Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN DISKUSI

KAJIAN PEMBELAJARAN PKN SD

“Pendekatan dalam Pembelajaran Tematik Terpadu, Pendekatan VCT Games,


dan Pendekatan Berbasis Proyek dalam Pembelajaran PKn”

DISUSUN OLEH :

Ramadhani

20129097

20 BB 06

Dosen Pengampu : Dra. Reinita, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan
hidayahNya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas makalah ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW
beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.

Kami bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas


mata kuliah Kajian Pembelajaran PKN SD dengan judul “Model VCT Games dalam
Pembelajaran PKn”. Di samping itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Selain itu,
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasihkepada:

Ibu Dra. Reinita, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Kajian Pembelajaran
PKN SD.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu saran dan kritik dari pembaca sangatlah kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini.

Padang, 22 Oktober 2022

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTARISI............................................................................................................. 3

BABI PENDAHULUAN ......................................................................................... 4

A. Latar Belakang............................................................................................... 4
B. RumusanMasalah ........................................................................................... 4
C. TujuanPembahasan ........................................................................................5

BABII PEMBAHASAN…....................................................................................... 6

A. Pengertian Pendekatan dalam PembelajaranTematikTerpadu. ........................ 6


B. MODELVCT GAMES .................................................................................. 8
1) Pengertian ModelPembelajaran VCT. ...................................................... 8
2) Tujuan Menggunakan VCTdalamPembelajaran. ....................................... 9
3) Prinsip-prinsispVCT. ..............................................................................10
4) Karakteristik ModelPembelajaranVCT ................................................... 11
5) Jenis-jenis ModelPembelajaran VCT… .................................................. 11
6) Hal yang harus Dipertimbangkan dalam ModelPembelajaranVCT ......... 12
7) Manfaat ModelPembelajaran VCT ......................................................... 13
8) Langkah ModelPembelajaran VCT. ....................................................... 14

9) Keunggulan dan Kelemahan ModelPembelajaranVCT… ....................... 15


10) Cara mengatasiKelemahan VCT…...................................................... 16
11) Contoh penerapan langkah modelpembelajaran VCT… ....................... 17
C. Model PembelajaranBerbasis Proyek ..................................................... 19

BABIII PENUTUP ................................................................................................ 23

A. Kesimpulan. ..................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA. .......................................................................................... 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Selain menggunakan model pembelajaran VCT, guru juga sangat berperan


penting dalam membangun nilai-nilai karakter terhadap peserta didik yang nantinya
akan terjun langsung bermasyarakat. Terlebih lagi sistem pelajaran kini terlihat belum
terlihat efektif dalam membangun nilai karakter pada bangsa kepada peserta didik.
Hal ini bisa dilihat dari adanya degradasi moral yang sedang banyak terjadi seperti
kasus narkoba, pelajar yang terpapar radikal, kasus pornografi ataupun pornoaksi, dan
degradasi nilai kebangsaan dalambernegara.

Daniel Goleman (dalam Adisusilo, 2012), memaparkan bahwa pendidikan nilai


pada pendidikan karakter yang saling terkait diantaranya: Disiplin pada diri,
Bertanggung jawab, memiliki rasa hormat, mampu menegakan keadilan, memiliki
kebranian, sikap kejujuran, adanya kepedulian. Maka dari itu penggunaan model
pembelajaran VCT dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran PPKn dan
dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap muatan PPKn serta memberikan
pendidikan nilai karakter sehingga dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan
siswa.

Maka dari itu penggunaan model pembelajaran VCT yang dipadukan dengan
muatan nilai karakter merupakan strategi yang tepat dalam pembelajaran PPKn, hal
inidikarenakandapatmemudahkansiswadalammencaridanmenentukansuatunilai
– nilai karakter pada diri mereka sendiri dalam mengahadapi suatu persoalan melalui
proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam pada diri siswa. Hal lainnya
juga bisa memberikan penanaman konsep nilai yang baik saat dipadukan dengan nilai
karakter dalam menghadapi suatu hambatan tertentu dengan melibatkan adanya
tindakan-tindakan yang terdapat pada diri siswa yang nantinya menjadi identitas nilai
maupun norma pada diri siswa.

B. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan dalam Pembelajaran Tematik
Terpadu?

4
2. Bagaimana model VCT games?
3. Bagaimana Model Pembelajaran BerbasisProyek?

C. TujuanPenelitian
1. Untuk mengetahui pengertian Pendekatan dalam PembelajaranTematik
Terpadu
2. Untuk mengetahui ruang lingkup model VCTgames
3. Untuk mengetahui Model Pembelajaran BerbasisProyek

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran TematikTerpadu


Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjdinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum dan didalamnya mewadahi,
menginspirasi,menguatkan,danmelatarimetodepembelajarandengancakupanteoritis
(WarniTuneSumar.2016:22).Dalamprosespembelajaran,NoengMuhadjir(2000:
140) memberikan defenisi pendekatan sebagai cara untuk menganalisis,
memperlakukan, dan mengevauasi suatu objek misalnya, dalam pembelajaran pesera
didikdilihatdarisudutinteraksisosialnya.MenurutAnthony(StYSlamet,2007:50),
pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi yang saling berkaitan dalam
berhubungan denganpengajaran.
Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang
menentukan situasi belajar yang akan berlangsung. Pendekatan pembelajaran adalah
cara yang dilakukan untuk menyelesaikan persolan pembelajaran secara menyeluruh.
Cara ini akan tampak dalam suatu urutan aktivitas yang dipilih dari berbagaialternatif,
dan direncanakan secarasistematis.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatuprosesyangsifatnyamasihsangatumum,didalamnyamewadahi,menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,yaitu:
a. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centeredapproach)
b. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centeredapproach).
Pembelajaran tematik berasal dari kata integrated teaching and learning atau
integrated curriculum approach yang konsepnya telah lama dikemukakan oleh Jhon
dewey sebagai usaha mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan
kemampuan perkembangannya ( Beans, 1993 ; udin 4 sa’ud dkk, 2006 ). Jacob (1993)
memandang pembelajaran tematik sebagai suatu pendekatan kurikulum interdisipliner

6
(integrated curriculum approach). Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan
dalampembelajaransuatuprosesuntukmengaitkandanmemadukanmateriajardalam
suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan
anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan socialkeluarga.
Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran untuk mengadakan
hubunganyangeratdanserasiantaraberbagaiaspekyangmempengaruhipesertadidik
dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan tematik sering juga disebut
pendekatan terpadu (integrated). Pendekatan tematik dalam pembelajaran dianggap
perlu sebab ia memiliki korelasi yang yang sangat tinggi sebab dalam dunia nyata,
menunjukkan adanya keterpaduan dan bahwa peserta didik ternyata lebih baik bial
belajar menghubung-hubungkan berbagai fakat yangada.
Pendekatan tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyatukan
berbagai rangkaian pengalaman belajar, sehingga terjadi saling berhubungan antara
satu dengan yang lainnya, dan berpusat pada sebuah pokok persoalan. Pendekatan ini
dadasari oleh psikologi Gestalt yang menyatakan bahwa keseluruhan/keterpaduan itu
lebih berarti daripada bagian-bagiannya. Hal tersebut disebabkan adanya sinergistik
efek ((efek keterpaduan) yang ditimbulkan sebagai hasil keterpaduan tersebut.
Jadi, Pembelajaran tematik terpadu pada dasarnya adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.
Pelaksanaan pendekatan tematik secara optimal perlu ditunjang oleh kondisi sekolah,
sebagai berikut:
1. Pendidik mesti berpartisipasi dalam sebuah tim serta mempunyai tnggung
jawab untuk menyukseskan tujuanitu.
2. Pendidik harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan program
pembelajaran tematis pada jadwal yang telahditentukan.
3. Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pendekatan tematik harus
tersedia, baik di lingkungan sekolah maupun pinjaman dariluar.
4. Pelaksanaan pendekatan tematik harus ada dalam struktur sekolah, sehingga
pendidik dapat menggunakan bebagai sarana sekolah yangdiperlukan.
Pembelajaran dengan pendekatan tematik sangat menuntut kreatifitas guru dalam
memilih dan mengembangkan tema pembelajran, serta menyorotinya dari barbagai
aspek. Demikian halnya dalam mengembangkan ilustrasi dan contoh-contoh yang
menarik dalam pembelajaran. Jika pendekatan tematik yang dilakukan oleh seorang

7
guru, maka guru harus memiliki pemahaman yang luas tentang tema yang pilih dalam
kaitannya denganberbagai mata pelajaran. Sedangkan pembelajaran yang dilakukan
oleh beberapa orang guru menuntut kekom-pakan dalma membentuk pemahaman,
kompetensi, dan pribadi peserta didik. Tema yang dipilih hendaknya diangat dari
lingkungan kehidupan peserta didik, agar pembelajaran menjadi hidup, dan tidak
menjemukan.

B. MODEL VCTGAMES
1. Pengertian Model PembelajaranVCT

VCT merupakan singkatan dari Value Clarification Technique(Teknik


Klarifikasi Nilai). Secara terminologi, VCT berasal dari bahasa Latin yaitu kata
“Value” yang berarti nilai dan kata “Vlure” yang berarti baik atau kuat.
Sedangkan Clarification Techniqueberarti teknik mengklarifikasi (memperjelas,
mengungkapkan, memperinci) nilai. Jadi VCT adalah teknik mengklarifikasi nilai
atau teknik pengungkapannilai.

Dengan klarifikasi nilai, siswa tidak disuruh menghafal dan tidak disuapi
dengan nilai-nilai yang sudah dipilihkan pihak lain, melainkan dibantu untuk
menemukan, menganalisis, memilih, mengembangkan, mengambil sikap dan
mengamalkan nilai-nilai dalam hidupnya sendiri. VCT adalah sebuah model
pembelajaranyang biasa digunakan khususnya untuk pendidikan nilai/ afektif.

VCT tidak menempatkan nilai moral pada status tertentu dalam rentangan
nilai. Semua nilai termasuk moral dipandang sebagai personal dan
relative.Fokusnya adalah membantu siswa berkenalan dengan nilai-nilai yang
dimilikinya dan bukannya menyuruh mereka melihat nilai-nilai yang dimilikinya
itu dengan cara baru.

Dalam konteks pendidikandi Indonesia istilah VCT sudah dikenal sejak


berlakunya kurikulum 1975, yang diartikan sebagai “Teknik Pembinaan Nilai”.
Dalam pembelajaran VCT dikembangkan dalam berbagai cara yang telah
diadaptasikan dari Negara-negara barat. Model VCT di Negara Barat beberapa
diantaranya adalah VCT dari Kohelberg yang terkenal dengan “Controversial
Issues” dan VCT model Hilda Taba yang terkenal dengan nama “Value Inquiry
Question”.

8
VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan
pancapaian pendidikan nilai.

Menurut Djahiri (1985: 115) VCT merupakan sebuah cara bagaimana


menanamkan dan menggali/mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta
didik.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Sanjaya (dalam Tukiran dkk, 2015: 87-88)
mengemukakan bahwa “VCT merupakan teknik pengajaran untuk membantu
siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam
menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah adadan
tertanam dalam dirisiswa”.

PendapatlainmenurutHall(dalamAdisusilo,2013:144)jugamengemukakan
bahwa “VCT merupakan cara atau proses di mana pendidik membantu peserta
didik menemukan sendiri nilai-nilai yang melatarbelakangi sikap, tingkah laku,
perbuatan serta pilihan-pilihan yangdibuatnya”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran


VCT merupakan suatu model pembelajaran dengan teknik yang dapat membantu
siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam menemukan, mencari, dan
menentukan nilai-nilai yang melatarbelakangi sikap, tingkah laku, perbuatan serta
pilihan-pilihan yang dibuatnya dalam menghadapi suatu persoalan.

2. Tujuan Menggunakan VCT dalamPembelajaran


VCT menekankan bagaimana sebenarnya seseorang membangun nilai yang
menurut anggapannya baik, yang pada gilirannya nilai-nilai tersebut akan
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Menurut Tukiran, dkk (2015:88) terdapat empat tujuan menggunakan VCT
dalam sebuah pembelajaran, yaitu:

a. Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran siswa tentang suatunilai


b. Menanamkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilliki baik tingkat
maupun sifat yang positif atau negatif untuk selajutnya ditanamkan ke arah
peningkatan dan pencapaiantarget
c. Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional dan
diterimasiswa.

9
d. Melatih siswa dalam menerima – menilai nilai dirinya dan posisi nilai orang
lain, menerima serta mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan yang
berhubungan dengan pergaulan dan kehidupansehari-hari

Senada dengan itu, Siswandi (2009:67) mengemukakan tujuan secara


langsung bagi siswa dalam penerapan model VCTyaitu:

a. Membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka


sendiri serta nilai-nilai oranglain.
b. Membantu siswa agar mereka mampu berkomunikasi secara terbuka danjujur
terhadap orang lain terkait dengan nilai-nilainyasendiri.
c. Membantu siswa agar mereka mampu menggunakan secara bersama-sama
kemampuan berfikir rasional dan kesadaran emosional untuk memahami
perasaan, nilai dan pola tingkah laku merekasendiri.

Pendapat tersebut dipertegas oleh Djahiri (1985: 116) yang mengemukakan


bahwa “VCT dimaksudkan untuk melatih dan membina siswa tentang bagaimana
cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian
dilaksanakannya sebagai warga masyarakat”.

Selain pendapat tersebut, Hall (Adisusilo, 2013: 145) juga mengemukakan


bahwa“modelVCTmampumengantarpesertadidikmempunyaiketerampilanatau
kemampuan menentukan nilai-nilai hidup yang tepat sesuai dengan tujuan
hidupnya dan menginternalisasikannya sehingga nilai-nilai menjadi pedoman
dalam bertingkah laku atau bersikap”.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model VCT


bertujuan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran siswa, menanamkan
kesadaran siswa tentang nilai-nilai, menanamkan nilai-nilai tertentu melalui cara
yangrasional,danmelatihsiswauntukdapatmengambilkeputusanterhadapsuatu
persoalan. Dengan demikian, siswa mempunyai keterampilan dalam menentukan
nilai-nilai hidup yang sesuai dengan tujuan hidupnya yang akan menjadipedoman
dalam bertingkah laku atau bersikap.

3. Prinsip-prinsispVCT
Menurut Tukiran, dkk (2015:89) terdapat lima prinsip-prinsip dalam VCT, yaitu:

10
a. Penanaman nilai dan pengubahan sikap dipengaruhi banyak faktor, antara
lain: faktor potensi diri dan faktorlingkungan
b. Sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang diterima siswa
dan kekuatan nilai yang telah tertanam atau dimiliki pada dirisiswa.
c. Nilai, moral dan norma dipengaruhi oleh faktor perkembangan, sehingga
guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan moral dari setiap
siswa.
d. Pengubahan sikap dan nilai memerlukan keterampilan mengklarifikasi nilai/
sikap secara rasional, sehingga dalam diri siswa muncul kesadaran diri bukan
karena rasa kewajiban bersikap tertentu atau berbuattertentu.
e. Pengubahan nilai memerlukan keterbukaan, karena itu pembelajaran PKn
melalui VCT menuntut keterbukaan antara guru dengansiswa

4. Karakteristik Model PembelajaranVCT

Karakteristik model pembelajaran VCTsecara umum yaitu proses penanaman


nilai dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam
diri siswa kemudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang hendak
ditanamkan.

Karakteristik dalam model pembelajaran VCT yakni: (1) siswa terlibat secara
aktif dalam mengembangkan pemahaman dan pengenalannya terhadap nilai-nilai
pribadi, mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan keputusan pribadi, (2)
mendorong siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan
mengembangkan ketrampilan siswa dalam melakukan proses menilai, dan (3)
menggali dan mempertegas nilai-nilai yang dimiliki oleh siswa.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, hal yang terpenting dalam melaksanakan


model VCT agar bisa berjalan efektif adalah perlu adanya siswa yang mau dan
mampu terlibat aktif dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, dituntut siswa yang
secarapotensialmemilikikemampuanberfikirsecarakritis.Dalamhaliniperanan guru
sebagai motivator pembelajaran sangat diperlukan, suasana kekeluargaan yang
hangat juga sangat penting.Sehingga siswa tidak malu untuk ikut aktifdalam
pembelajaran.

11
Model pembelajaran VCT sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran
tematik guna tercapainya tujuan pembentukan atau penanaman nilai dan sikap
pada diri siswa karena mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai
kehidupan.

5. Jenis-jenis Model PembelajaranVCT

Menurut Djahiri (1985), beliau mengklasifikasikan jenis model pembelajaran


VCTke dalam tiga bagian yaitu:

a. Daftar, terdiri dari daftar baik buruk, daftar tingkat urutan, daftar skala sikap,
daftar gejala kontinum, daftar gejala sikap pelakonan.

b. Analisis, terdiri dari percontohan, teknik liputan, tanya jawab nilai, analisis
nilai, inquirynilai.

c. Permainan (games), terdiri dari permainan andai-andai, permainan pecahan


kartu segiempat (the broken square), dan permainan kartu keyakinan, serta
permainan mendengar dan menyimak oranglain.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengungkapkan nilai


dalamsuatu pembelajaran yang menerapkan model VCT yaitu dengan
menggunakansebuah permainan yang mendidik dalampembelajaran.
Menurut pendapat Djahiri (1985) yang “mengembangkan VCT dalam
pembelajaran nilai, diantaranya melalui VCT analisis nilai, VCT daftar nilai, dan
VCT games”. Penggunaan dari masing-masing jenis VCT sangat bergantung pada
tujuan pembelajaran serta materi yang akan diajarkan. Penggunaannya pun dapat
dilakukansecaraterpadumaupunterpisahkarenaperludisesuaikandengantingkat
kesukarannya, tingkat kemampuan siswa, serta lingkungan tempat pembelajaran
akandilaksanakan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model


pembelajaran VCT terdiri dari beberapa jenis, yaitu: analisis nilai, daftar nilai, dan
permainan (games) yang penggunaannya bergantung pada tujuan pembelajaran
serta materi yang akan diajarkan.

6. Hal yang harus Dipertimbangkan dalam Model PembelajaranVCT

12
Dalampraktikpembelajaran,VCTdikembangkanmelaluiprosesdialogantara
guru dan siswa. Proses tersebut hendaknya berlangsung dalam suasana santai dan
terbuka, sehingga setiap siswa dapat mengungkapkan secara bebasperasaannya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam menerapkan model
pembelajaram VCT yaitu :
a. Hindari penyampaian pesan melalui proses pemberian nasihat, yaitu
memberikan pesan-pesan moral yang menurut guru dianggapbaik.

b. Jangan memaksa siswa untuk memberi respon tertentu apabila memang


siswa tidakmenghendakinya.

c. Usahakan dialog dilaksanakan secara bebas dan terbuka, sehingga siswa akan
mengungkapkan perasaannya secara jujur dan apaadanya.

d. Hindari respon yang dapat menyebabkan siswa terpojok, sehingga ia menjadi


defensif.

e. Tidak mendesak siswa pada pendiriantertentu.

f. Jangan mengorek alasan siswa lebih dalam, karena hal itu akan membuat
siswa menjaditerpojok.

g. Tidak monoton dan tidak mendominasi seluruh waktu pesera didik agar
peserta didik tidakbosan.
h. Meratadalampenyampaianagarperbedaankemampuandanpotensidirisiswa
yang beranekaragamlebih dapatterlayani.

7. Manfaat Model PembelajaranVCT


Dengan menggunakan model VCT ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan siswa. Simon (dalam Adisusilo, 2013: 155) mengemukakan bahwa
model pembelajaran VCTmemiliki manfaat yaitu:
a. Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat memilih, memutuskan,
mengomunikasikan, mengungkapkan gagasan, keyakinan, nilai-nilai dan
perasaannya.
b. Meningkatkankemampuansiswauntukdapatberempati(memahamiperasaan
orang lain, memilih dari sudut pandang oranglain).
c. Meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkanmasalah

13
d. Meningkatkankemampuansiswauntukdapatmenyatakansikap:setuju,tidak
setuju, menolak atau menerima pendapat oranglain.
e. Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengambilkeputusan
f. Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mempunyai pendirian tertentu,
menginternalisasikan dan bertingkah laku sesuai dengan nilai yang telah
dipilih dan diyakini.

8. Langkah Model PembelajaranVCT

Langkah dalam model pembelajaran VCT menurut Jarolimek (Tukiran dkk,


2015: 89-90) ketujuh tahap yang dibagi dalam tiga tingkat yaitu sebagai berikut:

a. Tingkat 1 : kebebasan memilih

Pada tingkat ini terdapat 3 tahap pembelajaran, yaitu:

1) Memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan


yang menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi
miliknya secarapenuh.

2) Memilih dari beberapa alternatif. Artinya, untuk menentukan pilihan dari


beberapa alternatif pilihan secarabebas.

3) Memilih setelah dilakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan


timbul sebagai akibatpilihannya.

b. Tingkat 2 :menghargai

Pada tingkat ini terdapat 2 tahap pembelajaran, yaitu:

1) Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi


pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi bagian daridirinya.

2) Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di


depan umum. Artinya, bilanilai itu dianggap suatu pilihan, makaakan
berani dan penuh kesadaran untuk menunjukkannya di depan oranglain.

c. Tingkat 3 : berbuat

Pada tingkat ini terdapat 2 tahap pembelajaran, yaitu;

14
1) Kemauan dan kemampuan untuk mencobamelaksanakannya

2) Mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya. Artinya, nilai yang


menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupannyasehari-hari.

Adapun menurut Al-lamri dan Ichas (2006: 88-89) langkah-langkah teknis


pelaksanaan model pembelajaran VCT Permainan, yaitu:

a. Guru menanyakan kepada siswa apakah siswa suka bermain atautidak.

b. Guru menentukan tema yang akan dibawakan dalam


permainanpembelajaran.

c. Guru membuat kesepakatan dengan siswa tentang waktu dan tempat


yangcocokuntuk kerja kelompok, serta menyiapkan peralatan yang
berupalembar kerjasiswa.

d. Guru menjelaskan makna dan tata carapermainan.

e. Guru dan siswa menyepakati pembagiankelompok.

f. Siswa berdiskusi dalam kelompok, kemudian dilanjutkan diskusikelas.

g. Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusibersama-sama.

Pada pelaksanaan proses pembelajarannya, langkah-langkah pelaksanaan


pembelajaran model VCT Permainan tersebut harus disesuaikan dengan langkah-
langkah pelaksanaan pembelajaran model VCT secara umum. Pembelajaran bias
dimulai dengan dialog untuk mengetahui nilai-nilai yang dipilih siswa. Tahap
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai tahap tingkat memilih. Kemudian,langkah-
langkah selanjutnya yaitu guru menentukan tema dan menjelaskan tatacara
bermain. Guru dapat membuat permainan secara individu maupun kelompok
sesuai dengan keadaan siswa. Permainan tersebut dapat mewakili langkah
pembelajaran model VCT tingkat menghargai, bahkan bisa juga sampai tingkat
berbuat. Jika permainan telah selesai dilaksanakan, guru dan siswa
menyimpulkan bersama-sama.

9. Keunggulan dan Kelemahan Model PembelajaranVCT


Menurut Djahiri (dalam Tukiran dkk, 2015: 90-91)VCT memiliki keunggulan
dalam pembelajaran yaitu:

15
a. Mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah internalside.
b. Mampumengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan isi pesan materi yang
disampaikan selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan
makna/pesan nilai/moral.
c. Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa, melihat
nilai yang ada pada orang lain dan memahami nilai moral yang ada dalam
kehidupannyata.
d. Mampu mengundang, melibatkan, membina, mengembangkan potensi diri
siswa terutama mengembangkan potensisikap.
e. Mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagaikehidupan.
f. Mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan memadukan berbagai
nilai moral dalam sistem nilai dan moral yang ada pada diriseseorang.
g. Memberi gambaran nilai moral yang patut diterima dan menuntun serta
memotivasi untuk hidup layak dan bermoraltinggi.

Selain itu, menurut Tukiran,dkk menyatakan kelemahan pada model


pembelajaran VCT sebagai berikut:
a. Apabila guru tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta didik dengan
keterbukaan saling pengertian dan penuh kehangatan maka siswa akan
memunculkan sikap semu atauimitasi.
b. Sistemnilai yang dimiliki dan tertanam pada guru, peserta didik, dan
masyarakat kurang atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya target
nilai baku yang ingin dicapai/nilaietik.
c. Sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengajar terutama
memerlukankemampuan atau ketrampilan bertanya tingkat tinggi yang
mampu mengungkap dan menggali/nilai yang ada dalam diri pesertadidik.
d. Memerlukankreativitas guru dalam menggunakan media yang tersedia
dilingkungan terutama yang aktual dan paktual sehingga dekat dengan
kehidupan sehari-hari pesertadidik.

10. Cara mengatasi KelemahanVCT

16
Berdasarkan kelemahan model pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT) di atas, Tukiran dkk (2015:92) mengemukakan beberapa cara dalam
mengatasi kelemahan VCT sebagai berikut:

a. Guru berlatih dan memiliki keterampilan mengajar sesuai dengan standar


kompetensi guru. Pengalaman guru yang berulangkali menggunakan VCT
akan memberikan pengalaman yang sangat berharga, karena dengan
memunculkan model-model VCT ini merupakan modifikasi yang sesuai
dengan kemampuan dan kreativitasguru.
b. Dalam pembelajarannya mengguanakan pendekatan tematik atau pendekatan
kontekstualdengan menggunakan media di lingkungan sekitar danmangambil
topik yang sedang terjadi dan ada disekitar pesertadidik.

11. Contoh penerapan langkah model pembelajaranVCT


Contoh penerapan langkah model pembelajaran VCT pada mata pelajaran
PKn dari persiapan sampai pelaksanaannyayaitu:
Persiapan, diawali dengan melakukan tindakan yaitu Pertama, menyusun
RPP sesuai dengan pokok bahasan. Dalam kesempatan ini diambil contoh materi
kedisiplinan. Kedua, menetapkan bagian mana dari materi kedisiplinan yang akan
disajikan melalui analisis nilai, materi dapat dipilah seperti; kedisiplinan dirumah,
sekolah maupun di jalan raya. Ketiga, menyusun skenario pembelajaran sehingga
jelas langkah-langkah pembelajarannya.Keempat, menyiapkan media stimulus
untuk ber-VCT seperti cerita, guntingan koran atau memutar video. Kelima,
menyiapkan lembar kerja yang berisi panduan terperinci bagi siswa dalam ber-
VCT.
Pelaksanaan, diawalili dengan melakukan tindakan yaitu Pertama, setelah
membuka pelajaran, dijelaskan kepada siswa bahwa mereka akan ber-
VCT.Kedua, pelontaran stimulus oleh guru atau siswa yang telah di rancang
sedemikian rupa. Ketiga, guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan siswa
terhadap stimulus yang diberikan. Keempat, melaksankan dialog terpimpin
melalui perntanyaan guru baik secara individual, kelompok maupun secara
klasikal. Kelima, menentukan argumen dan klarifikasi pendirian. Keenam,
pembahasan/pembuktianargumen.Padatahapinisudahmulaiditanamkantarget

17
nilai dan konsep yang sesuai dengan materi. Ketujuh, penyimpulan yang dapat
berupa bagan intisari materi.

Langkah-langkah model pembelajaran VCT secara umum dapat dikemukakan


dalam tabel sebagai berikut:
No. Tahapan Pelaksaan
1. Penentuan Stimulus Stimulus harus memuat konflik nilai/moral

2. Menyajikan stimulus Dapat melalui kegiatan :

a) mengidentifikasi masalah (konflik


nilai/moral)

b) mengidentifikasi fakta yang dimuat dalam


stimulus

c) menentukan kesamaanpengertian

d) menentukan masalah utama yang akan


dipecahkan

3. Menentukan pilihan/posisi Siswa diberi kesempatan untuk menanggapi


melalui:

a) pilihan/posisiperorangan

b) pilihan/posisikelompok

c) mengklasifikasi pihan/posisitersebut

4. Menguji alasan Dilakukan dengan cara:

a) meminta argumensisa/kelompok/kelas

b) pemantauan argumen melalui :

1)mempertentangkan argumen demi argumen

2)penerapan kejadian secaraanalogis

3)mengkaji akibat-akibat penerapan tersebut

18
4)mengkaji kemungkinan dari kegiatan

5. Penyimpulan dan Pengarahan Dapat melalui :

a) kesimpulansiswa/kelompok/kelas

b) kesimpulan dan pengarahan sesuai dengan


target materi pelajaran (konsep, nilai, moral
dannorma)

6. Tindak Lanjut Dapat berupa :

a) kegiatanperbaikan/remedial/pengayaan

b) kegiatan ekstra/latihan/penerapan ujicoba

C. Model Pembelajaran BerbasisProyek


1. Definisi pembelajaran berbasisproyek
JoelLKleinet.al(2009)menjelaskanbahwapembelajaranberbasisproyek
adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk
memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya
melalui berbagai presentasi. Adapun karakteristik pembelajaran berbasis
proyek adalah siswa menyelidiki ide-ide penting dan bertanya, siswa
menemukan pemahaman dalam proses menyelidiki, sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya, menghasilkan produk dan berpikir kreatif, kritis
dan terampil menyelidiki, menyimpulkan materi, serta menghubungkan
dengan masalah dunia nyata, otentik dan isu-isu. Sedangkan Olson(1993)
menjelaskan bahwa dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa
merencanakan dan melaksanakan penyelidikan terhadap beberapatopik

19
atau tema yang menggunakan lintas mata pelajaran atau lintas materi. Dari
The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) Principles and
Standards for School Mathematics (2000) menjelaskan bahwa bahwa
pembelajaran berbasis proyek mempunyai ciri-ciri bahwa siswa dapat
memilih topik dan / atau proyek presentasi/produk, menghasilkan produk
akhir misal presentasi, rekomendasi untuk memecahkan masalah yang
terkait dengan dunia nyata, melibatkan berbagai disiplin ilmu, bervariasi
dalamdurasiwaktu,menampilkangurudalamperanfasilitator.Padamateri
pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 untuk Matematika SMP/MTs
yang diterbitkan oleh BPSDMPK dan PMP tahun 2013 menjelaskanbahwa
pembelajaran berbasis proyek adalah metode pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran berbasis proyek
merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Melalui
pembelajaran berbasis proyek, proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan
berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab,
secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama
sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang
sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha
pesertadidik.

2. Ciri-ciri pembelajaran berbasis proyek menurut materi pelatihan kurikulum


2013yangditerbitkanolehBPSDMPKdanPMPtahun2013danCenterFor
Youth Development and Education-Boston (Muliawati, 2010:10)adalah:
 adanya permasalahan atau tantangan kompleks yang diajukan ke
siswa;

20
 Siswa mendesain proses penyelesaian permasalahan atau tantangan
yang diajukan dengan menggunakanpenyelidikan;
 siswa mempelajari dan menerapkan keterampilan sertapengetahuan
yang dimilikinya dalam berbagai konteks ketika mengerjakan
proyek;
 siswa bekerja dalam tim kooperatif demikian juga pada saat
mendiskusikannya denganguru;
 S mempraktekkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk
kehidupan dewasa mereka dan karir (bagaimana mengalokasikan
waktu, menjadi individu yang bertanggungjawab, keterampilan
pribadi, belajar melaluipengalaman);
 siswa secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan;
 produk akhir siswa dalam megerjakan proyekdievaluasi

3. Kelebihan pembelajaran berbasisproyek


a. eningkatkan motivasisiswa
b. meningkatkan kemampuan memecahkanmasalah
c. meningkatkankolaborasi
d. meningkatkan keterampilan mengelolasumber
e. Meningkatkan keaktifansiswa
f. meningkatkan keterampilan siswa dalam mencariinformasi
g. mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilankomunikasi
h. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi
proyek
i. memberikan pengalaman dalam membuat alokasi waktu untuk
menyelesaikantugas
j. menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa sesuai
dunianyata
k. membuat suasana belajar menjadimenyenangkan

4. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasisproyek

21
a) PenentuanPertanyaanMendasar(StartWiththeEssentialQuestion).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan
suatu aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang
relevan untuk siswa. dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam.
b) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa.
Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas
proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang
mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diaksesuntuk
membantu penyelesaianproyek.
c) Menyusun Jadwal (Create a Schedule) Guru dan siswa secara
kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikanproyek.
Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline(alokasi
waktu) untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline(batas
waktu akhir) penyelesaian proyek,(3) membawa peserta didik agar
merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik
ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan
proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan
(alasan) tentang pemilihan suatucara.
d) Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Students and
the Progress of the Project) Guru bertanggungjawab untuk
melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan
proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi siswa pada
setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi
aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat
sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang
penting.
e) Menguji Hasil (Assess the Outcome) Penilaian dilakukan untuk
membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan
dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa,memberi

22
umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa,
membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f) Memgevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience) Pada akhir
pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas
dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupunkelompok.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran adalah cara kerja yang mempunyai sistem untuk
memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan mebelajarkan siswa guna
membantu guru dalam mecapai tujuan yang telah ditetapkan.
Model pembelajaran VCT merupakan suatu model pembelajaran dengan
teknik yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuannya
dalam menemukan, mencari, dan menentukan nilai-nilai yang
melatarbelakangi sikap, tingkah laku, perbuatan serta pilihan-pilihan yang
dibuatnya dalam menghadapi suatupersoalan.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kelompok kami buat, kami juga menyadari
bahwa dalam penulisan terdapat banyak kesalahan, untuk itu kritik dan saran
dari pembaca sangat diperlukan agar dapat lebih baik lagi dalam penulisan
berikutnya. Atas perhatian pembaca semua, kami ucapkan terima kasih.

24
DAFTAR RUJUKAN

Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2014), hlm. 211-234

Adisusilo, Sutarjo. 2013. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruksi dan VCT Sebagai

Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Al-lamri, dkk. 2006. Pengembangan Nilai Dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial

Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Aziz, Abdul. 1997. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Kosasih, Djahiri. 1985. Strategi Pengajaran Afektif Nilai-Moral VCT dan Games

dalam VCT. Bandung. Granesia

Nana Syaodinah Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2005).

Sarwiji, Siswandi. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Tukiran, dkk. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif Dan Efektif. Bandung:

Alfabeta.

Toyibin, Aziz, dkk. 1992. Pendidikan Pancasila II. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

25
LAPORAN DISKUSI

Moderator : Lasti Rahma Winta (20129043)

A. Penambahan Materi

Ramadani

Daniel Goleman (dalam Adisusilo, 2012), memaparkan bahwa pendidikan nilai

pada pendidikan karakter yang saling terkait diantaranya: Disiplin pada diri,

Bertanggung jawab, memiliki rasa hormat, mampu menegakan keadilan,memiliki

kebranian, sikap kejujuran, adanya kepedulian. Maka dari itu penggunaan model

pembelajaran VCT dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran PPKn

dan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap muatan PPKn serta

memberikan pendidikan nilai karakter sehingga dapat meningkatkan kompetensi

pengetahuan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Astiti dkk (2017) bahwa

pembelajaran VCT adalah bagian pembelajaran khusus dan dapat diterapkan pada

muatan PPKn dalam memberikan pemahaman yang lebih jelas tentangpendidikan

nilai.MakadariitupenggunaanmodelpembelajaranVCTyangdipadukandengan

muatan nilai karakter merupakan strategi yang tepat dalam pembelajaran PPKn,

hal ini dikarenakan dapat memudahkan siswa dalam mencari dan menentukan

suatu nilai – nilai karakter pada diri mereka sendiri dalam mengahadapi suatu

persoalanmelaluiprosesmenganalisisnilaiyangsudahadadantertanampadadiri

siswa. Hal lainnya juga bisa memberikan penanaman konsep nilai yang baik saat

dipadukan dengan nilai karakter dalam menghadapi suatu hambatan tertentu

dengan melibatkan adanya tindakan-tindakan yang terdapat pada dirisiswa

yang nantinya menjadi identitas nilai maupun norma pada diri siswa.

B. Sesi TanyaJawab

1. Dina mulyani(20129025)

26
Mengapa Pola pembelajaran VCT dianggap paling unggul untuk pembelajaran

efektif sehingga sangat cocok untuk mata pelajaran PKN? Jelaskan dan sertakan

contoh.

Penjawab : Dea Agustina

Pola pembelajaran VCT menurut Sanjaya (2010), dianggap unggul untuk

pembelajaran afektif karena; pertama, mampu membina dan mempribadikan nilai

dan moral; kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan materi

yang disampaikan; ketiga mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral

diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata; keempat, mampu mengundang,

melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi

afektualnya; kelima, mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai

kehidupan; keenam, mampu menangkal, meniadakan mengintervensi dan

menyubversiberbagainilaimoralnaif yangadadalamsistemnilaidanmoralyang ada

dalam diri seseorang; ketujuh, menuntun dan memotivasi untuk hidup layak dan

bermoraltinggi.

2. Pelia Septina(20129186)

Stimulus yg bagaimana yang dimaksud prinsip VCT yang bisa mempengaruhi

sikap dan perubahan sikap siswa?

Penjawab : Ayu Wahyuni

Thaniredja (2012) mengungkapkan prinsip-prinsip VCT yang harus dipenuhi

dalam proses pembelajaran yakni : Penanaman nilai dan pengubahan sikap

dipengaruhi banyak faktor, yaitu faktor potensi diri, kepekaan emosi, intelektual

dan faktor lingkungan, norma nilai masyarakat, sistem dan pendidikan nilai

lingkungan masyarakat, sistem pendidikan dan lingkungan keluarga dan

27
lingkungan bermain, sikap dan perubahan sikup dipengaruhi oleh stimulus yang

diterima siswa dan kekuatan nilai yang telah tertanam dalam diri siswa.

3. Nanda Puspa Gemalla(20129177).

Adakah hambatan dalam penerapan model VCT games dalam pembelajaran PKN

terutama pada tingkat kelas rendah Sekolah Dasar? Serta bagaimana solusi yang

dimungkinkan tepat untuk dapat menyelesaikan hambatan tersebut?

Penjawab : Lasti Rahma Winta (20129043)

Pendekatan VCT dilakukan secara langsung oleh guru, yang artinya guru yang

menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memerhatikan nilai yang

sudah ada tertanam dalam diri siswa. Akibatnya, sering terjadi benturan atau

konflik dalam diri siswa. Karena ketidakcocokan antar nilai lama yang sudah ada

terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru.

Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) mempunyai beberapa

hambatan. Terkait hal tersebut, Taniredja (2011:88) menyatakan hambatan VCT

sebagai berikut.

a) Apabila guru tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta didik dengan

keterbukaan saling pengertian dan penuh kehangatan maka siswa akan

memunculkan sikap semu atauimitasi.

b) Sistemnilai yang memiliki dan tertanam guru, peserta didik, dan

masyarakat yang kurang atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya

target nilai baku yang ingin dicapai/nilai etik.

c) Sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengajar terutama

memerlukankemampuan atau ketrampilan bertanya tingkat tinggi yang

mampu mengungkap dan menggali/nilai yang ada dalam diri pesertadidik.

28
d) Memerlukan kreativitas guru dalam menggunakan media yang tersedia

dilingkungan terutama yang aktual dan paktual sehingga dekat dengan

kehidupan sehari-hari pesertadidik.

Cara Mengatasi hambatan Value Clarification Technique (VCT)

Berdasarkan kelemahan model pembelajaran Value Clarification Technique

(VCT)di atas ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan tersebut. Terkait hal

tersebut, Taniredja. (2011 :92) mengemukakan beberapa cara dalam mengatasi

hambatan VCTsebagai berikut.

a) Guru berlatih dan memiliki ketrampilan mengajar sesuai dengan standar

kompetensi guru. Pengalaman guru yang berulangkali menggunakan VCT

akan memberikan pengalaman yang sangat berharga karena memunculkan

model-model VCT yang merupakan modifikasi sesuai kemampuan dan

kreativitasguru.

b) b) Dalam setiap pembelajaran mengguanakan tematik atau pendekatan

kontekstual, antara lain dengan mangambil topik yang sedang terjadi dan

ada disekitar peserta didik, menyesuaikan dengan hari besar nasional, atau

mengaitkan dengan program yang sedang dilaksanakanpemerintah

29
30

Anda mungkin juga menyukai