Anda di halaman 1dari 8

A.

Pendahuluan

Filsafat dan ilmu pengetahuan adalah dua produk dan nalar peradaban manusia yang
saling berkaitan erat. Manusia menjalankan amanah sebagai khalifah dan abdi Allah, selain
oleh agama ia juga dituntun oleh filsafat dan ilmu pengetahuan. Jadi manusia adalah sebagai
pemegang amanah terhadap pemeliharaan dunia oleh karenannya manusia memerlukan
pengetahuan dan pemikiran dalam mengemban tugas tersebut.

Dalam sejarah Islam pada awalnya berkembang pemikiran-pemikiran rasional, akan


tetapi kemudian berkembang pada zaman klasik Islam (650-1250 M) sedangkan pemikiran
tradisional berkembang pada zaman pertengahan Islam (1250-1800 M). Dalam hal ini
pemikiran rasional dikalangan dipengaruhi oleh persepsi bagaimana tingginya kedudukan
akal seperti terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Pertemuan Islam dan peradaban Yunani
melahirkan pemikiran Rasional dikalangan Ulama Islam zaman klasik. Namun terdapat
perbededaan antara pemikiran rasional Yunani dan pemikiran rasional Islam zaman Islam
Klasik.

Manusia adalah makhluk hidup yang sempurna, itulah ungkapan yang sering kita dengar
dalam kehidupan sehari-hari kita. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna
memang memiliki banyak kelebihan dibanding makhluk lainnya. Sebagai ciptaan-Nya yang
sempurna manusia dibekali akal dan Pikiran untuk bisa dikembangkan berbeda dengan
hewan yang juga memiliki akal dan pengetahuan tapi hanya sebatas untuk mempertahankan
dirinya.1

Menurut Suhartono manusia mempunyai kemampuan menalar, artinya berfikir secara


logis dan analitis. Kelebihan manusia dalam kemampuannya menalar dan karena
mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak, maka
manusia bukan saja mempunyai pengetahuan, melainkan juga mampu mengembangkannya.
Karena kelebihannya itu maka Aristoteles memberikan identitas kepada manusia sebagai
“animal rationale”.2

1
Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung: Mizan, 1996), h.7
2
Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafat Modern, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2005), h.1
1
B. Pembahasan

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Kata ilmu secara etimologi berarti tahu atau pengetahuan. Kata ilmu berasal dari bahasa
arab ‘alima-ya’lamu, dan science dari bahasa Latin Scio, scire artinya to know. Sinonim
yang paling akurat dalam bahsa Yunani adalah epitisme. Sedangkan secara terminologi
ilmu atau scienceadalah semacam pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan
syarat-syarat tertentu. Berikut ini beberapa devinisi ilmu yang dikemukakan para ahli.

Dr. Mohammad Hatta; “tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, baik menurut kedudukannya
tampak dari luar maupun menurut bangunannya dari dalam. Drs. H. Ali As’ad dalam buku
Ta’limul Muta’allim, menafsirkan ilmu sebagai: ilmu adalah suatu sifat yang kalau dimiliki
oleh seseorang maka akan menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya.”

Dari berbagai devinisi di atas kirannya dapat dipahami bahwa ilmu adalah sekumpulan
pengetahuan yang diorganisir secara sistematis berdasarkan pengalaman dan pengamatan
yang kemudian dihubungkan berdasarkan pemikiran yang cermat dan teliti dan dapat
dipertanggung jawabkan dengan berdasarkan metode.3

2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan yang Bertanggungjawab

Ilmu pengetahuan adalah satu dari sekian banyak buah pemikiran manusia yang
diharapakan mampu memberikan pemahaman mengenai berbagai hal dan proses yang
terjadi di sekelilingnya. Ilmu pengetahuan merupakan bagian dari sekian banyak
pengetahuan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah spesies
dari genus yang disebut pengetahuan. Ilmu pengetahuan berbeda dengan pengetahuan lain
karena ilmu pengetahuan memiliki keteraturan di dalamnya serta ciri-ciri keilmuan
tertentu.

Keteraturan di dalam ilmu pengetahuan dapat dilihat dari landasan yang membangunnya.
Junjun sariasumantri menjelaskan, bahwa semua pengetahuan apakah itu ilmu
pengetahuan, seni atau pengetahuan apa saja pada dasarnya memiliki 3 landasan yaitu,
ontologik, epistemologik, dan aksiologik.

Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan
suatu pengkajian mengenai teori yang ada, dengan demikian landasan ontologik dari ilmu

3
Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2002), h. 27
2
pengetahuan berhubungan dengan materi yang menjadi objek penelaahan ilmu
pengetahuan.

Epistemologi membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha
untuk memperoleh pengetahuan atau dengan kata lain, epistemologi adalah suatu teori
pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses
tertentu yang dinamakan metode keilmuan.

Dasar aksiologis membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan
yang didapatkannya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan telah
memberikan sumbangan begitu besar bagi kehidupan manusia.4

3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan di Indonesia

Masyarakat majemuk seperti Indonesia ada banyak bahaya besar apabila warga
masyarakat bekotak-kotak dalam berbagai ikatan primordial. Permasalahan ini
memerlukan pemikiran konseptual yang sangat mendalam untuk merumuskan suatu sistem
nilai yang dapat mengatasi pengkotak-kotakan tersebut. Suatu sistem nilai diperlukan
untuk menjadi landasan cara memandang hidup yaitu sistem nilai yang bersumber dari
nilai-nilai abstrak yang diyakini dan di junjung tinggi segenap kelompok warga bangsa
Indonesia. Sitem nilai tersebut sangat diperlukan untuk menentukan dasar, arah, tujuan
bagi pelaksanaan pembangunan, termasuk pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Ilmu pengetahuan dimulai dari kesangsian atau keragu-raguan bukan dimulai dari
kepastian. Ilmu pengetahuan memulai darikeragu-raguan akan kebenaran objek
penelaahannya. Penelaahan ilmu pengetahuan terbatas pasa objek yang berada dalam
jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan ilmu pengetahuan mencakup kejadian-
kejadian atau seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pengalaman.

Pengembangan ilmu pengetahuan yang berdasar pada sistem Filsafat Pancasila bersifat
terbuka. Penyerapan unsur dari luar dan penerapan hukum-hukum ilmiah dari luar harus
tidak menghilangkan sifat dasar dari kepribadian bangsa indonesia. Ilmu pengetahuan dan
hukum ilmiahnya yang berasal dari luar harus dijadikan unsur yang serangkai dan
memperkaya sistem Filsafat Pancasila. Pengembangan ilmu pengetahuan dan kerjasama
antar bidang hanya dapat dilakukan apabila didasarkan nilai-nilai hidup kemanusiaan,

4
Junjun S.Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta:Gramedia, 1983), h.73
3
khusus di indonesia pada nilai-nilai pancasila, agar ilmu pengetahuan dapat bermanfaat
bagi kesejahteraan hidup manusia.5

4. Logika dan Penalaran Sebagai dasar ilmu pengetahuan

Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Menurut Cecep Sumarna
dan Susanto logika adalah cara penarikan kesimpulan atau pengkajian untuk berpikir
secara shahih.6 Logika merupakan ilmu yang fundamental yang secarasistematis
menyelidiki, merumuskan dan menerangkan asas-asas yang harus ditaati agar orang dapat
berfikir dengan tepat, lurus dan teratur. Maksud dan tujuan logika adalah kecakapan
menerapkan aturan-aturan pemikiran yang tepat terhadap persoalan-persoalan yang konkret
yang kita hadapi, serta pembiasaan sikap ilmiah, kritis dan objektif.

Menurut Amsal Bakhtiar logika adalah sarana untuk berfikir dengan sistematis, teratur,
terarah, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu berfikir logis adalah berpikir
sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih dari satu.7

Dilihat dari kualitasnya logika dapat dibedakan menjadi dua yakni logika naturalis
(logika alamiah) dan logika artifisialis (logika ilmiah) yakni:

Logika naturalis adalah kecakapan logika berdasarkan akal bawaan manusia. Akal
manusia yang normal dapat bekerja secara spontan sesuai hukum-hukum logika dasar.
Kemampuan logika naturalis antara manusia yang satu dengan yang lainnya adalah
berbeda-beda. Tergantung dari tingkat intelegensi dan pengetahuannya. Maka kinerja akal
budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus secara natural tanpa dipengaruhi oleh
keinginan-keinginan dan kecendrungan-kecendrungan yang subjektif dari pemikir atau
manusia. Kemampuan logika alamiah manusia sejak lahir.

Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah
menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap
pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih
tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk
menghindarkan kesesatan atau paling tidak, mengurangi kesesatan. Di barat yang pertama

5
Mudji Sutrisno, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Dimensi Moral,(Yogyakarta:basis, 1985), h. 68
6
Susanto, Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Antologis, Epistimologis dan Aksiologis,
(Jakarta:Bumi Aksara, 2013),h.144-145
7
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2004), h. 212
4
kali merumuskan kaidah-kaidah tentang logika artificialis adalah Aristoteles yang tertera
di dalam bukunya organon yang berarti instrumen (alat) yakni alat untuk berfikir benar.

Namun demikian, jika dipandang dari segi objeknya maka logika artificialis dapat dibagi
menjadi dua yakni logika formal dan logika material. Logika formal sering juga disebut
logika minor sedangkan logika material disebur logika mayor. Logika formal adalah
mempelajari asas-asa aturan-aturan atau hukum-hukum berfikir yang harus ditaati, agar
orang dapat berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika material mempelajari
mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses
terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode pengetahuan tersebut.8

Manusia diberikan oleh Allah Swt. Memiliki kelebihan dari makhluk lainnya sehingga
manusia diberikan kemampuan untuk berfikir, merasa, mendengar, melihat, dan bersikap
dan berbuar dengan benar. Sikap dan tindakan diperoleh atau bersumber pada pengetahuan
yang diperoleh melalui kegiatan dan proses berfikir dan tindakan dikaitkan dengan
perasaan dalam hal ini seorang ahli fisika yaitu Pascal menyatakan bahwa hati juga
mempunyai logikanya sendiri. Dalam hal ini perlu diketahui juga logikanya kita sadari
bahwa tidak semua kegiatan berfikir itu didasarkan pada penalaran, namun ada juga
kegiatan berfikir yang didasarkan pada perasaan dan intuisi.9

Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Menurut Adib nalar adalah salah satu corak berfikir untuk menggabungkan
dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru dengan
memperhatikan asas-asas pemikiran, yaitu principium identitas, principium
contradictionis, principiumtertii exclusi dan principium kompromi. Jadi penalaran
merupakan salah satu atau proses dalam berfikir yang menggabungkan dua pemikiran atau
lebih untuk menarik sebuah kesimpulan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Logika
merupakan ketentuan formal untuk memperoleh pengetahuan yang benar.10

Prinsip penalaran menurut Aristoteles ada tiga yaitu prinsip identitas yaitu suatu hal
adalah sama dengan halnya sendiri, prinsip kontradiksi yaitu sesuatu tidak dapat sekaligus
merupakan hal itu dan bukan hal itu pada waktu yang bersamaan dan prinsip eksklusi tertii
yaitu prinsip penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak adanya kemungkinan ketiga.11Ada

8
Hasbullah Bakri, Sistematik Filsafat, (Jakarta:Widjaya, 1986), h.20-21
9
Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010),h.118
10
Susanto, Filsafat Ilmu Suatu Kajian Dalam Dimensi Antologis, Epistimologis, dan Aksiologis,
(Jakarta:Bumi Aksara, 2013), h.143
11
Surajio, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta:Bumi Aksara, 2013),h.111-112
5
dua macam penalaran yaitu penalaran langsung dan penalaran tidak langsung. Penalaran
langsung merupakan penalaran yang premisnya hanya sebuah proporsisi lain sebagai
kesimpulannya. Sedangkan penalaran tidak langsung, penarikan konklusinya atas lebih
dari satu proporsisi. Konklusinya ditarik dari dua premis. Contoh: Semua siswa adalah
anak rajin. Budi adalah mahasiswa. Budi adalah anak rajin.12

Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses
pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa
pernyataan lain yang telah diketahui. Pernyataan ini terdiri dari pengertian-pengertian
sebagai unsurnya yang antara pengertian satu dengan yang lainnya ada batas-batas tertentu
untuk menghindari kekaburan arti.

Penalaran juga merupakan suatu pemikiran jenis yang khusus, yang didalamnya
penyimpulan terjadi, atau didalamnya kesimpulan ditarik dari premis-premis yang ada atau
penalaran merupakan proses berpikir yang bertolak dari pengalaman indra (pengamatan
empiris atau sesuai fakta di lapangan) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasar pengamatan yang sejenis, berdasar sejumlah proporsisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proporsisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Tidak ada proporsisi tanpa pengertian dan
tidak ada penalaran dalam proporsisi. Berfikir merupakan konsep kunci dalam setiap
dikursus mengenai kedudukan manusia di muka bumi ini, ini berarti bahwa tanpa berfikir,
kemanusiaan manusia pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada.13

12
Junjun S.Suriassumantri, Filsafat Ilmu:Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,
2009),h.156
13
Uhar Suharsaputra, Pengantar Filsafat Ilmu Jilid I, (Universitas Kuningan, 2004), h.3-8
6
C. Penutup

Dari uraian dan penjelasan diatas , disini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ilmu pengetahuan adalah satu dari sekian banyak buah pemikiran manusia yang
diharapkan mampu memberikan pemahaman mengenai berbagai hal dan proses yang
terjadi di sekelilingnya. Ilmu pengetahuan merupakan bagian dari sekian banyak
pengetahuan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah spesies
dari genus yang disebut pengetahuan.
2. Pengembangan ilmu pengetahuan yang bertanggung jawab memiliki 3 landasan a).
Ontologi merupakan suatu pengkajian mengenai teori yang ada, b). Epistimologi yaitu
proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan, c). Aksiologis
membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang di
dapatkannya.
3. Agar masyarakat majemuk seperti Indonesia terhindar dari bahaya besar dari
masyarakatnya yang berkotak-kotak dalam berbagai ikatan primordial, memerlukan
pemikiran yang konseptual yang sangat mendalam untuk merumuskan suatu sistem nilai
yang dapat mengatasi perkotak-kotakan tersebut.
4. Logika merupakan ilmu yang fundamental yang secara sistematis menyelidiki,
merumuskan, dan menerangkan asas-asas yang harus ditaati agar orang dapat berfikir
dengan tepat, lurus dan teratur. Maksud dan tujuan logika adalah kecakapan menerapkan
aturan-aturan pemikiran yang tepat terhadap persoalan-persoalan yang konkret yang kita
hadapi, serta pembiasaan sikap ilmiah, kritis dan objektif.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Menurut Adib nalar adalah salah satu corak berfikir untuk menggabungkan
dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan poengetahuan baru dengan
memperhatikan asas-asas pemikiran. Jadi penalaran merupakan salah satu proses dalam
berfikir yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah
kesimpulan dan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Logika merupakan ketentuan
formal untuk memperoleh pengetahuan yang benar.

7
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun, Islam Rasional, Bandung, Mizan, 1996


Suhartono, Suparlan, Sejarah Pemikiran Filsafat Modern, Yogyakarta, Ar Ruzz Media,
2005
Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam, Bogor, Ghalia Indonesia, 2002
S.Suriasumantri, Junjun, Ilmu dalam Perspektif, Jakarta, Gramedia, 1983
Sutrisno, Mudji, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Dimensi Moral, Yogyakarta,
basis, 1985
Susanto, Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Antologis, Epistimologis dan
Aksiologis, Jakarta, Bumi Aksara, 2013
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu,Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004
Bakri, Hasbullah, Sistematik Filsafat, Jakarta, Widjaya, 1986
Ihsan, Fuad, Filsafat Ilmu, Jakarta, Rineka Cipta, 2010
Susanto, Filsafat Ilmu Suatu Kajian Dalam Dimensi Antologis, Epistimologis, dan
Aksiologis, Jakarta, Bumi Aksara, 2013
Surajio, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara, 2013
S.Suriassumantri, Junjun,Filsafat Ilmu:Sebuah Pengantar Populer, Jakarta,Pustaka Sinar
Harapan, 2009
Suharsaputra, Uhar,Pengantar Filsafat Ilmu Jilid I, Universitas Kuningan, 2004

Anda mungkin juga menyukai