Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PEMBELAJARAN PKN SD

“RAGAM MODEL PEMBELAJARAN PPKN DI SD : MODEL


PEMBELAJARAN VALUE CLARIVICATION TECHNIQUE
(VCT) DAN PROJECT CITIZEN SERTA IMPLIKASINYA
DALAM PEMBELAJARAN PPKN DI SD”
Dosen Pengampu : Apiek Gandamana, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Citra Anjelina Lumbangaol (1191311026)


Eni Nurhalizah Gajah (1193111029)
Ayuni Puspa Lestari Siregar (1193111047)
Monika Afriani Malau (1193111053)

Mata Kuliah : Pembelajaran PKN SD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN – UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ragam
Model Pembelajaran PPKN Di SD : Model Pembelajaran Value Clarivication
Technique (Vct) Dan Project Citizen Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran PPKN
Di SD”. Penulis juga berterima kasih kepada bapak Apiek Gandamana, S.Pd., M.Pd.
selaku dosen yang memberikan bimbingan, materi, saran, dan kesempatan kepada
penulis.
Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena
itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Kami
berharap semoga dengan makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi para
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah saya ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Oktober 2021

PENULIS
Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 3

1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 4

2.1 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE


(VCT) ................................................................................................................... 4

2.2 CVT DALAM PEMBELAJARAN .................................................................. 8

2.3 MODEL PEMBELAJARAN PROJECT CITIZEN ........................................ 11

2.4 PROJECT CITIZEN DALAM PEMBELAJARAN PKN ............................... 17

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 19

3.1 KESIMPULAN ............................................................................................. 19

3.2 SARAN ......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 dijelaskan bahwa Pendidikan


Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang
beriman, dan betakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta
bertanggung jawab.
Pada Undang-Undang diatas, pembentuan nilai sikap sangatlah penting dalam dunia
pendidikan. Dengan demikian, pembelajaran tidak akan lengkap jika tidak
membahas model pembelajaran yang berhubungan dengan pembentukan sikap dan
nilai. Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang menitik beratkan pada
ranah afektif atau sikap. Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan
strategi pembelajaran kognitif dan psikomotor. Afektif berhubungan dengan nilai
(value), yang sulit diukur, karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh
dari dalam. Sedangkan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan apalagi menilai
perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru
disekolah. Bisa saja sikap tersebut tumbuh dari lingkungan keluarga.
Model pembelajaran afektif yang bisa diterapkan yaitu model pembelajaran Value
Clarification Techique (VCT). Model pembelajaran VCT merupakan pembelajaran
yang memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan

1
perbuatannya sendiri untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai
mereka sendiri. Nilai tersebut ada pada setiap manusia dan terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi (values
of giving). Menurut Linda (dalam Elmubarok, 2009). nilai-nilai nurani adalah nilai
dalam diri manusia yang kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara
memperlakukan orang lain. Contoh nilai-nilai nurani yaitu kejujuran, keberanian,
cinta damai, disiplin dan sebagainya. Sementara nilai-nilai nurani memberi adalah
nilai-nilai yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima
sebanyak yang diberikan. Contohnya yaitu setia, dapat dipercaya, cinta kasih sayang,
dan sebagainya. Salah satu model adaptif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
adalah Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) (Budimansyah, 2008).
Dalam pembelajaran menggunakan Project Citizen siswa diajak untuk memecahkan
masalah riil dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di sini siswa
belajar menemukan alternatif pemecahan masalah. Di samping itu, siswa juga
mengembangkan proses penalaran dan klarifikasi nilai. Kemudian siswa
mengembangkan usul kebijakan publik dan mengusulkan rencana tindakan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimanakah model pembelajaran VCT?


2. Bagaimanakah model pembelajaran project citizen?
3. Bagaimana model pembelajaran tersebut kedalam pembelajaran PKn di
SD?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut :

1. Untuk mengetahui apa itu model pembelajaran VCT dan Project Citizen.
2. Untuk memberikan infromasi tentang implikasi model pembelajaran
tersebut dalam pembelajaran PKn di SD.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai bahan bacaan,
menambah wawasan penulis dan pembaca serta melatih untuk berfikir kritis terhadap
suatu permasalahan yang dihadapi nantinya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE


(VCT)

a. Pengertian Value Clarification Technique (VCT)

Djahiri (1985) mengemukakan bahwa Value Clarification Technique (VCT)


merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali atau mengungkapkan
nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan Sanjaya (dalam
Taniredja, 2014) mengemukakan bahwa VCT merupakan teknik pengajaran untuk
membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik
dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada
dan tertanam dalam diri siswa. Karakteristik Teknik Klarifikasi Nilai (VCT) sebagai
suatu model dalam strategi pembelajaran sikap dalah proses penanaman nilai
dilakukan melalui proses analisa nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri siswa
kemudian menyelaraskannya dengan niai-nilai yang hendak ditanamkan. Kosasih
(1985, hlm 28) juga mengemukakan bahwa:

Model Pembelajaran VCT adalah merupakan teknik pendidikan nilai dimana peserta
didik dilatih untuk menemukan, memilih, menganalisis, membantu siswa dalam
mencari dan memutuskan mengambil sikap sendiri mengenai nilai-nilai hidup yang
ingin diperjuangkannya. Pada dasarnya bersifat induktif, berangkat dari pegalaman-
pengalaman kelompok menuju ide-ide yang umum tentang pengetahuan dan
kesadaran diri.

4
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa VCT merupakan
suatu teknik pembelajaran untuk membantu siswa dalam mencapai suatu nilai yang
menurut mereka baik dengan cara melatih siswa untuk menemukan, memilih,
menganalisis, serta memutuskan untuk mengambil sikapnya sendiri untuk mengatasi
masalahnya sendiri. VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat
memenuhi tujuan pencapaian pendidikan nilai. Model pembelajaran VCT ini sesuai
dengan pembelajaran PKn serta sangat diperlukan agar tujuan pembelajaran PKn
dapat tercapai sehingga mengembangkan penalaran moral pada diri siswa.

b. Tujuan Model Pembelajaran VCT

Salah satu karakteristik VCT sebagai suatu model dalam strategi


pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses analisis
nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri siswa kemudian menyelaraskan dengan
nilai nilai baru yang hendak ditanamkan. VCT sebagai suatu model dalam strategi
pembelajaran moral VCT bertujuan:

a. Untuk mengukur atau mengatahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai.
b. Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik tingkatannya
maupun sifatnya (positif dan negatifnya) untuk kemudian dibina ke arah
peningkatan dan pembetulannya.
c. Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional
dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik
siswa.
d. Melatih siswa bagaimana cara menilai, menerima, serta menagmbil keputusan
terhadap sesuatu persolan dalam hubungannya dengan kehidupan sehari-hari di
masyarakat.

5
c. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran VCT

Prinsip-prinsip pada model pembelajaran VCT antara lain:

a. Penanaman nilai dan pengubahan sikap dipengaruhi banyak faktor antara lain
potensi diri, kepekaan emosi, intelektual dan faktor lingkungan, norma nilai
masyarakat, sistem pendidikan dan lingkungan keluarga dan lingkungan
bermain.
b. Sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang diterima siswa dan
kekuatan nilai yang telah tertanam atau dimiliki pada diri siswa.
c. Nilai, moral dan norma dipengaruhi oleh faktor perkembangan, sehingga guru
harus mempertimbangkan tingkat perkembangan moral (moral development)
dari setiap siswa. Tingkat perkembangan moral untuk siswa dipengaruhi oleh
usia dan pengaruh lingkungan terutama lingkungan sosial.
d. Pengubahan sikap dan nilai memerlukan keterampilan mengklarifikasi
nilai/sikap secara rasional, sehingga dalam diri siswa muncul kesadaran diri
bukan karena rasa kewajiban bersikap tertentu atau berbuat tertentu.
e. Pengubahan nilai memerlukan keterbukaan, karena itu pembelajaran melalui
VCT menuntut keterbukaan antara guru dengan siswa.
d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran VCT

Penerapan langkah-langkah atau sintak model VCT dalam kegiatan


pembelajaran menurut Djahiri (1985: 10), yaitu:

1. Penentuan stimulus.
2. Penyajian stimulus. Guru melontarkan stimulus dengan cara membaca cerita
atau menampilkan gambar, foto, atau film. Lalu guru memberi kesempatan
beberapa saat kepada siswa untuk berpikir atau berdialog sesama teman
sehubungan dengan stimulus tadi.
3. Penentuan pilihan. Siswa menentukan argumen dan klarifikasi pendirian
(melalui pertanyaan guru dan bersifat individual, kelompok, dan klasikal).

6
4. Menguji alasan. Pembahasan/pembuktian argumen. Pada fase ini sudah mulai
ditanamkan target nilai dan konsep sesuai materi pelajaran.
5. Penyimpulan dan pengarahan. Siswa akan memberikan kesimpulan dengan
bantuan dan arahan dari guru.
6. Tindak lanjut.

e. Kelebihan Model Pembelajaran VCT

Menurut Taniredja (2014), VCT memiliki keunggulan untuk pembelajaran


afektif yaitu mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan
potensi diri siswa terutama mengembangkan potensi sikap. Selain itu juga mampu
mengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan
selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan makna/pesan
nilai/moral.

1. Mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah internal side.
2. Mampu mengklarifikasi menggali dan mengungkapkan isi pesan materi yang
disampaikan selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan
makna, pesan nilai dan moral.
3. Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa, melihat
nilai yang ada pada orang lain dan memahami nilai moral yang ada dalam
kehidupan nyata.
4. Mampu mengundang, melibatkan, membina, dan mengembangkan potensi
diri siswa terutama mengembangkan nilai sikap. Mampu memberikan
sejumlah pengalaman belajar dari bebagai kehidupan.
5. Mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi, dan memadukan berbagai
nilai moral dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang.
Memberi gambaran nilai moral yang patut diterima dan menuntun serta
memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.

7
f. Kekurangan Model Pembelajaran VCT

Model pembelajaran VCT memiliki kekurangan atau kelemahan. Kelemahan


yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap adalah proses
pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya, guru menanamkan nilai-
nilai yang dianggapnya baik tanpa memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam
diri siswa. Akibatnya, sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa karena
ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang
ditanamkan oleh guru. Siswa sering mengalami kesulitan dalam menyelaraskan nilai
lama dn nilai baru.

Model pembelajaran VCT sangat cocok untuk diterapkan dalam


pembelajaran PKn guna tercapainya tujuan pembentukan atau penanaman nilai dan
sikap pada diri siswa karena mampu memberikan pengalaman belajar dalam
berbagai kehidupan. Namun guru perlu memaksimalkan kemampuan dan
kreativitasnya dalam menggunakan media di lingkungan sekitar, agar siswa dekat
dengan kehidupan sehari-hari.

2.2 CVT DALAM PEMBELAJARAN


Pembelajaran model VCT ialah suatu cara pendidikan nilai yang meminta
siswa agar memilih, maupun menganalisa suatu permaslahan kemudian siswa/siswi
memutuskan sikap mandiri mengenai nilai - nilai yang ingin diperjuangkannya
(Haris & Gunansyah, 2013). Menurut Agustina (2016) pembelajaran VCT adalah
pembelajaran yang melatih siswa dalam berproses menilai pada taraf kehidupan
dalam masyarakat kemudian menetapkan acuan maupun pedoman diri siswa. Selain
itu, Iftania dan Widayati (2019) menyatakan model pembelajaran VCT yakni model
pembelajaran sebagai sarana menunjukkan nilai baik dan selanjutnya akan
diterapkan nyata sehari hari. Hal ini juga dinyatakan oleh Rahayudhi dkk (2013)
Value Clarification Technique (VCT) merupakan model pembelajaran yang
menitikberatkan pada pembinaan nilai. Model pembelajaran VCT dapat membantu

8
siswa dalam mengkaji akibat-akibat yang timbul dalam suatu tindakan dan
membantu siswa dalam menggali, menentukan, serta memaparkan suatu nilai yang
dianggap baik dalam menghadapi sebuah permasalahan dengan melakukan analisis
dan mengkaji nilai yang sudah terdapat dan tertanam dalam diri siswa. Hal ini
sejalan dengan pendapat Putra dkk (2014) yang menyatakan penggunaan
pembelajaran VCT berupaya menentukan nilai yang ditafsir benar pada
permasalahan lewat proses menganalisa nilai diri siswa sehingga mendapat respon
efektif antara nilai lama dengan nilai baru yang melalui proses pembelajaran.

Adapun keunggulan dari penerapan pembelajaran VCT menurut Sukmawati


(2014) yaitu siswa mampu menggali kemudian memaparkan simpulan materi,
mampu meresapi nilai pada sehari hari, mampu mengembangkan potensi diri
maupun nilai moral, mampu memberi pengalaman dari sebuah permasalahan,
mampu memadukan nilai moral pada diri individu, dan mampu memberi pandangan
nilai moral kepada masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Djahri (dalam Taniredja
dkk, 2017) memaparkan VCT dengan keunggulan sebagai pengajaran efektif yaitu:
1) Penanaman nilai moral pada cakupan internal diri; 2) Bisa mengungkapkan pesan
dari materi setelah disampaikan kemudian disampaikan dihadapan rekan-rekannya;
3) Memiliki kemampuan mengklarifikasi nilai serta kualitas diri individu, memahami
pesan nilai moral dalam kehidupan; 4) Adanya kemampuan mengembangkan potensi
pada diri; 5) Bisa menyalurkan pengalaman pelajaran dari berbagai sumber; 6) Dapat
meniadakan mengintervensi ataupun memadukan nilai setiap individu; 7) Memeberi
pemahaman nilai moral supaya diterima untuk hidup bermoral tinggi. Tujuan dari
pembelajaran VCT yaitu membantu siswa/siswi saat mengembangkan, memilih,
maupun menganalisa sikap dan nilainilai pada dirinya sendiri. Peserta didik diberi
kesempatan dalam menentukan nilai yang menurut mereka baik dan ditanam dalam
kehidupannya. Dengan demikian, siswa akan menjadi mandiri, dan dapat mengambil
keputusan dalam kehidupannya (Khairunnisa, 2019).

9
Langkah-langkah model pembelajaran VCT menurut Jarolimek (dalam
Taniredja dkk, 2017) dibagi ke dalam 7 tahapan dalam 3 tingkatan yang dipaparkan
dibawah ini.
Tingkat Kebebasan a. Menentukan secara bebas setiap kesempatan
dalam menentukan dapat menentukan pilihan tepat baginya secara
efisien.
b. Menentukan alternative dari beberapa
alternative pilihan saat disajikan melalui analisis
yang timbul atas kehendaknya.
c. Menentukan dalam melakukan pertimbangan
sebagai konsekuensi atas pertimbangannya.
Tingkat Menghargai a. Adanya rasa kagum terhadap nilai yang menjadi
kehendaknya sehingga menjadi integritas pada
dirinya.
b. Menegaskan nilai setiap individu sebagai
kehendaknya dan harus berani penuh kesadaran
menunjukkannya kepada lainnya.
Tingkat Berbuat a. Memiliki kemampuan saat mencoba maupun
menampilkan.
b. Mau berperilaku sesuai nilai kehendaknya, nilai yang
menjadi kehendak itu harus terelasisasikan sehari-hari.

10
2.3 MODEL PEMBELAJARAN PROJECT CITIZEN
a. Pengertian Project Citizen

Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) adalah suatu inovasi


pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori
kewarganegaraan melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Model ini pertama
kali digunakan di California pada tahun 1992 dan kemudian dikembangkan menjadi
satu program nasional oleh Center For Civic

Educatioan (CCE) dan Konferensi Nasional Badan Pembuat Undang-Undang


Negara pada tahun 1995. Dengan adanya praktik, mahasiswa diberikan latihan untuk
belajar secara kontekstual (Depdiknas, 2003: 12). Sedangkan menurut Budimansyah
(2009: 1) Project Citizen adalah satu instructional treatment yang berbasis masalah
untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan watak kewarganegaraan
demokratis yang memungkinkan dan mendorong keikutsertaan dalam pemerintahan
dan masyarakat sipil (civil society).

Budimansyah (2008: 182) menegaskan bahwa landasan pemikiran Project


Citizen terletak pada satu kerangka yang terdiri atas lima bagian tentang gagasan
pendidikan dan politik. Pertama, diperlukannya keterlibatan warga negara dalam
kehidupan berwarga negara. Kedua, Inti dari Pendidikan Kewarganegaraan kaya
akan nilai jika para siswa ikut ambil bagian secara aktif dalam kehidupan berwarga
negara. Ketiga, dengan menggali masalah-masalah yang ada di komunitas mereka
sendiri, maka mereka akan mengetahui prinsip-prinsip demokrasi yang merupakan
inti dari pengetahuan kewarganegaraan. Keempat, Project Citizen dimaksudkan
untuk diterapkan oleh para mahasiswa yang mulai bergeser dari berpikir kongkrit
menuju berpikir abstrak. Kelima, Project Citizen menganggap mahasiswa sebagai
sumber kewarganegaraan yang gagasan dan tenaganya dapat secara nyata dicurahkan
pada masalahmasalah kebijakan public.

11
Program tersebut mendorong para mahasiswa untuk terlibat secara aktif
dengan organisasi-organisai pemerintah dan masyarakat sipil untuk memecahkan
satu persoalan di sekolah atau di masyarakat dan untuk mengasah kecerdasan sosial
dan intelektual yang penting bagi kewarganegaraan demokratis yang bertanggung
jawab. Jadi tujuan Project Citizen adalah memotivasi dan memberdayakan para
siswa dalam menggunakan hak dan tanggung jawab kewarganegaraan yang
demokratis melalui penelitian yang intensif mengenai masalah kebijakan publik di
sekolah atau di masyarakat tempat mereka berinteraksi. Bahan-bahan pelajarannya
pun disusun untuk membantu para mahasiswa belajar mengawasi dan mempengaruhi
kebijakan publik, meningkatkan kecakapan yang diperlukan untuk menjadi warga
negara yang bertanggung jawab dan efektif serta memiliki rasa percaya diri dalam
menggunakan hak dan tanggung jawabnya sebagai warga negara. Project Citizen
memberikan kesempatan pada para mahasiswa untuk ambil bagian dalam pemerintah
dan masyarakat sipil sambil mempraktikkan berfikir kritis, dialog, debat, negosiasi,
kerja sama, kesantunan, toleransi, membuat keputusan, dan aksi warga negara (civic
action) yakni melaksanakan kewajibannya sebgai warga negara untuk kepentingan
bersama (Budimansyah, 2009: 2).

Project Citizen bersifat generik atau umum dan mendasar yang dapat dimuati
materi yang relavan di masing-masing negara. Menurut Budimansyah ( 2009 : 21)
sebagai model dipilih topik generik “Public Policy” (kebijakan publik), yang
memang berlaku di negara manapun. Misi dari model ini adalah mendidik para
peserta didik agar mampu untuk menganalisis berbagai dimensi kebijakan publik,
kemudian dengan kapasitasnya sebagai “young citizen” atau warga negara muda
mencoba memberi masukan terhadap kebijakan publik di lingkungannya. Hasil yang
diharapkan adalah kualitas warga negara yang cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif,
dan bertanggung jawab.

12
b. Tujuan Project Citizen
Tujuan Project Citizen adalah memotifasi dan memberdayakan para siswa dalam
menggunakan hak dan tanggung jawab kewarganegaraan yang demokratis melalui
penelitian yang intensif mengenai masalah kebijakan publik di sekolah atau di
masyarakat tempat mereka berinteraksi.

c. Langkah-Langkah Dalam Menyelenggarakan Project Citizen


Menurut Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 25) strategi instruksional
yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari strategi “inquiry
learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning,”
yang dikemas dalam model “project” ala John Dewey. Dalam hal ini ditetapkan
langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat

Dalam tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan pengajar bersama
peserta didik yaitu mendiskusikan tujuan, mencari masalah, apa saja yang peserta
didik ketahui, tentang masalah-masalah di masyarakat dan memberi tugas pekerjaan
rumah tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan masyarakat yang mereka
anggap penting sesuai dengan kemampuan peserta didik. Dalam mengerjakan
pekerjaan rumah tersebut peserta didik diharapkan untuk mencari informasi tentang
masalah yang akan dikaji dengan cara :

a) Mewawancarai orang tua atau keluarga, teman, tetangga, dan orang lain yang
dianggap menguasai masalah yang dikaji.

b) Melalui sumber-sumber cetak seperti majalah, koran dan tabloid.

c) Melalui media elektronik seperti radio, TV dan internet. Semua informasi


yang diperoleh harus dicatat untuk didiskusikan di kelas.

13
2) Memilih suatu masalah untuk dikaji oleh kelas

Sebelum memilih masalah yang akan dikaji hendaknya para siswa mengkaji
terlebih dahulu pengetahuan yang telah mereka miliki tentang masalah di
masyarakat, dengan langkah sebagai berikut :

a) Mengkaji masalah yang telah dikumpulkan.

b) Mengadakan pemilihan secara demokratis tentang masalah yang akan mereka


kaji dengan cara memilih salah satu masalah yang telah ditulis di papan tulis.

c) Melakukan penelitian lanjutan tentang masalah yang terpilih untuk dikaji


dengan mengumpulkan informasi.

3) Mengumpulkan informasi yang terkait pada masalah itu

Langkah-langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut :

a) Mengidentifikasi sumber-sumber informasi

b) Tinjau ulang untuk memperoleh dan mendokumentasikan informasi

c) Pengumpulan informasi

4) Mengembangkan portofolio kelas

Pada tahap ini, siswa hendaknya telah menyelesaikan penelitian yang


memadai untuk memulai membuat portofolio kelas, dengan langkah sebagai berikut :

a) Kelas dibagi dalam 4 kelompok dan setiap kelompok akan bertanggung jawab
untuk membuat satu bagian portofolio

b) Pengajar mengulas tugas-tugas rinciannya untuk portofolio. Tugas Masing-


masing kelompok portofolio : Menjelaskan Masalah, Mengkaji Kebijakan
alternatif,

Mengusulkan kebijakan alternatif, Mengembangkan Rencana kerja

c) Pengajar menjelaskan spesifikasi portofolio yakni terdapat bagian penayangan


dan bagian dokumentasi pada setiap kelompok.

14
5) Menyajikan portofolio (Show Case) di hadapan dewan juri

Dalam menyelenggarakan gelar kasus (Show Case), guru sebagai pihak


penyelenggaran hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut :

a) Persiapan Show Case 2

b) Pembukaan Show Case

c) Penyajian oleh kelompok yang telah dibentuk disertai tanya-jawab oleh dewan
juri d) Selingan

e) Tanggapan audiens

f) Pengumuman dewan juri.

Penyajian Portofolio (Show Case) dilaksanakan setelah kelas menyelesaikan


portofolio tampilan maupun portofolio dokumentasi.

6) Melakukan refleksi pengalaman belajar.

Dalam kegiatan refleksi ini peserta didik diajak melakukan evaluasi tentang
apa dan bagaimana mereka belajar. Tujuan refleksi adalah untuk belajar menghindari
kesalahan di masa yang akan datang dan meningkatkan kinerja siswa.

d. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Project Citizen


Kelebihan dan keunggulan pembelajaran Project Citizen adalah sebagai berikut :

1. Memungkinkan peserta didik terhubung dengan peristiwa dan masalah dunia


nyata.

2. Memungkinkan peserta didik mengintegrasikan berbagai konsep dan ide-ide


terkait.

3. Mendorong peserta didik dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan


dari berbagai disiplin ilmu.

15
4. Mendorong peserta didik belajar untuk bekerja sama dengan rekan-rekan
dalam suatu kelompok.

5. Memungkinkan peserta didik mengevaluasi kemajuan mereka sendiri melalui


penilaian diri.

6. Memungkinkan peserta didik berhubungan dengan kegiatan penilaian untuk


kegiatan pembelajaran.

7. Memungkinkan peserta didik memanfaatkan dari keterlibatan orang tua dan


anggota masyarakat lainnya.

8. Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari


waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri.

9. Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang
mereka telah kerjakan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam rangka
implementasi program pembelajaran.

10. Meningkatkan peran peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Fachrudin (2010, 131) kelemahan Project Citizen adalah sebagai berikut
:

1. Waktu yang digunakan pada pelaksanaan model Project Citizen memerlukan


waktu ideal 4-6 minggu.

2. Membutuhkan biaya.

3. Membutuhkan kesiapan pengajar.

16
2.4 PROJECT CITIZEN DALAM PEMBELAJARAN PKN
Keterampilan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model project citizen pada
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) materi keputusan bersama
meningkat yang dibuktikan oleh peningkatan setiap indikator keterampilan berpikir
kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dengan
ditandai oleh
meningkatnya nilai yang dihasilkan siswa dalam pengerjaan LKS dan
ditunjukkan oleh semakin banyaknya siswa yang mampu menjelaskan penyebab
terjadinya sebuah permasalahan. Selain itu, siswa mampu memberikan sebuah alasan
dalam menjawab setiap pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan. Kemudian
siswa mampu menyimpulkan akibat yang ditimbulkan oleh sebuah permasalahan
serta mampu menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Keterampilan berpikir kritis siswa juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan
oleh peningkatan nilai produk portofolio serta presentasi yang dihasilkan siswa dan
ditandai oleh banyaknya siswa yang mampu menjelaskan permasalahan yang terjadi
sesuai dengan produk portofolio yang dihaslilkan. Selain itu, semakin banyak siswa
yang mampu memberikan alasan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
juri selama sesi tanya jawab berlangsung. Kemudian, siswa mampu menyimpulkan
secara singkat pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya sebagai penutup
dalam kegiatan presentasi dan siswa mampu menyusun serta menulis informasi
dalam portofolio dengan jelas dan baik sehingga mudah untuk dipahami.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa model project citizen dalam
pembelajaran PKn dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Selain itu, hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn mengenai materi
keputusan bersama dengan menggunakan model project citizen yang telah
dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cinunuk 01 Kecamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dari
perolehan nilai hasil evaluasi siswa secara individu. Nilai rata-rata individu siswa

17
diantaranya, pada siklus I ratarata perolehan nilai yang dihasilkan sebesar 48,83
sedangkan siklus II mengalami peningkatan menjadi 64,59. Selanjutnya pada siklus
III meningkat kembali menjadi 80. Dengan demikian, model project citizen dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. (U.Nada : 2017).

18
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

VCT merupakan suatu teknik pembelajaran untuk membantu siswa dalam


mencapai suatu nilai yang menurut mereka baik dengan cara melatih siswa untuk
menemukan, memilih, menganalisis, serta memutuskan untuk mengambil sikapnya
sendiri untuk mengatasi masalahnya sendiri. Salah satu karakteristik VCT sebagai
suatu model dalam strategi pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai
dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri siswa
kemudian menyelaraskan dengan nilai nilai baru yang hendak ditanamkan.
Penerapan langkah-langkah atau sintak model VCT dalam kegiatan
pembelajaran, yairu: (a) Penentuan stimulus, (b) penyajian stimulus, (c) penentuan
pilihan, (d) menguji alasan, (e) penyimpulan dan pengarahan, dan (e) tindak lanjut.
Model pembelajaran VCT sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran PKn
guna tercapainya tujuan pembentukan atau penanaman nilai dan sikap pada diri
siswa karena mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai kehidupan.
Namun guru perlu memaksimalkan kemampuan dan kreativitasnya dalam
menggunakan media di lingkungan sekitar, agar siswa dekat dengan kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran Project Citizen merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan
menarik karena siswa mendapat pengalaman belajar yang sangat bermakna, tidak
hanya dari guru saja tetapi juga di dapat dari nara sumber langsung di lapangan,
lingkungan, masyarakat dan media. Oleh sebab itu, pembelajaran mata kuliah umum
bukan hanya penguasaan materi pembelajaran belaka, melainkan juga proses
internalisasi nilai pada diri peserta pembelajaran. Dengannya, Pendidikan

19
Kewarganegaraan harus diproyeksikan sebagai subjek pembelajaran pengembangan
potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas,
partisipatif, dan bertanggung jawab. Dalam pembelajaran menggunakan Project
Citizen siswa diajak untuk memecahkan masalah riil dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3.2 SARAN

Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran VCT dan Project Citizen,


khususnya pada materi yang berbasis nilai dan karakter. Karena terbukti lebih efektif
dalam menanamkan nilai dan karakter positif, membentuk sikap, dan meningkatkan
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek afektif. Selain itu juga guru hendaknya
menerapkan model pembelajaran VCT dan Project Citizen dengan memanfaatkan
berbagai media pembelajaran yang inovatif dan relevan seperi media gambar, atau
media video karena bisa meningkatkan motivasi belajar dan kesadaran nilai pada diri
siswa.

20
DAFTAR PUSTAKA
Agustin Nalar, Ichas Solichin H. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran VCT
Terhadap Penalaran Moral Siswa dalam Pembelajaran PKn SD. Jurnal. Vol.2
No.1: 59-74.
Astawa, Wayan Wira, dkk. 2020. Pembelajaran PPKn dengan model CVT
Bermuatan Nilai Karakter Meningkatkan Kompetensi Pengetahuan Siswa.
Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran. Vol. 3 No.2 :199-210.
Budimansyah, D. 2008. “Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)” dalam Acta
Civicus Vol. 1. Nomor 2.

Mawardi. 2016. Keefektifan Model Pembelajaran Value Clarification Technique


Dalam Mengembangkan Sikap Siswa. Jurnal. Vol. 32 No 2: 105.
Ulfa, Nada Santi, dkk. 2017. Model Project Citizen Dalam Pembelajaran PKn Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. Jurnal Antologi UPI. Vol.5 No.1 :
134-145.

21

Anda mungkin juga menyukai