Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN TEORI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Dosen Pengampu : Dra. Sorta Simanjuntak, SM.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 7

Eni Nurhalizah Gajah (1193111029)


Salsabilah Trisa Arandhea (1193111030)
Neni Abdian (1193111032)
Indra Maharani (1193111036)
Kharisma Ramdhani Alya (1193111051)
PGSD Reguler E 2019
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TINJAUAN TEORI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS”.

Penulis juga berterima kasih kepada Dra. Sorta Simanjuntak, M.Pd selaku dosen yang
memberikan bimateri, saran, dan kesempatan kepada penulis.

Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu kami
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Kami berharap semoga dengan makalah ini dapat
memberikan pengetahuan bagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah saya ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga dapat
bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 07 September 2021

Penulis

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2

1.3. Tujuan ................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

2.1. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ........................................................................ 3

2.2. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas ................................................................................... 4

2.3. Jenis Dan Model Ptk .......................................................................................................... 4

2.4 Model-Model Penelitian Tindakan Kelas ......................................................................... 5

2.5. Isu Strategi Seputar Pelaksanaan PTK ............................................................................ 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 10

3.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 10

3.2. Saran .............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Menurut Uno (2007), pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar dan
peserta didik. Dalam proses pembelajaran peserta didik akan memperoleh tentang sesuatu
yang mereka belum ketahui, mereka akan mempelajari suatu pengetahuan dengan cara
yang lebih efisien, dari proses tersebut akan adanya kaitan tentang pengetahuan baru pada
struktur kognitif yang lebih mantap, yang dapat diperoleh pada hasil belajar.

Penelitian tindakan berurusan langsung dengan praktik di lapangan dalam situasi


alami. Penelitinya adalah pelaku praktik itu sendiri dan pengguna langsung hasil
penelitiannya. Yang paling menonjol adalah penelitian tindakan ditujukan untuk
melakukan perubahan pada semua diri pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian
dilakukan guna mencapai perbaikan praktik secara perlahan dan berkelanjutan. Dapat
disimpulkan ciri utama dari penelitian tindakan adalah adanya intervensi atau perlakuan
tertentu untuk perbaikan kinerja dalam dunia nyata. Selanjutnya, penelitian tindakan yang
diteliti oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (selanjutnya disebut PTK).

Masnur (2009:12) menyebutkan beberapa karakteristik PTK, antara lain: (1) Masalah
PTK berawal dari guru, guru merasakan ada masalah di kelasnya ketika mengajar dan
berusaha mengatasi masalah tersebut dengan sebuah penelitian yang disebut dengan PTK;
(2) Tujuan PTK memperbaiki pembelajaran, guru berupaya memperbaiki proses
pembelajaran agar lebih efektif.

Oleh karena itu, guru tidak boleh mengorbankan proses pembelajaran karena melakukan
PTK; (3) PTK bersifat kolaborasi, dilaksanakan dengan cara berkolaborasi dengan dosen
maupun teman sejawat; (4) PTK memunculkan adanya tindakan tertentu untuk
memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas; (5) PTK menjembatani kesenjangan
antara teori dan praktik pendidikan. Hardjodipuro mengatakan bahwa PTK adalah suatu
pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para
guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut
dan agar mau utuk mengubahnya. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan

1
berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan
bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang menjadi pembahasan penulis adalah:
1. Bagaimana karakteristiknya PTK itu ?
2. Apa saja prinsip-prinsip PTK ?
3. Apa saja jenis dan model PTK ?
4. Bagaimana dengan Isu Strategi Seputar Pelaksanaan PTK ?
1.3. Tujuan
Tujuan yang menjadi pembahasan penulis adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik apa saja yang ada dalam PTK.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip apa saja yang ada dalam PTK.
3. Untuk mengetahui jenis dan model PTK.
4. Untuk memahami tentang Isu Strategi Seputar Pelaksanaan PTK.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


PTK mempunyai karakteristik yang berbeda dengan penelitian yang lain. PTK merupakan
penelitian kualitatif meski data yang diperoleh dapat berupa data kuantitatif. Karaktersitik dari
Penelitian Tindakan Kelas antara lain sebagai berikut (Jufri, 2010):
1. PTK dilakukan atas dasar adanya masalah yang dipicu oleh kesadaran guru bahwa praktik
pembelajaran yang dilakukannya di kelas memerlukan perbaikan.
2. PTK merupakan suatu bentuk kegiatan inkuiri yang dilakukan melalui refleksi diri.
3. PTK dilaksanakan di dalam kelas oleh guru sebagai peneliti utama, sehingga penelitian
yang dilakukan terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran dan dapat berupa perilaku atau
tindakan inovatif guru dalam proses berinteraksi dengan siswa.
4. PTK bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Dalam hal ini perbaikan
dilakukaan sendiri oleh guru secara bertahap dan berkesinambungan, selama proses
pelaksanaan penelitian.
Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan
penelitian pada umumnya, antara lain sebagai berikut (Aqib & Chotibuddin, 2018):
1. PTK merupakan kegiatan yang berupaya memecahkan masalah pembelajaran, dengan
dukungan ilmiah.
2. PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui aktifitas
berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat
catatan.
3. Persoalan yang dipermasalahkan dalam PTK berasal dari adanya permasalahan nyata dan
actual (yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di kelas.
4. PTK dimulai dari permasalahann yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal
yang terjadi di dalam kelas.
5. Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi(guru dan kepala sekolah) dengan peneliti
dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang
akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action).

3
2.2. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam pelaksanaan
PTK, yaitu sebagai berikut (Aqib & Chotibuddin, 2018):
1. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh
mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai
mengorbankan kegiatan pembelajaran.
2. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukan dan berpijak
dari tanggung jawab professional guru di kelas.
3. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama, sehingga
berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
4. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat dan taat azas PTK.
5. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar-benar nyata, mendesak, menaik, mampu
ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
6. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta rambu-rambu
pelaksanaan yang berlaku umum.
7.
2.3. Jenis Dan Model Ptk
1. Jenis Penelitian Tindakan Kelas Ada
empat jenis PTK, yaitu:
a) PTK diasnogtik,
b) PTK partisipan,
c) PTK empiris, dan
d) PTK eksperimental (Chein, 1990).
Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK
tersebut.
1) PTK Diagnostik
Jenis Diagnostik maksudnya penelitian dilakukan untuk menuntun peneliti ke
arah suatu tindakan karena suatu masalah yang terjadi, misalnya adanya konflik antar
siswa di kelas, adanya pertengkaran di antara siswa dan sejenisnya.

4
2) PTK Partisipan
Suatu penelitian dikatakan sebagai PTK Partisipan ialah apabila orang yang
akan melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak
awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak
penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau,
mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan
melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah
seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut
keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir
penelitian.
3) PTK Empiris
Yang dimaksud dengan PTK Empiris ialah apabila peneliti berupaya
melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan
apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan
dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan
sehari-hari.
4) PTK Eksperimental
Yang dikategorikan sebagai PTK Eksperimental ialah apabila PTK
diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara
efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya
dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau
teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan
diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling
efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.

2.4 Model-Model Penelitian Tindakan Kelas


Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam
dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc
Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
1. Model Kurt Lewin

5
PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. Konsep inti
PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari
empat langkah, yaitu:
a) Perencanaan ( planning),
b) Aksi atau tindakan (acting),
c) Observasi (observing), dan
d) Refleksi (reflecting) (Lewin, 1990).
Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt
Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi :
a) Perencanaan (planning),
b) Pelaksanaan (implementing), dan
c) Penilaian (evaluating) (Ernest, 1996).
2. Model Kemmis dan Mc. Taggart
Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart tidak
terlalu berbeda dengan model Kurt Lewin. Dikatakan demikian karena di dalam satu
siklus atau piutaran terdiri atas empat komponen seperti yang dilaksanakan Lewin.
Keempat komponen tersebut adalah:
a) Perencanaan ( planning),
b) tindakan ( acting )
c) Observasi ( observation ), dan
d) refleksi ( reflection ).
Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi,
diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa kali siklus. Kemmis dan Taggart
telah melakukan penelitian tindakan kelas, mengenai proses inkuari pada pelajaran
sains. Ia memfokuskan pada strategi bertanya kepada siswa.
Keputusannya timbul dari pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa
siswa belajar sains dengan menghafal bukan dalam proses inkuari. Dalam diskusi,
dipikirkannya cara untuk mendorong siswa berinkuari, apakah dengan mengubah

6
kurikulum atau mengubah cara bertanya kepada siswa. Akhirnya diputuskan untuk
menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa menjawab pertanyaan. Semua
kegiatan ini dilakukan pada tahap perencanaan. Pada kotak act (tindakan), mulai
diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan
apa yang mereka pahami dan apa yang mereka minati.Pada kotak observasi,
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat
apa yang sedang terjadi. Pengamat juga mencatat dalam buku hariannya. Dalam kotak
refleksi, ternyata kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang
lancar dilaksanakan, sehingga tidak mencapai hasil yang baik dan perlu diperbaiki.
Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan memodifikasi dalam bentuk
mengurangi pertanyaan-pertanyaan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi
bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu
dilakukan. Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap
perilaku siswa. Pada tahap refleksi, ternyata siswa sulit dikendalikan. Kemmis
merenung, apakah pelajaran dilanjutkan dengan probing atau menggunakan teknik
lain. Demikian permasalahan lanjutan terjadi, dan seterusnya harus kembali pada
perencanaan.
3. Model John Elliot
Apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model
Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail
dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri
dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi
kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan
belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini,
supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf- taraf di dalam pelaksanan
aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa
terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena
suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran.
4. Model Dave Ebbutt
Sesudah Dave Ebbutt mempelajari model-model PTK yang dikemukakan para
ahli PTK sebelumnya, dia berpendapat bahwa model- model PTK yang ada seperti

7
yang diperkenalkan oleh John Elliot, Kemmis dan Mc Taggart, dan sebagainya
dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi, tetapi dalam model-model tersebut masih
ada beberapa hal atau bagian yang belum tepat sehingga masih perlu dibenahi. Pada
dasarnya Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan yang diutarakan oleh Kemmis dan
Elliot tetapi tidak setuju mengenai beberapa interprestasi Elliot mengenai karya
Kemmis. Selanjutnya dikatakan pula olehnya tentang pandangan Ebbutt yang
mengatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan
merupakan cara baik untuk menggambarkan proses aksi refleksi (actionreflection).

2.5. Isu Strategi Seputar Pelaksanaan PTK


Kriteria keberhasilan dikembangkan dari masalah pembelajaran yang akan
dipecahkan atau tujuan peningkatan kualitas pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam
pembelajaran banyak aspek menjadi ukuran keberhasilan. Kegiatan pembelajaran yang
tidak menghasilkan tingkat prestasi akademik seperti yang diinginkan pada peserta didik
memiliki masalah pembelajaran yang perlu dipecahkan. Kegiatan pembelajaran yang tidak
berdampak pada tumbuhnya motivasi peserta didik untuk memiliki self-regulated learning,
atau kegiatan belajar mandiri memiliki masalah pembelajaran yang perlu dipecahkan.
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam suasana yang tidak menyenangkan, yang
menakutkan, yang menimbulkan stress bagi peserta didik ataupun bagi gurunya, yang
menyebabkan peserta didik kehilangan kepercayaan akan kemampuan dirinya untuk
menguasai ketrampilan yang sedang dipelajari, yang mematikan kemampuan sosial siswa
(seperti kerjasama, kepedulian) adalah kegiatan pembelajaran yang memiliki masalah yang
perlu dipecahkan.
Indikator terpecahkannya masalah-masalah tersebut bisa berupa data kuantitatif
(seperti skor hasil tes yang menggambarkan prestasi akademik, frekwensi bertanya yang
menggambarkan keaktifan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, dsb), dan atau
data kualitatif (seperti gambaran suasana kelas, gambaran suasana batin peserta didik
maupun guru yang bersangkutan). Data kuantitatif sangat objektif, terukur dengan pasti
dan bisa dianalisis secara statitik. Sementara data kualitatif sangat subjektif berupa
gambaran suasana kelas, kecintaan peserta didik pada bidang yang sedang dipelajarai, dsb.

8
Strategi pembelajaran yang dihasilkan melalui PTK akan memiliki banyak
kelebihan yang menarik bagi banyak guru lain untuk ikut menggunakannya dalam kelas
mereka apabila telah terbukti mampu mencapai target criteria of success baik yang berupa
prestasi akademik maupun atmosfir akademik yang menunjang.

9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bukanlah hal yang baru, sudah berkembang sejak tahun
1970-an atau bahkan sebelumnya. Akan tetapi di dalam dunia pendidikan di Indonesia PTK baru
menarik perhatian banyak pengambil kebijakan dan pelaku pendidikan dalam dua dasa warsa
terakhir. Perhatian yang besar pada PTK didasari oleh keyakinan bahwa upaya perbaikan atau
peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan oleh pelaku pembelajaran itu sendiri yang
dalam hal ini adalah guru. Dalam konteks pekerjaan guru, maka penelitian tindakan yang
dilakukannya disebut Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas
adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan
tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan
masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja
dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan
oleh siswa. Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka, banyak harapan penulis agar tenaga pendidik atau
guru lebih memberikan perhatian besar pada penelitian tindakan kelas agar lebih memahami dan
bisa memecahkan masalah yang ada didalam kelas pada saat pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan meskipun penulis sudah berusaha
semaksimal mungkin. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, tidak ada kata-kata yang lebih indah melainkan saran dan kritik yang
membangun dari seluruh pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya sebagai penutup
penulis mohon maaf segala kekurangan dan kesalahan, serta penulis berdo’a semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z., & Chotibuddin, M. (2018). TEORI DAN APLIKASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.
Yogyakarta: Deepublish.
Aqib, Zainal. 2009, Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya.

Arikunto Suharsimi,dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Angkasa

Jufri, A. W. (2010). Penelitian Tindakan Kelas: Antara Teori dan Praktek. Jurnal Pijar MIPA,
49-52.

Mahmud, H dan Tefi Priatna. (2008). Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik. Bandung:
Tsabita
Sanjaya, Wina, 2011, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

MU`ALIMIN. 2014. Penelitian tindakan kelas teori dan praktik. Ganding

11

Anda mungkin juga menyukai