KRISTOLOGI (1)
PELAJARAN I
Pada tahun 325 Masehi ada sidang gereja di kota Nicea yang
melahirkan Nicene Creed (= Pengakuan Iman Nicea), yang
meneguhkan doktrin tentang Allah Tritunggal. Pengakuan iman ini
direvisi dalam Sidang Gereja di Constantinople pada tahun 381
Masehi, dan lalu disebut dengan nama Pengakuan Iman Nicea-
Constantinople, yang bunyinya adalah sebagai berikut:
“Aku percaya kepada satu Allah Bapa yang mahakuasa, Pencipta
langit dan bumi, dan segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
Dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya Anak Allah yang
diperanakkan, diperanakkan dari Bapa sebelum alam semesta, Allah
dari Allah, terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati,
diperanakkan, bukan dicipta, sehakekat dengan Sang Bapa, oleh siapa
segala sesuatu dicipta;
Yang untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita telah turun dari
sorga, dan diinkarnasikan oleh Roh Kudus dari anak dara Maria, dan
dijadikan manusia; Ia telah disalibkan, juga bagi kita, di bawah
pemerintahan Pontius Pilatus. Ia menderita dan dikuburkan; dan
pada hari ketiga Ia bangkit kembali, sesuai dengan Kitab Suci, dan
naik ke sorga; dan duduk di sebelah kanan Bapa. dan Ia akan datang
kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan
yang mati; yang kerajaanNya takkan berakhir.
Dan aku percaya kepada Roh Kudus, Tuhan dan Pemberi kehidupan,
yang keluar dari Bapa dan Anak, yang bersama-sama dengan Bapa
dan Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan
perantaraan para nabi.
Dan aku percaya satu gereja yang am dan rasuli, aku mengakui satu
baptisan untuk pengampunan dosa, dan aku menantikan kebangkitan
orang mati, dan kehidupan di dunia yang akan datang.
Amin”.
Ada 2 hal yang perlu disoroti dari Pengakuan Iman Chalcedon ini:
1) Adoptionism.
2) Apollinarianism.
Dasar Kitab Suci yang ia pakai adalah Yoh 1:14 yang secara
hurufiah berbunyi ‘And the Word became flesh’ (= Dan Firman itu
telah menjadi daging).
Catatan: anehnya, kalau ia memang menekankan kata ‘daging’
dalam Yoh 1:14 ini, mengapa ia tidak berpendapat bahwa Kristus
hanya mempunyai tubuh manusia saja? Mengapa ada jiwa?
3) Nestorianism.
Ajaran ini mendapatkan namanya dari nama tokohnya yaitu
Nestorius, yang pada tahun 428 Masehi menjadi bishop di kota
Constantinople.
Ajaran ini dikecam oleh Sidang gereja di kota Efesus pada tahun
431 Masehi, yang sekaligus mempertahankan istilah ‘Bunda
Allah’ untuk Maria.
5) Monophysitism.
6) Monothelitism.
Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus mempunyai 2 natures /
hakekat, yaitu divine / ilahi dan human / manusia, tetapi hanya 1
kehendak (Yunani: THELEMA) yang adalah divine - human / ilahi
- manusia (campuran).
Bahwa dalam Kristologi ada begitu banyak ajaran sesat yang muncul,
menunjukkan betapa pentingnya pengertian tentang Kristologi ini.
Kalau ini bukan sesuatu yang penting untuk iman kita, setan tidak
akan menyerangnya dengan menggunakan begitu banyak ajaran
sesat.
Kalau kita melihat dalam scope / ruang lingkup yang lebih luas, maka
kita bisa melihat bahwa dalam dunia ini agama yang mempunyai
paling banyak aliran (baik yang termasuk aliran yang benar maupun
yang sesat), adalah agama kristen. Semua agama yang lain hanya
mempunyai sedikit / beberapa aliran saja, tetapi kristen mempunyai
puluhan atau mungkin ratusan aliran. Orang sering meninjau hal ini
secara negatif dengan menganggap ini sebagai hal yang jelek. Tetapi
sebetulnya hal ini bisa ditinjau secara positif, yaitu dengan menyadari
bahwa setan tentu paling senang untuk menyerang ajaran yang
benar / membawa keselamatan. Kalau suatu ajaran / agama adalah
salah / tidak membawa keselamatan, untuk apa setan menyerangnya
lagi?
-o0o-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (2)
PELAJARAN II
Jawaban:
Dalam ayat ini jelas ada dua kalimat paralel, yang artinya
sama, tetapi menggunakan kata-kata yang berbeda. Jadi,
‘anak manusia’ sama dengan ‘manusia’!
Jawaban:
b) Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang
putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di
atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib,
Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”.
Istilah ‘Allah yang perkasa’ ini muncul lagi dalam Yes 10:21.
Yes 10:20-21 - “(20) Tetapi pada waktu itu sisa orang Israel dan
orang yang terluput di antara kaum keturunan Yakub, tidak
akan bersandar lagi kepada yang mengalahkannya, tetapi akan
bersandar kepada TUHAN, Yang Mahakudus, Allah Israel, dan
tetap setia. (21) Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub akan
bertobat di hadapan Allah yang perkasa.”.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (3)
f) Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh
kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi
penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya
dengan darah (Anak)Nya sendiri”.
2Tim 4:1 - “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan
menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan
dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataanNya dan
demi KerajaanNya:”.
KJV: ‘at his appearing’ (= pada pemunculanNya).
RSV: ‘by his appearing’ (= oleh pemunculanNya).
Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani
EPIPHANEIA.
Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive
Case), yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ dan ‘Juruselamat’. Kedua
kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (=
dan). Kata benda yang pertama (k. b. 1), yaitu ‘Allah yang
Mahabesar’ mempunyai definite article / kata sandang (TOU
MEGALOU THEOU / the great God), tetapi kata benda yang
kedua (k. b. 2), yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya
(SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah yang
Mahabesar’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus
Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’
merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang
sama, yaitu ‘Yesus Kristus’.
Jadi, Tit 2:13 ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah
‘Allah yang Mahabesar’ maupun ‘Juruselamat’.
j) 2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus,
kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh
iman oleh karena keadilan (Allah dan Juruselamat kita), Yesus
Kristus.” (tanda kurung dari saya).
Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive
Case), yaitu ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu
dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda
yang pertama (k.b.1), yaitu ‘Allah’ mempunyai kata sandang
(TOU THEOU / the God), tetapi kata benda yang kedua (k.b.2),
yaitu ‘Juruselamat’, tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata
benda pertama, yaitu ‘Allah’ merupakan penggambaran dari
kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu
‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan tentang
pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’.
Jadi, 2Pet 1:1b ini menggambarkan Yesus Kristus dengan
istilah ‘Allah’ maupun ‘Juruselamat’.
k) 1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah
datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya
kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di
dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan
hidup yang kekal.”.
ayat-ayat seperti:
Mat 26:38 - “lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu
sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di
sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.
Dalam Mat 26:38 ini kata ‘hati’ seharusnya adalah
‘jiwa’ (bahasa Yunani: PSUKHE).
Mat 27:50 - “Yesus berseru pula dengan suara
nyaring lalu menyerahkan nyawaNya.”.
Luk 23:46 - “Lalu Yesus berseru dengan suara
nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan
nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia
menyerahkan nyawaNya.”.
Dalam Mat 27:50 dan Luk 23:46, kata ‘nyawa’
seharusnya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).
Yoh 11:33 - “Ketika Yesus melihat Maria menangis
dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-
sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu
dan berkata:”.
Dalam Yoh 11:33 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘roh’
(bahasa Yunani: PNEUMA).
Yoh 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah
yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari
saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke
dalam saat ini.”.
Dalam Yoh 12:27 Kitab Suci Indonesia memberikan
terjemahan yang benar, yaitu ‘jiwaKu’.
Yoh 13:21 - “Setelah Yesus berkata demikian Ia
sangat terharu, lalu bersaksi: ‘Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya seorang di antara kamu akan
menyerahkan Aku.’”.
Dalam Yoh 13:21 terjemahan hurufiah dari kata-kata
yang saya garis-bawahi adalah: ‘was troubled in
spirit’ (= terganggu / susah dalam roh).
1Yoh 3:16 - “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus,
yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk
kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita
untuk saudara-saudara kita.”.
Dalam 1Yoh 3:16 kata ‘nyawa’ seharusnya adalah
‘jiwa’.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (4)
2) Keberatan terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya:
Misalnya:
Illustrasi:
Saya adalah seorang pendeta, tetapi pada saat yang sama saya
juga adalah seorang olahragawan. Kadang-kadang saya
memakai toga dan memimpin Perjamuan Kudus, sehingga saya
terlihat sebagai pendeta. Tetapi kadang-kadang saya memakai
celana pendek, kaos, dan sepatu olah raga, sehingga saya
terlihat sebagai olahragawan. Tidak ada orang yang pada waktu
melihat saya memakai toga, menganggap itu sebagai bukti
bahwa saya bukan olahragawan, dan sebaliknya, pada waktu
melihat saya memakai pakaian olah raga, menganggap itu
sebagai bukti bahwa saya bukan pendeta!
Ps 49:6-7 (NIV): “No man can redeem the life of another, or give
to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no
payment is ever enough” (= Tidak seorang manusiapun bisa
menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah
tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal,
tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi).
KJV: ‘None of them can by any means redeem his brother, nor
give to God a ransom for him:’ (= Tak ada dari mereka bisa
dengan cara apapun menebus saudaranya, atau memberi
kepada Allah suatu tebusan baginya:).
NASB: ‘No man can by any means redeem his brother Or give to
God a ransom for him -’ (= Tak seorangpun bisa dengan cara
apapun menebus saudaranya Atau memberi kepada Allah suatu
tebusan baginya -).
Calvin (tentang Ibr 2:14): “the Son of God to put on our flesh, even
that he might partake of the same nature with us, and that by
undergoing death he might redeem us from it.” (= Anak Allah
mengenakan daging kita, supaya Ia bisa mengambil bagian dari
hakekat yang sama dengan kita, dan supaya dengan mengalami
kematian Ia bisa menebus kita darinya.).
Calvin (tentang Ro 8:3): “he says, that he came in the likeness of the
flesh of sin; for though the flesh of Christ was polluted by no stains,
yet it seemed apparently to be sinful, inasmuch as it sustained the
punishment due to our sins, and doubtless death exercised all its
power over it as though it was subject to itself. ... Christ underwent
our infirmities, that he might be more inclined to sympathy, and in
this respect also there appeared some resemblance of a sinful
nature.” (= ia berkata, bahwa Ia datang dalam keserupaan dari
daging dari dosa; karena sekalipun daging Kristus tidak dikotori
oleh noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa, karena daging
itu menahan / menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tak
diragukan kematian melaksanakan semua kuasanya atasnya
seakan-akan daging itu tunduk kepada dirinya sendiri. ... Kristus
mengalami kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih
condong pada simpati, dan dalam hal ini juga disana kelihatan
suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.).
Ibr 7:26-27 - “(26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita
perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah
dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat
sorga, (27) yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap
hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan
sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah
dilakukanNya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia
mempersembahkan diriNya sendiri sebagai korban.”.
2) Supaya bisa menjadi pengantara antara Allah dan manusia.
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi
pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus
Yesus,”.
Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam
besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan
kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak
berbuat dosa.”.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (5)
Apa yang dikatakan oleh Bavinck ini terbukti dalam buku sesat
dari Pdt. Yohanes Bambang, yang berjudul ‘Tuhan, Ajarlah
Aku’.
Illustrasi:
Person / Pribadi
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (6)
5) Akibat adanya 2 hakekat dalam pribadi Yesus Kristus ini maka:
Contoh:
1. Kesadaran ilahi: Mat 8:26 Yoh 8:58 Yoh 11:43.
Illustrasi / analogi:
Illustrasi / analogi yang paling cocok untuk menjelaskan
Personal Union ini adalah persatuan antara tubuh dan jiwa
pada manusia (Catatan: ini hanya berlaku untuk orang yang
percaya pada Dichotomy, bukan pada Trichotomy!).
Catatan:
Istilah ‘Communicatio Idiomatum’ ini adalah istilah bahasa
Latin, yang begitu populer dalam Kristologi, sehingga dalam
buku-buku Theologia sering digunakan begitu saja tanpa
diberikan terjemahannya.
1. Ajaran Reformed.
HM HI
Keterangan gambar:
P = Pribadi Kristus; HM = Hakekat Manusia; HI = Hakekat
Ilahi.
2. Ajaran Lutheran.
Mereka mengatakan:
a. Ada pemberian sifat-sifat dari kedua hakekat kepada
pribadi. Dengan kata lain, pribadi memiliki sifat-sifat
dari kedua hakekat. Ini sesuai dengan ajaran
Reformed.
b. Juga ada pemberian sifat-sifat antar kedua hakekat
tersebut.
Dengan kata lain, hakekat yang satu juga memiliki
sifat-sifat dari hakekat yang lain. Ini tidak sesuai
dengan ajaran Reformed.
HM HI
Perkembangan ajaran tentang Communicatio
Idiomatum dalam kalangan Lutheran:
Charles Hodge:
“... the properties or attributes of a substance constitute its
essence, so that if they be removed or if others of a
different nature be added to them, the substance itself is
changed. ... If divine attributes be conferred on man, he
ceases to be man; and if human attributes be transferred
to God, he ceases to be God.” [= ... sifat-sifat dari suatu
zat / bahan membentuk hakekatnya, sehingga kalau
mereka disingkirkan atau kalau sifat-sifat yang lain
ditambahkan kepada mereka, maka zat / bahan itu
sendiri berubah. ... Kalau sifat-sifat ilahi diberikan
kepada manusia, ia berhenti menjadi manusia; dan kalau
sifat-sifat manusia diberikan kepada Allah, ia berhenti
menjadi Allah.] - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 390.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (7)
2) Communicatio Operationum / Apotelesmatum
[communication of acts (= pemberian tindakan-tindakan)].
Semua tindakan / perbuatan Kristus, baik yang bersifat:
a) Ilahi, seperti penciptaan, pemeliharaan.
b) Manusia, seperti makan, minum.
c) Gabungan ilahi dan manusia, seperti penebusan.
adalah tindakan / perbuatan dari pribadi Kristus.
Contoh:
Mat 27:26 - “Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi
YESUS disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.”.
Illustrasi:
Manusia terdiri dari tubuh + jiwa.
Ada tindakan hanya dari jiwa, seperti berpikir, marah, benci.
Ada tindakan hanya dari tubuh, seperti mencerna makanan,
denyut jantung.
Ada tindakan dari gabungan tubuh dan jiwa, seperti membaca,
menulis, berbicara dsb.
Tetapi adalah seluruh pribadi manusia yang marah, mencerna
makanan, membaca dsb.
Karena itu kalau kita melihat seseorang (si A) sedang makan /
berpikir, kita tidak mengatakan ‘tubuhnya makan’ tetapi ‘Dia /
si A makan’. Kita tidak mengatakan ‘jiwanya berpikir’, tetapi
‘Dia / si A berpikir’.
Catatan: lagi-lagi ini hanya cocok untuk orang yang
mempercayai Dichotomy, bukan Trichotomy.
Contoh:
Contoh:
“But because the selfsame one was both God and man, for the
sake of the union of both natures he gave to the one what
belonged to the other.” [= Tetapi karena ‘orang’ yang sama
adalah Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat,
ia memberikan kepada yang satu apa yang termasuk pada
yang lain.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II,
chapter XIV, 2.
-o0o-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (8)
PELAJARAN III
KESUCIAN KRISTUS
1) Ayat-ayat seperti:
2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya
menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh
Allah.”.
Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam
besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan
kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak
berbuat dosa.”.
Ibr 7:26 - “Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita
perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah
dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat
sorga,”.
1Pet 2:22 - “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam
mulutNya.”.
1Pet 3:18 - “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa
kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia
membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam
keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan
menurut Roh,”.
1Yoh 3:5 - “Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diriNya,
supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada
dosa.”.
2) Sebutan ‘Yang Kudus dari Allah’ dalam Luk 4:34 dan Yoh 6:69,
sebutan ‘Yang Kudus dan Benar’ dalam Kis 3:14, sebutan
‘HambaMu yang Kudus’ dalam Kis 4:27,30.
1Pet 1:18-19 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus
dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek
moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan
perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu
darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak
bernoda dan tak bercacat.”.
Mat 21:12-13 - “(12) Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir
semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia
membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku
pedagang merpati (13) dan berkata kepada mereka: ‘Ada tertulis:
RumahKu akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya
sarang penyamun.’”.
Penjelasan:
a) Marah tidak harus dianggap sebagai dosa, dan hal ini terlihat
dari Ef 4:26 dan Maz 4:5.
Ef 4:26 - “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu
berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam
amarahmu”.
Maz 4:5 - “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa;
berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah
diam. Sela”.
Bdk. 1Kor 13:4-6 - “(4) Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia
tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. (5) Ia
tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan
diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan
orang lain. (6) Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi
karena kebenaran.”.
Mat 12:9-14 - “(9) Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah
ibadat mereka. (10) Di situ ada seorang yang mati sebelah
tangannya. Mereka bertanya kepadaNya: ‘Bolehkah
menyembuhkan orang pada hari Sabat?’ Maksud mereka ialah
supaya dapat mempersalahkan Dia. (11) Tetapi Yesus berkata
kepada mereka: ‘Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor
domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat,
tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12)
Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena
itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.’ (13) Lalu kata Yesus
kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia
mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat
seperti tangannya yang lain. (14) Lalu keluarlah orang-orang Farisi
itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia.”.
Luk 14:1-6 - “(1) Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah
salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di
situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. (2)
Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di
hadapanNya. (3) Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi itu, kataNya: ‘Diperbolehkankah
menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?’ (4) Mereka itu
diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan
menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. (5) Kemudian Ia
berkata kepada mereka: ‘Siapakah di antara kamu yang tidak
segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke
dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?’ (6) Mereka tidak
sanggup membantahNya.”.
Yoh 9:14-16 - “(14) Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan
memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. (15) Karena itu
orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya
menjadi melek. Jawabnya: ‘Ia mengoleskan adukan tanah pada
mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat
melihat.’ (16) Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: ‘Orang
ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.’
Sebagian pula berkata: ‘Bagaimanakah seorang berdosa dapat
membuat mujizat yang demikian?’ Maka timbullah pertentangan di
antara mereka.”.
c) Yesus berkata bahwa kita boleh berbuat baik pada hari Sabat
(Mat 12:11-12 bdk. Yoh 7:22-23).
Barclay: “The Law lays it down that the Sabbath Day is to be kept
holy, and that on it no work is to be done. That is a great principle.
But the Jewish legalists had a passion for definition. So they
asked: What is work? All kinds of things were classified as work.
For instance, to carry a burden on the Sabbath Day is to work. But
next a burden has to be defined. So the Scribal Law lays it down
that a burden is ‘food equal in weight to a dried fig, enough wine
for making a goblet, milk enough for one swallow, honey enough
to put upon a wound, oil enough to anoint a small member, water
enough to moisten an eye-salve, paper enough to write a customs
house notice upon, ink enough to write two letters of the alphabet,
reed enough to make a pen’ - and so on endlessly. So they spent
endless hours arguing whether a man could or could not lift a
lamp from one place to another on the Sabbath, whether a tailor
committed a sin if he went out with a needle in his robe, whether a
woman might wear a brooch or false hair, even if a man might go
out on the Sabbath with artificial teeth or an artificial limb, if a
man might lift his child on the Sabbath Day. These things to them
were the essence of religion. Their religion was a legalism of petty
rules and regulations.” [= Hukum Taurat menetapkan bahwa hari
Sabat harus dikuduskan, dan bahwa pada hari itu tidak ada
pekerjaan yang boleh dilakukan. Itu merupakan prinsip yang
besar. Tetapi para legalist Yahudi senang mendefinisikan. Karena
itu mereka bertanya: Apakah pekerjaan itu? Semua jenis hal-hal
digolongkan sebagai pekerjaan. Misalnya, membawa beban pada
hari Sabat adalah bekerja. Tetapi selanjutnya ‘beban’ itu harus
didefinisikan. Maka hukum dari ahli-ahli Taurat menetapkan
bahwa ‘beban’ adalah ‘makanan yang sama beratnya dengan
sebuah buah ara kering, anggur yang cukup untuk membuat satu
gelas minuman, susu yang cukup untuk satu teguk, madu cukup
untuk diberikan pada suatu luka, minyak cukup untuk
mengurapi anggota yang kecil, air cukup untuk membasahkan
salep mata, kertas cukup untuk menuliskan pemberitahuan suatu
rumah cukai, tinta cukup untuk menuliskan 2 huruf dari alfabet,
bambu cukup untuk membuat sebuah pena’, dst tanpa ada
akhirnya. Demikianlah mereka menghabiskan banyak waktu
untuk berdebat apakah seseorang boleh atau tidak boleh
mengangkat sebuah lampu dari satu tempat ke tempat lain pada
hari Sabat, apakah seorang penjahit melakukan dosa jika ia
pergi keluar dengan sebuah jarum dalam jubahnya, apakah
seorang perempuan boleh memakai bros atau rambut palsu,
bahkan apakah seseorang boleh pergi keluar pada hari Sabat
dengan gigi palsu atau kaki palsu, apakah seseorang boleh
mengangkat anaknya pada hari Sabat. Hal-hal ini bagi mereka
merupakan inti dari agama. Agama mereka adalah suatu
legalisme yang terdiri dari peraturan-peraturan yang picik /
remeh.] - hal 128.
Barclay: “To write was to work on the Sabbath. But writing has to
be defined. So the definition runs: ‘He who writes two letters of the
alphabet with his right or with his left hand, whether of one kind
or of two kinds, if they are written with different inks or in
different languages, is guilty. Even if he should write two letters
from forgetfulness, he is guilty, whether he has written them with
ink or with paint, red chalk, vitriol, or anything which makes a
permanent mark. Also he that writes on two walls that from an
angle, or on two tablets of his account book so that they can be
read together is guilty ... But, if anyone writes with dark fluid, with
fruit juice, or in the dust of the road, or in sand, or in anything
which does not make a permanent mark, he is not guilty. ... If he
writes one letter on the ground, and one on the wall of the house,
or on two pages of a book, so that they cannot be read together, he
is not guilty.’ That is a typical passage from the Scribal Law; and
that is what the orthodox Jew regarded as true religion and the
true service of God.” [= Menulis pada hari Sabat berarti bekerja.
Tetapi ‘menulis’ perlu didefinisikan. Dan demikianlah bunyi
definisinya: ‘Ia yang menulis 2 huruf dari alfabet dengan tangan
kanan atau tangan kirinya, apakah dari satu jenis atau 2 jenis,
jika huruf-huruf itu ditulis dengan tinta yang berbeda atau
dalam bahasa yang berbeda, bersalah. Bahkan jika ia menulis 2
huruf karena lupa, ia bersalah, apakah ia telah menulis huruf-
huruf itu dengan tinta atau dengan cat, kapur merah, benda
tajam, atau apapun yang membuat tanda permanen. Juga ia
yang menulis pada 2 dinding yang membentuk suatu sudut, atau
pada 2 lembaran dari buku catatan / rekeningnya sehingga
huruf-huruf itu bisa dibaca bersama-sama, ia bersalah ... Tetapi
jika seseorang menulis dengan cairan gelap, dengan air buah,
atau di tanah di jalanan, atau pada pasir, atau pada apapun yang
tidak membuat tanda permanen, ia tidak bersalah. ... Jika ia
menulis satu huruf di tanah, dan satu di dinding rumah, atau
pada 2 halaman dari suatu buku, sehingga huruf-huruf itu tidak
bisa dibaca bersama-sama, ia tidak bersalah’. Itulah text yang
khas dari hukum dari ahli-ahli Taurat; dan itulah yang dianggap
oleh seorang Yahudi orthodox sebagai agama dan sebagai
pelayanan yang benar kepada Allah.] - hal 129.
Barclay: “To heal was to work on the Sabbath. Obviously this has
to be defined. Healing was allowed when there was danger to life,
and especially in troubles of the ear, nose and throat; but even
then, steps could be taken only to keep the patient from becoming
worse; no steps might be taken to make him get any better. So a
plain bandage might be put on a wound, but no ointment; plain
wadding might be put into a sore ear, but not medicated wadding.”
[= Menyembuhkan pada hari Sabat berarti bekerja. Jelas bahwa
hal ini harus didefinisikan. Penyembuhan diijinkan pada saat
ada bahaya terhadap kehidupan, dan khususnya pada waktu ada
gangguan telinga, hidung dan tenggorokan / kerongkongan;
tetapi bahkan dalam keadaan itu, hanya boleh dilakukan
langkah-langkah untuk menjaga supaya pasien itu tidak menjadi
lebih parah; tidak boleh dilakukan langkah-langkah yang
membuatnya lebih baik. Jadi, suatu perban biasa boleh
diberikan pada suatu luka, tetapi tidak boleh diberi obat / salep;
kapas biasa boleh diberikan pada telinga yang sakit, tetapi kapas
dengan obat tidak boleh.] - hal 129.
Barclay: “The Scribes were the men who worked out these rules
and regulations. The Pharisees, whose names means The
Separated Ones, were the men who had separated themselves from
all the ordinary activities of life to keep all these rules and
regulations. We can see the length to which this went from the
following facts. For many generations this Scribal Law was never
written down; it was the oral law, and it was handed down in the
memory of generations Scribes. In the middle of the third century
A. D. a summary of it was made and codified. That summary is
known as the Mishnah; it contains sixty-three tractates on various
subjects of the Law, and in English makes a book of almost eight
hundred pages. Later Jewish scholarship busied itself with making
commentaries to explain the Mishnah. These commentaries are
known as the Talmuds. Of the Jerusalem Talmud there are twelve
printed volumes; and of the Babylonian Talmud there are sixty
printed volumes. To the strict orthodox Jew, in the time of Jesus,
religion, serving God, was a matter of keeping thousands of
legalistic rules and regulations; they regarded these petty rules and
regulations as literally matters of life and death and eternal
destiny. Clearly Jesus did not mean that not one of these rules and
regulations was to pass away; repeatedly he broke them himself;
and repeatedly he condemned them; that is certainly not what
Jesus meant by the Law, for that is the kind of law that both Jesus
and Paul condemned.” (= Ahli-ahli Taurat adalah orang-orang
yang menyusun peraturan-peraturan ini. Orang-orang Farisi,
yang namanya berarti ‘orang-orang yang terpisah’, adalah
orang-orang yang memisahkan diri mereka sendiri dari semua
aktivitas kehidupan biasa untuk mentaati semua peraturan-
peraturan itu. Kita bisa melihat panjangnya peraturan-
peraturan itu dari fakta-fakta yang berikut ini. Selama beberapa
generasi, hukum dari ahli-ahli Taurat ini tidak pernah
dituliskan; itu merupakan hukum lisan, dan diturunkan dalam
ingatan dari generasi-generasi ahli-ahli Taurat. Pada
pertengahan abad ketiga Masehi suatu ringkasan darinya dibuat
dan disusun. Ringkasan itu dikenal sebagai Mishnah; itu terdiri
dari 63 traktat tentang bermacam-macam pokok hukum Taurat,
dan dalam bahasa Inggris menjadi sebuah buku yang terdiri dari
hampir 800 halaman. Ahli-ahli theologia Yahudi selanjutnya
menyibukkan dirinya sendiri dengan membuat tafsiran-tafsiran
untuk menjelaskan Mishnah. Tafsiran-tafsiran ini dikenal
sebagai Talmud. Talmud Yerusalem terdiri dari 12 volume; dan
Talmud Babilonia terdiri dari 60 volume. Bagi seorang Yahudi
orthodox, pada jaman Yesus, agama dan pelayanan kepada Allah
merupakan persoalan ketaatan terhadap ribuan peraturan-
peraturan legalistik; mereka menganggap peraturan-peraturan
remeh / picik ini secara hurufiah sebagai persoalan hidup atau
mati dan tujuan kekal. Jelas bahwa Yesus tidak memaksudkan
bahwa tidak satupun dari peraturan-peraturan ini yang boleh
ditiadakan; berulangkali Ia sendiri melanggar mereka; dan
berulangkali Ia mengecam mereka; jelas bukan itu yang Yesus
maksudkan dengan hukum Taurat, karena itu adalah jenis
hukum Taurat yang dikecam oleh Yesus dan Paulus.) - hal 129-
130.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (9)
3) Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, padahal baptisan
Yohanes adalah baptisan untuk pengampunan dosa (Mark 1:4).
Contoh:
Yoh 2:3 - “Ketika mereka kekurangan anggur, ibu (Yunani:
METER) Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka kehabisan
anggur.’”.
Illustrasi:
Kalau ada seorang majikan dan pegawainya yang sama-sama
menjadi majelis dari suatu gereja, maka:
1. Dalam pekerjaan, pegawai itu harus tunduk pada majikannya.
2. Dalam urusan gereja, pegawai itu tidak harus tunduk kepada
majikannya itu, karena ia mempunyai pangkat / jabatan yang
sama dengan majikannya. Dan kalau hal ini terjadi, kita pasti
tidak akan mengatakan bahwa pegawai itu kurang ajar kepada
majikannya!
5) Yesus takut dan gentar (Mat 26:37-38 Mark 14:33 Luk 22:44).
Jadi, dari ayat ini kita bisa melihat bahwa Yesus bukan hanya
sedih tetapi juga takut.
Catatan:
Kata-kata yang oleh KJV diterjemahkan ‘in that He feared’ [=
dalam hal yang Ia takuti], diterjemahkan secara berbeda oleh
Kitab Suci bahasa Inggris yang lain.
NIV: ‘because of His reverent submission’ [= karena
ketundukanNya yang penuh hormat / takut].
NASB: ‘because of His piety’ [= karena kesalehanNya].
NKJV: ‘because of His godly fear’ [= karena rasa takutNya
yang saleh].
RSV: ‘for his godly fear’ [= karena rasa takutNya yang saleh].
Bahwa Yesus SEDIH, itu bukan sesuatu yang aneh, karena saat
itu Ia sedang dikhianati oleh Yudas, akan ditinggal oleh murid-
muridNya, akan disangkal oleh Petrus, akan ditolak oleh orang-
orang Yahudi, dan akan terpisah dari Allah. Dan kesedihan itu
juga bukan dosa karena ayat seperti Fil 4:4 memang tidak boleh
dimutlakkan (bdk. Mat 5:4 Luk 6:21b)!
Bandingkan dengan:
Jadi jelas bahwa ayat ini tidak bisa diterapkan terhadap rasa
takut Kristus pada saat ini.
6) Ibr 5:8 mengatakan bahwa Yesus ‘belajar menjadi taat dari apa
yang telah dideritaNya’.
Penjelasan:
Bdk. Maz 32:9 - “Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak
berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les
dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.”.
Setiap orang kristen akan mengalami ketaatan seperti ini,
tetapi Yesus tidak!
1. Dari tidak tahu lalu menjadi tahu tentang apa yang harus
ditaati. Tentu bukan ini yang dimaksud di sini.
Bandingkan dengan:
Penjelasan:
Kontext (Ibr 4:14-5:10) berbicara tentang Yesus sebagai Imam
Besar, dan karena itu istilah ‘sempurna’ di sini harus dihubungkan
dengan hal itu. Jadi artinya adalah: Ia jadi cocok sempurna untuk
menjadi Imam Besar.
Penjelasan:
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (10)
Dalam hal ini tidak ada kesatuan pendapat, bahkan dalam kalangan
Reformedpun tidak ada keseragaman pendapat.
3. Kemahabijaksanaan Allah.
Kebijaksanaan Allah menyebabkan Ia pasti membuat
rencana yang terbaik. Kalau rencana ini diubah, maka
akan menjadi bukan yang terbaik. Ini tidak mungkin!
4. Kemahakuasaan Allah.
Manusia sering gagal mencapai rencananya atau
terpaksa mengubah rencananya karena ia tidak maha
kuasa. Tetapi Allah yang maha kuasa tidak mungkin gagal
mencapai rencanaNya atau terpaksa harus mengubah
rencanaNya!
2. Pandangan W. G. T. Shedd
Shedd beranggapan bahwa hakekat manusia dari Kristus bisa
berdosa (posse peccare), tetapi dalam persatuan antara
hakekat manusia dan hakekat ilahi dalam satu pribadi, hakekat
ilahilah yang menguasai dan mengontrol hakekat manusia,
dan bukan sebaliknya. Jadi kekuatan pribadi Kristus untuk
melawan godaan / serangan setan setara dengan kekuatan
dari hakekat ilahi untuk melawan godaan / serangan setan.
Dengan demikian, apa yang bisa dilakukan oleh hakekat
manusia Kristus kalau hakekat manusia itu terpisah dari
hakekat ilahi (yaitu bisa berbuat dosa), tidak bisa dilakukan
oleh persatuan dari hakekat manusia dan hakekat ilahi dalam
pribadi Kristus.
Jadi doktrin Shedd tentang Communicatio Idiomatum adalah
bahwa semua sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada pribadi
Kristus, tetapi untuk hakekat manusia, ada 1 sifat yang tidak
bisa diberikan kepada pribadi Kristus, yaitu sifat ‘bisa berdosa’.
Alasan Shedd adalah: dalam persoalan dosa, hakekat ilahi
tidak bisa membiarkan hakekat manusia pada
keterbatasannya. Kalau hakekat ilahi melakukan hal itu,
hakekat ilahi sendiri sudah berdosa.
“In this latter instance, the divine nature cannot innocently and
righteously leave the human nature to its own finiteness without
any support from the divine, as it can in other instances” (= Dalam
hal yang terakhir ini, hakekat ilahi tidak bisa secara tak berdosa
dan secara benar, meninggalkan hakekat manusia pada
keterbatasannya tanpa pertolongan dari hakekat ilahi, seperti
yang bisa dilakukan oleh hakekat ilahi dalam hal-hal lain) -
‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 333-334.
3. Pandangan R. L. Dabney.
a. Persatuan 2 hakekat itu adalah suatu perisai bagi hakekat
manusia terhadap kesalahan.
Yes 11:2,3 - “(2) Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat
dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan
dan takut akan TUHAN; (3) ya, kesenangannya ialah takut
akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas
pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata
orang.”.
Jawab:
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Yesus mengucapkan Mat 26:53 ini hanya untuk meluruskan
pemikiran / tindakan dari Petrus yang berusaha ‘menolong
Yesus’ dengan membacok telinga hamba Imam Besar.
b) Calvin beranggapan bahwa dalam Mat 26:53 ini Yesus
hanya mengandaikan.
Jadi maksudNya adalah sebagai berikut: Andaikata saja hal
itu tidak bertentangan dengan kehendak Allah, maka dari
pada dibantu oleh Petrus menggunakan pedangnya, Yesus
mempunyai cara yang lebih baik, yaitu berdoa kepada Bapa
untuk mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat.
c) Mat 26:53 tidak boleh dipisahkan dari Mat 26:54 yang
berbunyi: “Jika begitu, bagaimanakah mungkin akan digenapi
yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan bahwa
harus terjadi demikian?”.
Kata ‘harus’ menunjukkan bahwa penangkapan terhadap
Kristus dan kematianNya, tidak bisa tidak terjadi!
d) Kita juga harus mengingat doa Yesus dalam taman
Getsemani dimana Ia berdoa: “Ya BapaKu, jikalau sekiranya
mungkin, biarlah cawan itu lalu dari padaKu” (Mat 26:39a).
Tetapi karena kesucianNya, yang tidak memungkinkan Dia
untuk menentang kehendak Allah, Ia lalu menambahkan:
“Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan
seperti yang Engkau kehendaki” (Mat 26:39b).
Karena itu, andaikatapun Yesus di sini berdoa meminta
Bapa mengirim pasukan malaikat, tidakkah Ia juga akan
menambahkan kata-kata dalam Mat 26:39 itu?
Jawab: Pandangan ini juga tidak logis, karena memiliki sifat ‘bisa
tidak berdosa’ tanpa memiliki sifat ‘bisa berdosa’ adalah sama
dengan memiliki sifat ‘tidak bisa berdosa’.
A B C D
PP / BB NPNP / TBTB PP / BB
Keterangan gambar:
-o0o-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (11)
PELAJARAN IV
I) Inkarnasi.
A) Arti kata ‘inkarnasi’.
Catatan:
Jangan menyamakan ‘inkarnasi’ dengan ‘reinkarnasi’.
Kekristenan mempercayai inkarnasi, yaitu waktu Yesus, yang
adalah Allah, menjadi manusia. Tetapi kekristenan menolak
reinkarnasi, yang merupakan ajaran agama Hindu / Buddha,
karena bertentangan dengan Kitab Suci, khususnya Ibr 9:27,
yang mengatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya
satu kali saja dan sesudah itu dihakimi.
Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya
satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,”.
D) Perlunya inkarnasi.
Alasannya:
Bdk. 1Pet 1:18-20 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah
ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari
nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan
pula dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang
mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba
yang tak bernoda dan tak bercacat. (20) Ia telah dipilih sebelum
dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diriNya
pada zaman akhir.”.
Kalau kita menyoroti kata ‘menjadi’ dalam Yoh 1:14, maka kita
perlu ingat bahwa kata ini bisa digunakan dalam 2 arti:
2. Leon Morris:
“When the Word became flesh His cosmic activities did not
remain in abeyance.” (= Ketika Firman menjadi daging,
kegiatan-kegiatan alam semestaNya tidaklah dibiarkan
terkatung-katung.).
3. Leon Morris:
“We must surely hold that the incarnation meant the adding of
something to what the Word was doing, rather than the
cessation of most of His activites.” (= Kita harus berpegang /
percaya bahwa inkarnasi berarti penambahan terhadap
sesuatu yang sedang dilakukan oleh Firman, dan bukannya
penghentian dari sebagian besar kegiatan-kegiatanNya.).
Pulpit Commentary:
“In view of the contention of Meyer that the language here
refers to no agelong, eternal indwelling of the Logos with, or
of the Son (God only begotten) on the bosom of, the Father,
but to the exaltation of the Christ after his ascension, we can
only refer to the present tense (HO ON), which from the
standpoint of the prologue does not transfer itself to the
historical standpoint of the writer at the end of the first
century” [= Tentang pandangan Meyer bahwa kata-kata di
sini tidak menunjukkan bahwa Logos itu diam / tinggal
secara kekal bersama-sama, atau di dada, Bapa, tetapi
menunjuk pada pemuliaan Kristus setelah kenaikanNya,
kami bisa hanya menunjuk pada present tense (HO ON),
yang dari sudut pandang pendahuluan (pendahuluan Injil
Yohanes), tidak mentranfer dirinya sendiri ke sudut
pandang historis dari penulis pada akhir abad pertama].
Pulpit Commentary:
“... in this verse he is speaking of the timeless condition, the
eternal fellowship, of the Only Begotten with the Father, as
justifying the fulness of the revelation made in his
incarnation” (= ... dalam ayat ini ia berbicara kondisi yang
kekal, persekutuan kekal, dari Anak Tunggal dengan Bapa,
sebagai dasar / pembenaran kepenuhan wahyu yang dibuat
dalam inkarnasiNya).
William Hendriksen:
“Besides, the added clause ‘who lies upon the Father’s
breast’ indicates a relation of abiding closeness between the
Father-God and the Son-God” (= Disamping itu, anak
kalimat tambahan ‘yang bersandar di dada Bapa’
menunjukkan suatu hubungan dekat yang kekal antara
Allah Bapa dan Allah Anak).
William Barclay:
“When John uses this phrase about Jesus, he means that
between Jesus and God there is complete and uninterrupted
intimacy. It is because Jesus is so intimate with God, that he
is one with God and can reveal him to men” (= Ketika
Yohanes menggunakan istilah ini tentang Yesus, ia
memaksudkan bahwa antara Yesus dan Allah ada keintiman
yang lengkap dan tak putus-putusnya. Justru karena Yesus
begitu intim dengan Allah, dan satu dengan Allah, maka Ia
bisa menyatakan Dia kepada manusia).
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (12)
Selanjutnya, dalam membahas ketidak-berubahan LOGOS
baik dalam hakekat, sifat, maupun kegiatanNya pada saat
berinkarnasi ini, kita perlu membahas suatu ajaran yang
disebut Teori Kenosis [= teori pengosongan diri]. Teori
Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer,
tetapi salah / sesat!
Yes 11:1,10 - “(1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan
taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. ... (10)
Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri
sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh
suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi
mulia.”.
Yes 4:2 - “Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN
akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah
menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel
yang terluput.”.
Yes 53:2 - “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan
sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan
semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan
rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.
Yer 23:5 - “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah
firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi
Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan
melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.”.
Wah 5:5 - “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku:
‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku
Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat
membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh
meterainya.’”.
Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk
memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-
jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur
yang gilang-gemilang.’”.
John Calvin: “In this sense he also says that ‘the Author of
sanctification and those who are sanctified have all one origin’
(Hebrews 2:11a). The context shows that this expression refers
to the fellowship of nature, for he immediately adds: ‘That is
why he is not ashamed to call them brethren’ (Hebrews 2:11b).”
[= Dalam arti ini ia juga mengatakan bahwa ‘Pencipta dari
pengudusan dan mereka yang dikuduskan semua mempunyai
satu asal usul’ (Ibrani 2:11a). Kontext menunjukkan bahwa
ungkapan ini menunjuk pada persekutuan hakekat, karena ia
segera menambahkan: ‘itulah sebabnya Ia tidak malu
menyebut mereka saudara ’ (Ibr 2:11b).] - ‘Institutes of the
Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.
Kalau Yesus tidak berasal dari sel telur Maria, maka Ia tidak
bisa menyebut kita sebagai ‘saudara’.
John Calvin: “Now, if he had not truly been begotten of the seed of
David, what will be the point of this expression that he is ‘the fruit
of her womb’ (Luke 1:42)?” [= Sekarang, seandainya Ia tidak
sungguh-sungguh dilahirkan / diperanakkan dari benih /
keturunan Daud, apa tujuan dari ungkapan ini bahwa Ia adalah
‘buah rahimnya’ (Luk 1:42)?] - ‘Institutes of the Christian
Religion’, Book II, Chapter 13, no 3.
Bahwa ini memang ajaran Reformed terlihat jelas karena hal ini
masuk dalam ‘Westminster Confession of Faith’ pasal 8 ayat 2
yang berbunyi:
“The Son of God, the second person in the Trinity, being very and
eternal God, of one substance and equal with the Father, did, when
the fulness of time was come, take upon Him man’s nature, with all
the essential properties, and common infirmities thereof, yet with out
sin; being conceived by the power of the Holy Ghost, in the womb of
the virgin Mary, of her substance. So that two whole, perfect, and
distinct natures, the Godhead and the manhood, were inseparably
joined together in one person, without conversion, composition, or
confusion. Which person is very God, and very man, yet one Christ,
the only Mediator between God and man.” (= Anak Allah, pribadi
kedua dalam Tritunggal, yang adalah Allah yang sungguh-sungguh
dan kekal, dari satu zat dan setara dengan Bapa, pada waktu
kegenapan waktunya sudah tiba, memang mengambil kepada
diriNya hakekat manusia, dengan semua sifat-sifat hakiki, dan
kelemahan-kelemahan umum darinya, tetapi tanpa dosa;
dikandung oleh kuasa Roh Kudus, dalam rahim / kandungan dari
perawan Maria, dari zatnya / zat Maria. Maka / jadi, kedua
hakekat yang penuh / utuh, sempurna, dan berbeda, keAllahan dan
kemanusiaan, digabungkan bersama-sama secara tak terpisahkan
dalam satu pribadi, tanpa perubahan / penukaran, percampuran,
atau kekacauan / percampuran. Pribadi mana adalah sungguh-
sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia, tetapi satu Kristus,
satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia.).
John Owen:
“The framing, forming, and miraculous conception of the body of
Christ in the womb of the blessed Virgin was the peculiar and
especial work of the Holy Ghost. ... The act of the Holy Ghost in this
matter was a creating act; not, indeed, like the first creating act,
which produced the matter and substance of all things out of nothing,
causing that to be which was not before, neither in matter, nor form,
nor passive disposition; but like those subsequent acts of creation,
whereby, out of matter before made and prepared, things were made
that which before they were not, and which of themselves they had no
active disposition unto nor concurrence in. So man was created or
formed of the dust of the earth, and woman of a rib taken from man.
There was a previous matter unto their creation, but such as gave no
assistance nor had any active disposition to the production of that
particular kind of creature whereinto they were formed by the
creating power of God. Such was this act of the Holy Ghost in
forming the body of our Lord Jesus Christ; for although it was
effected by an act of infinite creating power, yet it was formed or
made of the substance of the blessed Virgin.” [= Penyusunan,
pembentukan, dan pembuahan yang bersifat mujijat dari tubuh
Kristus di dalam kandungan Perawan yang diberkati merupakan
pekerjaan yang khas dan khusus dari Roh Kudus. ... Tindakan Roh
Kudus dalam persoalan ini merupakan tindakan penciptaan;
memang tidak seperti tindakan penciptaan pertama, yang
menghasilkan bahan dan zat dari segala sesuatu dari tidak ada,
menyebabkannya ada padahal tadinya tidak ada, baik dalam
bahannya, bentuknya, maupun penyusunan / kecondongan pasif;
tetapi seperti tindakan-tindakan penciptaan yang berikutnya,
dengan mana, dari bahan yang sudah dibuat dan dipersiapkan
sebelumnya, benda-benda / hal-hal yang sebelumnya tidak ada
dibuat / dicipta, dan yang dari dirinya sendiri mereka tidak
mempunyai kecondongan aktif kepada hal itu maupun persetujuan.
Demikianlah manusia / orang laki-laki diciptakan atau dibentuk
dari debu tanah, dan perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Disana
sudah ada bahan untuk penciptaan mereka, tetapi sedemikian rupa
sehingga tidak memberikan bantuan atau mempunyai kecondongan
aktif pada produksi dari jenis ciptaan tertentu ke dalam mana
mereka dibentuk oleh kuasa penciptaan Allah. Demikian jugalah
tindakan Roh Kudus dalam membentuk tubuh dari Tuhan Yesus
Kristus; karena sekalipun itu dihasilkan oleh tindakan dari kuasa
penciptaan yang tak terbatas, tetapi itu dibentuk atau dibuat dari
zat dari sang Perawan yang diberkati.] - ‘The Works of John
Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 162,163-164.
Herman Bavinck:
“Even though Christ has assumed a human nature which is finite
and limited and which began in time, as person, as Self, Christ
does not in Scripture stand on the side of the creature but on the
side of God” (= Sekalipun Kristus telah mengambil suatu hakekat
manusia yang terbatas dan yang dimulai dalam waktu, tetapi
sebagai pribadi, sebagai Diri / Ego, dalam Kitab Suci Kristus
tidak berdiri di pihak makhluk ciptaan tetapi di pihak Allah) -
‘Our Reasonable Faith’, hal 317.
“The relationship is that of Creator and creature, and the creature
from the nature of his being can never become Creator, nor have
the significance and worth for us human beings of the Creator” (=
Hubungan itu adalah hubungan Pencipta dan makhluk ciptaan,
dan makhluk ciptaan sesuai dengan keadaan alamiah
keberadaannya tidak pernah bisa menjadi Pencipta, atau
mempunyai arti dan nilai dari sang Pencipta bagi kita manusia) -
‘Our Reasonable Faith’, hal 323.
“That human nature did not exist beforehand. ... But in the
incarnation, also, Scripture holds to the goodness of creation and
to the Divine origin of matter” (= Hakekat manusia itu tidak ada
sebelumnya. ... Tetapi juga dalam inkarnasi, Kitab Suci
berpegang pada kebaikan penciptaan dan pada asal usul ilahi
dari zat / bahan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 325.
“Just as the human nature of Christ did not exist before the
conception in Mary, so it did not exist for sometime before, nor
some time after, in a state of separation from Christ” (=
Sebagaimana hakekat manusia Kristus itu tidak ada sebelum
pembuahan di dalam Maria, begitu juga hakekat manusia itu
tidak ada sebelumnya, ataupun setelahnya, dalam keadaan
terpisah dari Kristus) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.
“In short, to one and the same subject, one and the same person,
Divine and human attributes and works, eternity and time,
omnipresence and limitation, creative omnipotence and creaturely
weakness are ascribed” (= Singkatnya, subyek yang satu dan
yang sama, pribadi yang satu dan yang sama, dianggap
mempunyai sifat-sifat dasar dan pekerjaan-pekerjaan Ilahi dan
manusia, kekekalan dan waktu / terbatas waktu, kemaha-adaan
dan keterbatasan, kemaha-kuasaan yang bersifat mencipta dan
kelemahan makhluk ciptaan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.
Robert M. Bowman Jr.: “In his ‘Prologue’ John contrasts the Word,
which ‘was’ (EN, third person imperfect form of EIMI) in the beginning,
with his bringing into existence (EGENETO, the third person singular
indicative form of GENESTHAI) of all things (John 1:1-3). ... to say that
the Word was continuing to exist at the beginning of created time is
simply another way of saying that the Word was eternal. By going on to
say that this uncreated Logos ‘became’ (EGENETO) flesh (1:14), John
draws another contrast between the two natures of Christ. To put it in the
classic terminology of orthodox incarnational theology, Christ was
uncreated (EN) with respect to his deity, but created (EGENETO) with
respect to his humanity” [= Dalam ‘Pendahuluan’nya Yohanes
mengkontraskan Firman, yang ‘was’ / telah ada (EN, orang ketiga,
bentuk imperfect dari EIMI) pada mulanya, dengan pembuatan /
penciptaan (EGENETO, orang ketiga tunggal, bentuk indikatif dari
GENESTHAI) dari segala sesuatu (Yoh 1:1-3). ... mengatakan bahwa
Firman terus ada pada permulaan dari waktu yang diciptakan
hanyalah merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa Firman itu
kekal. Dengan mengatakan selanjutnya bahwa Logos yang tidak
diciptakan ini ‘became’ / ‘menjadi’ (EGENETO) daging (1:14), Yohanes
membuat kontras yang lain antara kedua hakekat Kristus. Untuk
mengatakannya dalam ungkapan klasik dari theologia inkarnasi yang
ortodox, Kristus tidak diciptakan (EN) berkenaan dengan
keallahanNya, tetapi diciptakan (EGENETO) berkenaan dengan
kemanusiaanNya] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the
Gospel of John’, hal 114.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (13)
Ibr 9:14 - “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang
kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah
sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati
nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita
dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”.
Calvin: “For we make Christ free from all stain not just because
he was begotten of his mother without copulation with man, but
because he was sanctified by the Spirit that the generation might
be pure and undefiled as would have been true before Adam’s fall”
(= Karena kita membuat Kristus bebas dari segala noda /
kekotoran bukan hanya karena Ia diperanakkan dari ibuNya
tanpa hubungan sex dengan laki-laki, tetapi karena Ia
dikuduskan oleh Roh sehingga kelahiranNya bisa murni dan
tidak tercemar seperti sebelum kejatuhan Adam) - ‘Institutes of
the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, No 4.
Catatan:
1. Doktrin Immaculate Conception ini baru muncul pada
tahun 1854. Karena itu perlu dipertanyakan: kalau doktrin
ini memang ada dalam Kitab Suci / berasal dari Kitab
Suci, mengapa dibutuhkan waktu 18 abad untuk
menemukannya?
Jawab:
1. Sekalipun kelahiran dari perawan masih belum cukup
untuk membuat Yesus lahir suci, tetapi setidaknya
dengan cara ini bisa ditambahkan penyucian dari Roh
Kudus sehingga Yesus lahir suci. Tetapi kalau digunakan
kelahiran biasa, sekalipun ditambahkan penyucian dari
Roh Kudus, tetap tidak mungkin Yesus lahir suci.
2. Calvin: Tidak terlalu cocok bahwa pribadi yang adalah
Allah dan manusia itu dilahirkan dengan cara yang sama
seperti kita. Harus dengan cara yang berbeda supaya
cocok dengan kewibawaan pribadiNya.
Catatan: saya beranggapan bahwa jawaban yang kedua
ini tidak mempunyai dasar Kitab Suci.
Penerapan:
Adalah sesuatu yang aneh kalau banyak orang kristen yang
bukannya menderita tetapi sebaliknya justru merasa senang
kalau bergaul / berkumpul dengan orang-orang yang brengsek!
Apakah saudara termasuk orang seperti itu?
a) Dunia.
Yoh 1:10 - “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan
olehNya, tetapi dunia tidak mengenalNya.”.
b) Bangsanya.
Yoh 1:11 - “Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi
orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.”.
Yoh 10:20 - “‘Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu
mendengarkan Dia?’”.
c) Orang-orang sekampungnya.
Mat 13:53-57 - “(53) Setelah Yesus selesai menceriterakan
perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ. (54)
Setibanya di tempat asalNya, Yesus mengajar orang-orang di
situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan
berkata: ‘Dari mana diperolehNya hikmat itu dan kuasa untuk
mengadakan mujizat-mujizat itu? (55) Bukankah Ia ini anak
tukang kayu? Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-
saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? (56) Dan
bukankah saudara-saudaraNya perempuan semuanya ada
bersama kita? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?’
(57) Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus
berkata kepada mereka: ‘Seorang nabi dihormati di mana-
mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.’”.
d) Keluarganya.
Yoh 7:3-5 - “(3) Maka kata saudara-saudara Yesus
kepadaNya: ‘Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea,
supaya murid-muridMu juga melihat perbuatan-perbuatan
yang Engkau lakukan. (4) Sebab tidak seorangpun berbuat
sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka
umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian,
tampakkanlah diriMu kepada dunia.’ (5) Sebab saudara-
saudaraNya sendiripun tidak percaya kepadaNya.”.
e) Yudas Iskariot.
a) Tentang pencambukan:
William Hendriksen:
“The Roman scourge consisted of a short wooden handle to
which several thongs were attached, the ends equipped with
pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone.
The stripes were laid especially on the victim’s back, bared and
bent. Generally two men were employed to administer this
punishment, one lashing the victim from one side, one from the
other side, with the result that the flesh was at times lacerated to
such an extent that deep-seated veins and arteries, sometimes
even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging,
from which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often
resulted in death” [= Cambuk Romawi terdiri dari gagang
kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang
ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau
kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan.
Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban,
yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang
dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang
mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi
yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu
kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga
pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-
kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi
terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh
dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37),
sering berakhir dengan kematian].
William Barclay:
“Roman scourging was a terrible torture. The victim was
stripped; his hands were tied behind him, and he was tied to a
post with his back bent double and conveniently exposed to the
lash. The lash itself was a long leather thong, studded at
intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such
scourging always preceded crucifixion and ‘it reduced the
naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding
weals’. Men died under it, and men lost their reason under it,
and few remained conscious to the end of it” [= Pencambukan
Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban
ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada
suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga
terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu
tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-
potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing.
Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan
‘pencambukan itu menjadikan tubuh telanjang itu menjadi
carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang
meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati karenanya,
dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi gila?)
karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir
pencambukan].
b) Tentang penyaliban:
Pulpit Commentary:
“Nails were driven through the hands and feet, and the body
was supported partly by these and partly by a projecting pin of
wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture,
was never used” (= Paku-paku menembus tangan dan kaki,
dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini
dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang
disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering
terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).
William Barclay:
“When they reached the place of crucifixion, the cross was laid
flat on the ground. The prisoner was stretched upon it and his
hands nailed to it. The feet were not nailed, but only loosely
bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge of wood
called the saddle, to take his weight when the cross was raised
upright - otherwise the nails would have torn through the flesh
of the hands. The cross was then lifted upright and set in its
socket - and the criminal was left to die ... Sometimes prisoners
hung for as long as a week, slowly dying of hunger and thirst,
suffering sometimes to the point of actual madness” [= Ketika
mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di
atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan
tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak
dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-
kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol
sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang
itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-
paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu
ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu
dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang
hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-
lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik
dimana mereka menjadi gila].
Catatan:
Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan
saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku.
Ini ia dasarkan pada:
1. Tradisi.
2. Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas
paku pada kaki.
Yoh 20:25,27 - “(25) Maka kata murid-murid yang lain itu
kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas
berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku
pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke
dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam
lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’ ... (27)
Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di
sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan
cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak
percaya lagi, melainkan percayalah.’”.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (14)
Penerapan:
Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan dengan
Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus
dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan
tidak akan pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh
Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan!
(Bdk. Yoh 14:16 Ibr 13:5).
Penerapan:
Bagi orang yang tidak percaya, kematian Yesus secara jasmani
maupun rohani ini tak ada gunanya. Mereka akan mengalami
kematian jasmani dan rohani (dalam neraka).
Sedangkan orang yang percaya hanya akan mengalami kematian
jasmani, dan itupun bukan lagi sebagai hukuman dosa, tetapi
sebagai jalan masuk ke surga! Karena itulah orang kristen yang
sejati tidak perlu, bahkan tidak boleh, takut pada kematian. Sama
seperti Paulus, kitapun bisa berkata: “Bagiku hidup adalah
Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Fil 1:21).
Gal 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat
dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis:
‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (15)
Catatan:
1) Calvin menggabungkan kematian dan penguburan Kristus dalam
satu tahap perendahan saja.
2) Disamping itu Calvin juga berpendapat bahwa penguburan
terhadap Kristus menunjukkan bahwa kutuk sudah mulai
disingkirkan.
Calvin (tentang Mat 27:57): “Christ should be buried, that it might
be more fully attested that he suffered real death on our account. But
yet it ought to be regarded as the principal design, that in this manner
the cursing, which he had endured for a short time, began to be
removed; for his body was not thrown into a ditch in the ordinary
way, but honourably laid in a hewn sepulchre.” [= Kristus harus
dikuburkan, supaya itu bisa membuktikan secara lebih penuh
bahwa Ia mengalami kematian yang sungguh-sungguh karena kita.
Tetapi harus dianggap sebagai tujuan utama, bahwa dengan cara
ini kutuk, yang Ia alami untuk waktu yang singkat, mulai
disingkirkan; karena tubuhNya tidak dibuang di got (?) dengan
cara biasa, tetapi dengan hormat diletakkan di suatu kuburan
galian.] - hal 330.
Luk 16:23 - “Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan
sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang
ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus
duduk di pangkuannya.”.
Disamping itu, ‘Roh’ (ay 19) = ‘Roh’ (ay 18). Dan kata-kata
‘menurut Roh’ (ay 18) seharusnya adalah ‘oleh Roh / by the
Spirit’, dan jelas menunjuk kepada Roh Kudus.
c) Roma Katolik.
Sesudah mati, Kristus pergi ke LIMBUS PATRUM (= tempat
penantian dimana orang-orang suci jaman Perjanjian Lama
menantikan kebangkitan Kristus), menyampaikan Injil
kepada mereka dan lalu membawa mereka ke surga.
d) Lutheran.
‘Turun ke HADES’ merupakan tahap pertama dari
pemuliaan Kristus. Kristus turun ke HADES untuk
menyelesaikan kemenanganNya atas setan dan untuk
menyampaikan hukuman mereka.
f) Calvin.
‘Turun ke neraka’ menunjukkan penderitaan rohani yang
dialami oleh Kristus. Calvin berkata bahwa 12 Pengakuan
Iman Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus
yang terlihat oleh manusia (yaitu menderita, disalibkan,
mati, dikuburkan), dan setelah itu 12 Pengakuan Iman
Rasuli itu melanjutkan dengan menunjukkan penderitaan
Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia. Ini
terjadi pada saat Ia berteriak: ‘ELI, ELI, LAMA
SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).
Dengan demikian jelas bahwa Calvin tidak mempercayai
bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus betul-
betul turun ke neraka atau HADES atau tempat manapun.
Antara kematian dan kebangkitanNya, roh / jiwa dari
manusia Yesus pergi ke surga (sesuai dengan kata-kataNya
dalam Luk 23:43,46), sedangkan tubuh manusia Yesus ada
di kuburan.
Catatan:
Ada keberatan terhadap ajaran yang mengatakan bahwa
antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak turun
kemana-mana tetapi naik ke surga, karena setelah
kebangkitanNya, dalam Yoh 20:17 Yesus berkata kepada
Maria: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum
pergi kepada Bapa”.
Yoh 20:17 - “Kata Yesus kepadanya: Janganlah engkau
memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi
pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada
mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan
Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.’”.
-o0o-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (16)
PELAJARAN V
I) Kebangkitan.
A) Hal-hal yang terjadi pada saat kebangkitan.
Kol 1:18 - “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung,
yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang
lebih utama dalam segala sesuatu.”.
Wah 1:5 - “dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang
pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas
raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah
melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya -”.
Fil 3:21 - “yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini,
sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia, menurut
kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada
diriNya.”.
Karena itu tidak mungkin para penjaga kubur Yesus itu lalai
dalam menjaga kubur sehingga mayat Yesus bisa dicuri.
Contoh:
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
KRISTOLOGI (17)
1) Perpindahan tempat.
Perlu dicamkan bahwa surga bukanlah sekedar merupakan
suatu kondisi, tetapi betul-betul suatu tempat (baca Yoh 14:2-5
dan perhatikan bahwa kata ‘tempat’ muncul berulang-ulang).
Herman Hoeksema:
“This ascension must be conceived as consisting definitely in a
change of place. In His human nature Christ departed from the
earth and went into heaven both in body and soul. After His
ascension He is according to His human nature no longer on
earth, but in heaven only. This must be emphasized especially over
against the Lutherans, who teach what is called the ubiquity of the
human nature of Christ after His resurrection and ascension into
heaven” (= Kenaikan ini harus dipahami sebagai perubahan
tempat. Dalam hakekat manusiaNya, Kristus meninggalkan bumi
dan pergi ke surga baik tubuh dan jiwaNya. Setelah
kenaikanNya maka menurut hakekat manusiaNya Ia tidak lagi di
bumi tetapi hanya di surga. Ini harus ditekankan khususnya
menghadapi golongan Lutheran, yang mengajarkan apa yang
disebut kemaha-adaan dari hakekat manusia Kristus setelah
kebangkitan dan kenaikanNya ke surga) - ‘Reformed
Dogmatics’, hal 420.
Herman Hoeksema:
“Heaven is a definite place, and not merely a condition” (= Surga
adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata
merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’,
hal 422.
Yoh 14:2 - “Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak
demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku
pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.”.
Calvin: “the Lord by his ascent to heaven opened the way into the
Heavenly Kingdom, which had been closed through Adam
(John 14:3). Since he entered heaven in our flesh, as if in our
name, it follows, as the apostle says, that in a sense we already ‘sit
with God in the heavenly places in him’ (Eph. 2:6), so that we do
not await heaven with a bare hope, but in our Head already
possess it.” [= Tuhan oleh kenaikanNya ke surga membuka jalan
ke dalam Kerajaan Surgawi, yang telah ditutup melalui Adam
(Yoh 14:3). Karena Ia masuk ke surga dalam daging kita, seakan-
akan dalam nama kita, akibatnya, seperti dikatakan oleh sang
rasul, bahwa dalam arti tertentu kita sudah ‘duduk dengan Allah
dalam tempat-tempat surgawi dalam Dia’ (Ef 2:6), sehingga kita
tidak menantikan surga dengan suatu harapan semata-mata,
tetapi sudah memilikinya dalam Kepala kita.] - ‘Institutes of the
Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 16.
Yoh 14:16,18 - “(16) Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan
memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia
menyertai kamu selama-lamanya, ... (18) Aku tidak akan
meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali
kepadamu.”.
Adam Clarke: “he has ascended unto heaven, ... and there he shall
continue till he comes again to judge the quick and the dead” (= Ia
telah naik ke surga, ... dan Ia akan terus di sana sampai Ia datang
lagi untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati) - hal 707.
J. A. Alexander: “In the mean time, i.e. until God shall send Christ
and the times of refreshing from his presence, he is committed to the
heavens ... Till this great cycle has achieved its revolution, and this
great remedial process has accomplished its design, the glorified body
of the risen and ascended Christ not only may but must, as an
appointed means of that accomplishment, be resident in heaven, and
not on earth” (= Sementara itu, yaitu sampai Allah mengirim
Kristus dan saat penyegaran dari hadiratNya, Ia dibatasi di
surga ... Sampai siklus yang besar ini telah mencapai siklus lengkap,
dan proses penyembuhan yang besar ini telah menyelesaikan
tujuannya, tubuh yang dimuliakan dari Kristus yang telah bangkit
dan naik ke surga itu bukan hanya bisa / boleh, tetapi harus,
sebagai suatu cara yang ditetapkan untuk penyelesaian itu, tinggal
di surga, dan bukan di bumi) - hal 116,118.
Matthew Poole: “‘Whom heaven must receive;’ that is, contain after
it hath received him, as a real place doth a true body; for such
Christ’s body was, which was received into heaven: and heaven is the
place and throne of this King of kings and Lord of lords, where he
shall reign until he hath put all his enemies under his feet, 1Cor.
15:25” (= ‘Yang surga harus menerima’; artinya, menahan setelah
surga menerimaNya, sebagai suatu tempat yang nyata menerima
suatu tubuh yang sungguh-sungguh; karena begitulah tubuh
Kristus itu, yang diterima di dalam surga: dan surga merupakan
tempat dan takhta dari Raja dari segala raja dan Tuhan dari segala
tuhan, dimana Ia akan memerintah sampai Ia telah meletakkan
semua musuhNya di bawah kakiNya, 1Kor 15:25) - hal 393.
Catatan:
Ibr 8:1-6 - “(1) Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita
mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah
kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, (2) dan yang melayani
ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang
didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. (3) Sebab setiap
Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan
persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu
untuk dipersembahkan. (4) Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama
sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-
orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum
Taurat. (5) Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan
dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan
kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: ‘Ingatlah,’
demikian firmanNya, ‘bahwa engkau membuat semuanya itu
menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas
gunung itu.’ (6) Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu
pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara
dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji
yang lebih tinggi.”.
b) Fil 2:9-11 menunjukkan bahwa ada satu saat semua lutut akan
bertelut dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus
adalah Tuhan. Ini akan terjadi pada kedatangan Yesus yang
keduakalinya dan ini jelas merupakan suatu pemuliaan.
Catatan:
Tentang kedatangan Kristus yang keduakalinya ini hanya dibahas
secara singkat, karena sebetulnya ini termasuk dalam Eschatology
[= Doktrin tentang akhir jaman].
-TAMAT-
DAFTAR ISI
I) Credo yang benar dan ajaran2 sesat tentang diri Kristus
1) Credo yang benar tentang diri Kristus...............................
2) Ajaran-ajaran sesat tentang diri Kristus.............................
V) Pemuliaan Kristus.............................................................
1) Kebangkitan.......................................................................
2) Kenaikan ke surga.............................................................
3) Duduk di sebelah kanan Allah...........................................
4) Kedatangan Kristus yang keduakalinya............................
-o0o-
(Revised)
Oleh:
Sekalipun baru dalam Luk 4:1 dikatakan bahwa Yesus penuh dengan
Roh Kudus, tetapi jelas bahwa Yesus penuh dengan Roh Kudus sejak
dari rahim ibuNya. Alasannya:
Dari doktrin tentang Allah Tritunggal bisa disimpulkan demikian,
karena pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal tidak terpisahkan.
Yohanes Pembaptis, yang merupakan pendahulu Kristus, dipenuhi
Roh Kudus sejak dari rahim ibunya (Luk 1:15). Tak terbayangkan
bahwa KristusNya lebih rendah dari pendahuluNya dalam hal ini.
Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan
firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak
terbatas”.
Ayat ini jelas berbicara tentang Kristus, dan dalam bahasa Yunani
digunakan present tense, yang menunjukkan bahwa ini merupakan
sesuatu yang berlangsung terus menerus.
Tak ada alasan mengapa Roh Kudus tidak memenuhi Dia sejak dari
rahim ibuNya mengingat bahwa Ia suci / tak berdosa sama sekali.
Jadi, tak ada halangan apapun yang bisa menyebabkan Roh Kudus
tidak memenuhiNya.
Catatan: alasan-alasan ini diberikan oleh John Walvoord dalam
bukunya yang berjudul ‘The Holy Spirit’, hal 92.