1. A. PENGERTIAN FILSAFAT
Secara epistimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia, dan terdiri dari kata
Philos yang berarti kesukaan atau kecintaan terhadap sesuatu, dan kata Sophia yang berarti
kebijaksanaan. Secara harafiah, filsafat diartikan sebagai suatu kecintaan terhadap kebijaksanaan
(kecenderungan untuk menyenangi kebijaksanaan).
Plato (428 -348 SM): Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
Aristoteles (384 322 SM): Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala
benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab
telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Cicero (106 43 SM): filsafat adalah sebagai ibu dari semua seni (the mother of all the arts) ia
juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan).
Johann Gotlich Fickte (1762-1814): filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu,
yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis
kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran
dari seluruh kenyataan.
Paul Nartorp (1854 1924): filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya.
Imanuel Kant (1724 1804): Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika)
Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika)
Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama)
Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi)
Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak,
yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
Harold H. Titus (1979): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik
atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu
usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari
bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (konsep); Filsafat adalah kumpulan
masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
B. PENGERTIAN ILMU
Ilmu, adalah seluruh upaya sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai aspek realitas di alam manusia. Pengetahuan tentang fakta
baik itu yang bersifat natural maupun sosial yang berlaku umum dan sistematis atau pengetahuan
yang sudah diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematis.
M. IZUDDIN TAUFIQ: Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan,
pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal
usulnya
THOMAS KUHN: Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail
dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya
Dr. MAURICE BUCAILLE: Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam
jangka waktu yang lama maupun sebentar.
NS. ASMADI: Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui
melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah)
POESPOPRODJO: Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi
perkembangan teori dan uji empiris
C. PENGERTIAN PENGETAHUAN
Pengetahuan ialah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia
yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Informasi yang diketahui atau disadari oleh
seseorang/kelompok dan belum dapat dipelajari oleh umum, tetapi pengetahuan bisa menjadi
ilmu apabila telah dikaji dan diuji sehingga bisa tersedia untuk umum. Pengetahuan termasuk,
tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara
Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui
berkenaan dengan hal (mata pelajaran) (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).
D. PENGERTIAN TEORI
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai
ide pemikiran pemikiran teoritis yang mereka definisikan sebagai menentukan bagaimana
dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang
berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan
analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta.
Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara
"sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan
bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan
penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.
Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti
ini. Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum
melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori
sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah
yang dipilih. (Suyanto, 2005:34)
Teori menurut F.M Kerlinger (dalam Rakhmat, 2004: 6) merupakan himpunan konstruk
(konsep), definisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala
dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut.
Peran teori dalam sebuah penelitian diumpakan sebagai pemandu seseorang dalam
meneliti. Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial
maupun natural yang dijadikan pencermatan. Teori merupakan abstarksi dari pengertian atau
hubungan dari proposisi atau dalil. Menurut Kerlinger (1973) teori dinyatakan sebagai sebuah set
dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena.
E. PENGERTIAN KONSEP
Kata Konsep berasal dari bahasa latin conceptum, yang artinya sesuatu yang dipahami.
Aristoteles dalam bukunya "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep
merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran
manusia.
Secara garis besar definisi konsep adalah suatu hal umum yang menjelaskan atau
menyusun suatu peristiwa, objek, situasi, ide, atau akal pikiran dengan tujuan untuk
memudahkan komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir lebih baik.
Pengertian lainnya mengenai konsep ialah abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang
dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari
pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik.
Bahri (2008:30) menyatakan bahwa pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu
mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan
dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran Konsep Adalah? Apa Itu
Konsep? Ini Penjelasan Mengenai Arti Konsep orang dalam bentuk representasi mental tak
berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).
Singarimbun dan Effendi (2009) menyatakan bahwa pengertian konsep adalah generalisasi dari
sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan barbagai
fenomena yang sama. Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau
persoalan yang dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan
maksud kita memakainya.
Cara membuktikan bahwa sesuatu adalah ilmu atau mitos yaitu ilmu pengetahuan :
Cenderung kepada hal yang dipelajari dari sebuah buku panduan
Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material
Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental
Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari pengamatan
empiris
Secara sederhana, definisi mitos adalah suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi
dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke generasi. Begitu luasnya suatu mitos
beredar di masyarakat sehingga masyarat tidak menyadari bahwa informasi yang diterimanya itu
tidak benar. Karena begitu kuatnya keyakinan masyarakat terhadap suatu mitos tentang sesuatu
hal, sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat. Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa
rakyat yang di tokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain
(kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita atau
penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi, yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat
yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para
dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Mitos juga merujuk kepada satu cerita dalam
sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu peristiwa yang pernah
terjadi pada masa dahulu. Jadi, Mitos adalah cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia, atau
bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang dalam. Mitos juga
mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah perang mereka dan
sebagainya. Mengapa Mitos di Percaya? Sebab masyarakat beranggapan mitos sangat
berpengaruh pada kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat tradisional yang masih sangat
kental budaya kedaerahannya. Mereka kebanyakan mengabaikan logika dan lebih mempercayai
hal-hal yang sudah turun temurun dari nenek moyang. Pada dasarnya, mitos orang zaman dahulu
memiliki tujuan yang baik untuk kelangsungan hidup keturunannya Ada masyarakat yang
mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya. Jika mitos
tersebut terbukti kebenarannya, maka masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi
jika mitos tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan. Mitos
dipercaya sebagai ajaran nenek moyang tentang apa yang tidak boleh dilakukan agar tidak
tertimpa daerah.
1. Tertimpa cicak tandanya sial. Sial di sini maksudnya dari tertimpa cicak itu sendiri. Siapa
yang tidak sial kalau sedang enak enak duduk tiba tiba tertimpa cicak.
2. Wanita tidak boleh duduk di depan pintu pamali. Zaman dahulu wanita masih
menggunakan rok, belum ada yang memakai celana. Jadi, kalau ada wanita yang duduk
di depan pintu pasti akan terlihat.
3. Jangan bersiul pada malam hari karena mengundang setan. Maksudnya adalah agar tidak
mengganggu orang orang yang sedang tidur.
4. Memakai payung di dalam rumah berarti sial. Ya sial kalau lagi ada banyak orang di
dalam rumah dan kita memakai payung. Mungkin orang orang di sekitar Anda akan
merasa terganggu atau tercolok matanya.
Jadi Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya akan tetapi mitos merupakan hal yang sudah salah
secara ilmiah, akan tetapi karena dikenal dan beredar dari generasi ke generasi membuatnya
dianggap benar.
Perkembangan ilmu pengetahuan (pohon ilmu pengetahuan) dapat dipelajari sebagai berikut:
Atau secara mudahnya, anatomi ibarat batang pohon, yang menjadi akar adalah filsuf dan
etika, rantingnya kedokteran bedah dan anak rantingnya adalah dokter bedah anak. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ilmu itu berkembang dari pucuk sampai ranting.
Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau
ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis
maupun sosio budaya.
Dalam bidang ilmu kedokteran, pandangan terhadap manusia yang terlalu mekanistik, dan
dikhotomik yang memisahkan antara fisik dan psikhis, telah bergeser menjadi lebih bersifat
spiritual dan memandang manusia secara holistik dan seimbang, akan mempengaruhi
perkembangan ilmu kedokteran, khususnya bioetika. Kecenderungan bioetika sebelumnya yang
lebih bersifat sekuler, otonom dan pluralistik akan lebih disesuaikan dengan prinsip etika yang
lebih memperhatikan perspektif spiritualitas dan holistik. Dengan adanya penemuan berbagai
jenis kecerdasan pada manusia, seperti kecerdasan emosional dan spiritual disamping kecerdasan
intelektual mendorong pendekatan pandangan tentang existensi manusia.
Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui
proses yang disebut metode ilmiah (scientific method). Sedangkan pengertian Teknologi
memiliki maksud ilmu pengetahuan dan tindakan bersistem. Sehingga dapat disimpulkan yang
dimaksud teknologi pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) akan berperan besar dalam meningkatkan
layanan kesehatan warga dunia. Akselerasi penggunaan IPTEK dalam dunia kesehatan semakin
meningkat dan mudah. Adapun manfaat teknologi dalam bidang kesehatan, diantaranya:
mempermudah Dokter dan Perawat dalam memonitor kesehatan pasien monitor detak jantung
pasien lewat monitor komputer, aliran darah, memeriksa organ dalam pasien dengan sinar X.
Sebagai contoh saat perawatan pasien dengan gagal multi-organ. Dengan teknologi modern bisa
memonitor, bahkan menggantikan fungsi organ dalam seperti Jantung, Paru-paru dan Ginjal. Itu
merupakan teknologi kesehatan yang digabungkan dengan teknologi Informasi dan Komputer.
Namun dalam penggunaan IPTek di bidang kesehatan juga akan memberikan dampak antara
lain:
Dampak positif:
1. Timbulnya penyakit kanker yang dianggap berasal dari kemajuan IPTEK, yang sampai
saat ini masih belum ditemukan obatnya, melainkan upaya untuk mencegah meluasnya
bagian yang terserang.
2. Timbulnya penyakit asbestos yang diderita karyawan pabrik asbes, diduga disebabkan
banyaknya debu yang berterbangan dan mengandung oksida silicon.
3. Timbulnya penyakit karena kesibukan atau kekhawatiran ketika bekerja, seperti darah
tinggi, jantung, ginjal, liver dan lain-lain.
4. Timbulnya penyakit karena kesalahan gaya hidup, misalnya penyakit jantung, hipertensi,
stress dan AIDS.
Dikatakan berhubungan dengan etik karena setiap tindakan dokter itu menyangkut etik.
Ketika seorang dokter bertanya mengenai sakit seorang pasien, pastilah etika itu harus ada.
Dengan penuh empati ikut merasakan apa yang dirasakan oleh pasien. Secara garis besar, filsafat
itu ibunya. Sedang etika adalah salah satu anaknya.
1. Filsuf: bagian dari ilmu filsafat yang mengkaji tentang moral dan moralitas
2. Praktisi: pedoman atau aturan yang disepakati bersama tentang bagaimana seharusnya mereka
berperilaku dalam menjalankan profesi masing-masing secara baik dan benar
lain-lain: 1. Jaga mutu dr/ drg dan 2. Jaga kehormatan profesi kedokteran/ kedokteran gigi
Etika Medis bagi dokter adalah etika terapan dan etika normatif yang merupakan pedoman dan
rambu-rambu sistematis bagi perilaku etis seorang dokter. Dan sangat terkait dengan disiplin
filosofi yang mempunyai tujuan yang sama dengan disiplin etika keokteran.
Perbedaan imperatif kategoris dan imperatif hipotetis sebagai dua perintah moral yang
berbeda. Imperatif kategoris merupakan perintah tak bersyarat yang mewajibkan begitu saja
suatu tindakan moral sedangkan imperatif hipotesis selalu mengikutsertakan struktur jika
maka . Imperatif kategoris bersifat otonom (manusia menentukan dirinya sendiri)
sedangkan imperati hipotetis bersifat heteronom (manusia membiarkan diri ditentukan oleh
faktor dari luar seperti kecenderungan dan emosi).
Secara Etimologis berasal dari bahasa Yunani ethos yang artimya cara bertindak, adat,
tempat tinggal dan kebisaan yang menyangkut dengan masalah moral. Kata moral itu sendiri
berasal dari bahasa latin mos yang memiliki arti yang sama dengan kata etika. Jadi secara
harfiah etika adalah salah satu cabang dari filsafat yang bertitik tolak dari masalah nilai dan
moral manusia yang berkenaan dengan tindakan manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993) Etika adalah suatu ilmu tentang
apa yang baik dan yang buruk serta tentang hak dan kewajiban (akhlak). Etika memiliki
pengertian bahwa manusia diharapkan mampu mengatasi sifat-sifat jahatnya dan
mengembangkan sifat-sifat baik dalam dirinya.
Sebagai ilmu yang mempelajari tentang moralitas, Etika memiliki beberapa fungsi dan
perwujudan yaitu:
Etika deskriptif adalah sebuah kajian empiris atas berbagai aturan dan kebiasaan moral
seorang individu, sebuah kelompok atau masyarakat, agama tertentu, atau sejenisnya. Secara
normatif menjelaskan, secara moral berusaha untuk mengetahui motivasi, kemauan dan tujuan
suatu tindakan dalam tingkah laku manusia.
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan,
anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu
tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultur-subkultur yang tertentu, dalam suatu
periode sejarah dan sebagainya. Ketika etika deskriptif hanya melukiskan, ia tidak memberi
penilaian. Misalnya, ia melukiskan adat mengayau kepala yang ditemukan dalam masyarakat
yang disebut primitive, tapi ia tidak mengatakan bahwa adat semacam itu dapat diterima atau
harus ditolak. Ia tidak mengemukakan penilaian moral.
Etika normatif mengkaji dan menelaah teori-teori moral tentang kebenaran dan kesalahan.
Merupakan etika yang berusaha menjelaskan mengapa manusia bertindak seperti apa yang
mereka lakukan, dan apakah prinsip-prinsip dari kehidupan manusia.
Sebagai contoh Martabat manusia harus dihormati. Tentu saja, etika deskriptif dapat juga
berbicara tentang norma-norma, misalnya, bila ia membahas tabu-tabu yang terdapat dalam suatu
masyarakat primitive. Tapi kalau begitu etika destriptif hanya melukiskan norma-norma itu. Ia
tidak memeriksa apakah norma-norma itu sendiri benar atau tidak. Etika normative
meninggalkan sikap netral itu dengan mendasarkan pendirian atas norma. Dan tentang norma-
norma yang diterima dalam suatu masyarakat atau diterima oleh seorang filsuf lain iaberani
bertanya apakah norma-norma itu benar atau tidak.
3. Metaetika (metaethics)
Metaetika atau etika analitis tidak berkaitan fakta-fakta empiris atau historis, dan juga tidak
melakukan penilaian evaluasi atau normatif. Meta-etika lebih suka mengkaji persoalan-persoalan
etika, seperti pertanyaan: apa makna dari penggunaan ungkapan benar atau salah?
Merupakan etika yang berusaha memberikan arti istilah dan bahsa yang di pakai dalam
pembicaraan etika, serta cara berfikir yang di pakai untuk membenarkan pernyataan-pernyataan
etika.
Misalnya, menulis sebuah buku terkenal yang sebagian terbesar terdiri dari analisis terhadap
kata yang sangat penting dalam konteks etika, yaitu kata baik. Ia tidak bertanya apakah tingkah
laku tertentu boleh disebut baik. Lebih kongkrit: ia tidak bertanya menjadi donor organ tubuh
untuk ditransplantasi pada pasien yang membutuhkan boleh disebut baik dari sudut moral dan
apakah syarat-syaratnya supaya dapat dikatakan baik (apakah perbuatan itu masih baik, jika
organnya dijual?). Ia hanya bertanya ariti kata baik, bila dipakai dalam konteks etis. Ia hanya
menyoroti arti khusus kata baik dengan membandingkan kalimat Menjadi donor organ tubuh
adalah perbuatan yang baik dengan kalimat jenis lain seperti Mobil ini masih dalam keadaan
baik. Menurut Plato dan Socrates, dengan adanya etika akan timbullah hubungan yang rapat
antara kebaikan moral dan personaliti yang sehat.
Awalan meta- (dari bahasa Yunani) mempunyai arti melebihi, melampaui. Istilah ini
diciptakan untuk menunjukan bahwa yang dibahas disini bukanlah moralitas secara langsung,
melainkan ucapan-ucapan kita dibidang moralitas.
Metaetika bergerak pada tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-
ucapan etis. Metaetika dapat ditempatkan dalam wilayah filsafat analitis, dengan pelopornya
antara lain filsuf Inggris George Moore (1873-1958). Filsafat analitis menganggap analisis
bahasa sebagai bagian terpenting, bahkan satu-satunya, tugas filsafat.
Salah satu masalah yang ramai dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought
question, yaitu apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari ucapan faktual. Kalau sesuatu
merupakan kenyataan (is), apakah dari situ dapat disimpulkan bahwa sesuatu harus atau boleh
dilakukan (ought).
Metaetika merupakan suatu bentuk analitik yang berkaitan dengan menganalisis semua
peraturan yang berkaitan dengan tingkah laku, baik dan jahat. Kritikal yang berkaitan dengan
mengkritik terhadap apa-apa yang telah di analisis. Metaetika mengkaji asal prinsip-prinsip etika
dan penggunaannya. Pertanyaannya adalah: Adakah prinsip-prinsip etika yang merupakan suatu
rekaan sosial? Adakah prinsip-prinsip etika sosial ini merupakan gambaran daripada emosi
individu? Metaetikalah yang akan menjawab semua persoalaan ini yang memfokuskan
kebenaran universal, ketentuan Tuhan, alasan kepada penilaian etika dan definisi istilah-istilah
yang berkaitan dengan etika itu sendiri.
Sebagai contoh, "Seorang anak menendang bola hingga kaca jendela pecah." Secara
metaetis, baik-buruknya tindakan tersebut harus dilihat menurut sudut pandang yang netral.
Pertama, dari sudut pandang si anak, bukanlah suatu kesalahan apabila ia menendang bola ketika
sedang bermain, karena memang dunianya (dunia anak-anak) salah satunya adalah bermain,
apalagi ia tidak sengaja melakukannya. Akan tetapi kalau dilihat dari pihak pemilik jendela,
tentu ia akan mendefinisikan hal ini sebagai kesalahan yang telah dibuat oleh si anak. Si pemilik
jendela berasumsi demikian karena ia merasa dirinya telah dirugikan.
Bagaimanapun juga, hal-hal seperti ini tidak akan pernah menemui kejelasannya hingga
salah satu pihak terpaksa kalah atau mungkin masalah menjadi berlarut-larut. Mungkin juga
kedua pihak dapat saling memberi maklum. Menyikapi persoalan-persoalan yang semacam
inilah, maka metaetika dijadikan bekal awal dalam mempertimbangkan suatu masalah, sebelum
penetapan hasil pertimbangan dibuat.
Pertanyaan pertama menjelaskan apa yang dikatakan baik dan buruk etis dan tidak etis
bermoral dan tidak bermoral. Pertanyaan pertama ini banyak dijelaskan melalui teori value atau
teori nilai.
Sedangkan pertanyaan kedua menjelaskan etika terapan berdasarkan prinsip apakah etik
itu berdasarkan realita atau berdasarkan pendapat pribadi. Sedangkan pertanyaan ke tiga
menjelaskan universal atau tergantung dari apa yang diyakini oleh individu dan kelompok.
Pertanyaan terakir membahas bagaimana memetik pelajaran dari etika terapan berdasarkan teori
etika.
Meta etika juga suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu tindakan atau
peristiwa. Dalam meta-etika, tindakan atau peristiwa yang dibahas dipelajari berdasarkan hal itu
sendiri dan dampak yang dibuatnya.
Metaetika, atau disebut juga etika kritikal (critical ethics), merupakan kajian tentang apa
makna istilah dan teori etika sebenarnya. Meta berarti setelah atau luas, dan metaetika
menunjukkkan pandangan tajam, luas, dan dalam terhadap keseluruhan tema etika. Jadi kita
dapat mendefenisikan metaetika sebagai kajian tentang sumber dan makna dari konsep etika.
a. Realisme, menyatakan bahwa nilai-nilai moral merupakan property intrinsic dunia dan
prinsip-prinsip etika dengan mudah dapat ditemukan atau dirasakan secara intuitif.
b. Non-realisme, menyatakan bahwa nilai-nilai moral merupakan hasil kreasi, tergantung
pada perasaan dan tujuan orang-orang sehubungan dengan diri mereka dari orang lain
(emotivisme dan preskriptivisme) atau sistem kepercayaan mereka (relativisme budaya
atau individu).
Etika Deontologi
Deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani deon yang berarti
kewajiban dan logos berarti ilmu atau teori. Jadi, secara harfia istilah ini semacam teori tentang
kewajiban. Secara umum deontik menunjuk pada apa saja yang bertalian dengan konsep
keniscayaan (keharusan) atau dengan kewajiban (tugas). Dalam suatu perbuatan pasti ada
konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan.
Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib
dilakukan. Deontologi menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang
baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak boleh melakukan suatu perbuatan
jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik.
Kritik : Teori deontologi terlalu ideal, terlalu membeda-bedakan mana yang baik atau buruk,
dan itu sifatnya niscaya (harus). Teori ini tidak memberikan manfaat atau berguna dalam
perilaku atau perbuatan bagi kehidupan sehari-hari yang begitu kompleks. Deontologi benar-
benar melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatannya.
Contoh kritik: Industri rokok mau memajukan bangsa Indonesia dalam bidang olahraga dengan
memberikan dana sebanyak-banyaknya, tetapi produknya dapat memberikan dampak buruk bagi
orang-orang (menjadi perokok aktif ataupun pasif). Bila hanya dilihat dari teori deontologi, hal
buruk ini tidak boleh dilakukan. Namun, jika kita mau memajukan bidang olahraga Indonesia
yang kekurangan dana, maka kita harus mengambil dana dari industri rokok tersebut.
Etika Utilitarianisme
Bertolak dari nama utilitarianisme (berasal dari kata Latin utilis, berguna), utilitarianisme
mau menyamakan kebaikan moral dengan manfaat. Kadang-kadang disebut juga sebagai teori
kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory). Menurut teori ini suatu perbuatan adalah
baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu atau dua orang,
melainkan masyarakat sebagai keseluruhan (sebanyak-banyaknya). Sebaliknya, membedakan
perbuatan mana yang jahat atau buruk adalah hal yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan
merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna,
berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
Kritik : Teori utilitarianisme hanya memfokuskan diri pada hal-hal yang berguna saja, tanpa
memberikan pembedaan terhadap baik-buruknya suatu perbuatan. Dalam teori utilitarisme terlalu
menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensi, tidak benar-benar memperhatikan aspek
dari moralitas perbuatan itu sendiri.
Contoh Kritik: Ada seseorang yang mencuri barang orang lain. Kita tahu bahwa tindakan
mencuri itu salah, tetapi orang yang mencuri itu terpaksa melakukan hal tersebut demi bertahan
hidup. Namun, cara yang dilakukan orang yang mencuri itu tetap salah karena kenapa dia tidak
melakukan hal lain yang tidak menyebabkan kerugian terhadap orang lain, seperti bekerja atau
membuka usaha.