Anda di halaman 1dari 2

Nama: Heppy Ruthmaida Hutauruk

NIM: 2206113409

Kelas: Agroteknologi-C

Pertanian Dipandang Sebelah Mata, Peminat Jurusan Pertanian Semakin Menurun

Bagi mayoritas pemuda di Indonesia, pertanian masih dianggap sebagai sebuah


pekerjaan yang identik dengan kotor-kotoran, mencangkul di sawah, menanam padi dan
panas-panasan. Banyak yang beranggapan bahwasanya menjadi seorang petani tidak akan
mendapat jaminan untuk memperoleh hidup yang layak. Masyarakat masih beranggapan
bahwa petani itu identik dengan kemiskinan, rumah yang sederhana, dan kehidupan yang
biasa biasa saja.

Pemikiran tersebut didasari oleh streotipe yang tumbuh di masyarakat yang tidak
berubah dari tahun ke tahun bahkan streotipe tersebut sudah menurun pada anak-anak zaman
sekarang. Buntut dari pemikiran ini berakibat banyaknya pemuda yang kurang melirik
jurusan-jurusan dibidang pertanian. Alhasil, tahun ke tahun peminat jurusan pada bidang ini
semakin menurun. Hal ini dibuktikan oleh data yang disampaikan oleh Kementerian
Kebudayaan, Riset Dan Teknologi (Kemendikbudristek), yang menyatakan jurusan pertanian
merupakan jurusan yang kurang diminati oleh calon mahasiswa pada jalur SBMPTN 2022.

Di Indonesia sendiri, jurusan yang banyak diminati biasanya adalah jurusan yang
“menjanjikan” masa depan. Misalnya saja pendidikan kedokteran, teknik, arsitektur atau TNI
dan Polri. Bahkan jurusan di pendidikan kedokteran tidak pernah kekurangan peminat di
universitas manapun di Indonesia. Sangat berbanding terbalik dengan jurusan pertanian.
Padahal pertanian tidaklah boleh dipandang sebelah mata. Sebab pertanian merupakan salah
satu sektor yang paling penting bagi Indonesia. Ada pertanian, ada kehidupan. Tidak ada
pertanian, tidak ada kehidupan. Slogan tersebut bukan sekedar kata tetapi itulah fakta yang
ada. Apa yang akan terjadi nantinya apabila tidak ada pemuda yang meneruskan pekerjaan
sebagai petani?

Perlu diingat, bahwasanya Indonesia dijuluki sebagai negara agraris. Sebagai negara
agraris, pertanian merupakan tulang punggung bagi negara. Apabila kondisi ketersediaan
pangan kita lemah, maka negara akan berada di ambang keterpurukan. Oleh karena itu, kuliah
di pertanian bukan hanya sekedar bekerja, tetapi juga akan ikut berperan dalam ketahanan
negara. Kuliah di pertanian sama saja seperti pendidikan militer.
Kita tidak dapat membiarkan ironi tetap terjadi dimana negara kita adalah negara agraris tetapi jurusan pertanian tidak diminati. Lalu apa
yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi minat yang kurang pada calon mahasiswa terhadap pertanian? Yang pertama yang perlu diketahui
adalah bahwa pertanian tidak sesederhana mencangkul dan menanam. Tidak selalu kotor dan panas-panasan. Dengan teknologi, pertanian
tidaklah seburuk yang ada dipikiran masyarakat selama ini. Oleh karena itu, untuk memajukan pertanian tentunya diperlukan perkembangan
teknologi, inovasi dan kreativitas. Siapa yang akan mewujudkan hal itu kalau bukan generasi muda di negeri ini? Tentu hal ini adalah tanggung
jawab generasi muda.

Di samping itu, pemerintah juga harus bertindak untuk menarik minat calon mahasiswa. Pemerintah dapat melakukan transformasi
pendidikan pertanian menjadi lebih baik lagi, membuat program wirausaha muda pertanian, melibatkan mahasiswa atau alumni atau pemuda tani
dalam program kementrian pertanian, mengoptimalkan penyuluhan tentang pertanian, atau membuat program magang bagi petani muda.

Oleh karena pertanian sangatlah penting, para pemuda tidak boleh memandang sebelah mata pertanian. Justru generasi muda haruslah
memandang pertanian sebagai sesuatu yang keren karena itulah adanya. Sebab pertanian merupakan sektor penyedia pangan untuk kehidupan
bangsa ini. Jadi banggalah menjadi mahasiswa pertanian.

Anda mungkin juga menyukai