHAN; (3) ya, kesenangannya ialah takut
akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas
pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata
orang.”.

Yes 42:1 - “Lihat, itu hambaKu yang Kupegang, orang


pilihanKu, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah
menaruh RohKu ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum
kepada bangsa-bangsa.”.

Yes 61:1 - “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena


TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan
merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-
orang yang terkurung kelepasan dari penjara,”.
Bdk. Luk 4:17-21 - “(17) KepadaNya diberikan kitab nabi
Yesaya dan setelah dibukaNya, Ia menemukan nas, di mana
ada tertulis: (18) ‘Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku (19) untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan
orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun
rahmat Tuhan telah datang.’ (20) Kemudian Ia menutup kitab
itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan
mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju
kepadaNya. (21) Lalu Ia memulai mengajar mereka, kataNya:
‘Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu
mendengarnya.’”.

Luk 4:1 - “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali


dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang
gurun.”.

Yoh 1:32 - “Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku


telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia
tinggal di atasNya.”.

Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang


menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan
RohNya dengan tidak terbatas.”.

Ini kelihatannya sesuai dengan pandangan Calvin, karena


dalam komentarnya tentang Mat 4:1 (dimana Kristus
dipenuhi oleh Roh Kudus sebelum Ia dicobai oleh setan) ia
berkata sebagai berikut:
“Christ was fortified by the Spirit with such power that the darts
of Satan could not pierce him” (= Kristus dibentengi oleh Roh
dengan kuasa sedemikian rupa sehingga panah-panah Setan
tidak bisa menusukNya).

4. G. C. Berkouwer mengutip seseorang yang berkata:


“The inner incapacity for sin results from the fact that the ‘I’ of
the human nature is the Logos” (= Ketidak-mampuan untuk
berbuat dosa merupakan akibat dari fakta bahwa ‘Aku’ dari
hakekat manusia itu adalah Logos) - ‘Studies in Dogmatics: The
Person of Christ’, hal 258.

Perlu ditambahkan kata-kata Herman Hoeksema sebagai


berikut: “My person is that which I know to be the subject of all
my actions, ... It is not my nature, my body or my soul, my brain,
my eye, my ear, my mouth, my feet, that acts, thinks, sees, hears,
speaks, runs; but it is my person. I act, I think, I see, and I hear
and speak and run, in and through my nature. ... Now in Christ
this person is the Son of God, the Second Person of the Holy
Trinity” (= Pribadiku adalah apa yang aku ketahui merupakan
subyek dari semua tindakanku, ... Bukanlah hakekatku, tubuhku
atau jiwaku, otakku, mataku, telingaku, mulutku, kakiku, yang
bertindak, berpikir, melihat, mendengar, berbicara, lari; tetapi
pribadikulah yang melakukannya. Aku bertindak, aku berpikir,
aku melihat, dan aku mendengar dan berbicara dan berlari, di
dalam dan melalui hakekatku. ... Dalam hal Kristus, pribadiNya
adalah Anak Allah, pribadi yang kedua dari Tritunggal yang
Kudus) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 359-360.

Karena pribadi merupakan subyek dari semua tindakan, maka


jelaslah bahwa Kristus tidak bisa berbuat dosa, karena
pribadiNya adalah Allah Anak / LOGOS sendiri!

5. G. C. Berkouwer juga memberikan pandangan Abraham


Kuyper (yang kelihatannya merupakan gabungan dari
pandangan 3. dan 4.). Berkouwer berkata sebagai berikut:
“Kuyper says that owing to the human nature of Christ there was
in him the possibility of sin (as it existed in Adam before the Fall).
But since Jesus did not assume a human person, a ‘homo’, but
human nature, and since there was in him no human ego (to
realize this possibilitas) but, on the contrary, the human nature
remained eternally united to the second person of the Trinity,
therefore the control of this divine person makes it absolutely
impossible for the possibilitas to become reality” [= Kuyper
mengatakan bahwa hakekat manusia Kristus menyebabkan
dalam Dia ada kemungkinan untuk berbuat dosa (seperti yang
ada dalam Adam sebelum Kejatuhan dalam dosa). Tetapi karena
Yesus tidak mengambil seorang pribadi manusia, ‘seorang
manusia’, tetapi hakekat manusia, dan karena dalam Dia tidak
ada ego manusia (untuk mewujudkan kemungkinan ini) tetapi,
sebaliknya, hakekat manusia itu tetap bersatu secara kekal
dengan pribadi kedua dari Trinitas, karena itu kontrol dari
pribadi ilahi ini menyebabkan ketidak-mungkinan mutlak untuk
terwujudnya kemungkinan tersebut] - ‘Studies in Dogmatics:
the Person of Christ’, hal 259.

Sekalipun pandangan-pandangan tersebut di atas (1-5) berbeda


satu sama lain, tetapi kesimpulannya adalah sama, yaitu: pribadi
Kristus tidak bisa berdosa (non posse peccare / not possible to
sin).

B) Kristus bisa berdosa (posse peccare / possible to sin).

1) Charles Hodge berkata:


“The sinlessness of our Lord, however, does not amount to
absolute impeccability. ... If He was a true man He must have been
capable of sinning. ... Temptation implies the possibility of sin. If
from the constitution of his person it was impossible for Christ to
sin, then his temptation was unreal and without effect, and He
cannot sympathize with his people” (= Tetapi, ketidak-berdosaan
Tuhan kita, tidak berarti ketidak-bisa-berdosaan yang mutlak. ...
Jika Ia adalah seorang manusia yang sungguh-sungguh Ia pasti
bisa berdosa. ... Pencobaan secara tak langsung menunjukkan
kemungkinan untuk berbuat dosa. Jika pembentukan
pribadiNya menyebabkan Kristus tidak mungkin berbuat dosa,
maka pencobaanNya tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak
bisa bersimpati dengan umatNya) - ‘Systematic Theology’, vol
II, hal 457.

Jadi, alasan yang diberikan oleh Charles Hodge untuk


mendukung pandangan ini adalah:

a) Kalau Kristus menjadi manusia yang sama seperti kita


(Ibr 2:14-17), maka Ia juga harus bisa berbuat dosa, sama
seperti kita.
Jawab:
Ini bisa dijawab dengan point A no 5 di atas.

b) Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, Ia tidak bisa dicobai.


Dengan kata lain, fakta bahwa Kristus dicobai, menunjukkan
bahwa Ia bisa berbuat dosa.
Jawab:
Pandangan ini tidak benar, karena bahwa suatu pasukan
tidak bisa dikalahkan, tidak berarti bahwa pasukan itu tidak
bisa diserang. Jadi analoginya adalah: bahwa Kristus tidak
bisa berdosa, tidak berarti Ia tidak bisa dicobai.

c) Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, maka pencobaan


yang Ia alami tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak
bisa bersimpati dengan umatNya.
Jawab:

1. Sekalipun Kristus tidak bisa berbuat dosa, ini tidak berarti


bahwa pencobaan yang dialami oleh Kristus adalah
sepele / ringan (bdk. Mat 26:36-46 Ibr 2:18 Ibr 4:15 Ibr
5:7-8).
Tentang hal ini Berkouwer berkata:
“Christ’s sinlessness does not nullify the temptation but
rather demonstrates its superiority in the teeth of temptation”
(= Ketidak-berdosaan Kristus tidak meniadakan pencobaan
tetapi sebaliknya menunjukkan kesuperiorannya dalam
gigitan pencobaan) - ‘Studies in Dogmatics: the Person of
Christ’, hal 263.

2. Pada waktu membahas tentang pencobaan di padang


gurun dalam Injil Lukas, Norval Geldenhuis (NICNT)
mengutip Westcott yang mengomentari Ibr 2:18 dengan
kata-kata sebagai berikut: “Sympathy with the sinner in his
trial does not depend on the experience of sin, but on the
experience of the strength of the temptation to sin, which
only the sinless can know in its full intensity. He who falls
yields before the last strain” (= Simpati dengan orang
berdosa dalam pencobaannya tidak tergantung pada
pengalaman tentang dosa, tetapi pada pengalaman tentang
kekuatan pencobaan kepada dosa, yang hanya orang yang
tak berdosa bisa mengetahuinya dalam intensitasnya
sepenuhnya. Ia yang jatuh, menyerah sebelum tekanan
terakhir) - hal 157.

Geldenhuis juga mengutip Plummer yang berkata: “... a


righteous man, whose will never falters for a moment, may
feel the attractiveness of the advantage more keenly than the
weak man who succumbs; for the latter probably gave way
before he recognised the whole of the attractiveness” (= ...
orang yang benar, yang tidak pernah goyah sesaatpun, bisa
merasakan daya tarik dari keuntungan dengan lebih hebat /
keras dari pada orang lemah yang menyerah / mengalah;
karena yang terakhir ini mungkin menyerah sebelum ia
mengenal seluruh daya tarik itu) - hal 157.

Dari 2 kutipan di atas ini Geldenhuis menyimpulkan: “If


we bear these considerations in mind we shall realise that the
Saviour experienced the violence of the attacks of temptation
as no other human being ever did, because all others are
sinful and therefore not able to remain standing until the
temptations have exhausted all their terrible violence in
assailing them” (= Jika kita mengingat pertimbangan-
pertimbangan ini, kita akan menyadari bahwa sang
Juruselamat mengalami hebatnya serangan pencobaan
yang tidak pernah dialami oleh orang lain, karena semua
yang lain adalah orang berdosa dan karena itu tidak bisa
tetap berdiri sampai pencobaan-pencobaan itu
menghabiskan seluruh kekuatannya dalam menyerang
mereka) - hal 157.

Illustrasi dan contoh:


a. Kalau seorang petinju yang tidak terlalu tahan pukul
menghadapi Mike Tyson, maka mungkin sekali bahwa
baru satu kali terkena pukulan Mike Tyson ia sudah
KO, sehingga ia tidak merasakan seluruh kekuatan
Mike Tyson. Tetapi petinju lain yang betul-betul tahan
pukulan, tidak jatuh sekalipun terkena banyak pukulan
Tyson, sehingga ia betul-betul merasakan seluruh
kekuatan Tyson.
b. Orang yang mengalami godaan sex. Kalau begitu ada
godaan ia langsung menyerah, maka jelas bahwa ia
tidak merasakan seluruh kekuatan godaan itu. Tetapi
kalau ia bertahan, maka orang yang menggodanya itu
akan menggunakan bermacam-macam cara dan taktik
untuk menjatuhkannya, sehingga ia akan merasakan
seluruh kekuatan godaan itu.

2) Ada juga yang membuktikan bahwa Kristus bisa berbuat dosa


dengan menggunakan Mat 26:53 dimana Yesus berkata: “Atau
kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada BapaKu,
supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan
malaikat membantu Aku?”.
Ayat ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa saat itu
Yesus ada di persimpangan jalan. Ia bisa memilih untuk
tunduk pada kehendak Allah, dengan membiarkan diriNya
ditangkap dan dibunuh. Tetapi Ia bisa juga memilih untuk tidak
tunduk pada kehendak Allah, dengan berdoa kepada BapaNya
supaya BapaNya mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat
membantu Dia. Sekalipun akhirnya / dalam faktanya Ia
memilih untuk taat pada kehendak Allah, tetapi ayat ini
dianggap sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa sebetulnya
Ia bisa saja tidak tunduk pada kehendak Allah.

Jawab:
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Yesus mengucapkan Mat 26:53 ini hanya untuk meluruskan
pemikiran / tindakan dari Petrus yang berusaha ‘menolong
Yesus’ dengan membacok telinga hamba Imam Besar.
b) Calvin beranggapan bahwa dalam Mat 26:53 ini Yesus
hanya mengandaikan.
Jadi maksudNya adalah sebagai berikut: Andaikata saja hal
itu tidak bertentangan dengan kehendak Allah, maka dari
pada dibantu oleh Petrus menggunakan pedangnya, Yesus
mempunyai cara yang lebih baik, yaitu berdoa kepada Bapa
untuk mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat.
c) Mat 26:53 tidak boleh dipisahkan dari Mat 26:54 yang
berbunyi: “Jika begitu, bagaimanakah mungkin akan digenapi
yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan bahwa
harus terjadi demikian?”.
Kata ‘harus’ menunjukkan bahwa penangkapan terhadap
Kristus dan kematianNya, tidak bisa tidak terjadi!
d) Kita juga harus mengingat doa Yesus dalam taman
Getsemani dimana Ia berdoa: “Ya BapaKu, jikalau sekiranya
mungkin, biarlah cawan itu lalu dari padaKu” (Mat 26:39a).
Tetapi karena kesucianNya, yang tidak memungkinkan Dia
untuk menentang kehendak Allah, Ia lalu menambahkan:
“Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan
seperti yang Engkau kehendaki” (Mat 26:39b).
Karena itu, andaikatapun Yesus di sini berdoa meminta
Bapa mengirim pasukan malaikat, tidakkah Ia juga akan
menambahkan kata-kata dalam Mat 26:39 itu?

C) Kristus bisa tidak berdosa (posse non peccare / possible not


to sin).

Pandangan ini berkata bahwa Kristus bukannya ‘tidak bisa


berdosa’ (non posse peccare / not possible to sin), juga
bukannya ‘bisa berdosa’ (posse peccare / possible to sin),
tetapi ‘bisa tidak berdosa’ (posse non peccare / possible not to
sin).

Jawab: Pandangan ini juga tidak logis, karena memiliki sifat ‘bisa
tidak berdosa’ tanpa memiliki sifat ‘bisa berdosa’ adalah sama
dengan memiliki sifat ‘tidak bisa berdosa’.

PNP / BTB PNP / BTB NPP / TBB

A B C D

PP / BB NPNP / TBTB PP / BB

Keterangan gambar:

PP = posse peccare = possible to sin = bisa berdosa.


PNP = posse non peccare = possible not to sin = bisa tidak
berdosa.
NPNP = non posse non peccare = not possible not to sin =
tidak bisa tidak berdosa.
NPP = non posse peccare = not possible to sin = tidak bisa
berdosa.

A = Adam dan Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa. Mereka ‘bisa


berdosa’ dan ‘bisa tidak berdosa’.
B = orang dalam dosa yang masih di luar Kristus. Mereka ‘tidak
bisa tidak berdosa’.
C = orang yang ada dalam Kristus. Mereka dikembalikan kepada
kondisi Adam dan Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa, yaitu ‘bisa
berdosa’ dan ‘bisa tidak berdosa’.
D = orang kristen di surga. Mereka ‘tidak bisa berdosa’.

Sekarang perhatikan hanya bagian C dan D saja. Pada waktu


ada di C, manusia ‘bisa berdosa’ dan ‘bisa tidak berdosa’. Pada
waktu masuk ke D, ‘bisa berdosa’ hilang, tetapi yang tertinggal
bukanlah ‘bisa tidak berdosa’, melainkan berubah menjadi ‘tidak
bisa berdosa’.
Dari sini jelas bahwa ‘bisa tidak berdosa’ tanpa disertai ‘bisa
berdosa’, menjadi ‘tidak bisa berdosa’.

-o0o-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 27 Agustus 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (11)

PELAJARAN IV

THE HUMILIATION OF CHRIST


(PERENDAHAN KRISTUS)

Ada 5 tahap perendahan yang dialami oleh Kristus:

I) Inkarnasi.
A) Arti kata ‘inkarnasi’.

Kata ini berasal dari kata bahasa Latin IN [= in (= dalam)] +


CARO / CARNIS [= flesh (= daging)]. Jadi, inkarnasi bisa
diartikan ‘masuk ke dalam daging’. Tentu saja yang dimaksud
dengan ‘daging’ bukan hanya ‘tubuh’, tetapi ‘seluruh manusia’.

Catatan:
Jangan menyamakan ‘inkarnasi’ dengan ‘reinkarnasi’.
Kekristenan mempercayai inkarnasi, yaitu waktu Yesus, yang
adalah Allah, menjadi manusia. Tetapi kekristenan menolak
reinkarnasi, yang merupakan ajaran agama Hindu / Buddha,
karena bertentangan dengan Kitab Suci, khususnya Ibr 9:27,
yang mengatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya
satu kali saja dan sesudah itu dihakimi.
Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya
satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,”.

B) Subyek dari inkarnasi.

Bukan Allah Tritunggal, tetapi Allah Anaklah yang berinkarnasi


dan mengambil hakekat manusia. Tetapi juga harus diingat
bahwa setiap pribadi dalam Allah Tritunggal ikut aktif dalam
inkarnasi.
Mat 1:20 - “Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu,
malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata:
‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria
sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah
dari Roh Kudus.”.
Luk 1:35 - “Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan
turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi
engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut
kudus, Anak Allah.”.
Yoh 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara
kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang
diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih
karunia dan kebenaran.”.
Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat
karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan
jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa
dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah
menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.
Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus
AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada
hukum Taurat.”.
Fil 2:5-7 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6)
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan
dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7)
melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri , dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.

Bahwa yang berinkarnasi adalah Allah Anak, merupakan sesuatu


yang perlu diingat / dicamkan, untuk menghadapi ajaran sesat
yang disebut Modalistic Monarchianism / Patripassianism /
Sabellianism, yang mengatakan bahwa Allah Bapa sendirilah
yang berinkarnasi sebagai Anak.
Penerapan:
Banyak orang kristen berdoa secara salah dengan berkata:
1) ‘Yesus, Bapa yang di surga, ...’.
2) ‘Kami bersyukur kepadaMu Bapa, karena Engkau telah rela
menjadi manusia dan mati bagi dosa kami.’.

Ini merupakan doa yang salah secara theologis karena


mengacau-balaukan Yesus dengan Bapa / menganggap bahwa
Bapa berinkarnasi menjadi Yesus / Anak.

C) Inkarnasi dan kelahiran.

Inkarnasi berbeda dengan kelahiran karena:

1) Inkarnasi menunjukkan tindakan aktif, sedangkan kelahiran


menunjukkan pada tindakan pasif.

Karena itu Yesus selalu berkata ‘Aku datang’ (misalnya:


Luk 19:10 Yoh 9:39 Yoh 10:10 dsb) - yang menunjukkan
tindakan aktif, bukannya ‘Aku dilahirkan’ - yang menunjukkan
tindakan pasif.
Catatan: memang dalam Yoh 18:37b Yesus berkata: ‘Untuk
itulah Aku lahir’, tetapi Ia langsung menyambung dengan
kata-kata ‘dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini’.

Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan sekedar manusia biasa,


tetapi juga adalah Allah sendiri, karena tidak ada orang biasa
yang kelahirannya merupakan tindakan aktif.

2) Inkarnasi menunjukkan bahwa Yesus mempunyai Pre-


existence / keberadaan sebelumnya (Yoh 1:1 6:38 8:58
2Kor 8:9 Fil 2:6-7).
Kalau sekedar dikatakan bahwa Yesus dilahirkan, maka itu
menunjukkan bahwa sebelum Ia dilahirkan, Ia tidak ada. Tetapi
kalau dikatakan bahwa Yesus berinkarnasi, karena inkarnasi
merupakan tindakan aktif, maka itu menunjukkan bahwa Ia
sudah ada sebelum saat itu.
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya sekedar
manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri.

D) Perlunya inkarnasi.

Upah dosa adalah maut / kematian (Ro 6:23 Kej 2:16-17


Kej 3:19). Untuk menebus dosa manusia, Allah harus mengalami
kematian itu. Karena Allah tidak bisa mati, maka Ia harus menjadi
manusia lebih dulu, baru Ia bisa mati untuk menebus dosa
manusia.

Tetapi ada ajaran yang mengatakan bahwa Yesus tetap harus


menjadi manusia sekalipun manusia tidak jatuh ke dalam dosa.

Alasannya:

1) Inkarnasi pasti ada dalam Rencana Allah.


Rencana Allah tidak mungkin gagal, dan pasti akan
dilaksanakan. Karena itu, tidak jadi soal apakah manusia jatuh
ke dalam dosa atau tidak, Yesus tetap harus menjadi manusia.

2) Pekerjaan Kristus bukan hanya penebusan dan penyelamatan.


Ia adalah Pengantara, tetapi juga adalah Kepala. Karena itu,
andaikatapun manusia tidak jatuh ke dalam dosa, Yesus tetap
harus menjadi manusia supaya Ia bisa menjadi Kepala bagi
Gereja.

Bantahan terhadap ajaran ini:

1) Kitab Suci menunjukkan bahwa inkarnasi ada KARENA


ADANYA DOSA.
Luk 19:10 - “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang.’”.
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal.”.
Yoh 10:10 - “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan
membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka
mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan.”.
Gal 4:4-5 - “(4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah
mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan
takluk kepada hukum Taurat. (5) Ia diutus untuk menebus
mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima
menjadi anak.”.
1Tim 1:15 - “Perkataan ini benar dan patut diterima
sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk
menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah
yang paling berdosa.”.
1Yoh 3:8 - “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari
Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak
Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan
perbuatan-perbuatan Iblis itu.”.

2) Rencana Allah hanya satu dan dalam Rencana ini sudah


termasuk dosa maupun inkarnasi, bahkan dalam Rencana
Allah, inkarnasi itu ada karena adanya dosa.

Banyak orang kristen tidak mau menerima bahwa dalam


Rencana Allah, dosa juga sudah ditetapkan. Anehnya,
biasanya mereka tetap percaya bahwa penebusan dosa oleh
Kristus sudah direncanakan oleh Allah sebelum dunia
dijadikan.

Bdk. 1Pet 1:18-20 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah
ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari
nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan
pula dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang
mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba
yang tak bernoda dan tak bercacat. (20) Ia telah dipilih sebelum
dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diriNya
pada zaman akhir.”.

Padahal penebusan dosa oleh Kristus hanya bisa terjadi kalau


ada dosa yang ditebus. Bagaimana mungkin penebusannya
ditetapkan tetapi dosanya tidak?

Disamping itu, pembunuhan terhadap Kristus, yang


memungkinkan penebusan itu terjadi, juga adalah dosa. Dan
itupun terjadi karena telah ditetapkan oleh Allah.
Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan
rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan
bangsa-bangsa durhaka.”.
Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di
dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-
bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu
yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala
sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan
kehendakMu.”.

Catatan: kalau saudara mau tahu lebih banyak tentang dosa


dalam Rencana Allah, bacalah buku saya yang berjudul ‘The
Providence of God’.

Jadi kesimpulannya: inkarnasi ada karena adanya dosa. Tetapi


sekalipun ada dosa, Allah melakukan inkarnasi dan penebusan
dosa bukan sebagai kewajiban / keharusan, tetapi karena
kasihNya dan karena itulah yang Ia kehendaki.

E) Apa yang terjadi pada saat inkarnasi.

1) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ (Yoh 1:14).

Yoh 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di


antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu
kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.

Ini tidak berarti bahwa:

a) LOGOS kehilangan seluruh atau sebagian keilahianNya.

b) LOGOS setelah inkarnasi berbeda dengan LOGOS sebelum


inkarnasi.

Seseorang berkata: “Incarnation does not mean that the LOGOS


ceased to be what He was before.” (= Inkarnasi tidak berarti
bahwa LOGOS itu berhenti menjadi apa adanya Dia sebelum
saat itu.).

Kalau kita menyoroti kata ‘menjadi’ dalam Yoh 1:14, maka kita
perlu ingat bahwa kata ini bisa digunakan dalam 2 arti:

1. Kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu


berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu
hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.

2. Kalau saya berkata ‘tahun 1993 saya menjadi pendeta’, maka


itu berarti mula-mula ada saya, dan pada tahun 1993 itu
saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan
jabatan pendeta.

Kalau kita berbicara tentang ‘Firman / Allah yang menjadi


manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata
‘menjadi’ tersebut! Jadi, pada waktu Allah menjadi manusia,
keilahian Yesus tidak hilang / tidak berkurang sedikitpun, tetapi
Ia justru ketambahan hakekat manusia pada diriNya.

2) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ berarti bahwa LOGOS


mengambil hakekat manusia (tubuh & jiwa manusia):
a) Tanpa mengalami perubahan dalam hakekatNya.
b) Tanpa kehilangan sifat-sifatNya.
c) Tanpa menghentikan / mengurangi kegiatanNya.

Beberapa kutipan penting tentang ketidak-berubahan LOGOS


pada saat inkarnasi:

1. “Christ was lowered not by losing but rather by taking.” (=


Kristus direndahkan bukan dengan kehilangan tetapi dengan
mengambil.).

Ini bisa diilustrasikan sebagai berikut: kita bisa meren-


dahkan seorang yang kaya bukan dengan mengambil
kekayaannya, tetapi dengan memakaikan / menambahkan
kepadanya pakaian yang buruk. Jadi orang itu direndahkan
bukan dengan kehilangan apapun, tetapi sebaliknya dengan
ketambahan sesuatu.

2. Leon Morris:
“When the Word became flesh His cosmic activities did not
remain in abeyance.” (= Ketika Firman menjadi daging,
kegiatan-kegiatan alam semestaNya tidaklah dibiarkan
terkatung-katung.).

3. Leon Morris:
“We must surely hold that the incarnation meant the adding of
something to what the Word was doing, rather than the
cessation of most of His activites.” (= Kita harus berpegang /
percaya bahwa inkarnasi berarti penambahan terhadap
sesuatu yang sedang dilakukan oleh Firman, dan bukannya
penghentian dari sebagian besar kegiatan-kegiatanNya.).

4. Calvin: “For even if the Word in his immeasurable essence


united with the nature of man into one person, we do not
imagine that he was confined therein. Here is something
marvelous: the Son of God descended from heaven in such a
way, that without leaving heaven, he willed to be borne in the
virgin’s womb, to go about the earth, and to hang upon the
cross, yet he continuously filled the world even as he had done
from the beginning.” (= Karena bahkan ketika Firman dalam
hakekatNya yang tak terbatas, bersatu dengan hakekat
manusia dalam satu pribadi, kami tidak membayangkan
bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang
menakjubkan: Anak Allah turun dari surga dengan cara
sedemikian rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga, Ia mau
dikandung dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di
bumi, dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus-
menerus memenuhi alam semesta seperti yang Ia sudah
lakukan dari semula.) - ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book II, Chapter XIII, no 4.

Kata-kata Calvin ini didasarkan atas Yoh 1:18. Kalau kita


melihat kontex Yoh 1 itu maka akan terlihat bahwa mula-
mula digambarkan bahwa LOGOS itu bersama-sama
dengan Allah (ay 1: ‘pada mulanya’). Setelah itu
digambarkan bahwa LOGOS itu berinkarnasi dan diam di
antara manusia (ay 14). Tetapi dalam ay 18 tetap
digambarkan bahwa LOGOS itu ada di pangkuan (Lit:
‘dada’) Bapa di surga!

Yoh 1:1,14,18 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman


itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di
antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu
kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. ... (18) Tidak
seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal
Allah, yang ADA di pangkuan (dada) Bapa, Dialah yang
menyatakanNya.”.

Perhatikan kata ‘ada’ dalam Yoh 1:18. Dalam bahasa


Inggris digunakan present tense!!
NASB: who is in the bosom of the Father [= yang ada
(present tense!) di dada Bapa].
NIV: who is at the Father’s side [= yang ada (present tense!)
di sisi Bapa].

Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah HO ON yang


arti hurufiahnya adalah ‘the being’. Kata HO adalah definite
article / kata sandang tertentu (‘the’), sedangkan ON adalah
suatu participle yang ada dalam bentuk present.

Jadi, sekalipun ay 14 menunjukkan bahwa Firman / Yesus


itu sudah menjadi daging / manusia, tetapi ay 18
menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu tetap ada di dada
Bapa! Ini menunjukkan kemaha-adaan Yesus! Sekalipun
manusia Yesusnya terbatas, tetapi Anak Allah itu tidak
terbatas di dalam manusia Yesus itu. Ia tetap maha ada!

Tetapi ada orang yang membantah ajaran ini dengan


mengatakan bahwa bentuk present itu menunjuk pada saat
rasul Yohanes sedang menuliskan Injil Yohanes ini, yaitu
pada sekitar akhir abad I. Karena itu, ini hanya menunjukkan
bahwa Yesus yang sudah bangkit dan naik ke surga itu, saat
itu ada dalam pelukan Bapa.

Tetapi ini tidak mungkin, karena dalam ay 18 itu kata-kata


‘ada di dada Bapa’ jelas menjadi dasar yang menyebabkan
Yesus itu bisa ‘menyatakan’ Bapa!
Yoh 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah;
tetapi Anak Tunggal Allah, yang ADA di pangkuan (dada)
Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.
Jadi jelas tidak menunjuk pada peristiwa yang terjadi pada
akhir abad I, tetapi pada saat Yesus sedang menjadi
manusia, atau bahkan bisa diartikan bahwa Yesus terus
menerus ada di dada Bapa.

Perhatikan juga kutipan-kutipan di bawah ini:

 Pulpit Commentary:
“In view of the contention of Meyer that the language here
refers to no agelong, eternal indwelling of the Logos with, or
of the Son (God only begotten) on the bosom of, the Father,
but to the exaltation of the Christ after his ascension, we can
only refer to the present tense (HO ON), which from the
standpoint of the prologue does not transfer itself to the
historical standpoint of the writer at the end of the first
century” [= Tentang pandangan Meyer bahwa kata-kata di
sini tidak menunjukkan bahwa Logos itu diam / tinggal
secara kekal bersama-sama, atau di dada, Bapa, tetapi
menunjuk pada pemuliaan Kristus setelah kenaikanNya,
kami bisa hanya menunjuk pada present tense (HO ON),
yang dari sudut pandang pendahuluan (pendahuluan Injil
Yohanes), tidak mentranfer dirinya sendiri ke sudut
pandang historis dari penulis pada akhir abad pertama].

Keterangan: jadi, present tense itu ditinjau dari sudut


pandang pendahuluan Injil Yohanes (Yoh 1:1-18), bukan
dari sudut pandang saat penulisan Injil Yohanes.

 Pulpit Commentary:
“... in this verse he is speaking of the timeless condition, the
eternal fellowship, of the Only Begotten with the Father, as
justifying the fulness of the revelation made in his
incarnation” (= ... dalam ayat ini ia berbicara kondisi yang
kekal, persekutuan kekal, dari Anak Tunggal dengan Bapa,
sebagai dasar / pembenaran kepenuhan wahyu yang dibuat
dalam inkarnasiNya).

 Leon Morris (NICNT):


“The copula ‘is’ expresses a continuing union. The only
begotten is continually in the bosom of the Father” [= Kata
kerja penghubung ‘is’ (= ada) menunjukkan kesatuan yang
terus menerus. Anak Tunggal itu terus menerus ada di dada
Bapa].

 William Hendriksen:
“Besides, the added clause ‘who lies upon the Father’s
breast’ indicates a relation of abiding closeness between the
Father-God and the Son-God” (= Disamping itu, anak
kalimat tambahan ‘yang bersandar di dada Bapa’
menunjukkan suatu hubungan dekat yang kekal antara
Allah Bapa dan Allah Anak).

 William Barclay:
“When John uses this phrase about Jesus, he means that
between Jesus and God there is complete and uninterrupted
intimacy. It is because Jesus is so intimate with God, that he
is one with God and can reveal him to men” (= Ketika
Yohanes menggunakan istilah ini tentang Yesus, ia
memaksudkan bahwa antara Yesus dan Allah ada keintiman
yang lengkap dan tak putus-putusnya. Justru karena Yesus
begitu intim dengan Allah, dan satu dengan Allah, maka Ia
bisa menyatakan Dia kepada manusia).
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 3 September 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (12)
Selanjutnya, dalam membahas ketidak-berubahan LOGOS
baik dalam hakekat, sifat, maupun kegiatanNya pada saat
berinkarnasi ini, kita perlu membahas suatu ajaran yang
disebut Teori Kenosis [= teori pengosongan diri]. Teori
Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer,
tetapi salah / sesat!

Teori Kenosis ini, yang didasarkan pada Fil 2:6-7, mengatakan


bahwa Anak Allah mengesampingkan / membuang sebagian /
seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia
yang terbatas (Contoh: Mat 24:36 menunjukkan Yesus tidak
maha tahu).

Fil 2:6-7 - “(6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak


menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang
harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama
dengan manusia.”.

Kesalahan dari Teori Kenosis ini:

a) Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah.

Maz 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar


bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu
akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan
menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan
mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau
tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.”.
Mal 3:6 - “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan
kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.”.

Yak 1:17 - “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah


yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa
segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan
karena pertukaran.”.

Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekalipun hanya


untuk sementara!

b) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus


menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!

c) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah


sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia
hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar,
maka Ia tak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan
manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai
yang tidak terbatas.

Dalam tafsirannya tentang Fil 2:7, Calvin mengatakan bahwa


istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Kristus
melepaskan atau membuang keilahianNya, tetapi hanya
menyembunyikannya dari pandangan manusia.

Calvin: “Christ, indeed, could not divest himself of Godhead; but


he kept it concealed for a time, that it might not be seen, under the
weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of
men, not by lessening it, but by concealing it” (= Kristus tidak bisa
melepaskan dirinya sendiri dari keilahianNya; tetapi
menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak
kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia
mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia,
bukan dengan menguranginya, tetapi dengan
menyembunyikannya).

Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat


inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-
kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia
melakukan mujijat.
Herman Hoeksema: “This does not mean that the Son of God
temporarily laid aside the divine nature, in order to exchange it
with the human nature. This would be impossible, for the divine
nature is unchangeable. ... But it certainly means that He entered
into the state of man in such a way that before man His divine
glory and majesty was hid, although even in the state of
humiliation it flashed out occasionally, as, for instance, in the
performance of His wonders” (= Ini tidak berarti bahwa Anak
Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi,
untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil,
karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti
bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa
sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya
tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu
kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam
pelaksanaan / pertunjukan keajaibanNya) - ‘Reformed
Dogmatics’, hal 399.

F)Inkarnasi menjadikan Kristus manusia yang sama dengan


kita.

Ajaran Anabaptist mengatakan bahwa Kristus membawa hakekat


manusiaNya dari surga (berdasarkan 1Kor 15:47b) dan bahwa
Maria hanya merupakan saluran melalui mana Ia datang ke
dunia.
1Kor 15:47 - “Manusia pertama berasal dari debu tanah dan
bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.”.

Jadi hakekat manusiaNya betul-betul merupakan ciptaan yang


baru, yang serupa / mirip dengan kita tetapi secara organic tidak
berhubungan dengan kita.
Kalau ini benar, maka boleh dikatakan bahwa Kristus adalah
semacam bayi tabung yang dimasukkan ke dalam kandungan
Maria!

Ajaran Reformed menentang ajaran Anabaptist tersebut di atas,


dan mengajarkan bahwa Kristus mendapatkan hakekat
manusiaNya dari ibuNya / Maria. Dengan kata lain, sebagai
manusia, Yesus berasal dari sel telur Maria.

Dasar Kitab Suci pandangan ini:

1) Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah


dan daging, maka Ia juga menjadi SAMA DENGAN mereka dan
mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh
kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa
atas maut;”.
Ibr 2:17 - “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus
DISAMAKAN DENGAN saudara-saudaraNya, supaya Ia
menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia
kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
Fil 2:7 - “melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi SAMA DENGAN
manusia.”.
Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum
Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh
Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging,
yang SERUPA dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa,
Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.

Kalau kita membandingkan dengan terjemahan Alkitab-Alkitab


bahasa Inggris maka dari 4 ayat di atas, hanya Ibr 2:14 yang
memang menggunakan kata ‘sama’, sedangkan yang lain
menggunakan kata ‘seperti’.

Ibr 2:14 (KJV): ‘Forasmuch then as the children are partakers


of flesh and blood, he also himself likewise took part of the
same; that through death he might destroy him that had the
power of death, that is, the devil;’.
Ibr 2:17 (KJV): ‘Wherefore in all things it behoved him to be
made like unto his brethren, that he might be a merciful and
faithful high priest in things pertaining to God, to make
reconciliation for the sins of the people.’.
Fil 2:7 (KJV): ‘But made himself of no reputation, and took
upon him the form of a servant, and was made in the likeness
of men:’.
Ro 8:3 (KJV): ‘For what the law could not do, in that it was
weak through the flesh, God sending his own Son in the
likeness of sinful flesh, and for sin, condemned sin in the
flesh:’.

Lalu, mengapa yang lain menggunakan kata ‘seperti’? Untuk


menjawab ini, saya mengutip ulang tafsiran Calvin dan William
Hendriksen tentang Ro 8:3 di sini:

Calvin (tentang Ro 8:3): “he says, that he came in the likeness of


the flesh of sin; for though the flesh of Christ was polluted by no
stains, yet it seemed apparently to be sinful, inasmuch as it
sustained the punishment due to our sins, and doubtless death
exercised all its power over it as though it was subject to itself. ...
Christ underwent our infirmities, that he might be more inclined to
sympathy, and in this respect also there appeared some
resemblance of a sinful nature.” [= ia berkata, bahwa Ia datang
dalam keserupaan dari daging dari dosa; karena sekalipun
daging Kristus tidak dikotori oleh noda / kotoran, tetapi itu
kelihatannya berdosa, karena daging itu menahan / menderita
hukuman karena dosa-dosa kita, dan tak diragukan kematian
melaksanakan semua kuasanya atasnya seakan-akan daging itu
tunduk kepada dirinya sendiri. ... Kristus mengalami kelemahan-
kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih condong pada simpati,
dan dalam hal ini juga disana kelihatan suatu kemiripan dengan
suatu hakekat yang berdosa.].

William Hendriksen (tentang Ro 8:3): “In his incarnation the


divine Son assumed the human nature, ... But he took on that
human nature not as it came originally from the hand of the
Creator (‘and behold it was very good,’ Gen. 1:31), but weakened
by sin, though remaining itself without any sin.” [= Dalam
inkarnasiNya Anak yang ilahi mengambil hakekat manusia, ...
Tetapi Ia mengambil hakekat manusia bukan sebagaimana itu
datang seperti asalnya dari tangan sang Pencipta (‘dan lihatlah
itu adalah sangat baik’, Kej 1:31), tetapi dilemahkan oleh dosa,
sekalipun dalam dirinya tetap tanpa dosa apapun.].

Jadi, sebetulnya Yesus memang mengambil hakekat manusia


yang sama dengan kita, tetapi digunakan kata ‘seperti’ karena
hakekat manusia yang diambil bukanlah hakekat manusia
sebagaimana itu pertama kali diciptakan oleh Allah (Kej 1:31 -
‘sungguh amat baik’), tetapi yang sudah dilemahkan oleh dosa,
sekalipun hakekat manusia itu sendiri tanpa dosa.

Kalau Yesus memang sungguh-sungguh adalah manusia, Ia


haruslah sungguh-sungguh anak Maria.

2) Kalau hakekat manusia Kristus tidak diturunkan dari Maria,


dan Kristus hanya serupa / mirip dengan kita, maka sebetulnya
tidak ada hubungan antara Kristus dengan kita sehingga Ia
tidak bisa menjadi Pengantara antara kita dengan Allah dan Ia
juga tidak bisa menjadi Penebus kita.
Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak
dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan
mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya
oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang
berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia
membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam
perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab
sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi
keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya,
maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-
saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas
kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa
seluruh bangsa.”.

3) Yesus disebut ‘tunas Daud’, ‘tunas yang keluar dari tunggul


Isai’, ‘taruk dari pangkal Isai’.

Yes 11:1,10 - “(1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan
taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. ... (10)
Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri
sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh
suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi
mulia.”.
Yes 4:2 - “Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN
akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah
menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel
yang terluput.”.
Yes 53:2 - “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan
sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan
semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan
rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.
Yer 23:5 - “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah
firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi
Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan
melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.”.
Wah 5:5 - “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku:
‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku
Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat
membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh
meterainya.’”.
Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk
memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-
jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur
yang gilang-gemilang.’”.

Perlu diingat bahwa ‘tunas’ menunjukkan bahwa Ia betul-betul


adalah keturunan Daud, dan mempunyai hubungan organic
dengan Daud.

4) Ibr 7:14 mengatakan bahwa ‘Tuhan kita berasal dari suku


Yehuda’ [Lit: out of / keluar dari (Yunani: EX) Judah]. Kalau
Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam
kandungan Maria, maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar dari
Yehuda’ ataupun ‘berasal dari suku Yehuda’. Kalau Ia memang
adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan
Maria, maka sebetulnya Ia bahkan bukan orang Israel / Yahudi.

5) Ibr 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang


dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia
tidak malu menyebut mereka saudara,”.

a) Ia yang menguduskan (= Yesus) dan mereka yang


dikuduskan (= manusia yang ditebus) semua berasal dari
satu (Ibr 2:11a).
Ibr 2:11a: ‘Ia yang menguduskan dan mereka yang
dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu’.
TB2-LAI hampir sama dengan TB1.
NASB: ‘are all of one Father’ (= semua dari satu Bapa).
Kitab Suci Indonesia (TB1 maupun TB2) dan NASB salah,
karena kata ‘satu’ diartikan menunjuk kepada Allah.

NIV: ‘are of the same family’ (= semua dari satu keluarga).


RSV: ‘have all one origin’ (= semua mempunyai satu asal
mula).
KJV: ‘are all of one’ (= semua dari satu).
Terjemahan-terjemahan ini lebih benar karena kata ‘satu’
sebetulnya bukan menunjuk kepada Allah, tetapi menunjuk
kepada Adam, karena maksud bagian ini adalah untuk
menunjukkan bahwa Yesus betul-betul telah menjadi
manusia yang sama dengan kita.

Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berasal dari benih


Maria! Yesus bukanlah semacam bayi tabung ‘made in
heaven’ (= buatan surga) yang lalu dimasukkan ke dalam
kandungan Maria!
Sekalipun ada orang yang berpendapat bahwa kata ‘satu’ di
sini menunjuk kepada Allah, tetapi Calvin, John Owen, dsb,
menganggap bahwa kontext menunjukkan kalau kata ‘satu’
ini menunjuk kepada ‘Adam’, atau kepada ‘satu hakekat’,
karena tujuan kontext ini memang menunjukkan bahwa
Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan kita
(baca Ibr 2 itu terus sampai ay 17).

John Calvin: “In this sense he also says that ‘the Author of
sanctification and those who are sanctified have all one origin’
(Hebrews 2:11a). The context shows that this expression refers
to the fellowship of nature, for he immediately adds: ‘That is
why he is not ashamed to call them brethren’ (Hebrews 2:11b).”
[= Dalam arti ini ia juga mengatakan bahwa ‘Pencipta dari
pengudusan dan mereka yang dikuduskan semua mempunyai
satu asal usul’ (Ibrani 2:11a). Kontext menunjukkan bahwa
ungkapan ini menunjuk pada persekutuan hakekat, karena ia
segera menambahkan: ‘itulah sebabnya Ia tidak malu
menyebut mereka saudara ’ (Ibr 2:11b).] - ‘Institutes of the
Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.

Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke


dalam kandungan Maria, maka kata ‘satu’ dalam Ibr 2:11
harus diganti dengan ‘dua’!

b) Itu menyebabkan Ia tidak malu menyebut mereka ‘saudara’


(Ibr 2:11b).

Ibr 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang


dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya
Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”.

Kalau Yesus tidak berasal dari sel telur Maria, maka Ia tidak
bisa menyebut kita sebagai ‘saudara’.

c) Bandingkan juga dengan Ibr 2:14-17 yang menunjukkan


bahwa untuk bisa menjadi Penebus kita, Ia harus menjadi
manusia yang sama dengan kita!

6) Yesus disebut sebagai:

a) Keturunan perempuan / Hawa (Literal: ‘seed of the woman’)


- Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara
engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya (KJV/RSV/NASB: ‘her seed’); keturunannya
akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya.’”.

b) Keturunan Abraham [Literal: ‘your seed’ (= benihmu)] - Kej


22:18 (bdk. Kis 3:25).
Kej 22:18 - “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi
akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan
firmanKu.’”.
Catatan: kata ‘keturunan’ ada dalam bentuk tunggal.
Bdk. Gal 3:16 - “Adapun kepada Abraham diucapkan segala
janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan ‘kepada
keturunan-keturunannya’ seolah-olah dimaksud banyak
orang, tetapi hanya satu orang: ‘dan kepada keturunanmu’,
yaitu Kristus.”.

Kis 3:25 - “Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan


mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah
dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada
Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi
akan diberkati.”.
Catatan: di sini kata ‘keturunan’ juga ada dalam bentuk
tunggal.

c) Keturunan Daud (Literal: ‘seed of David’) - 2Tim 2:8.


2Tim 2:8 - “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit
dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai
keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.”.

Istilah ‘seed’ (= benih / keturunan) jelas menunjukkan adanya


hubungan organic!

7) Luk 1:41-42 - “(41) Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria,


melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun
penuh dengan Roh Kudus, (42) lalu berseru dengan suara
nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan
diberkatilah buah rahimmu.”.

Dalam Luk 1:42, Elisabet menyebut Yesus sebagai ‘buah


rahim’ dari Maria (NASB / Literal: ‘the fruit of your womb’).
Catatan: perhatikan bahwa Elisabet mengucapkan kata-kata
dalam ay 42 itu dalam keadaan dipenuhi Roh Kudus (ay 41),
dan karena itu kata-katanya pasti benar!

John Calvin: “Now, if he had not truly been begotten of the seed of
David, what will be the point of this expression that he is ‘the fruit
of her womb’ (Luke 1:42)?” [= Sekarang, seandainya Ia tidak
sungguh-sungguh dilahirkan / diperanakkan dari benih /
keturunan Daud, apa tujuan dari ungkapan ini bahwa Ia adalah
‘buah rahimnya’ (Luk 1:42)?] - ‘Institutes of the Christian
Religion’, Book II, Chapter 13, no 3.

Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus memang berasal dari


benih / sel telur Maria.

8) Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu:


‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum
bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus
akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan
menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu
akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Dalam Luk 1:34 Maria bertanya bagaimana mungkin ia bisa


mengandung padahal ia belum bersuami. Kalau Yesus
memang adalah ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam perut
Maria (semacam ‘bayi tabung’), maka dalam Luk 1:35
seharusnya Gabriel akan menjawab bahwa Roh Kudus akan
memasukkan bayi dari surga ke dalam kandungan Maria.
Tetapi ternyata Gabriel tidak menjawab begitu melainkan ia
berkata bahwa:

a) Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah Yang


Mahatinggi akan menaungi engkau. Ini menunjukkan bahwa
Maria sendiri dipakai oleh Roh Kudus dalam menjadikan /
mencipta janin Yesus itu.

William Hendriksen (tentang Luk 1:35): “The answer is cast


in the form of synonymous parallelism, so that ‘The Holy Spirit’
is paired with ‘the power of the Most High,’ and ‘will come
upon you’ with ‘will overshadow you.’ Resultant meaning: The
personal Holy Spirit will bring about this wonder in Mary’s
womb by exerting his divine power. ... Nevertheless, something
must perhaps be added. The ‘overshadowing’ or ‘covering’ of
which Luke speaks here is not static but active. It is creative,
productive. It causes Mary to conceive a child. Our thoughts are
therefore also - and perhaps especially - directed to the Spirit of
God creatively hovering over the waters at the time of creation
(Gen. 1:2). In this same connection see Ps. 104:30, expressed
poetically in the line: ‘Thy Spirit O God makes life to abound.’
The overshadowing Spirit, therefore, not only protects but also
creates. It brings about conception within Mary’s womb.” [=
Jawaban diberikan dalam bentuk paralelisme yang sinonim,
sehingga ‘Roh Kudus’ berpasangan dengan ‘kuasa dari Yang
Maha-tinggi’ dan ‘akan turun ke atasmu’ dengan ‘akan
menaungi engkau’. Arti yang dihasilkan: Roh Kudus yang
bersifat pribadi akan menimbulkan / menghasilkan keajaiban
ini dalam kandungan Maria dengan menggunakan kuasa
ilahiNya. ... Namun, sesuatu mungkin harus ditambahkan.
‘Penaungan’ atau ‘penutupan / penurunan atas’ tentang mana
Lukas berbicara di sini bukanlah statis tetapi aktif. Itu adalah
bersifat mencipta, bersifat menghasilkan. Itu menyebabkan
Maria mengandung seorang anak. Karena itu, pikiran kita
juga - dan mungkin khususnya - diarahkan kepada Roh Allah
dengan / secara mencipta melayang-layang di atas permukaan
air pada saat penciptaan (Kej 1:2). Dalam hubungan yang
sama lihat Maz 104:30, khususnya dalam kalimat yang
bersifat puisi: ‘RohMu, ya Allah, membuat kehidupan
berlimpah-limpah’. Karena itu, Roh yang menaungi, bukan
hanya melindungi tetapi juga mencipta. Itu menyebabkan /
menimbulkan / menghasilkan janin dalam kandungan Maria.].
Kej 1:2 - “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita
menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di
atas permukaan air.”.
Maz 104:30 - “Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka
tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.”.

b) Anak yang akan dilahirkan itu akan disebut kudus.


Ini menunjukkan bahwa Yesus bisa lahir kudus karena
pekerjaan Roh Kudus dalam pembuahan tersebut. Padahal
kalau Yesus adalah bayi tabung dari surga, maka tentu tidak
dibutuhkan pengudusan seperti itu. Tetapi karena Yesus
memang berasal dari benih Maria (yang juga adalah orang
berdosa), maka dibutuhkan pengudusan dari Roh Kudus
supaya Yesus bisa lahir suci.

Bahwa ini memang ajaran Reformed terlihat jelas karena hal ini
masuk dalam ‘Westminster Confession of Faith’ pasal 8 ayat 2
yang berbunyi:

“The Son of God, the second person in the Trinity, being very and
eternal God, of one substance and equal with the Father, did, when
the fulness of time was come, take upon Him man’s nature, with all
the essential properties, and common infirmities thereof, yet with out
sin; being conceived by the power of the Holy Ghost, in the womb of
the virgin Mary, of her substance. So that two whole, perfect, and
distinct natures, the Godhead and the manhood, were inseparably
joined together in one person, without conversion, composition, or
confusion. Which person is very God, and very man, yet one Christ,
the only Mediator between God and man.” (= Anak Allah, pribadi
kedua dalam Tritunggal, yang adalah Allah yang sungguh-sungguh
dan kekal, dari satu zat dan setara dengan Bapa, pada waktu
kegenapan waktunya sudah tiba, memang mengambil kepada
diriNya hakekat manusia, dengan semua sifat-sifat hakiki, dan
kelemahan-kelemahan umum darinya, tetapi tanpa dosa;
dikandung oleh kuasa Roh Kudus, dalam rahim / kandungan dari
perawan Maria, dari zatnya / zat Maria. Maka / jadi, kedua
hakekat yang penuh / utuh, sempurna, dan berbeda, keAllahan dan
kemanusiaan, digabungkan bersama-sama secara tak terpisahkan
dalam satu pribadi, tanpa perubahan / penukaran, percampuran,
atau kekacauan / percampuran. Pribadi mana adalah sungguh-
sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia, tetapi satu Kristus,
satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia.).

Pandangan ini juga didukung oleh Athanasian Creed /


Pengakuan Iman Athanasius: “28. It is, therefore, true faith that we
believe and confess that our Lord Jesus Christ is both God and man.
29. He is God, generated from eternity from the substance of the
Father; man, born in time from the substance of his mother.” (=
28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan
mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan
manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari
zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya.)
- A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

Bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu berasal dari


sel telur Maria, juga menunjukkan bahwa manusia Yesus /
hakekat manusia Yesus itu adalah makhluk ciptaan, dan jelas
tidak kekal, atau mulai ada di dalam waktu.

Perlu diingat bahwa kata-kata ‘begotten, not made’ (=


‘diperanakkan, bukan dicipta’) dalam Pengakuan Iman Nicea -
Konstantinople, tidak menunjuk kepada kemanusiaan / hakekat
manusia Yesus, tetapi menunjuk kepada keilahianNya.

Perhatikan beberapa kutipan pendukung di bawah ini.

John Owen:
“The framing, forming, and miraculous conception of the body of
Christ in the womb of the blessed Virgin was the peculiar and
especial work of the Holy Ghost. ... The act of the Holy Ghost in this
matter was a creating act; not, indeed, like the first creating act,
which produced the matter and substance of all things out of nothing,
causing that to be which was not before, neither in matter, nor form,
nor passive disposition; but like those subsequent acts of creation,
whereby, out of matter before made and prepared, things were made
that which before they were not, and which of themselves they had no
active disposition unto nor concurrence in. So man was created or
formed of the dust of the earth, and woman of a rib taken from man.
There was a previous matter unto their creation, but such as gave no
assistance nor had any active disposition to the production of that
particular kind of creature whereinto they were formed by the
creating power of God. Such was this act of the Holy Ghost in
forming the body of our Lord Jesus Christ; for although it was
effected by an act of infinite creating power, yet it was formed or
made of the substance of the blessed Virgin.” [= Penyusunan,
pembentukan, dan pembuahan yang bersifat mujijat dari tubuh
Kristus di dalam kandungan Perawan yang diberkati merupakan
pekerjaan yang khas dan khusus dari Roh Kudus. ... Tindakan Roh
Kudus dalam persoalan ini merupakan tindakan penciptaan;
memang tidak seperti tindakan penciptaan pertama, yang
menghasilkan bahan dan zat dari segala sesuatu dari tidak ada,
menyebabkannya ada padahal tadinya tidak ada, baik dalam
bahannya, bentuknya, maupun penyusunan / kecondongan pasif;
tetapi seperti tindakan-tindakan penciptaan yang berikutnya,
dengan mana, dari bahan yang sudah dibuat dan dipersiapkan
sebelumnya, benda-benda / hal-hal yang sebelumnya tidak ada
dibuat / dicipta, dan yang dari dirinya sendiri mereka tidak
mempunyai kecondongan aktif kepada hal itu maupun persetujuan.
Demikianlah manusia / orang laki-laki diciptakan atau dibentuk
dari debu tanah, dan perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Disana
sudah ada bahan untuk penciptaan mereka, tetapi sedemikian rupa
sehingga tidak memberikan bantuan atau mempunyai kecondongan
aktif pada produksi dari jenis ciptaan tertentu ke dalam mana
mereka dibentuk oleh kuasa penciptaan Allah. Demikian jugalah
tindakan Roh Kudus dalam membentuk tubuh dari Tuhan Yesus
Kristus; karena sekalipun itu dihasilkan oleh tindakan dari kuasa
penciptaan yang tak terbatas, tetapi itu dibentuk atau dibuat dari
zat dari sang Perawan yang diberkati.] - ‘The Works of John
Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 162,163-164.

Herman Bavinck:
 “Even though Christ has assumed a human nature which is finite
and limited and which began in time, as person, as Self, Christ
does not in Scripture stand on the side of the creature but on the
side of God” (= Sekalipun Kristus telah mengambil suatu hakekat
manusia yang terbatas dan yang dimulai dalam waktu, tetapi
sebagai pribadi, sebagai Diri / Ego, dalam Kitab Suci Kristus
tidak berdiri di pihak makhluk ciptaan tetapi di pihak Allah) -
‘Our Reasonable Faith’, hal 317.
 “The relationship is that of Creator and creature, and the creature
from the nature of his being can never become Creator, nor have
the significance and worth for us human beings of the Creator” (=
Hubungan itu adalah hubungan Pencipta dan makhluk ciptaan,
dan makhluk ciptaan sesuai dengan keadaan alamiah
keberadaannya tidak pernah bisa menjadi Pencipta, atau
mempunyai arti dan nilai dari sang Pencipta bagi kita manusia) -
‘Our Reasonable Faith’, hal 323.
 “That human nature did not exist beforehand. ... But in the
incarnation, also, Scripture holds to the goodness of creation and
to the Divine origin of matter” (= Hakekat manusia itu tidak ada
sebelumnya. ... Tetapi juga dalam inkarnasi, Kitab Suci
berpegang pada kebaikan penciptaan dan pada asal usul ilahi
dari zat / bahan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 325.
 “Just as the human nature of Christ did not exist before the
conception in Mary, so it did not exist for sometime before, nor
some time after, in a state of separation from Christ” (=
Sebagaimana hakekat manusia Kristus itu tidak ada sebelum
pembuahan di dalam Maria, begitu juga hakekat manusia itu
tidak ada sebelumnya, ataupun setelahnya, dalam keadaan
terpisah dari Kristus) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.
 “In short, to one and the same subject, one and the same person,
Divine and human attributes and works, eternity and time,
omnipresence and limitation, creative omnipotence and creaturely
weakness are ascribed” (= Singkatnya, subyek yang satu dan
yang sama, pribadi yang satu dan yang sama, dianggap
mempunyai sifat-sifat dasar dan pekerjaan-pekerjaan Ilahi dan
manusia, kekekalan dan waktu / terbatas waktu, kemaha-adaan
dan keterbatasan, kemaha-kuasaan yang bersifat mencipta dan
kelemahan makhluk ciptaan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.

Calvin tentang kata-kata ‘seperti anak manusia’ dalam Daniel


7:13:
“We must now see why he uses the word ‘like’ the Son of man; ... the
Prophet says, ‘He appeared’ to him ‘as the Son of man,’ as Christ had
not yet taken upon him our flesh. And we must remark that saying of
Paul’s: When the fulness of time was come, God sent his Son, made
of a woman. (Gal. 4:4.) Christ then began to be a man when he
appeared on earth as Mediator, for he had not assumed the seed of
Abraham before he was joined with us in brotherly union. This is the
reason why the Prophet does not pronounce Christ to have been man
at this period, but only like man; for otherwise he had not been that
Messiah formerly promised under the Law as the son of Abraham
and David. For if from the beginning he had put on human flesh, he
would not have been born of these progenitors. It follows, then, that
Christ was not a man from the beginning, but only appeared so in a
figure. ... This was a symbol, therefore, of Christ’s future flesh,
although that flesh did not yet exist” [= Sekarang kita harus melihat
mengapa ia menggunakan kata ‘seperti’ Anak manusia; ... sang
Nabi berkata, ‘Ia kelihatan’ kepadanya ‘seperti Anak manusia’,
karena Kristus belum mengambil kepadaNya daging kita. Dan kita
harus memperhatikan perkataan Paulus itu: ‘Pada waktu
kegenapan waktunya sudah tiba, Allah mengutus AnakNya, dibuat
dari seorang perempuan.’ (Gal 4:4). Maka Kristus mulai menjadi /
adalah seorang manusia pada waktu Ia muncul di bumi sebagai
Pengantara, karena Ia belum mengambil benih / keturunan
Abraham sebelum Ia digabungkan dengan kita dalam persatuan
persaudaraan. Inilah alasannya mengapa sang Nabi tidak
mengumumkan Kristus sudah adalah manusia pada masa ini, tetapi
hanya seperti manusia; karena kalau tidak Ia bukanlah Mesias itu
yang sebelumnya dijanjikan di bawah hukum Taurat sebagai anak /
keturunan Abraham dan Daud. Karena seandainya dari semula Ia
telah mengenakan daging manusia, Ia tidaklah dilahirkan oleh
nenek moyang ini. Maka akibatnya adalah bahwa Kristus bukanlah
seorang manusia dari semula, tetapi hanya kelihatan demikian
dalam suatu bentuk jasmani. ... Karena itu, ini adalah suatu simbol
dari daging Kristus yang akan datang, sekalipun daging itu belum
ada (pada saat itu).] - hal 41.
Daniel 7:13 - “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu,
tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang SEPERTI
anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia
dibawa ke hadapanNya.”.
Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus
AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada
hukum Taurat.”.

Calvin menambahkan: jadi kalau dalam ayat-ayat seperti Fil 2:7


digunakan kata ‘seperti’, maka alasannya berbeda dengan pada
waktu kata ‘seperti’ itu digunakan dalam Dan 7:13. Dalam Fil 2:7
(juga Ro 8:3 Ibr 2:17) kata ‘seperti’ itu digunakan karena daging
yang telah diambil oleh Kristus itu bukan seperti daging dari
Adam sebelum ia jatuh ke dalam dosa, tetapi daging yang
sekalipun tidak berdosa tetapi telah dilemahkan oleh dosa.
Sedangkan dalam Daniel 7:13, kata ‘seperti’ itu digunakan
karena pada saat itu daging Kristus memang belum ada, dan
yang dilihat oleh Daniel pada saat itu hanyalah simbol dari daging
Kristus yang akan datang.
Catatan: untuk Fil 2:7 dan Ibr 2:17 lihat KJV.

Dan dalam tafsirannya tentang Mikha 5:1, Calvin berkata sebagai


berikut:
“the Prophet could not properly nor wisely mention the human
nature of Christ with the divine, with reference to eternity. The Word
of God, we know, was eternal; and we know, that when the fulness of
time came, as Paul says, Christ put on our nature, (Gal. 4:4.) Hence
the beginning of Christ as to the flesh was not so old, if his existence
be spoken of: to set them together then would have been absurd.” [=
sang Nabi tidak bisa secara tepat / benar ataupun secara bijaksana
menyebutkan hakekat manusia dari Kristus dengan hakekat
ilahiNya, berkenaan dengan kekekalan. Firman Allah, kita tahu,
adalah kekal; dan kita tahu, bahwa pada saat kegenapan waktunya
datang, seperti Paulus katakan, Kristus memakai / mengenakan
hakekat kita, (Gal 4:4). Karena itu permulaan dari Kristus
berkenaan dengan daging TIDAKLAH BEGITU TUA, jika
keberadaanNya dibicarakan: maka, membuat mereka (keilahian dan
kemanusiaan Kristus) bersama-sama akan merupakan sesuatu yang
menggelikan / konyol.] - hal 299.
Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil
di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu
seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah
sejak purbakala, sejak dahulu kala.”.

Philip Schaff: “The Son, as man, is produced; as God, he is


unproduced or uncreated; he is begotten from eternity of the
unbegotten Father. To this Athanasius refers the passage concerning
the Only-begotten who is in the bosom of the Father” [= Anak,
sebagai manusia, dihasilkan / diciptakan; sebagai Allah, Ia tidak
dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari kekekalan
dari Bapa yang tidak diperanakkan. Untuk ini Athanasius
menunjuk pada text tentang Satu-satunya yang diperanakkan, yang
ada di dada Bapa (Yoh 1:18)] - ‘History of the Christian Church’,
vol III, hal 658.

Robert M. Bowman Jr.: “In his ‘Prologue’ John contrasts the Word,
which ‘was’ (EN, third person imperfect form of EIMI) in the beginning,
with his bringing into existence (EGENETO, the third person singular
indicative form of GENESTHAI) of all things (John 1:1-3). ... to say that
the Word was continuing to exist at the beginning of created time is
simply another way of saying that the Word was eternal. By going on to
say that this uncreated Logos ‘became’ (EGENETO) flesh (1:14), John
draws another contrast between the two natures of Christ. To put it in the
classic terminology of orthodox incarnational theology, Christ was
uncreated (EN) with respect to his deity, but created (EGENETO) with
respect to his humanity” [= Dalam ‘Pendahuluan’nya Yohanes
mengkontraskan Firman, yang ‘was’ / telah ada (EN, orang ketiga,
bentuk imperfect dari EIMI) pada mulanya, dengan pembuatan /
penciptaan (EGENETO, orang ketiga tunggal, bentuk indikatif dari
GENESTHAI) dari segala sesuatu (Yoh 1:1-3). ... mengatakan bahwa
Firman terus ada pada permulaan dari waktu yang diciptakan
hanyalah merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa Firman itu
kekal. Dengan mengatakan selanjutnya bahwa Logos yang tidak
diciptakan ini ‘became’ / ‘menjadi’ (EGENETO) daging (1:14), Yohanes
membuat kontras yang lain antara kedua hakekat Kristus. Untuk
mengatakannya dalam ungkapan klasik dari theologia inkarnasi yang
ortodox, Kristus tidak diciptakan (EN) berkenaan dengan
keallahanNya, tetapi diciptakan (EGENETO) berkenaan dengan
kemanusiaanNya] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the
Gospel of John’, hal 114.

-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 10 September 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (13)

G) Peranan Roh Kudus dalam inkarnasi.

1) Roh Kuduslah yang menjadikan Maria mengandung.

Mat 1:18-20 - “(18) Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti


berikut: Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan dengan Yusuf,
ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup
sebagai suami isteri. (19) Karena Yusuf suaminya, seorang yang
tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka
umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (20)
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan
nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak
Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai
isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari
Roh Kudus.”.

Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu:


‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum
bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus
akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan
menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu
akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Yang dilahirkan oleh Maria bukanlah pribadi manusia, tetapi


pribadi Anak Allah [Luk 1:32,35 bdk. Luk 1:43 dimana
Elizabeth menyatakan Maria sebagai ‘ibu Tuhanku’ / ‘the
mother of my Lord’ (NIV)].
Karena itu Maria secara tepat disebut THEOTOKOS (= bunda
Allah), bukan sekedar CHRISTOTOKOS (= bunda Kristus).
2) Roh Kudus menguduskan hakekat manusia dari Kristus sejak
dari saat pertama pembuahan dan menjagaNya dari polusi
dosa.

Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang


menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan
RohNya dengan tidak terbatas.”.

Ibr 9:14 - “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang
kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah
sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati
nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita
dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”.

Jadi, bahwa Maria mengandung bukan dari seorang laki-laki,


masih belum cukup untuk menyebabkan Yesus itu lahir suci,
karena Maria juga adalah orang berdosa. Masih dibutuhkan
pekerjaan Roh Kudus untuk menyucikan bayi Yesus sejak dari
saat pertama pembuahan supaya Yesus betul-betul suci.

Calvin: “For we make Christ free from all stain not just because
he was begotten of his mother without copulation with man, but
because he was sanctified by the Spirit that the generation might
be pure and undefiled as would have been true before Adam’s fall”
(= Karena kita membuat Kristus bebas dari segala noda /
kekotoran bukan hanya karena Ia diperanakkan dari ibuNya
tanpa hubungan sex dengan laki-laki, tetapi karena Ia
dikuduskan oleh Roh sehingga kelahiranNya bisa murni dan
tidak tercemar seperti sebelum kejatuhan Adam) - ‘Institutes of
the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, No 4.

Ada beberapa hal yang perlu dibahas di sini:

a) Adanya pekerjaan Roh Kudus yang menyucikan bayi Yesus


ini, menyebabkan Yesus tidak membutuhkan ibu yang suci
supaya bisa lahir dan hidup suci.
Karena itu doktrin Immaculate Conception dari Roma
Katolik, yang menyatakan bahwa Maria dilahirkan dan hidup
suci tanpa dosa, sama sekali tidak dibutuhkan di dalam
gereja.

Catatan:
1. Doktrin Immaculate Conception ini baru muncul pada
tahun 1854. Karena itu perlu dipertanyakan: kalau doktrin
ini memang ada dalam Kitab Suci / berasal dari Kitab
Suci, mengapa dibutuhkan waktu 18 abad untuk
menemukannya?

2. Doktrin ini bukan hanya tidak punya dasar Kitab Suci


sama sekali, tetapi juga bertentangan dengan banyak
ayat Kitab Suci, seperti:

a. Ro 3:10-12,23 Pkh 7:20 Ayub 4:17 Ayub 25:4.


Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa semua manusia
berdosa. Satu-satunya orang yang dikecualikan dalam
Kitab Suci hanyalah Yesus saja (Ibr 4:15 2Kor 5:21).
Kitab Suci tidak pernah mengecualikan Maria!

Ro 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada


yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada
seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun
yang mencari Allah. (12) Semua orang telah
menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada
yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah,”.
Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang
yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat
dosa!”.
Ayub 4:17 - “Mungkinkah seorang manusia benar di
hadapan Allah, mungkinkah seseorang tahir di hadapan
Penciptanya?”.
Ayub 25:4 - “Bagaimana manusia benar di hadapan
Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan
itu bersih?”.

Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah


imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita,
Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.
2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah
dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia
kita dibenarkan oleh Allah.”.
b. Luk 1:46,47 menunjukkan bahwa Maria menyebut Allah
sebagai Juruselamatnya.
Luk 1:46-47 - “(46) Lalu kata Maria: ‘Jiwaku
memuliakan Tuhan, (47) dan hatiku bergembira karena
Allah, Juruselamatku,”.
Kalau memang ia suci murni, mengapa ia
membutuhkan Juruselamat?

c. Luk 2:22-24 (bdk. Im 12:1-8) menunjukkan bahwa


Maria disebut najis (Im 12:2), karena melahirkan anak.
Ini menyebabkan ia harus mempersembahkan korban
bakaran dan korban penghapus dosa sebagai
pendamaian (Im 12:8), supaya bisa ditahirkan.

Im 12:1-8 - “(1) TUHAN berfirman kepada Musa,


demikian: (2) ‘Katakanlah kepada orang Israel: Apabila
seorang perempuan bersalin dan melahirkan anak laki-
laki, maka najislah ia selama tujuh hari. Sama seperti
pada hari-hari ia bercemar kain ia najis. (3) Dan pada
hari yang kedelapan haruslah dikerat daging kulit
khatan anak itu. (4) Selanjutnya tiga puluh tiga hari
lamanya perempuan itu harus tinggal menantikan
pentahiran dari darah nifas, tidak boleh ia kena kepada
sesuatu apapun yang kudus dan tidak boleh ia masuk ke
tempat kudus, sampai sudah genap hari-hari
pentahirannya. (5) Tetapi jikalau ia melahirkan anak
perempuan, maka najislah ia selama dua minggu, sama
seperti pada waktu ia bercemar kain; selanjutnya enam
puluh enam hari lamanya ia harus tinggal menantikan
pentahiran dari darah nifas. (6) Bila sudah genap hari-
hari pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak
perempuan haruslah dibawanya seekor domba berumur
setahun sebagai korban bakaran dan seekor anak burung
merpati atau burung tekukur sebagai korban penghapus
dosa ke pintu Kemah Pertemuan, dengan
menyerahkannya kepada imam. (7) Imam itu harus
mempersembahkannya ke hadapan TUHAN dan
mengadakan pendamaian bagi perempuan itu.
Demikianlah perempuan itu ditahirkan dari leleran
darahnya. Itulah hukum tentang perempuan yang
melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan. (8)
Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan seekor
kambing atau domba, maka haruslah ia mengambil dua
ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung
merpati, yang seekor sebagai korban bakaran dan yang
seekor lagi sebagai korban penghapus dosa, dan imam itu
harus mengadakan pendamaian bagi perempuan itu,
maka tahirlah ia.’”.

Luk 2:22-24 - “(22) Dan ketika genap waktu pentahiran,


menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke
Yerusalem untuk menyerahkanNya kepada Tuhan, (23)
seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: ‘Semua anak
laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah,’ (24) dan
untuk mempersembahkan korban menurut apa yang
difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang
burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.”.

Sekalipun ‘kenajisan’ di sini bukanlah suatu dosa


moral, tetapi rasanya hal ini sukar diharmoniskan
dengan ‘suci murni’.

3. Doktrin ini mempunyai konsekwensi logis sebagai berikut:


kalau Maria harus suci supaya Yesus bisa suci, maka
demikian juga kedua orang tua Maria harus suci supaya
Maria bisa suci, dan keempat kakek nenek Maria harus
suci supaya kedua orang tua Maria bisa suci, dan kalau
ini diteruskan maka akhirnya Adam dan Hawapun harus
suci. Ini jelas merupakan pandangan yang tidak
Alkitabiah, yang orang Roma Katolikpun tidak akan mau
menerimanya!

b) Kalau memang fakta bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang


perawan itu belum cukup untuk menyebabkan Yesus lahir
suci, dan masih dibutuhkan penyucian dari Roh Kudus, lalu
untuk apa Yesus harus dilahirkan dari seorang perawan /
perempuan yang mengandung tanpa hubungan sex dengan
laki-laki? Mengapa tidak menggunakan kelahiran biasa saja
dan ditambah dengan penyucian dari Roh Kudus?

Jawab:
1. Sekalipun kelahiran dari perawan masih belum cukup
untuk membuat Yesus lahir suci, tetapi setidaknya
dengan cara ini bisa ditambahkan penyucian dari Roh
Kudus sehingga Yesus lahir suci. Tetapi kalau digunakan
kelahiran biasa, sekalipun ditambahkan penyucian dari
Roh Kudus, tetap tidak mungkin Yesus lahir suci.
2. Calvin: Tidak terlalu cocok bahwa pribadi yang adalah
Allah dan manusia itu dilahirkan dengan cara yang sama
seperti kita. Harus dengan cara yang berbeda supaya
cocok dengan kewibawaan pribadiNya.
Catatan: saya beranggapan bahwa jawaban yang kedua
ini tidak mempunyai dasar Kitab Suci.

II) Penderitaan Kristus.


A) Kristus menderita sepanjang hidupNya.

1) Ia menderita karena Ia yang suci harus hidup ditengah-tengah


orang-orang berdosa.

Bandingkan dengan Lot dalam 2Pet 2:7-8 - “(7) tetapi Ia


menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus
menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal
hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, - (8)
sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan
setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka
yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa -”.

Penerapan:
Adalah sesuatu yang aneh kalau banyak orang kristen yang
bukannya menderita tetapi sebaliknya justru merasa senang
kalau bergaul / berkumpul dengan orang-orang yang brengsek!
Apakah saudara termasuk orang seperti itu?

2) KetaatanNya menyebabkan Ia menderita (bdk. Yoh 3:19-20).

Yoh 3:19-20 - “(19) Dan inilah hukuman itu: Terang telah


datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan
dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. (20)
Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak
datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang
jahat itu tidak nampak;”.

Ada banyak ketaatan yang bisa menyebabkan penderitaan


bahkan penganiayaan. Misalnya kalau kita mau hidup dan
berkata jujur, atau kalau kita menegur orang yang berbuat
dosa, dsb. Kristus rela menderita demi mentaati Firman Tuhan;
bagaimana dengan saudara?
3) Ia menderita karena serangan setan (bdk. Luk 4:1-13,
khususnya ay 13).
Ingat bahwa ke-tidak-bisa-berdosa-an Kristus tidak berarti
bahwa Ia tidak menderita pada waktu mengalami serangan
setan (bdk. Ibr 2:18 - ‘Ia sendiri telah menderita karena
pencobaan’)!

4) Ketidak-percayaan / kebencian orang-orang di sekitarNya


memberikan penderitaan kepadaNya.
Ketidakpercayaan ini datang dari:

a) Dunia.
Yoh 1:10 - “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan
olehNya, tetapi dunia tidak mengenalNya.”.

b) Bangsanya.
Yoh 1:11 - “Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi
orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.”.
Yoh 10:20 - “‘Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu
mendengarkan Dia?’”.

c) Orang-orang sekampungnya.
Mat 13:53-57 - “(53) Setelah Yesus selesai menceriterakan
perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ. (54)
Setibanya di tempat asalNya, Yesus mengajar orang-orang di
situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan
berkata: ‘Dari mana diperolehNya hikmat itu dan kuasa untuk
mengadakan mujizat-mujizat itu? (55) Bukankah Ia ini anak
tukang kayu? Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-
saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? (56) Dan
bukankah saudara-saudaraNya perempuan semuanya ada
bersama kita? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?’
(57) Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus
berkata kepada mereka: ‘Seorang nabi dihormati di mana-
mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.’”.

d) Keluarganya.
Yoh 7:3-5 - “(3) Maka kata saudara-saudara Yesus
kepadaNya: ‘Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea,
supaya murid-muridMu juga melihat perbuatan-perbuatan
yang Engkau lakukan. (4) Sebab tidak seorangpun berbuat
sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka
umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian,
tampakkanlah diriMu kepada dunia.’ (5) Sebab saudara-
saudaraNya sendiripun tidak percaya kepadaNya.”.

Mark 3:21 - “Waktu kaum keluargaNya mendengar hal itu,


mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia
tidak waras lagi.”.

e) Yudas Iskariot.

f) Murid-muridNya yang lain.

Hal tersebut lebih-lebih terasa menyakitkan karena Yesus


mencintai manusia dan Ia bahkan datang ke dunia dengan
maksud mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan
manusia. Tetapi ternyata manusia memberikan balasan yang
begitu jelek.
Kalau saudara pernah tidak dipercayai oleh orang yang
saudara cintai, seperti orang tua saudara, suami / istri / pacar
saudara, maka saudara tentu bisa merasakan sakitnya hal itu.

Penerapan: Demi melayani saudara, Yesus pernah mengalami


hal seperti itu. Kalau dalam saudara melayani Dia, saudara
harus menghadapi hal seperti itu, maukah saudara terus
melayani Dia?

5) PenderitaanNya makin lama makin hebat dan mencapai


puncaknya di kayu salib.
Untuk bisa lebih menyadari penderitaan Kristus di sekitar salib,
khususnya pada saat pencambukan dan penyaliban,
perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini:

a) Tentang pencambukan:

Leon Morris (NICNT):


“Scourging was a brutal affair. It was inflicted by a whip of
several thongs, each of which was loaded with pieces of bone or
metal. It could make pulp of man’s back” (= Pencambukan
adalah suatu peristiwa yang brutal. Hal itu diberikan dengan
sebuah cambuk yang terdiri dari beberapa tali kulit, yang
masing-masing diberi potongan-potongan tulang atau logam.
Itu bisa membuat punggung orang menjadi bubur).
Leon Morris (NICNT):
“... Josephus tells us that a certain Jesus, son of Ananias, was
brought before Albinus and ‘flayed to the bone with scourges’ ...
Eusebius narrates that certain martyrs at the time of Polycarp
‘were torn by scourges down to deep-seated veins and arteries,
so that the hidden contents of the recesses of their bodies, their
entrails and organs, were exposed to sight’ ... Small wonder that
men not infrequently died as a result of this torture” (=
Josephus menceritakan bahwa seorang Yesus tertentu, anak
dari Ananias, dibawa ke depan Albinus dan ‘dikuliti sampai
tulangnya dengan cambuk’ ... Eusebius menceritakan bahwa
martir-martir tertentu pada jaman Polycarp ‘dicabik-cabik
oleh cambuk sampai pada pembuluh darah dan arteri yang
ada di dalam, sehingga bagian dalam yang tersembunyi dari
tubuh mereka, isi perut dan organ-organ mereka, menjadi
terbuka dan kelihatan’ ... Tidak heran bahwa tidak jarang
orang mati sebagai akibat penyiksaan ini).

William Hendriksen:
“The Roman scourge consisted of a short wooden handle to
which several thongs were attached, the ends equipped with
pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone.
The stripes were laid especially on the victim’s back, bared and
bent. Generally two men were employed to administer this
punishment, one lashing the victim from one side, one from the
other side, with the result that the flesh was at times lacerated to
such an extent that deep-seated veins and arteries, sometimes
even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging,
from which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often
resulted in death” [= Cambuk Romawi terdiri dari gagang
kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang
ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau
kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan.
Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban,
yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang
dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang
mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi
yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu
kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga
pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-
kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi
terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh
dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37),
sering berakhir dengan kematian].

William Barclay:
“Roman scourging was a terrible torture. The victim was
stripped; his hands were tied behind him, and he was tied to a
post with his back bent double and conveniently exposed to the
lash. The lash itself was a long leather thong, studded at
intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such
scourging always preceded crucifixion and ‘it reduced the
naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding
weals’. Men died under it, and men lost their reason under it,
and few remained conscious to the end of it” [= Pencambukan
Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban
ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada
suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga
terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu
tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-
potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing.
Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan
‘pencambukan itu menjadikan tubuh telanjang itu menjadi
carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang
meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati karenanya,
dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi gila?)
karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir
pencambukan].

Saudara adalah orang berdosa dan karena itu


sebetulnya saudaralah yang seharusnya mengalami
hukuman cambuk itu. Tetapi Kristus sudah mengalami
pencambukan itu supaya saudara bebas dari hukuman
Allah, asal saudara mau percaya dan menerima Dia
sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara. Sudahkah
saudara percaya / menerima Dia?

b) Tentang penyaliban:

Pulpit Commentary:
“Nails were driven through the hands and feet, and the body
was supported partly by these and partly by a projecting pin of
wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture,
was never used” (= Paku-paku menembus tangan dan kaki,
dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini
dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang
disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering
terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).

William Barclay:
“When they reached the place of crucifixion, the cross was laid
flat on the ground. The prisoner was stretched upon it and his
hands nailed to it. The feet were not nailed, but only loosely
bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge of wood
called the saddle, to take his weight when the cross was raised
upright - otherwise the nails would have torn through the flesh
of the hands. The cross was then lifted upright and set in its
socket - and the criminal was left to die ... Sometimes prisoners
hung for as long as a week, slowly dying of hunger and thirst,
suffering sometimes to the point of actual madness” [= Ketika
mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di
atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan
tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak
dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-
kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol
sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang
itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-
paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu
ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu
dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang
hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-
lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik
dimana mereka menjadi gila].

Catatan:
Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan
saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku.
Ini ia dasarkan pada:
1. Tradisi.
2. Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas
paku pada kaki.
Yoh 20:25,27 - “(25) Maka kata murid-murid yang lain itu
kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas
berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku
pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke
dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam
lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’ ... (27)
Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di
sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan
cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak
percaya lagi, melainkan percayalah.’”.

Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya


tanganNya, tetapi juga kakiNya.
Alasan saya:

a. Penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tra-


disinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay.
Misalnya penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip
di atas.
Dan juga Barnes’ Notes, dalam tafsirannya tentang
Mat 27:32, berkata sebagai berikut:
“The feet were fastened to this upright piece, either by
nailing them with large spikes driven through the tender part,
or by being lashed by cords. To the cross-piece at the top, the
hands, being extended, were also fastened, either by spikes or
by cords, or perhaps in some cases by both. The hands and
feet of our Saviour were both fastened by spikes” (= Kaki
dilekatkan pada tiang tegak, atau dengan memakukannya
dengan paku-paku besar yang dimasukkan melalui bagian-
bagian yang lunak, atau dengan mengikatnya dengan tali.
Pada bagian salib yang ada di atas, tangan, yang
direntangkan, juga dilekatkan, atau dengan paku-paku atau
dengan tali, atau mungkin dalam beberapa kasus oleh
keduanya. Tangan dan kaki dari Tuhan kita keduanya
dilekatkan dengan paku-paku).
Juga ada penafsir yang berkata bahwa tentang pemakuan
kaki ini caranya tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua
kakinya dipaku menjadi satu, dan kadang-kadang kedua
kakinya dipaku secara terpisah.

b. Maz 22, yang adalah mazmur / nubuat tentang salib


(baca seluruh mazmur itu dan perhatikan ay 2,8-
9,16,17b,19), berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk
tangan dan kakiku’.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yoh 19:18): “The
feet, though not always nailed, but simply bound, to the
upright beam, were almost certainly so in this case (Ps.
22:16).” [= Kaki, sekalipun tidak selalu dipaku, tetapi
hanya diikat pada tiang yang vertikal, dalam kasus ini
hampir pasti dipaku (Maz 22:17)].
c. Dalam Luk 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan
dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!
Luk 24:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku
sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak
ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada
padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan
tangan dan kakiNya kepada mereka.”.

Selanjutnya Barclay mengutip Klausner sebagai berikut:


“The criminal was fastened to his cross, already a bleeding
mass from the scourging. There he hung to die of hunger and
thirst and exposure, unable even to defend himself from the
torture of the gnats and flies which settled on his naked body
and on his bleeding wounds” (= Kriminil itu dilekatkan /
dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan
darah karena pencambukan. Disana ia tergantung untuk mati
karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela
dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang
hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-
lukanya yang berdarah).

Barclay lalu mengatakan:


“It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered -
willingly - for us” (= Itu bukanlah suatu gambaran yang
bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan
sukarela - bagi kita).

Saya masih ingin menambahkan komentar dari Barnes’


Notes tentang Mat 27:35 yang makin memperjelas
penderitaan orang yang disalib. Ia berkata sebagai berikut:

“The manner of the crucifixion was as follows: - After the


criminal had carried the cross, attended with every possible jibe
and insult, to the place of execution, a hole was dug in the earth
to receive the foot of it. The cross was laid on the ground; the
persons condemned to suffer was stripped, and was extended on
it, and the soldiers fastened the hands and feet either by nails or
thongs. After they had fixed the nails deeply in the wood, they
elevated the cross with the agonizing sufferer on it; and, in
order to fix it more firmly in the earth, they let it fall violently
into the hole which they had dug to receive it. This sudden fall
must have given to the person that was nailed to it a most
violent and convulsive shock, and greatly increased his
sufferings. The crucified person was then suffered to hang,
commonly, till pain, exhaustion, thirst, and hunger ended his
life” (= Cara penyaliban adalah sebagai berikut: - Setelah
kriminil itu membawa salib, disertai dengan setiap ejekan dan
hinaan yang dimungkinkan, ke tempat penyaliban, sebuah
lubang digali di tanah untuk menerima kaki salib itu. Salib
diletakkan di tanah; orang yang diputuskan untuk menderita
itu dilepasi pakaiannya, dan direntangkan pada salib itu, dan
tentara-tentara melekatkan tangan dan kaki dengan paku atau
dengan tali. Setelah mereka memakukan paku-paku itu dalam-
dalam ke dalam kayu, mereka menaikkan / menegakkan salib
itu dengan penderita yang sangat menderita padanya; dan,
untuk menancapkannya dengan lebih teguh di dalam tanah,
mereka menjatuhkan salib itu dengan keras ke dalam lubang
yang telah digali untuk menerima salib itu. Jatuhnya salib
dengan mendadak itu pasti memberikan kepada orang yang
disalib suatu kejutan yang keras, dan meningkatkan
penderitaannya dengan hebat. Orang yang disalib itu lalu
menderita tergantung, biasanya, sampai rasa sakit, kehabisan
tenaga, kehausan, dan kelaparan mengakhiri hidupnya).

Barnes’ Notes melanjutkan:


“As it was the most ignominious punishment known, so it was
the most painful. The following circumstances make it a death
of peculiar pain: (1.) The position of the arms and the body was
unnatural, the arms being extended back and almost
immovable. The least motion gave violent pain in the hands and
feet, and in the back, which was lacerated with stripes. (2.) The
nails, being driven through the parts of the hands and feet
which abound with nerves and tendons, created the most
exquisite anguish. (3.) The exposure of so many wounds to the
air brought on a violent inflammation, which greatly increased
the poignancy of the suffering. (4.) The free circulation of the
blood was prevented. More blood was carried out in the arteries
than could be returned by the veins. The consequence was, that
there was a great increase in the veins of the head, producing
an intense pressure and violent pain. The same was true of
other parts of the body. This intense pressure in the blood
vessels was the source of inexpressible misery. (5.) The pain
gradually increased. There was no relaxation, and no rest.” [=
Itu adalah hukuman yang paling hina / memalukan yang
dikenal manusia, dan itu juga adalah hukuman yang paling
menyakitkan. Hal-hal berikut ini menyebabkan penyaliban
suatu kematian dengan rasa sakit yang khusus: (1.) Posisi
lengan dan tubuh tidak alamiah, lengan direntangkan ke
belakang dan hampir tidak bisa bergerak. Gerakan yang
paling kecil memberikan rasa sakit yang hebat pada tangan
dan kaki, dan pada punggung, yang sudah dicabik-cabik
dengan cambuk. (2.) Paku-paku, yang dimasukkan melalui
bagian-bagian tangan dan kaki yang penuh dengan syaraf dan
otot, memberikan penderitaan yang sangat hebat. (3.)
Terbukanya begitu banyak luka terhadap udara menyebabkan
peradangan yang hebat, yang sangat meningkatkan kepedihan
/ ketajaman penderitaan. (4.) Peredaran bebas dari darah
dihalangi. Lebih banyak darah dibawa keluar oleh arteri-
arteri dari pada yang bisa dikembalikan oleh pembuluh-
pembuluh darah balik. Akibatnya ialah, terjadi peningkatan
yang besar dalam pembuluh darah balik di kepala, yang
menghasilkan tekanan dan rasa sakit yang hebat. Hal yang
sama terjadi dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Tekanan
yang hebat dalam pembuluh darah adalah sumber
penderitaan yang tidak terlukiskan. (5.) Rasa sakit itu naik
secara bertahap. Tidak ada pengendoran, dan tidak ada
istirahat].

Sekali lagi saya tekankan seperti diatas. Saudara adalah


orang berdosa, dan sebetulnya saudaralah yang
mengalami penyaliban yang mengerikan ini. Tetapi
Kristus sudah mengalami penyaliban ini supaya
saudara bebas dari hukuman Allah, asal saudara mau
percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat dan
Tuhan saudara. Sudahkah saudara percaya dan
menerimaNya?

Satu hal yang harus dihindari dalam menanggapi apa


yang Kristus lakukan / alami bagi kita ialah: sekedar /
hanya merasa kasihan kepada Dia. Pada waktu Yesus
memikul salib keluar kota, terjadi peristiwa yang
diceritakan dalam Luk 23:27-32, dimana banyak
perempuan menangisi dan meratapi Dia, tetapi lalu
justru ditegur oleh Yesus.

Luk 23:27-32 - “(27) Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di


antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi
Dia. (28) Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: ‘Hai
puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku,
melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! (29)
Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah
perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah
melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. (30)
Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung:
Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit:
Timbunilah kami! (31) Sebab jikalau orang berbuat demikian
dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu
kering?’ (32) Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua
penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia.”.

Pulpit Commentary mengomentari bagian ini dengan


berkata:
“He does not want our pity. This would be a wasted and
mistaken sentiment” (= Ia tidak membutuhkan / menghendaki
belas kasihan kita. Ini adalah suatu perasaan yang sia-sia dan
salah).

Kalau saudara mempunyai perasaan kasihan kepada


Kristus, tetapi tidak percaya kepada Kristus, saudara
sudah ditipu oleh setan. Dengan adanya perasaan
kasihan itu saudara seakan-akan adalah orang yang pro
Yesus, tetapi ketidakpercayaan saudara membuktikan
bahwa saudara tetap anti Yesus! Karena itu janganlah
sekedar merasa kasihan kepada Yesus, tetapi datanglah
kepadaNya dan percayalah dan terimalah Dia sebagai
Tuhan dan Juruselamat saudara!

Karena Kristus telah menderita dalam sepanjang hidupNya,


jangan merasa heran kalau didalam mengikut Kristus saudara -
pun menderita dalam sepanjang hidup saudara. Kristus berkata:
‘seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya’
(Yoh 15:20)! Penderitaan seperti ini statusnya bukanlah hukuman
dari Allah (bdk. Ro 8:1), tetapi memikul salib / menderita bagi
Kristus (bdk. Mat 16:24). Karena Kristus sudah rela mengalami
semua penderitaan itu demi saudara, maka saudarapun harus
rela mengalami penderitaan demi Kristus!

-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 17 September 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (14)

B) Kristus menderita tubuh dan jiwa.

Seluruh manusia (tubuh dan jiwa) jatuh ke dalam dosa dan


seluruh manusia dipengaruhi secara negatif oleh dosa. Karena
itu Kristus harus mengalami penderitaan dalam tubuh dan
jiwaNya, barulah Ia bisa menebus kita secara lengkap.

Pada waktu Ia dicambuki dan disalibkan, itu jelas merupakan


penderitaan jasmani. Pada waktu Ia dihina, diludahi, nyaris
ditelanjangi di depan umum, dan terutama ditinggalkan oleh
BapaNya, itu merupakan penderitaan jiwa / rohani.

C) Penderitaan Kristus adalah unik.

1) Karena kesucianNya, Kristus mengalami penderitaan akibat


dosa di sekelilingNya dengan suatu perasaan yang tidak bisa
dialami oleh orang lain.

2) Allah menumpahkan kepada Kristus kejahatan kita sekalian


(Yes 53:6,10). Ini tidak pernah dialami oleh siapapun juga.

Yes 53:6,10 - “(6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-


masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah
menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. ... (10) Tetapi
TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan.
Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah,
ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan
kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.”.
Herman Hoeksema berkata:
“No one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered
during His entire life and especially on the cross. For, in the first
place, no one can possibly taste the wrath of God as the Sinless One.
And, in the second place, no one could possibly bear the complete
burden of the wrath of God against the sin of the world. Even in hell
everyone will suffer according to his personal sin and in his personal
position in desolation. But Christ bore the sin of all His own as the
Sinless One.” [= Karena itu, tak seorangpun, bahkan dalam neraka,
bisa menderita apa yang diderita oleh Kristus dalam sepanjang
hidupNya dan terutama di kayu salib. Karena pertama, tak
seorangpun bisa merasakan murka Allah sebagai orang yang tak
berdosa. Dan kedua, tak seorangpun bisa memikul seluruh beban
murka Allah terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap
orang akan menderita sesuai dengan dosa pribadinya dan dalam
posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi Kristus memikul dosa
dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa.] -
‘Reformed Dogmatics’, hal 401.

III) Kematian Kristus.


A) The extent of His death [= Luas kematianNya].

Kematian yang dialami oleh Kristus mencakup:

1) Kematian jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan jiwa / roh.

2) Kematian rohani: perpisahan dengan Allah.


Ini terjadi pada saat Kristus berkata: ‘ELI, ELI, LAMA
SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).

Ada beberapa pandangan tentang arti kalimat ini:

a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami


keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia
ucapkan itu hanyalah:
1. Perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-kroso-
en), atau,
2. Doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
3. Perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.

Keberatan terhadap pandangan ini:


Kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul
hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah
merupakan hukuman dosa! Bdk. Yes 59:1-2 2Tes 1:9.

Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang


panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak
kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan
pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu,
dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu,
sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan


selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari
kemuliaan kekuatanNya,”.

b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.


Alasannya: Biasanya Yesus selalu menyebut Allah dengan
sebutan ‘Bapa’, tetapi kali ini Yesus berkata ‘AllahKu’,
bukan ‘BapaKu’. Ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu
Yesus betul-betul berbicara sebagai manusia biasa kepada
AllahNya.

Keberatan terhadap pandangan ini:

1. Dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’,


padahal ini adalah kalimat pertama dan terakhir di kayu
salib.

Luk 23:34a,46a - “(34a) Yesus berkata: ‘Ya Bapa,


ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang
mereka perbuat.’ ... (46a) Lalu Yesus berseru dengan suara
nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan
nyawaKu.’”.

2. Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manu-


sia, yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri
Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan antara Allah Anak
dan manusia Yesus, ini berarti bahwa Hypostatical /
Personal Union hancur, maka yang tertinggal di atas kayu
salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak mungkin!

3. Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja,


maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai
kuasa yang tidak terbatas!
Maz 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7):
“No man can redeem the life of another, or give to God a
ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment
is ever enough” (= Tak seorang manusiapun bisa
menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada
Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa
sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa
mencukupi).
Catatan: untuk ayat ini Kitab Suci Indonesia salah
terjemahan!

Adam Clarke (tentang Mat 27:46):


“Some suppose ‘that the divinity had now departed from
Christ, and that his human nature was left unsupported to
bear the punishment due to men for their sins.’ But this is by
no means to be admitted, as it would deprive his sacrifice of
its infinite merit, and consequently leave the sin of the world
without an atonement. Take deity away from any redeeming
act of Christ, and the redemption is ruined.” (= Sebagian
orang menganggap ‘bahwa keilahian sekarang telah pergi
dari Kristus, dan bahwa hakekat manusiaNya ditinggalkan
tanpa dukungan untuk memikul hukuman yang seharusnya
bagi manusia untuk dosa-dosa mereka’. Tetapi ini sama
sekali tidak boleh diterima, karena itu akan mencabut /
menghilangkan manfaat yang tidak terbatas dari
pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari dunia
ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah keilahian dari
tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu
dihancurkan.).

Catatan: kalau saya katakan Yesus bukan mati sebagai


manusia saja, itu tidak berarti bahwa saya mengatakan
bahwa Allah bisa mati. Hakekat Ilahi tidak bisa mati! Tetapi
Yesus sebagai Pribadi (the God-man) itulah yang mati.

c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manusia.

Keberatan terhadap pandangan ini:


Terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.

Jawaban atas keberatan ini:


1. Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita
mengerti sepenuhnya.

2. Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat


lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain
ada disana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin
terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang
maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan
hubungan / persekutuan saja.

Perlu diingat bahwa kalau nanti orang berdosa masuk ke


neraka, ia bukannya berpisah secara lokal dengan Allah,
karena Allah yang mahaada itu ada dimanapun juga
termasuk di neraka. Jadi, perpisahan yang terjadi antara
orang berdosa dengan Allah di neraka, adalah rusaknya
hubungan / persekutuan antara mereka secara kekal.
Dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus pada saat
itu!

Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak


kurang panjang untuk menyelamatkan, dan
pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2)
tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu
ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia
menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak
mendengar, ialah segala dosamu.”.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman


kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan
dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

Penerapan:
Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan dengan
Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus
dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan
tidak akan pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh
Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan!
(Bdk. Yoh 14:16 Ibr 13:5).

Yoh 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan


memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya
Ia menyertai kamu selama-lamanya,”.
Ibr 13:5 - “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan
cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena
Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan
membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan
meninggalkan engkau.’”.

Bagusnya pandangan ini:

a. Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.

b. Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah


dan manusia, maka penebusannya mempunyai kuasa /
nilai yang tak terbatas!
Catatan: Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited
Atonement [= Penebusan Terbatas] dari Calvinisme,
karena dalam doktrin Limited Atonement itu, yang
dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan
Kristus, tetapi design / rancangan penebusan Kristus.

c. Hypostatical / Personal Union tetap terjaga.

d) William G. T. Shedd menggabungkan pandangan b) dan c).


Ia berkata sebagai berikut:
“The Logos at this moment did not support and comfort the
human soul and body of Jesus. This may be regarded equally as
desertion by the Father or by the Logos, because of the unity of
essence. ... God the Father deserted the human nature, and God
the Logos also deserted it” [= Pada saat ini Logos tidak
menopang dan menghibur jiwa dan tubuh manusia dari Yesus.
Ini bisa dianggap secara sama sebagai ditinggal oleh Bapa
atau ditinggal oleh Logos, karena adanya kesatuan hakekat. ...
Allah Bapa meninggalkan hakekat manusia, dan Allah Logos
juga meninggalkannya] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II,
hal 278.

Keberatan terhadap pandangan Shedd ini sama dengan


keberatan pada pandangan b) di atas, point ke 2 dan 3.

Penerapan:
Bagi orang yang tidak percaya, kematian Yesus secara jasmani
maupun rohani ini tak ada gunanya. Mereka akan mengalami
kematian jasmani dan rohani (dalam neraka).
Sedangkan orang yang percaya hanya akan mengalami kematian
jasmani, dan itupun bukan lagi sebagai hukuman dosa, tetapi
sebagai jalan masuk ke surga! Karena itulah orang kristen yang
sejati tidak perlu, bahkan tidak boleh, takut pada kematian. Sama
seperti Paulus, kitapun bisa berkata: “Bagiku hidup adalah
Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Fil 1:21).

B) The judicial character of His death [= Sifat hukum dari


kematianNya].

1) Kristus tidak boleh mati wajar atau akibat kecelakaan /


pembunuhan (bdk. Yoh 7:1,19,25-26,30,44 Yoh 8:59 Mat
12:14-15a).
Yoh 7:1,19,25-26,30,44 - “(1) Sesudah itu Yesus berjalan
keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea,
karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk
membunuhNya. ... (19) Bukankah Musa yang telah memberikan
hukum Taurat kepadamu? Namun tidak seorangpun di antara
kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Mengapa kamu
berusaha membunuh Aku?’ ... (25) Beberapa orang Yerusalem
berkata: ‘Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? (26) Dan
lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak
mengatakan apa-apa kepadaNya. Mungkinkah pemimpin kita
benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? ... (30)
Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun
yang menyentuh Dia, sebab saatNya belum tiba. ... (44) Beberapa
orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada
seorangpun yang berani menyentuhNya.”.
Yoh 8:59 - “Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia;
tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.”.
Mat 12:14-15a - “(14) Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan
bersekongkol untuk membunuh Dia. (15a) Tetapi Yesus
mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.”.

2) Kristus harus mati karena hukuman mati yang dijatuhkan oleh


pengadilan. Ia harus diperhitungkan / dianggap sebagai
pelanggar hukum dan dihukum sebagai seorang kriminil.

3) Allah mengatur sehingga Kristus diadili oleh pemerintah Roma,


dinyatakan tidak bersalah, tetapi toh dijatuhi hukuman mati
(Luk 23:4,14,15,22,24).

Luk 23:4,14,15,22,24 - “(4) Kata Pilatus kepada imam-imam


kepala dan seluruh orang banyak itu: ‘Aku tidak mendapati
kesalahan apapun pada orang ini.’ ... (14) dan berkata kepada
mereka: ‘Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai
seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa
aku telah memeriksaNya, dan dari kesalahan-kesalahan yang
kamu tuduhkan kepadaNya tidak ada yang kudapati padaNya.
(15) Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali
kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang
dilakukanNya yang setimpal dengan hukuman mati. ... (22) Kata
Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: ‘Kejahatan apa
yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu
kesalahanpun yang kudapati padaNya, yang setimpal dengan
hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu
melepaskanNya.’ ... (24) Lalu Pilatus memutuskan, supaya
tuntutan mereka dikabulkan.”.

Dengan demikian terlihat bahwa Ia mati / dihukum bukan


karena dosaNya sendiri, tetapi untuk menebus orang lain.

4) Hukuman dari Pontius Pilatus juga adalah hukuman dari Allah,


tetapi dasar / alasan / motivasinya berbeda.
Allah memberikan hukuman mati kepada Yesus, supaya
manusia berdosa bisa ditebus, tetapi Pontius Pilatus
memberikan hukuman mati kepada Yesus, karena ia takut
kepada orang-orang Yahudi.
Karena itu jangan pernah berpikir bahwa Pontius Pilatus
berjasa karena membantu terlaksananya rencana Allah
tentang penebusan dosa.

5) Hukuman mati yang dijatuhkan bukanlah pemenggalan /


perajaman dengan batu, dsb, tetapi penyaliban. Ini adalah cara
Romawi yang paling hina.
Dengan kematian semacam itu Kristus memenuhi tuntutan
hukum Taurat, dan Ia menjadi terkutuk karena kita (Ul 21:23
Gal 3:13).

Ul 21:23 - “maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-


malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan
dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk
oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan
TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’”.

Gal 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat
dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis:
‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.

Alasan lain mengapa Kristus harus mati melalui penyaliban


adalah karena Ia harus mencurahkan darahNya untuk
menebus dosa manusia (bdk. Ibr 9:22) dan untuk menggenapi
TYPE korban dosa dalam Perjanjian Lama.

Ibr 9:22 - “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum


Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada
pengampunan.”.

Kalau hanya untuk menggenapi Ul 21:23 (bdk. Gal 3:13), maka


bisa saja Kristus dihukum mati dengan hukuman gantung,
karena itu juga merupakan kematian terkutuk.
Tetapi perlu diingat bahwa hukuman gantung tidak
menyebabkan Ia mencurahkan darah, dan karenanya tidak
mungkin Kristus mati melalui hukuman gantung.

Jadi, penyaliban adalah satu-satunya cara melalui mana


Kristus harus mati, kalau Ia memang mau menebus dosa-dosa
kita.

-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 24 September 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (15)

IV) Penguburan Kristus.


A) Kematian bukanlah tahap terakhir dari perendahan Kristus. Kata-
kata ‘sudah selesai’ tak berhubungan dengan perendahan tetapi
dengan penderitaan aktif dalam memikul hukuman dosa.

B) Penguburan adalah suatu tahap perendahan.


Ini terlihat dari:

1) Kuburan merupakan tempat dimana tubuh itu hancur /


membusuk.

2) Kembalinya manusia kepada debu adalah sebagian dari


hukuman dosa (Kej 3:19).

Kej 3:19 - “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu,


sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah
engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali
menjadi debu.’”.

3) Maz 88:5-6 dan Kis 2:31 menunjukkan bahwa penguburan


merupakan perendahan.

Maz 88:5-6 - “(5) Aku telah dianggap termasuk orang-orang


yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak
berkekuatan. (6) Aku harus tinggal di antara orang-orang mati,
seperti orang-orang yang mati dibunuh, terbaring dalam kubur,
yang tidak Kauingat lagi, sebab mereka terputus dari
kuasaMu.”.
Kis 2:31 - “Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah
berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan,
bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan
bahwa dagingNya tidak mengalami kebinasaan.”.
Catatan: Bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan.
NIV: ‘see decay’ (= mengalami pembusukan).

C)Penguburan Kristus tidak hanya menunjukkan bahwa Ia betul-


betul sudah mati tetapi juga untuk menghilangkan kengerian
terhadap kuburan dalam diri orang yang percaya.
Karena itu, kalau saudara betul-betul adalah orang kristen,
saudara tidak boleh takut lagi pada kuburan. Ingat bahwa Kristus
sudah pernah masuk ke sana dan bahkan mengalahkanNya!

Catatan:
1) Calvin menggabungkan kematian dan penguburan Kristus dalam
satu tahap perendahan saja.
2) Disamping itu Calvin juga berpendapat bahwa penguburan
terhadap Kristus menunjukkan bahwa kutuk sudah mulai
disingkirkan.
Calvin (tentang Mat 27:57): “Christ should be buried, that it might
be more fully attested that he suffered real death on our account. But
yet it ought to be regarded as the principal design, that in this manner
the cursing, which he had endured for a short time, began to be
removed; for his body was not thrown into a ditch in the ordinary
way, but honourably laid in a hewn sepulchre.” [= Kristus harus
dikuburkan, supaya itu bisa membuktikan secara lebih penuh
bahwa Ia mengalami kematian yang sungguh-sungguh karena kita.
Tetapi harus dianggap sebagai tujuan utama, bahwa dengan cara
ini kutuk, yang Ia alami untuk waktu yang singkat, mulai
disingkirkan; karena tubuhNya tidak dibuang di got (?) dengan
cara biasa, tetapi dengan hormat diletakkan di suatu kuburan
galian.] - hal 330.

V) Turun ke neraka / HADES.


A) Arti SHEOL / HADES.

Kata bahasa Ibrani SHEOL / kata bahasa Yunani HADES (dalam


Kitab Suci Indonesia biasanya diterjemahkan ‘dunia orang mati’
atau ‘alam maut’) tidak selalu mempunyai arti yang sama.
1) Kadang-kadang SHEOL / HADES tidak menunjuk pada suatu
tempat tertentu, tetapi dipakai dalam arti yang abstrak untuk
menunjuk pada ‘keadaan kematian / the state of death’ atau
‘keadaan terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh’.

Misalnya: Hos 13:14 - “Akan Kubebaskankah mereka dari


kuasa dunia orang mati, akan Kutebuskah mereka dari pada
maut? Di manakah penyakit samparmu, hai maut, di manakah
tenaga pembinasamu, hai dunia orang mati? MataKu tertutup
bagi belas kasihan.”.

2) Kalau menunjuk pada tempat, maka SHEOL / HADES berarti:

a) Kuburan (Kej 37:35).


Kej 37:35 - “Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan
berusaha menghiburkan dia, tetapi ia menolak dihiburkan,
serta katanya: ‘Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun
mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati!’
Demikianlah Yusuf ditangisi oleh ayahnya.”.

b) Neraka (Maz 9:18 Maz 49:15 Amsal 15:24 Luk 16:23).

Maz 9:18 - “Orang-orang fasik akan kembali ke dunia orang


mati, ya, segala bangsa yang melupakan Allah.”.

Maz 49:15 - “(14) Inilah jalannya orang-orang yang percaya


kepada dirinya sendiri, ajal orang-orang yang gemar akan
perkataannya sendiri. Sela ... (15) Seperti domba mereka
meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh
maut; mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka
hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka.”.

Amsal 15:24 - “Jalan kehidupan orang berakal budi menuju


ke atas, supaya ia menjauhi dunia orang mati di bawah.”.

Luk 16:23 - “Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan
sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang
ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus
duduk di pangkuannya.”.

Perhatikan bahwa dalam ayat-ayat ini ada ancaman kepada


orang berdosa. Kalau dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES
diartikan sebagai ‘tempat netral’ kemana setiap orang akan
pergi setelah mati, maka ayat-ayat itu kehilangan
ancamannya! Jadi, dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES
harus diartikan sebagai ‘neraka’!

B) ‘Turun ke neraka / kerajaan Maut’ dalam 12 Pengakuan Iman


Rasuli.

12 Pengakuan Iman Rasuli

1) Aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik


langit dan bumi.
2) Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita.
3) Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara
Maria.
4) Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius
Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam
neraka / kerajaan maut.
5) Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6) Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang
mahakuasa.
7) Dan dari sana Ia akan datang, untuk menghakimi orang yang
hidup dan yang mati.
8) Aku percaya kepada Roh Kudus.
9) Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan orang kudus.
10)Pengampunan dosa.
11)Kebangkitan orang mati / daging.
12)Dan hidup yang kekal. Amin.

Hal-hal yang perlu diketahui tentang kalimat ‘turun ke dalam


neraka / kerajaan maut’ ini:

1) Kata-kata ini tidak ada dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli yang


mula-mula, dan baru muncul pada tahun 390 M.

2) Berbeda dengan bagian-bagian yang lain dari 12 Pengakuan


Iman Rasuli, kata-kata ini tidak ada dalam Kitab Suci dan tidak
didasarkan pada suatu pernyataan yang explicit / jelas dalam
Kitab Suci.

3) Ayat-ayat Kitab Suci yang sering dipakai (secara salah)


sebagai dasar dari doktrin ini:

a) Ef 4:9 - “Bukankah ‘Ia telah naik’ berarti, bahwa Ia juga


telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?”.

‘Bagian bumi yang paling bawah’ sering diartikan sebagai


HADES. Tetapi penafsiran ini sangat meragukan karena
dalam Ef 4:9 ini Paulus hanya berargumentasi bahwa Kris-
tus bisa naik karena Ia telah turun.
Bdk. Yoh 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke
sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu
Anak Manusia.”.

Jadi ‘bagian bumi yang paling bawah’ harus diartikan


sebagai ‘bumi’ (seperti dalam Maz 139:15).

Maz 139:15 - “Tulang-tulangku tidak terlindung bagiMu,


ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku
direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;”.
Catatan: kata ‘direkam’ diterjemahkan ‘curiously wrought’ [=
dibuat secara aneh / mengherankan] oleh KJV.

Dengan demikian Ef 4:9 berarti: ‘Kristus bisa naik ke surga


karena Ia sudah berinkarnasi’. Karena itu Ef 4:9 ini
sebetulnya tidak berbicara tentang turunnya Kristus ke
HADES / neraka.

b) 1Pet 3:18-20 - “(18) Sebab juga Kristus telah mati sekali


untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang
tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang
telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi
yang telah dibangkitkan menurut Roh, (19) dan di dalam Roh
itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di
dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu
pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap
menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan
bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang
diselamatkan oleh air bah itu.”.

Bagian ini sering dianggap sebagai bagian yang


menunjukkan bahwa Kristus memang turun ke HADES dan
bagian ini juga dianggap memberi penjelasan tentang tujuan
Kristus pergi ke HADES, yaitu memberitakan Injil kepada
orang-orang yang sudah mati. Tetapi tafsiran seperti ini
bertentangan dengan Maz 88:12 yang jelas menunjukkan
bahwa tidak ada pemberitaan Injil dalam dunia orang mati!
Maz 88:12 - “Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur,
dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan?”.

Disamping itu, ‘Roh’ (ay 19) = ‘Roh’ (ay 18). Dan kata-kata
‘menurut Roh’ (ay 18) seharusnya adalah ‘oleh Roh / by the
Spirit’, dan jelas menunjuk kepada Roh Kudus.

Penafsiran Reformed yang umum tentang ayat ini adalah:


dalam Roh / oleh Roh, Kristus berkhotbah (memberitakan
Injil) melalui Nuh kepada orang-orang yang tidak taat yang
hidup sebelum air bah. Orang-orang ini masih hidup pada
saat diinjili, tetapi disebut ‘roh-roh yang ada dalam penjara’
karena pada waktu Petrus menulis suratnya mereka sudah
mati (Louis Berkhof).

Herman Hoeksema, seorang ahli theologia Reformed,


mempunyai pandangan / penafsiran yang lain tentang
1Pet 3:18-20 ini. Ia berpendapat bahwa arti ayat ini adalah:

1. Kristus memang pergi kepada roh-roh yang ada dalam


penjara (atau kepada roh-roh orang jahat yang menunggu
penghakiman), tetapi:
a. Ia tidak pergi secara pribadi, tetapi melalui Roh Kudus.
b. Ia pergi bukan antara kematian dan kebangkitanNya,
tetapi setelah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga.

2. Kristus memang memberitakan Injil kepada roh-roh yang


ada dalam penjara itu, tetapi ini bukanlah pemberitaan
Injil yang memungkinkan suatu pertobatan. Ini hanya
merupakan pengumuman / proklamasi tentang
kemenangan yang telah Ia dapatkan.

Yang manapun arti yang benar, tetap tidak menunjukkan


bahwa 1Pet 3:18-20 ini berhubungan dengan kata-kata
‘turun ke neraka’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.

c) Maz 16:10 - “sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia


orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat
kebinasaan.”.
Kata-kata yang saya garis-bawahi salah terjemahan.
NIV: ‘see decay’ (= mengalami pembusukan).
Ini diartikan: ‘Roh / jiwa Kristus ada di neraka / HADES
sebelum kebangkitanNya’. Tetapi ini jelas merupakan
penafsiran yang salah, karena apa yang diajarkan oleh ayat
ini hanyalah bahwa ‘Kristus tidak dibiarkan dalam kuasa
maut’ (bdk. Kis 2:30-31 dan Kis 13:34-35 dimana Maz 16:10
ini dikutip untuk membuktikan kebangkitan Kristus).

Kis 2:30-31 - “(30) Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu,


bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat
sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari
keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. (31) Karena itu ia
telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang
kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak
ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa
dagingNya tidak mengalami kebinasaan.”.
NIV: ‘see decay’ (= mengalami pembusukan).

Kis 13:34-35 - “(34) Allah telah membangkitkan Dia dari


antara orang mati dan Ia tidak akan diserahkan kembali
kepada kebinasaan. Hal itu dinyatakan oleh Tuhan dalam
firman ini: Aku akan menggenapi kepadamu janji-janji yang
kudus yang dapat dipercayai, yang telah Kuberikan kepada
Daud. (35) Sebab itu Ia mengatakan dalam mazmur yang lain:
Engkau tidak akan membiarkan Orang KudusMu melihat
kebinasaan.”.
NIV: ‘see decay’ (= mengalami pembusukan).

Jadi lagi-lagi terlihat bahwa ayat inipun tidak ada


hubungannya dengan turunnya Kristus ke HADES / neraka.

4) Macam-macam penafsiran tentang ‘turun ke HADES’:

a) Berdasarkan arti dari kata HADES di atas, dimana HADES


bisa menunjuk pada keadaan kematian atau kuburan, maka
ada orang yang beranggapan bahwa ‘turun ke HADES’
berarti ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke
kuburan’.

Keberatan terhadap penafsiran ini:


Penafsiran ini tak cocok dengan kontext dari 12 Pengakuan
Iman Rasuli. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli itu sudah
dikatakan bahwa Kristus ‘menderita di bawah pemerintahan
Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan’. Kalau
kalimat selanjutnya yaitu ‘turun ke neraka’ diartikan ‘turun ke
dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’, maka ini
merupakan suatu pengulangan yang tidak perlu. Lebih dari
itu, kalimat yang tadinya sudah jelas, sekarang diulangi
secara kabur / tidak jelas.

b) Ada juga yang beranggapan bahwa Kristus benar-benar


turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka untuk
menebus dosa kita.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

1. Antara kematian dan kebangkitanNya, tubuh Kristus ada


dalam kuburan dan roh / jiwaNya ada di surga (Luk
23:43,46). Karena itu, baik tubuh maupun jiwa / roh dari
manusia Yesus Kristus tidak mungkin turun ke neraka
untuk mengalami siksaan neraka tersebut.

2. Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata ‘Sudah


selesai’ (Yoh 19:30). Ini menunjukkan bahwa
penderitaanNya untuk menanggung hukuman dosa umat
manusia sudah selesai, sehingga tidak ada lagi
penderitaan yang harus Ia alami untuk menebus dosa
kita.

c) Roma Katolik.
Sesudah mati, Kristus pergi ke LIMBUS PATRUM (= tempat
penantian dimana orang-orang suci jaman Perjanjian Lama
menantikan kebangkitan Kristus), menyampaikan Injil
kepada mereka dan lalu membawa mereka ke surga.

Dasar Kitab Suci yang dipakai adalah:


Maz 107:16 - “sebab dipecahkanNya pintu-pintu tembaga,
dan dihancurkanNya palang-palang pintu besi.”.
Zakh 9:11 - “Mengenai engkau, oleh karena darah
perjanjianKu dengan engkau, Aku akan melepaskan orang-
orang tahananmu dari lobang yang tidak berair.”.

Keberatan terhadap ajaran ini:

1. Ayat-ayat itu ditafsirkan out of context (= keluar dari


kontexnya). Bacalah seluruh kontex dari ayat-ayat itu dan
saudara akan melihat bahwa baik Maz 107:16 maupun
Zakh 9:11 menunjuk pada pembebasan / pertolongan
yang Allah lakukan terhadap orang yang tadinya
mengalami penderitaan sebagai hukuman dosa mereka.

Maz 107:10-16 - “(10) Ada orang-orang yang duduk di


dalam gelap dan kelam, terkurung dalam sengsara dan besi.
(11) Karena mereka memberontak terhadap perintah-
perintah Allah, dan menista nasihat Yang Mahatinggi, (12)
maka ditundukkanNya hati mereka ke dalam kesusahan,
mereka tergelincir, dan tidak ada yang menolong. (13)
Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam
kesesakan mereka, dan diselamatkanNyalah mereka dari
kecemasan mereka, (14) dibawaNya mereka keluar dari
dalam gelap dan kelam, dan diputuskanNya belenggu-
belenggu mereka. (15) Biarlah mereka bersyukur kepada
TUHAN karena kasih setiaNya, karena perbuatan-
perbuatanNya yang ajaib terhadap anak-anak manusia,
(16) sebab dipecahkanNya pintu-pintu tembaga, dan
dihancurkanNya palang-palang pintu besi.”.

Zak 9:9-13 - “(9) Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai


puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat,
rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah
lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai
beban yang muda. (10) Ia akan melenyapkan kereta-kereta
dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang
akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai
kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan
terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat
sampai ke ujung-ujung bumi. (11) Mengenai engkau, oleh
karena darah perjanjianKu dengan engkau, Aku akan
melepaskan orang-orang tahananmu dari lobang yang tidak
berair. (12) Kembalilah ke kota bentengmu, hai orang
tahanan yang penuh harapan! Pada hari ini juga Aku
memberitahukan: Aku akan memberi ganti kepadamu dua
kali lipat! (13) Sebab Aku melentur Yehuda bagiKu, busur
Kuisi dengan Efraim, dan Aku mengayunkan anak-anakmu,
hai Sion, terhadap anak-anakmu, hai Yunani, dan Aku akan
memakai engkau seperti pedang seorang pahlawan.”.

Kalau kita melihat kontext dari kedua ayat tersebut, jelas


sekali bahwa kedua ayat itu tidak berbicara tentang
orang-orang yang sudah mati, tetapi tentang orang-orang
yang masih hidup!

Jadi, ayat-ayat ini sama sekali tak ada hubungannya


dengan Kristus turun ke neraka / Hades / Limbus Patrum.

2. Orang suci jaman Perjanjian Lama itu adalah orang


percaya; lalu mengapa / untuk apa mesti diinjili lagi?

3. Pandangan ini bertentangan dengan 2Raja 2:11 yang


menyatakan bahwa Elia naik ke surga, bukan pergi ke
LIMBUS PATRUM.

2Raja 2:11 - “Sedang mereka berjalan terus sambil


berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan
kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke
sorga dalam angin badai.”.

4. Apa perlunya Kristus pergi ke sana? Kalau hanya untuk


membebaskan mereka, Kristus tidak perlu pergi ke sana.

d) Lutheran.
‘Turun ke HADES’ merupakan tahap pertama dari
pemuliaan Kristus. Kristus turun ke HADES untuk
menyelesaikan kemenanganNya atas setan dan untuk
menyampaikan hukuman mereka.

Keberatan terhadap ajaran ini:


1. Tidak ada dasar Kitab Sucinya.
2. Pemuliaan Kristus baru dimulai pada saat Kristus bangkit.
3. Agak sukar membayangkan bahwa kata ‘turun’ bisa
menunjuk pada ‘pemuliaan Kristus’.

e) The church of England.


Tubuh Kristus ada di kuburan, tetapi roh / jiwaNya pergi ke
HADES, atau, lebih khusus lagi, ke Firdaus, tempat
penantian dari roh orang-orang benar dan memberi
penjelasan tentang kebenaran.

Keberatan terhadap ajaran ini:


1. Tak ada dasar Kitab Sucinya.
2. Orang benar yang sudah mati tak perlu diajar lagi.
3. Firdaus bukanlah tempat penantian orang benar, tetapi
Firdaus jelas adalah surga. Hal ini bisa terlihat dari:
a. Membandingkan Luk 23:43 dengan Luk 23:46.
Luk 23:43,46 - “(43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau
akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam
Firdaus.’ ... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara
nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan
nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia
menyerahkan nyawaNya.”.

b. Membandingkan 2Kor 12:2 dengan 2Kor 12:4.


2Kor 12:2,4 - “(2) Aku tahu tentang seorang Kristen;
empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh,
aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah
yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke
tingkat yang ketiga dari sorga. ... (4) ia tiba-tiba diangkat
ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak
terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.

c. Membandingkan Wah 2:7 dengan Wah 22:2,14,19.


Wah 2:7 - “Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-
jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan
dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus
Allah.’”.
Wah 22:2,14,19 - “(2) Di tengah-tengah jalan kota itu,
yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-
pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap
bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk
menyembuhkan bangsa-bangsa. ... (14) Berbahagialah
mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan
memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan
masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu. ...
(19) Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari
perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah
akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan
dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab
ini.’”.

Wah 21-22 jelas bicara tentang surga. Dan Wah


22:2,14,19 menunjukkan bahwa pohon kehidupan ada
di surga, tetapi Wah 2:7 mengatakan bahwa pohon
kehidupan ada di Firdaus. Ini lagi-lagi mengharuskan
kita untuk menafsirkan bahwa Firdaus adalah surga.

f) Calvin.
‘Turun ke neraka’ menunjukkan penderitaan rohani yang
dialami oleh Kristus. Calvin berkata bahwa 12 Pengakuan
Iman Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus
yang terlihat oleh manusia (yaitu menderita, disalibkan,
mati, dikuburkan), dan setelah itu 12 Pengakuan Iman
Rasuli itu melanjutkan dengan menunjukkan penderitaan
Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia. Ini
terjadi pada saat Ia berteriak: ‘ELI, ELI, LAMA
SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).
Dengan demikian jelas bahwa Calvin tidak mempercayai
bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus betul-
betul turun ke neraka atau HADES atau tempat manapun.
Antara kematian dan kebangkitanNya, roh / jiwa dari
manusia Yesus pergi ke surga (sesuai dengan kata-kataNya
dalam Luk 23:43,46), sedangkan tubuh manusia Yesus ada
di kuburan.

g) Ada juga orang Reformed yang menganggap bahwa ‘turun


ke neraka / Kerajaan Maut’ berarti bahwa Yesus ada dalam
kuasa maut sampai hari yang ke 3.

‘Westminster Confession of Faith’, chapter VIII, 4 berbunyi


sebagai berikut: “... was crucified, and died, was buried, and
remained under the power of death, yet saw no corruption. On
the third day He arose from the dead ...” (= ... disalibkan, dan
mati, dan dikuburkan, dan tetap ada di bawah kuasa
kematian, tetapi tidak menjadi rusak / busuk. Pada hari ketiga
Ia bangkit dari antara orang mati ...).

Sama seperti penafsiran Calvin, pandangan yang inipun


tidak mempercayai bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka
/ HADES.

Catatan:
Ada keberatan terhadap ajaran yang mengatakan bahwa
antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak turun
kemana-mana tetapi naik ke surga, karena setelah
kebangkitanNya, dalam Yoh 20:17 Yesus berkata kepada
Maria: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum
pergi kepada Bapa”.
Yoh 20:17 - “Kata Yesus kepadanya: Janganlah engkau
memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi
pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada
mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan
Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.’”.

Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian


dan kebangkitanNya, Yesus tidak pergi ke surga.

Jawaban terhadap keberatan ini:

a) Yoh 20:17 ini tidak boleh ditafsirkan bertentangan dengan


Luk 23:43,46 yang jelas menunjukkan bahwa antara
kematian dan kebangkitanNya, Yesus naik ke surga.

b) Adalah sesuatu yang tidak masuk akal kalau Yesus


melarang Maria memegang (dalam arti ‘menyentuh’) Dia,
karena dalam Mat 28:9 dan Yoh 20:27 Ia mengijinkan
diriNya untuk dipegang.

Mat 28:9 - “Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan


berkata: ‘Salam bagimu.’ Mereka mendekatiNya dan memeluk
kakiNya serta menyembahNya.”.

Yoh 20:27 - “Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah


jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu
dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak
percaya lagi, melainkan percayalah.’”.

Karena itu, kata ‘memegang’ dalam Yoh 20:17 seharusnya


diartikan ‘memegang erat-erat / menahan / nggandoli’.
Bandingkan dengan terjemahan NASB yang mengatakan
‘Stop clinging to Me’ (= Berhentilah berpegang teguh
kepadaKu), dan juga terjemahan NIV yang mengatakan ‘Do
not hold on to Me’ (= Jangan berpegang erat-erat
kepadaKu).

c) Selanjutnya, kata-kata ‘Aku belum pergi kepada Bapa’


dalam Yoh 20:17a itu, tidak menunjuk ke masa lampau pada
saat antara kematian dan kebangkitan Yesus, tetapi
menunjuk ke masa depan pada hari kenaikanNya ke surga.
Ini terlihat dengan jelas karena dalam Yoh 20:17b yang
berbunyi ‘sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan
Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu’, kata ‘pergi’ ini jelas
menunjuk pada kenaikanNya ke surga.

Jadi kesimpulannya, arti dari Yoh 20:17 adalah: jangan


nggandoli / menahan Aku, karena Aku harus pergi kepada
Bapa / naik ke surga. Rupa-rupanya Yesus tahu akan isi hati
Maria yang begitu mencintai Dia, sehingga ingin menahan Dia
terus menerus dan tidak mau berpisah lagi dengan Yesus.
Karena itulah Ia lalu mengucapkan Yoh 20:17 ini.
Dengan demikian jelaslah bahwa Yoh 20:17 ini tidak bisa
dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian dan
kebangkitanNya Yesus tidak naik ke surga.

-o0o-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 1 Oktober 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (16)

PELAJARAN V

THE EXALTATION OF CHRIST


(PEMULIAAN KRISTUS)
Ada 4 tahap pemuliaan Kristus:

I) Kebangkitan.
A) Hal-hal yang terjadi pada saat kebangkitan.

1) Tubuh dan jiwa Kristus bersatu kembali dan Kristus hidup


kembali.
Tetapi bukan hanya itu yang terjadi, karena kalau hanya itu
yang terjadi, maka dalam Kis 26:23 1Kor 15:20,23 Kol 1:18
Wah 1:5 Yesus tidak bisa dikatakan sebagai yang sulung /
yang pertama bangkit dari antara orang mati, karena ada
banyak orang yang pernah dibangkitkan sebelum kebangkitan
Kristus, yaitu:
a) Anak janda di Sarfat yang dibangkitkan oleh Elia
(1Raja 17:17-24).
b) Anak perempuan Sunem yang dibangkitkan oleh Elisa
(2Raja 4:18-37).
c) Mayat yang terkena tulang Elisa (2Raja 13:21).
d) Anak Yairus yang dibangkitkan oleh Yesus (Mark 5:21-43).
e) Anak janda di Nain yang dibangkitkan oleh Yesus (Luk 7:11-
17).
f) Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus (Yoh 11:1-44).
g) Mayat-mayat orang kudus yang bangkit pada waktu Yesus
mati (Mat 27:52-53).

Kis 26:23 - “yaitu, bahwa Mesias harus menderita sengsara dan


bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara
orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada
bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain.’”.

1Kor 15:20,23 - “(20) Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus


telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung
dari orang-orang yang telah meninggal. ... (23) Tetapi tiap-tiap
orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah
itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu
kedatanganNya.”.

Kol 1:18 - “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung,
yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang
lebih utama dalam segala sesuatu.”.

Wah 1:5 - “dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang
pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas
raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah
melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya -”.

2) Terjadi perubahan pada tubuh Kristus dimana Ia diangkat ke


suatu posisi yang lebih tinggi. Dengan demikian ada
perbedaan kwalitet antara tubuh Yesus sebelum dan sesudah
kebangkitan.
Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

a) Luk 24:16 Yoh 20:14,15 Yoh 21:4 menunjukkan bahwa


setelah kebangkitanNya Yesus sering tidak dikenali.

Luk 24:16 - “Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata


mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.”.

Yoh 20:14,15 - “(14) Sesudah berkata demikian ia menoleh ke


belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu,
bahwa itu adalah Yesus. (15) Kata Yesus kepadanya: ‘Ibu,
mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?’
Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu
berkata kepadaNya: ‘Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia,
katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya
aku dapat mengambilNya.’”.

Yoh 21:4 - “Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai;


akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah
Yesus.”.

b) Mark 16:12 mengatakan bahwa setelah kebangkitanNya,


Yesus menampakkan diri ‘dalam rupa yang lain’.

Mark 16:12 - “Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa


yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya
dalam perjalanan ke luar kota.”.

Catatan: perlu diingat bahwa Mark 16:9-20 termasuk bagian


Kitab Suci yang diperdebatkan keasliannya.

c) Luk 24:31,36 dan Yoh 20:19,26 menunjukkan bahwa setelah


kebangkitanNya Yesus bisa muncul dan lenyap dengan tiba-
tiba.

Luk 24:31,36 - “(31) Ketika itu terbukalah mata mereka dan


merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah
mereka. ... (36) Dan sementara mereka bercakap-cakap
tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah
mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi
kamu!’”.

Yoh 20:19,26 - “(19) Ketika hari sudah malam pada hari


pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di
suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka
takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah
Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata:
‘Damai sejahtera bagi kamu!’ ... (26) Delapan hari kemudian
murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan
Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu
terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka
dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.

d) 1Kor 15:35-44 menunjukkan perbedaan kwalitet antara


tubuh sekarang dan tubuh kemuliaan.

1Kor 15:35-44 - “(35) Tetapi mungkin ada orang yang


bertanya: ‘Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan
dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?’ (36) Hai
orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan
tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. (37) Dan yang
engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan
tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji
gandum atau biji lain. (38) Tetapi Allah memberikan
kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendakiNya: Ia
memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri. (39)
Bukan semua daging sama: daging manusia lain dari pada
daging binatang, lain dari pada daging burung, lain dari pada
daging ikan. (40) Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi,
tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan
tubuh duniawi. (41) Kemuliaan matahari lain dari pada
kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada
kemuliaan bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu
berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain. (42)
Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati.
Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam
ketidakbinasaan. (43) Ditaburkan dalam kehinaan,
dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan,
dibangkitkan dalam kekuatan. (44) Yang ditaburkan adalah
tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah.
Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah.”.

e) Fil 3:21 menunjukkan bahwa Yesus mempunyai ‘tubuh yang


mulia’.
Fil 3:21 - “yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini,
sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia, menurut
kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada
diriNya.”.

Semua orang lain yang bangkit sebelum Kristus bangkit, hanya


mengalami penyatuan kembali tubuh dengan jiwanya, tetapi
tidak mengalami perubahan tubuh menjadi tubuh kebangkitan.
Karena itu, Kristus bisa disebut ‘yang sulung’ / ‘yang pertama’
bangkit dari antara orang mati.

B) Arti kebangkitan Kristus.

1) Musuh (Iblis dan maut) sudah dikalahkan (Kej 3:15 1Kor


15:57).
Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau
dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya;
keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan
meremukkan tumitnya.’”.

1Kor 15:57 - “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah


memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan
kita.”.
Catatan: baca kontext dari ayat ini.

a) Baik Iblis maupun maut sebetulnya sudah dikalahkan pada


waktu Yesus bangkit dari antara orang mati. Tetapi sekarang
Iblis dan maut masih diberi kesempatan untuk menakut-
nakuti / menggoda manusia. Pada kedatangan Kristus yang
kedua, barulah maut dihancurkan selama-lamanya (1Kor
15:53-55 Wah 21:4) dan Iblis dibuang ke dalam neraka
(2Tes 2:8 Wah 20:10), sehingga tidak lagi bisa menggoda
kita. Ini adalah sesuatu yang sudah pasti akan terjadi, dan
hal ini bahkan diketahui dan diakui oleh setan sendiri
(Mat 8:29).

1Kor 15:53-55 - “(53) Karena yang dapat binasa ini harus


mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini
harus mengenakan yang tidak dapat mati. (54) Dan sesudah
yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa
dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati,
maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: ‘Maut telah
ditelan dalam kemenangan. (55) Hai maut di manakah
kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?’”.

Wah 21:4 - “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari


mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada
lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab
segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.’”.

2Tes 2:8 - “pada waktu itulah si pendurhaka baru akan


menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya
dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia
datang kembali.”.

Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka,


dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat
binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam
sampai selama-lamanya.”.

Mat 8:29 - “Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa


urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke
mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’”.

b) Karena itu orang kristen tidak boleh takut kepada setan


maupun kepada kematian. Bagi orang kristen kematian
bukan lagi hukuman dosa, tetapi merupakan pintu gerbang
menuju surga.

2) Hutang dosa telah dibayar lunas dan pembayarannya telah


diterima oleh Allah.

a) Yesus membayar hutang dosa kepada Allah, bukan kepada


setan!
Ini perlu ditekankan karena adanya ajaran yang mengatakan
bahwa pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa, manusia
menjadi milik setan. Karena itu Yesus mati untuk membayar
kepada setan supaya bisa mendapatkan manusia kembali.
Ini adalah ajaran yang salah / sesat, karena pada waktu
manusia berbuat dosa, manusia berbuat dosa kepada Allah,
bukan kepada setan. Karena itu pembayaran hutang dosa
jelas harus ditujukan kepada Allah. Setan sama sekali tidak
berhak menerima pembayaran hutang dosa itu!

b) Kalau pembayaran itu tidak diterima oleh Allah, atau kalau


hutang dosa itu belum lunas, maka Yesus harus tetap ada di
dalam kematian yang merupakan upah dosa (Ro 6:23).
Bahwa Ia bisa bangkit, menunjukkan bahwa pembayaran
hutang itu telah diterima oleh Allah, dan hutang dosa
manusia (elect / orang pilihan) sudah betul-betul lunas.
Karena itu, fakta bahwa Yesus sudah bangkit dari antara
orang mati menjamin keselamatan kita!

3) Menunjukkan apa yang akan dialami oleh orang-orang yang


percaya kepada Kristus. Kebangkitan Kristus merupakan pola
yang akan diikuti oleh orang yang percaya kepadaNya
(Ro 6:4,5,8 1Kor 6:14 1Kor 15:20-23 2Kor 4:14 Fil 3:21 Kol
2:12).

Ro 6:4,5,8 - “(4) Dengan demikian kita telah dikuburkan


bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian,
supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup
dalam hidup yang baru. (5) Sebab jika kita telah menjadi satu
dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan
menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya. ...
(8) Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa
kita akan hidup juga dengan Dia.”.

1Kor 6:14 - “Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan


membangkitkan kita juga oleh kuasaNya.”.

1Kor 15:20-23 - “(20) Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus


telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung
dari orang-orang yang telah meninggal. (21) Sebab sama seperti
maut datang karena satu orang manusia, demikian juga
kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22)
Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan
dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan
kembali dalam persekutuan dengan Kristus. (23) Tetapi tiap-tiap
orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah
itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu
kedatanganNya.”.

2Kor 4:14 - “Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah


membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga
bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami
bersama-sama dengan kamu kepada diriNya.”.

Fil 3:21 - “yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini,
sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia, menurut
kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada
diriNya.”.

Kol 2:12 - “karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam


baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh
kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah
membangkitkan Dia dari orang mati.”.

4) Menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Ro 1:4).

Ro 1:4 - “dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh


kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak
Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.”.
C)Yang membangkitkan Kristus.

1) Allah Bapa (Gal 1:1).


Gal 1:1 - “Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia,
juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus
dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara
orang mati,”.

2) Kristus sendiri (Yoh 2:19-21 Yoh 10:18 Yoh 11:25).

Yoh 2:19-21 - “(19) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait


Allah ini, dan dalam tiga hari AKU AKAN mendirikannya
kembali.’ (20) Lalu kata orang Yahudi kepadaNya: ‘Empat puluh
enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat
membangunnya dalam tiga hari?’ (21) Tetapi yang
dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri.”.

Perhatikan kata-kata ‘AKU AKAN’ yang saya cetak dengan


huruf besar itu!

Yoh 10:18 - “Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu,


melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri.
Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya
kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.’”.

Yoh 11:25 - “Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup;


barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia
sudah mati,”.

Ayat-ayat tertentu mengatakan ‘Kristus bangkit’ menggunakan


kata kerja aktif.

Ro 14:9 - “Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup


kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati,
maupun atas orang-orang hidup.”.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘hidup kembali’ adalah
EZESEN (yang berasal dari kata Yunani ZAO), suatu kata
kerja aktif!

Kis 10:41 - “bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-


saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada
kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia,
setelah Ia bangkit dari antara orang mati.”.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘bangkit’ berasal dari kata
Yunani ANASTENAI, yang lagi-lagi merupakan kata kerja aktif.

1Tes 4:14 - “Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah


mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka
yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah
bersama-sama dengan Dia.”.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘bangkit’ adalah ANESTE,
lagi-lagi merupakan kata kerja aktif.

3) Roh Kudus (Ro 8:11).


Ro 8:11 - “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus
dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang
telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan
menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang
diam di dalam kamu.”.

John Murray (tentang Ro 8:11): “He that ‘raised up Jesus from


the dead’ is without question the Father” [= Ia yang
‘membangkitkan Yesus dari antara orang mati’ tak diragukan
adalah sang Bapa] - ‘The Epistle to the Romans’ (NICNT).
Catatan: kata ‘Roh’ memang tidak mungkin merupakan
subyek dari kata ‘membangkitkan’ karena kata ‘Roh’ berjenis
kelamin netral (neuter), sedangkan kata ‘membangkitkan’
berjenis kelamin laki-laki (masculine).

John Murray (tentang Ro 8:11): “The text followed by the version


expressly indicates that the Holy Spirit will be active in the
resurrection - ‘through his Spirit that dwelleth in you’. Though the
Father is the specific agent in the resurrection of believers as in
that of Christ, this does not exclude the agency of the Holy Spirit.
The persons of the Godhead are co-active in the acts of redemption
and will be also in the consummating act. If we follow this textual
variant, there is the further implication that the Holy Spirit was
also active in the resurrection of Christ from the dead. The
Father’s raising up of Christ is represented in this text as the
guarantee that believers will be raised up, too. There is also the
suggestion that the pattern provided by the resurrection of Christ is
followed in the resurrection of believers (cf. Eph. 1:17ff.). Hence if
the Holy Spirit is active in the resurrection of believers, it would
follow that he was also active in the resurrection of Christ. For the
latter supplies the basis and the pattern for the former.” [= Text
yang diikuti oleh versi ini secara explicit menunjukkan bahwa
Roh Kudus akan aktif dalam kebangkitan - ‘melalui RohNya
yang tinggal / diam di dalam kamu’. Sekalipun Bapa adalah agen
spesifik dalam kebangkitan orang-orang percaya seperti dalam
kebangkitan Kristus, ini tidak mengeluarkan keagenan dari Roh
Kudus. Pribadi-pribadi dari Allah bersama-sama aktif dalam
tindakan-tindakan penebusan dan juga demikian dalam tindakan
yang menyelesaikan / terakhir. Jika kita mengikuti perbedaan
text ini, di sana ada petunjuk implicit yang lebih jauh bahwa Roh
Kudus juga aktif dalam kebangkitan Kristus dari orang mati.
Pembangkitan Kristus oleh Bapa digambarkan dalam text ini
sebagai jaminan bahwa orang-orang percaya akan dibangkitkan
juga. Disana juga ada suatu petunjuk bahwa pola yang
disediakan oleh kebangkitan Kristus diikuti dalam kebangkitan
orang-orang percaya (bdk. Ef 1:17-dst). Jadi, jika Roh Kudus
aktif dalam kebangkitan orang-orang percaya, akibatnya Ia juga
aktif dalam kebangkitan Kristus. Karena yang belakangan
menyuplai dasar dan pola dari yang lebih dulu.] - ‘The Epistle to
the Romans’ (NICNT).

Kesimpulan: kebangkitan Kristus adalah pekerjaan dari Allah


Tritunggal.

D)Penyangkalan terhadap kebangkitan Yesus.

1) Yesus sebetulnya tidak bangkit, tetapi mayatNya dicuri oleh


murid-muridNya (Mat 28:11-15).

Mat 28:11-15 - “(11) Ketika mereka di tengah jalan, datanglah


beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan
segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. (12) Dan
sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil
keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada
serdadu-serdadu itu (13) dan berkata: ‘Kamu harus
mengatakan, bahwa murid-muridNya datang malam-malam dan
mencuriNya ketika kamu sedang tidur. (14) Dan apabila hal ini
kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia,
sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.’ (15) Mereka
menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada
mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai
sekarang ini.”.

Pandangan ini tidak masuk akal, sebab:


a) Adanya batu besar yang menutup kubur, meterai, dan
penjagaan yang ketat (Mat 27:62-66).

Mat 27:62-66 - “(62) Keesokan harinya, yaitu sesudah hari


persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang
Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, (63) dan mereka
berkata: ‘Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu
hidupNya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. (64)
Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai
hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-muridNya mungkin
datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia
telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan
yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang
pertama.’ (65) Kata Pilatus kepada mereka: ‘Ini penjaga-
penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya.’
(66) Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-
penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.”.

Perlu diingat bahwa pada jaman itu penjaga yang lalai


dalam tugasnya menghadapi hukuman mati (bdk. Kis 12:19
Kis 16:27).

Kis 12:19 - “Herodes menyuruh mencari Petrus, tetapi ia


tidak ditemukan. Lalu Herodes menyuruh memeriksa
pengawal-pengawal itu dan membunuh mereka. Kemudian ia
berangkat dari Yudea ke Kaisarea dan tinggal di situ.”.

Kis 16:27 - “Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya


dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus
pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka,
bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri.”.

Karena itu tidak mungkin para penjaga kubur Yesus itu lalai
dalam menjaga kubur sehingga mayat Yesus bisa dicuri.

b) Kain kapan tetap ada dalam kuburan (Yoh 20:5-7).

Yoh 20:5-7 - “(5) Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain


kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam.
(6) Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan
masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di
tanah, (7) sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus
tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di
tempat yang lain dan sudah tergulung.”.

Kalau murid-murid mencuri mayat Tuhan Yesus, pasti


mereka tidak akan berlama-lama di dalam kubur. Mereka
pasti tidak akan membuka kain kapan itu di dalam kuburan,
tetapi akan membawa mayat Yesus beserta kain kapannya.

c) Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.

d) Murid-murid mati syahid untuk Yesus.


Kalau murid-murid mencuri mayat Yesus, mereka pasti tahu
bahwa Yesus adalah seorang pendusta, dan tidak mungkin
mereka mau mati untuk seorang pendusta.

e) Kalau memang ada pencuri yang mencuri mayat Yesus


pada waktu penjaga-penjaga sedang tertidur, dari mana
para penjaga itu tahu bahwa yang mencuri adalah murid-
murid Yesus? Dan kalaupun dari penyelidikan mereka
akhirnya bisa tahu hal itu, mengapa mereka tidak berusaha
menangkap murid-murid Yesus untuk mendapatkan mayat
Yesus kembali?

2) Yesus tidak bangkit, tapi mayatNya dicuri oleh tentara


Romawi / para pemimpin agama.

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

a) Pada saat murid-murid mengatakan bahwa Yesus sudah


bangkit, pencuri mayat itu dengan mudah bisa menunjukkan
mayat Yesus, dan membuktikan bahwa Yesus tidak bangkit.
Tetapi ternyata hal ini tidak pernah mereka lakukan.

b) Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.

3) Yesus tidak bangkit, tetapi sadar dari pingsanNya.

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

a) Yesus mengalami luka-luka berat, baik karena


pencambukan, penyaliban, maupun penusukan tombak.

b) Yesus ada dalam kubur seorang diri, tanpa makanan,


minuman, obat-obatan, dan tak ada dokter atau perawat
yang menolongNya. Dalam situasi seperti ini, bagaimana
mungkin Yesus justru menjadi ‘sembuh’ setelah hari yang ke
tiga?

4) Yesus tidak bangkit, tetapi keluar dari persembunyianNya,


sedangkan yang mati disalib adalah orang lain.

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

a) Orang-orang yang membenci Yesus tidak mungkin keliru


menyalibkan orang lain, karena orang yang benci pada
seseorang pasti mengingat wajah musuhnya.

b) Murid-murid yang mencintai Yesus juga tidak mungkin keliru


mengenali Guru mereka, sehingga mereka menjadi takut
setelah Yesus mati.

c) Waktu Yesus ‘keluar dari persembunyianNya’, mayat Yesus


palsu seharusnya tetap ada di dalam kubur. Tetapi
kenyataannya adalah: kubur itu kosong.

5) Yesus tidak bangkit, murid-murid hanya mengalami halusinasi.

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

a) Murid-murid tidak pernah mengharapkan kebangkitan


Yesus.

b) ‘Halusinasi’ itu bisa dilihat oleh banyak orang sekaligus.

c) Dalam ‘halusinasi’ itu Yesus bisa bercakap-cakap dan bisa


dipegang, dan juga bisa makan (Luk 24:36-43).

Luk 24:36-43 - “(36) Dan sementara mereka bercakap-cakap


tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah
mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi
kamu!’ (37) Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa
mereka melihat hantu. (38) Akan tetapi Ia berkata kepada
mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul
keragu-raguan di dalam hati kamu? (39) Lihatlah tanganKu
dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah,
karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang
kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia
memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41)
Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan
masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu
makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya
sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya
di depan mata mereka.”.

E) Pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus.

Kepercayaan akan kebangkitan Yesus adalah sesuatu yang


sangat penting, sebab:

1) Tidak percaya pada kebangkitan Yesus berarti sama dengan


tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan.

2) Orang yang tidak percaya pada kebangkitan Yesus, tidak akan


selamat (Ro 10:9). Karena itu, Paulus dalam penginjilannya
sangat mementingkan berita tentang kebangkitan Yesus (1Kor
15:3-4).

Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa


Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah
telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu
akan diselamatkan.”.

1Kor 15:3-4 - “(3) Sebab yang sangat penting telah kusampaikan


kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa
Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab
Suci, (4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah
dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;”.

F) Hubungan antara kematian dan kebangkitan Kristus.

Salib, kematian dan penguburan Kristus menunjukkan


kelemahan dan kekalahan. Tetapi kebangkitan Kristus betul-betul
menunjukkan kemenanganNya, dan kebangkitanNya ini
menyebabkan kematianNya mempunyai kuasa dan manfaat
dalam hidup kita (1Kor 15:14,17).

1Kor 15:14,17 - “(14) Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan,


maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan
kamu. ... (17) Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah
kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.”.

Karena itu, kematian dan kebangkitan Kristus tidak boleh


dipisahkan. Kitab Suci dalam banyak bagian menyebutkan
kematian dan kebangkitan Kristus sekaligus (Ro 4:25 Ro 6:4
2Kor 13:4 Fil 3:10).

Ro 4:25 - “yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran


kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.”.

Ro 6:4 - “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama


dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan
Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”.

2Kor 13:4 - “Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena


kelemahan, namun Ia hidup karena kuasa Allah. Memang kami
adalah lemah di dalam Dia, tetapi kami akan hidup bersama-sama
dengan Dia untuk kamu karena kuasa Allah.”.

Fil 3:10 - “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa


kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana
aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya,”.

Memang ada bagian-bagian Kitab Suci yang hanya berbicara


tentang kematian atau kebangkitan saja. Pada saat kita melihat
bagian yang hanya berbicara tentang kematian Kristus, kita harus
juga mengingat kebangkitanNya. Sebaliknya, pada saat kita
melihat bagian yang hanya berbicara tentang kebangkitan
Kristus, kita juga harus mengingat kematianNya.

Calvin: “So then, let us remember that whenever mention is made of


His death alone, we are to understand at the same time what belongs
to His resurrection. Also, the same synecdoche applies to the word
‘resurrection’: whenever it is mentioned separately from death, we
are to understand it as including what has to do especially with His
death.” [= Jadi, marilah kita mengingat bahwa kalau hanya
disebutkan tentang kematianNya, kita harus mengartikan pada saat
yang sama, apa yang termasuk dalam kebangkitanNya. Juga
‘synecdoche’ yang sama berlaku terhadap kata ‘kebangkitan’:
kalau kata itu disebutkan terpisah dari kematian, kita harus
menafsirkan kata itu beserta apa yang termasuk dalam
kematianNya.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II,
Chapter XVI, No 13.

Contoh:

1) Ro 10:9 mengatakan bahwa orang yang percaya bahwa Yesus


sudah bangkit dari antara orang mati, akan diselamatkan. Ini
tentu tak boleh diartikan bahwa orang itu tidak perlu percaya
tentang kematian Kristus untuk menebus dosanya.

Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa


Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah
telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu
akan diselamatkan.”.

2) Ibr 2:14 mengatakan bahwa oleh kematianNya Yesus


memusnahkan Iblis. Ini rasanya tidak cocok, dan karenanya
kata ‘kematian’ di sini harus diartikan mencakup juga akan
‘kebangkitan’ Yesus.

Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah


dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan
mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh
kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa
atas maut;”.

-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 8 Oktober 2014, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (17)

II) Kenaikan ke surga.


A) Hal-hal yang terjadi pada waktu Kristus naik ke surga.

1) Perpindahan tempat.
Perlu dicamkan bahwa surga bukanlah sekedar merupakan
suatu kondisi, tetapi betul-betul suatu tempat (baca Yoh 14:2-5
dan perhatikan bahwa kata ‘tempat’ muncul berulang-ulang).

Yoh 14:2-5 - “(2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika


tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku
pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila
Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu,
Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu,
supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (4) Dan
ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.’ (5) Kata Tomas
kepadaNya: ‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi
bagaimana kami tahu jalan ke situ?’”.

Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles


Hodge berkata sebagai berikut:
“It was a local transfer of his person from one place to another;
from earth to heaven. Heaven is therefore a place. ... If Christ has
a true body, it must occupy a definite portion of space. And where
Christ is, there is the Christian’s heaven.” (= Itu merupakan
perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat
lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu
tempat. ... Jika Kristus mempunyai tubuh yang sungguh-
sungguh, tubuh itu harus menempati suatu ruangan / tempat
tertentu. Dan dimana Kristus ada, di situlah surga orang
kristen.) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630, 631.

Herman Hoeksema:
“This ascension must be conceived as consisting definitely in a
change of place. In His human nature Christ departed from the
earth and went into heaven both in body and soul. After His
ascension He is according to His human nature no longer on
earth, but in heaven only. This must be emphasized especially over
against the Lutherans, who teach what is called the ubiquity of the
human nature of Christ after His resurrection and ascension into
heaven” (= Kenaikan ini harus dipahami sebagai perubahan
tempat. Dalam hakekat manusiaNya, Kristus meninggalkan bumi
dan pergi ke surga baik tubuh dan jiwaNya. Setelah
kenaikanNya maka menurut hakekat manusiaNya Ia tidak lagi di
bumi tetapi hanya di surga. Ini harus ditekankan khususnya
menghadapi golongan Lutheran, yang mengajarkan apa yang
disebut kemaha-adaan dari hakekat manusia Kristus setelah
kebangkitan dan kenaikanNya ke surga) - ‘Reformed
Dogmatics’, hal 420.

Herman Hoeksema:
“Heaven is a definite place, and not merely a condition” (= Surga
adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata
merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’,
hal 422.

2) Perubahan / pemuliaan lebih lanjut pada hakekat manusia


Kristus.
Perubahan / pemuliaan itu dimulai pada saat kebangkitanNya
dan disempurnakan pada waktu kenaikanNya ke surga.

Untuk ini perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

a) Yoh 7:39 - kata ‘dimuliakan’ di sini jelas menunjuk pada


kenaikan ke surga (bdk. Yoh 16:7).

Yoh 7:39 - “Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan


diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu
belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.”.

Yoh 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu:


Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab
jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang
kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia
kepadamu.”.

b) Kis 9:3-5 Kis 22:6-8 Kis 26:12-15 Wah 1:12-16


menunjukkan bahwa pada waktu Paulus dan Yohanes
melihat Yesus (ini terjadi setelah Yesus naik ke surga),
Yesusnya jauh lebih mulia dari pada waktu Ia sudah bangkit
tetapi belum naik ke surga.

Kis 9:3-5 - “(3) Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia


sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit
mengelilingi dia. (4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah
olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus,
mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus:
‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang
kauaniaya itu.”.

Kis 22:6-8 - “(6) Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika


aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tiba-tiba
memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit
mengelilingi aku. (7) Maka rebahlah aku ke tanah dan aku
mendengar suatu suara yang berkata kepadaku: Saulus,
Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku? (8) Jawabku:
Siapakah Engkau, Tuhan? KataNya: Akulah Yesus, orang
Nazaret, yang kauaniaya itu.”.

Kis 26:12-15 - “(12) ‘Dan dalam keadaan demikian, ketika


aku dengan kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala
sedang dalam perjalanan ke Damsyik, (13) tiba-tiba, ya raja
Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan
itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari,
turun dari langit meliputi aku dan teman-teman
seperjalananku. (14) Kami semua rebah ke tanah dan aku
mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam
bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya
Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang. (15)
Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan:
Akulah Yesus, yang kauaniaya itu.”.

Wah 1:12-16 - “(12) Lalu aku berpaling untuk melihat suara


yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling,
tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. (13) Dan di
tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak
Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki,
dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. (14) Kepala
dan rambutNya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan
mataNya bagaikan nyala api. (15) Dan kakiNya mengkilap
bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suaraNya
bagaikan desau air bah. (16) Dan di tangan kananNya Ia
memegang tujuh bintang dan dari mulutNya keluar sebilah
pedang tajam bermata dua, dan wajahNya bersinar-sinar
bagaikan matahari yang terik.”.

B) Fungsi kenaikan Kristus ke surga.

1) Untuk menunjukkan bahwa misiNya untuk menebus dosa kita


sudah selesai (Yoh 17:4-5).

Yoh 17:4-5 - “(4) Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi


dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan
kepadaKu untuk melakukannya. (5) Oleh sebab itu, ya Bapa,
permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang
Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.”.

Bapa, yang mengutus Yesus untuk turun ke dunia dan


membereskan dosa manusia, pasti tidak akan mau menerima
Yesus kembali di surga, kalau misi Yesus itu belum selesai.
Bahwa Bapa menerima Yesus kembali di surga, menunjukkan
bahwa misi penebusan dosa manusia itu memang sudah
selesai.
Jadi, sama seperti kebangkitan, maka kenaikan Yesus ke
surga juga merupakan fakta / faktor yang menjamin
keselamatan orang percaya.

Bicara tentang jaminan keselamatan orang percaya, mari kita


memperhatikan kata-kata Calvin di bawah ini.

Calvin: “Hence arises a wonderful consolation: that we perceive


judgment to be in the hands of him who already destined us to
share with him the honor of judging (cf. Matt. 19:28)! Far indeed
is he from mounting his judgment seat to condemn us! How could
our most merciful Ruler destroy his people? How could the Head
scatter his own members? How could our Advocate condemn his
clients? For if the apostle dares exclaim that with Christ
interceding for us there is no one who can come forth to condemn
us (Rom. 8:34,33), it is much more true, then, that Christ as
Intercessor will not condemn those whom he has received into his
charge and protection. No mean assurance, this - that we shall be
brought before no other judgment seat than that of our Redeemer,
to whom we must look for our salvation!” [= Karenanya muncul
suatu penghiburan yang sangat indah: bahwa kita memahami
bahwa penghakiman ada di tanganNya yang telah mentakdirkan
kita untuk bersama dengan Dia melakukan kehormatan
penghakiman (bdk. Mat 19:28)! Jauhlah dari padaNya untuk
naik ke kursi penghakimanNya untuk menghukum kita!
Bagaimana Pemerintah kita yang paling berbelaskasihan itu bisa
menghancurkan rakyatNya? Bagaimana Kepala bisa
menyebarkan / menyemburatkan anggota-anggotaNya sendiri?
Bagaimana Pengacara kita bisa menghukum kliennya? Karena
jika sang rasul berani menyerukan bahwa dengan Kristus
membela kita maka tidak ada orang yang akan menggugat /
menghukum kita (Ro 8:34,33), maka lebih benar lagi, bahwa
Kristus sebagai Pembela tidak akan menghukum mereka yang
telah Ia terima ke dalam tanggung jawab dan perlindunganNya.
Ini bukanlah keyakinan yang tak berarti bahwa kita tidak akan
dibawa ke depan kursi penghakiman dari siapapun selain kursi
penghakiman Penebus kita, kepada siapa kita harus memandang
untuk keselamatan kita!] - ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book II, chapter XVI, 18.

2) Untuk mempersiapkan tempat di surga bagi kita yang percaya


kepadaNya (Yoh 14:2).

Yoh 14:2 - “Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak
demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku
pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.”.

3) Untuk menunjukkan bahwa kita yang percaya kepadaNya juga


akan naik ke surga (Yoh 14:2-3 Yoh 17:24 Ef 2:6).

Yoh 14:2-3 - “(2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika


tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku
pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila
Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu,
Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu,
supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.”.

Yoh 17:24 - “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku


berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka
yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang
kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab
Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.”.

Ef 2:6 - “dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan


kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di
sorga,”.
KJV: ‘And hath raised us up together, and made us sit together
in heavenly places in Christ Jesus’ (= Dan telah
membangkitkan kita bersama-sama, dan mendudukkan kita
bersama-sama di tempat-tempat surgawi dalam Kristus
Yesus).

Sama seperti kebangkitanNya, demikian juga kenaikanNya ke


surga merupakan pola yang akan diikuti oleh semua orang
yang percaya kepadaNya.

Herman Hoeksema mengomentari Ef 2:4-6 dengan berkata


sebagai berikut:
“We must remember that Christ is our head, both in the juridical
and in the organic sense of the word. ... His ascension is of central
significance. He is the head of the body, the church. As such He
represents all the elect. As the head of His own in the forensic
sense of the word, He entered into death, bore all our iniquities on
the accursed tree, blotted out all our sins, and obtained eternal
righteousness. His righteousness is our righteousness; His death is
our death; His resurrection is our resurrection. And so in that
legal sense of the word His ascension is our ascension. ... But He is
also the head of the body in the organic sense. We are members of
His body; and we can never be separated from Him, our head.
That He went to heaven means that centrally we are in heaven. He
will not return to us, but He will draw us unto Himself, that we
may also be where He is. And so we look up toward heaven by
faith in the consciousness of our inseparable union with Christ our
head, and confess that we have our flesh in heaven as a sure
pledge that He as the head will also take up to Himself us His
members.” (= Kita harus ingat bahwa Kristus adalah kepala kita,
baik dalam arti yuridis / hukum maupun dalam arti organik. ...
KenaikanNya mempunyai arti yang pokok / utama / dasar. Ia
adalah kepala dari tubuh, yaitu gereja. Sebagai kepala Ia
mewakili semua orang pilihan. Sebagai kepala dari milikNya
dalam arti hukum, Ia mengalami kematian, memikul semua
kesalahan kita pada salib yang terkutuk, menghapus semua dosa
kita, dan mendapatkan kebenaran kekal. KebenaranNya adalah
kebenaran kita; kematianNya adalah kematian kita;
kebangkitanNya adalah kebangkitan kita. Dan dengan demikian
dalam arti hukum kenaikanNya adalah kenaikan kita. ... Tetapi
Ia juga adalah kepala dari tubuh dalam arti organik. Kita
adalah anggota-anggota dari tubuhNya; dan kita tidak pernah
bisa dipisahkan dari Dia, kepala kita. Bahwa Ia pergi ke surga
berarti bahwa secara dasari kita ada di surga. Ia tidak akan
kembali kepada kita, tetapi Ia akan menarik kita kepada diriNya
sendiri, supaya kita bisa berada dimana Ia ada. Dan dengan
demikian kita melihat ke atas ke surga dengan iman dalam
kesadaran akan kesatuan yang tak terpisahkan antara kita
dengan Kristus, kepala kita, dan mengaku bahwa kita
mempunyai daging kita di surga sebagai suatu jaminan yang
pasti bahwa Ia sebagai kepala juga akan mengumpulkan kita
anggota-anggotaNya kepada diriNya sendiri.) - ‘Reformed
Dogmatics’, hal 425-426.

Calvin: “the Lord by his ascent to heaven opened the way into the
Heavenly Kingdom, which had been closed through Adam
(John 14:3). Since he entered heaven in our flesh, as if in our
name, it follows, as the apostle says, that in a sense we already ‘sit
with God in the heavenly places in him’ (Eph. 2:6), so that we do
not await heaven with a bare hope, but in our Head already
possess it.” [= Tuhan oleh kenaikanNya ke surga membuka jalan
ke dalam Kerajaan Surgawi, yang telah ditutup melalui Adam
(Yoh 14:3). Karena Ia masuk ke surga dalam daging kita, seakan-
akan dalam nama kita, akibatnya, seperti dikatakan oleh sang
rasul, bahwa dalam arti tertentu kita sudah ‘duduk dengan Allah
dalam tempat-tempat surgawi dalam Dia’ (Ef 2:6), sehingga kita
tidak menantikan surga dengan suatu harapan semata-mata,
tetapi sudah memilikinya dalam Kepala kita.] - ‘Institutes of the
Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 16.

4) Supaya Roh Kudus turun (Yoh 16:7).

Yoh 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu:


Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau
Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu,
tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.”.

Jadi Kristus tidak lagi menyertai orang percaya secara


jasmani, tetapi secara rohani (Mat 26:11 Yoh 14:16,18,19).

Mat 26:11 - “Karena orang-orang miskin selalu ada padamu,


tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.”.

Yoh 14:16,18 - “(16) Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan
memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia
menyertai kamu selama-lamanya, ... (18) Aku tidak akan
meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali
kepadamu.”.

Dengan demikian Ia bisa menggenapi janjiNya dalam ayat-


ayat seperti Mat 18:20 Mat 28:20b.

Mat 18:20 - “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul


dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.’”.

Mat 28:20 - “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang


telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

C)Mungkinkah manusia Yesus yang sudah naik ke surga itu


kembali ke dunia dan menampakkan diri di dunia, sebelum
kedatanganNya yang keduakalinya?

Dalam tafsirannya tentang Ef 4:10, Calvin berkata: “as respects


his body, the saying of Peter holds true, that ‘the heaven must receive
him until the times of restitution of all things, which God hath spoken
by the mouth of all his holy prophets since the world began.’ (Acts
3:21)” [= berkenaan dengan tubuhNya, kata-kata Petrus tetap
benar bahwa ‘surga harus menerimaNya sampai saat pemulihan
segala sesuatu, yang telah difirmankan Allah oleh mulut dari semua
nabi-nabi kudusNya sejak dunia ada’. (Kis 3:21)] - hal 276.

Kis 3:21 - “Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu


pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan
perantaraan nabi-nabiNya yang kudus di zaman dahulu”.
Perlu diketahui bahwa kata yang diterjemahkan ‘tinggal’
seharusnya artinya adalah ‘receive’ (= menerima).
NASB: ‘whom heaven must receive until the period of restoration
of all things ...’ (= yang harus diterima di surga sampai masa
pemulihan segala sesuatu ...).
Dan di sini saya ingin memberi banyak komentar dari para
penafsir tentang Kis 3:21 ini.

F. F. Bruce (NICNT): “Jesus, their Messiah, ... had been received up


into the divine presence, and would remain there until the
consummation of all that the prophets, from the earliest days, had
foretold” (= Yesus, Mesias mereka, ... telah diterima ke dalam
hadirat ilahi, dan akan tinggal di sana sampai penyempurnaan dari
semua yang sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi sejak semula) - ‘The
Book of the Acts’, hal 91.

Adam Clarke: “he has ascended unto heaven, ... and there he shall
continue till he comes again to judge the quick and the dead” (= Ia
telah naik ke surga, ... dan Ia akan terus di sana sampai Ia datang
lagi untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati) - hal 707.

J. A. Alexander: “In the mean time, i.e. until God shall send Christ
and the times of refreshing from his presence, he is committed to the
heavens ... Till this great cycle has achieved its revolution, and this
great remedial process has accomplished its design, the glorified body
of the risen and ascended Christ not only may but must, as an
appointed means of that accomplishment, be resident in heaven, and
not on earth” (= Sementara itu, yaitu sampai Allah mengirim
Kristus dan saat penyegaran dari hadiratNya, Ia dibatasi di
surga ... Sampai siklus yang besar ini telah mencapai siklus lengkap,
dan proses penyembuhan yang besar ini telah menyelesaikan
tujuannya, tubuh yang dimuliakan dari Kristus yang telah bangkit
dan naik ke surga itu bukan hanya bisa / boleh, tetapi harus,
sebagai suatu cara yang ditetapkan untuk penyelesaian itu, tinggal
di surga, dan bukan di bumi) - hal 116,118.

Matthew Poole: “‘Whom heaven must receive;’ that is, contain after
it hath received him, as a real place doth a true body; for such
Christ’s body was, which was received into heaven: and heaven is the
place and throne of this King of kings and Lord of lords, where he
shall reign until he hath put all his enemies under his feet, 1Cor.
15:25” (= ‘Yang surga harus menerima’; artinya, menahan setelah
surga menerimaNya, sebagai suatu tempat yang nyata menerima
suatu tubuh yang sungguh-sungguh; karena begitulah tubuh
Kristus itu, yang diterima di dalam surga: dan surga merupakan
tempat dan takhta dari Raja dari segala raja dan Tuhan dari segala
tuhan, dimana Ia akan memerintah sampai Ia telah meletakkan
semua musuhNya di bawah kakiNya, 1Kor 15:25) - hal 393.
Catatan:

1) Penampakan Yesus kepada Saulus (Kis 9), dan kepada rasul


Yohanes (Wah 1), mungkin merupakan penampakan ilahi atau
sekedar suatu penglihatan (bdk. Kis 26:19 Wah 1:19 Wah
9:17).

Kis 26:19 - “Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang


dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat.”.

Wah 1:19 - “Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat,


baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah
ini.”.

Wah 9:17 - “Maka demikianlah aku melihat dalam penglihatan


ini kuda-kuda dan orang-orang yang menungganginya; mereka
memakai baju zirah, merah api dan biru dan kuning belerang
warnanya; kepala kuda-kuda itu sama seperti kepala singa, dan
dari mulutnya keluar api, dan asap dan belerang.”.

2) Tidak semua orang setuju dengan penafsiran-penafsiran di


atas tentang Kis 3:21 ini.

III) Duduk di sebelah kanan Allah.


A) Arti kalimat ini.

Kata-kata ini tidak boleh diartikan secara hurufiah. Kata-kata ini


berarti:
1) Kristus menduduki / mendapat tempat terhormat / mulia di
surga.
2) Kristus ikut memerintah atas Gereja dan alam semesta.

Kata ‘duduk’ tidak boleh diartikan bahwa Kristus beristirahat /


bermalas-malasan di surga. Ini terlihat dari Kitab Suci yang tidak
selalu mengatakan bahwa Kristus duduk di sebelah kanan Allah.
a) Ro 8:34 (NIV): ‘is at the right hand of God’ (= ada di sebelah
kanan Allah).
b) 1Pet 3:22 (NIV): ‘is at God's right hand’ (= ada di sebelah
kanan Allah).
c) Kis 7:56 - ‘berdiri di sebelah kanan Allah’.
B) Pekerjaan yang dilakukan oleh Kristus di surga ialah:

1) Memerintah sebagai Raja.

2) Berfungsi sebagai Imam / Pengantara (Ibr 4:14 Ibr 7:24,25


Ibr 8:1-6 1Yoh 2:1).

Ibr 4:14 - “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar


Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak
Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman
kita.”.

Ibr 7:24-25 - “(24) Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya,


imamatNya tidak dapat beralih kepada orang lain. (25) Karena
itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua
orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup
senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.”.

Ibr 8:1-6 - “(1) Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita
mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah
kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, (2) dan yang melayani
ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang
didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. (3) Sebab setiap
Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan
persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu
untuk dipersembahkan. (4) Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama
sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-
orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum
Taurat. (5) Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan
dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan
kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: ‘Ingatlah,’
demikian firmanNya, ‘bahwa engkau membuat semuanya itu
menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas
gunung itu.’ (6) Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu
pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara
dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji
yang lebih tinggi.”.

1Yoh 2:1 - “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu,


supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat
dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu
Yesus Kristus, yang adil.”.
3) Berfungsi sebagai Nabi melalui Roh Kudus dan hamba-
hambaNya (Yoh 16:7-15 Yoh 14:26).

Yoh 16:7-15 - “(7) Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu:


Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau
Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu,
tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. (8)
Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa,
kebenaran dan penghakiman; (9) akan dosa, karena mereka
tetap tidak percaya kepadaKu; (10) akan kebenaran, karena Aku
pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; (11) akan
penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum. (12)
Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi
sekarang kamu belum dapat menanggungnya. (13) Tetapi apabila
Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke
dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari
diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah
yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu
hal-hal yang akan datang. (14) Ia akan memuliakan Aku, sebab
Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari
padaKu. (15) Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku
punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu
apa yang diterimanya dari padaKu.’”.

Yoh 14:26 - “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan


diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan
mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan
kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”.

IV) Kedatangan Kristus yang keduakalinya.


A) Kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah suatu tahap
pemuliaan.

Ada orang yang berpendapat bahwa:


1) KedatanganNya yang keduakalinya bukanlah suatu tahap
pemuliaan.
2) Duduknya Kristus di sebelah kanan Allah adalah puncak /
tahap terakhir pemuliaan Kristus.

Tetapi ini salah. Titik tertinggi pemuliaan Kristus belum tercapai


sampai Ia, yang menderita oleh tangan manusia, kembali
sebagai Hakim, dan menghakimi / menghukum orang berdosa
yang menolakNya.

Disamping itu, ayat-ayat di bawah ini menunjukkan bahwa


kedatangan Kristus yang keduakalinya itu adalah suatu
pemuliaan.

a) Yoh 5:22-23 menunjukkan bahwa Penghakiman (ini terjadi


pada kedatanganNya yang keduakalinya) diberikan oleh Bapa
kepada Anak supaya orang menghormati Anak, sama seperti
mereka menghormati Bapa.

Yoh 5:22-23 - “(22) Bapa tidak menghakimi siapapun,


melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya
kepada Anak, (23) supaya semua orang menghormati Anak sama
seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak
menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang
mengutus Dia.”.

b) Fil 2:9-11 menunjukkan bahwa ada satu saat semua lutut akan
bertelut dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus
adalah Tuhan. Ini akan terjadi pada kedatangan Yesus yang
keduakalinya dan ini jelas merupakan suatu pemuliaan.

Fil 2:9-11 - “(9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia


dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10)
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di
langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
(11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’
bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.

c) 2Tes 1:10 menyatakan secara explicit bahwa Yesus datang


pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudusNya
dan untuk dikagumi oleh semua orang percaya. Ini jelas
menunjukkan suatu pemuliaan.

2Tes 1:10 - “apabila Ia datang pada hari itu untuk dimuliakan


di antara orang-orang kudusNya dan untuk dikagumi oleh
semua orang yang percaya, sebab kesaksian yang kami bawa
kepadamu telah kamu percayai.”.

B) Istilah-istilah Kitab Suci yang menunjuk pada kedatangan Kristus


yang keduakalinya.
1) PAROUSIA yang berarti:
a) Kehadiran (presence), atau,
b) Kedatangan yang mendahului kehadiran (a coming
preceding a presence).
Kata ini digunakan dalam Mat 24:3,27,37,39 1Kor 15:23
1Tes 2:19 1Tes 3:13 1Tes 4:15 1Tes 5:23 2Tes 2:1 Yak 5:7-
8 2Pet 3:4.

2) APOCALUPSIS yang menekankan fakta bahwa kedatangan


kedua itu akan menyatakan sesuatu yang sebelumnya
tersembunyi dalam diri Kristus.
Kata ini digunakan dalam 2Tes 1:7 1Pet 1:7,13 1Pet 4:13.

3) EPIPHANEIA yaitu penampilan yang mulia dari Tuhan (the


glorious appearing of the Lord).
Kata ini digunakan dalam 2Tes 2:8 1Tim 6:14 2Tim 4:1,8 Tit
2:13.

C)Cara kedatangan kedua.


1) Secara jasmani.
2) Bisa dilihat.
Bdk. Mat 24:30 Kis 1:11 Wah 1:7.

D)Tujuan kedatangan kedua.


1) Menghakimi dunia.
2) Menyempurnakan keselamatan orang percaya.
Bdk. Mat 25:31-46.

E) Saat kedatangan kedua:


Dari ayat-ayat seperti Mat 24:36,42-44 dan 2Pet 3:10, jelaslah
bahwa kita tidak bisa mengetahui kapan hari kedatangan kedua
itu akan terjadi.
Karena itu, kalau ada orang yang berani meramalkan tanggal
atau bulan atau tahun kedatangan Yesus yang keduakalinya, itu
pasti adalah nabi palsu atau orang yang sangat kacau pengertian
Kitab Sucinya!
Dari banyaknya tanda-tanda akhir jaman yang sudah terjadi, kita
paling-paling bisa berkata bahwa kedatangan Kristus yang kedua
itu sudah dekat dan bisa terjadi setiap saat.
Perlu juga diingat bahwa bagi Tuhan satu hari sama dengan
seribu tahun, dan seribu tahun sama dengan satu hari (2Pet 3:8),
sehingga, apa yang dekat bagi Tuhan bisa saja masih lama bagi
kita. Tetapi mengingat bahwa Yesus berkata bahwa Ia akan
datang pada saat yang tidak kita duga, maka kita semua harus
mempersiapkan diri setiap saat, sehingga kapanpun Ia datang,
kita ada dalam keadaan siap sedia (Mat 24:44)!

Catatan:
Tentang kedatangan Kristus yang keduakalinya ini hanya dibahas
secara singkat, karena sebetulnya ini termasuk dalam Eschatology
[= Doktrin tentang akhir jaman].

-TAMAT-
DAFTAR ISI
I) Credo yang benar dan ajaran2 sesat tentang diri Kristus
1) Credo yang benar tentang diri Kristus...............................
2) Ajaran-ajaran sesat tentang diri Kristus.............................

II) Christ: The God-Man.........................................................


1) Kristus adalah sungguh2 Allah..........................................
2) Kristus adalah sungguh2 manusia....................................
3) Pentingnya keilahian Kristus............................................
4) Pentingnya kemanusiaan Yesus.......................................
5) Kristus: 1 pribadi dengan 2 hakekat.................................
a) ’Person’ dan ‘Nature’....................................................
b) Hypostatical / personal Union.......................................
c) Akibat dari Personal Union...........................................
Communicatio Idiomatum.............................................
Communicatio Operationum / Apotelesmatum............
Communicatio Charismatum / Gratiarum.....................
d) Ayat2 yang berhubungan dengan Personal Union.......

III) Kesucian Kristus...............................................................


1) Kesucian hidup Kristus....................................................
2) Serangan terhadap kesucian Kristus..............................
3) Ketidak-bisa-berdosaan Kristus.......................................

IV) Perendahan Kristus.........................................................


1) Inkarnasi...........................................................................
2) Penderitaan Kristus..........................................................
3) Kematian Kristus...............................................................
4) Penguburan Kristus..........................................................
5) Turun ke neraka / HADES................................................

V) Pemuliaan Kristus.............................................................
1) Kebangkitan.......................................................................
2) Kenaikan ke surga.............................................................
3) Duduk di sebelah kanan Allah...........................................
4) Kedatangan Kristus yang keduakalinya............................

-o0o-
(Revised)

Oleh:

moncrot-moncrot karena pergantian ke word 967 sudah dibetulkan,


tetapi tanda hyphen belum. Juga huruf-huruf yang berubah krn
pergantian ke word 97 belum dibetulkan.

C. H. Spurgeon: “Observe first, the wonder of condescension contained in


this fact, that God who made all things should assume the nature of one of
his own creatures, that the self-existent should be united with the
dependent and derived, and the Almighty linked with the feeble and
mortal” (= ) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our
Lord’, vol 2, hal 85.

Sekalipun baru dalam Luk 4:1 dikatakan bahwa Yesus penuh dengan
Roh Kudus, tetapi jelas bahwa Yesus penuh dengan Roh Kudus sejak
dari rahim ibuNya. Alasannya:
Dari doktrin tentang Allah Tritunggal bisa disimpulkan demikian,
karena pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal tidak terpisahkan.
Yohanes Pembaptis, yang merupakan pendahulu Kristus, dipenuhi
Roh Kudus sejak dari rahim ibunya (Luk 1:15). Tak terbayangkan
bahwa KristusNya lebih rendah dari pendahuluNya dalam hal ini.
Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan
firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak
terbatas”.
Ayat ini jelas berbicara tentang Kristus, dan dalam bahasa Yunani
digunakan present tense, yang menunjukkan bahwa ini merupakan
sesuatu yang berlangsung terus menerus.
Tak ada alasan mengapa Roh Kudus tidak memenuhi Dia sejak dari
rahim ibuNya mengingat bahwa Ia suci / tak berdosa sama sekali.
Jadi, tak ada halangan apapun yang bisa menyebabkan Roh Kudus
tidak memenuhiNya.
Catatan: alasan-alasan ini diberikan oleh John Walvoord dalam
bukunya yang berjudul ‘The Holy Spirit’, hal 92.

Anda mungkin juga menyukai